Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

KARAKTER BANGSA SEBAGAI IDENTITAS


BANGSA INDONESIA

DISUSUN OLEH :
Kelompok : 1. Fadillah (14201011)
2. Roberto Simatupang (14201025)
3. Elfredo Nagur (14201010)
4. Pradipta B.N.M (14201021)
5. Haris S. (14201015)
Dosen : Drs. Muhammad Taufiq, M.H

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM


JALAN D.I. PANJAITAN 128 PURWOKERTO
2014
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Pancasila


Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik
ketika negara Indonesia didirikan,dan hingga sekarang di era globalisasi,Negara
Indonesia tetap berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara.Sebagai
dasar negara tentulah pancasila harus menjadi acuan Negara dalam menghadapi
tantangan global dunia yang terus berkembang.
Di era globalisasi ini peran pancasila tentulah sangat penting untuk tetap
menjaga eksistensi kepribadian bangsa indonesia,karena dengan adanya
globalisasi batasan batasan diantara negara seakan tak terlihat,sehingga berbagai
kebudayaan asing dapat masuk dengan mudah ke masyarakat.
Hal ini dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi bangsa
indonesia,jika kita dapat memfilter dengan baik berbagai hal yang timbul dari
dampak globalisasi tentunya globalisasi itu akan menjadi hal yang positif karena
dapat menambah wawasan dan mempererat hubungan antar bangsa dan negara di
dunia. Tapi jika kita tidak dapat memfilter dengan baik sehingga hal-hal negatif
dari dampak globalisasi dapat merusak moral bangsa dan eksistensi kebudayaan
indonesia.
Dari faktor-faktor tersebutlah di butuhkan peranan pancasila sebagai dasar
dan pedoman negara dalam menghadapi tantangan global yang terus meningkat
diera globalisasi.
PEMBAHASAN
1. Karakter
Karakter sering diberi padanan kata watak, tabiat, perangai atau akhlak.
Dalam bahasa Inggris character diberi arti a distinctive differentiating mark,
tanda yang membedakan secara khusus. Karakter adalah keakuan rohaniah, het
geestelijk ik, yang nampak dalam keseluruhan sikap dan perilaku, yang
dipengaruhi oleh bakat, atau potensi dalam diri dan lingkungan. Karakter juga
diberi makna the stable and distinctive qualities built into an individual’s life
which determines his response regardless of circumstances. Dengan demikian
karakter adalah suatu kualitas yang mantap dan khusus, sebagai pembeda, yang
terbentuk dalam kehidupan individu yang menentukan sikap dalam mengadakan
reaksi terhadap rangsangan dengan tanpa terpengaruh oleh situasi lingkungan
sewaktu.
Karakter terbentuk oleh faktor endogeen atau dalam diri dan faktor exogeen
atau luar diri. Sebagai contoh rakyat Indonesia semula dikenal bersikap ramah,
memiliki hospitalitas yang tinggi, suka membantu dan peduli terhadap
lingkungan, dan sikap baik yang lain; dewasa ini telah luntur tergerus arus
global, berubah menjadi sikap yang kurang terpuji, seperti egois, mementingkan
diri sendiri, mencaci maki pihak lain, mencari kesalahan pihak lain, tidak
bersahabat dan sebagainya. Hal ini mungkin saja didorong oleh keinginan untuk
bersaing sebagai salah satu kompetensi yang harus dikembangkan dalam era
globalisasi.
Karakter dapat berubah akibat pengaruh lingkungan, oleh karena itu perlu
usaha membangun karakter dan menjaganya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal
yang menyesatkan dan menjerumuskan.
Ada ahli yang berpendapat bahwa manusia bersifat unik, tercipta dalam
perbedaan individual, nampak dalam tingkat kecerdasan, dalam kemampuan
ungkapan emosional dan manifestasi kemauan. Manusia juga dibekali oleh
Tuhan dengan kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang salah, yang
baik danyang buruk, meski ukuran benarsalah dan baik-buruk mengalami
perkembangan sesuai dengan pertumbuhan yang dialami oleh manusia dan
tantangan zamannya. Dengan demikian moral dan karakter pada manusia
melekat secara kodrati, namun selalu mengalami perkembangan sesuai dengan
pertumbuhan dan tantangan yang dihadapi. Karakter membentuk ciri khas
individu atau entitas, suatu kualitas yang menentukan suatu individu atau entitas,
sedemikian rupa sehingga diakui sebagai suatu pribadi yang membedakan
dengan individu atau entitas lain.Kualitas yang menggambarkan suatu karakter
bersifat unik, khas, yang mencerminkan pribadi individu atau entitas dimaksud,
yang akan selalu nampak secara konsisten dalam sikap dan perilaku individu atau
entitas dalam menghadapi setiap permasalahan.1

2. Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional


Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta
keunikan sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang
mendukung kelahiran identitas nasional tersebut. Adapun faktor-faktor yang
mendukung kelahiran identitas nasional bangsa Indonesia meliputi :
1. Faktor objektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis.
2. Faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan
yang dimiliki bangsa Indonesia (Suryo, 2002).
Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah
kepulauan yang beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi
antarwilayah dunia di Asia Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan
kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan kultural bangsa Indonesia. Selain itu
faktor historis yang dimiliki Indonesia ikut mempengaruhi proses pembentukan
masyarakat dan bangsa Indonesia beserta identitasnya, melalui interaksi berbagai
faktor yang ada di dalamnya. Hasil dari interaksi dari berbagai faktor tersebut
melahirkan proses pembentukan masyarakat, bangsa, dan negara bangsa beserta
identitas bangsa Indonesia, yang muncul tatkala nasionalisme berkembang di
Indonesia pada awal abad XX.
Robert de Ventos, sebagaimana dikutip Manuel Castells dalam bukunya, The
Power of Identity (Suryo, 2002), mengemukakan teori tentang munculnya
identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi historis antara empat faktor
penting, yaitu faktor primer, faktor pendorong, faktor penarik dan faktor reaktif.
Faktor pertama, mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama dan yang

1
Diakses dari : http://research.amikom.ac.id/index.php/ssi/article/download/6162/4430 pada tanggal
10 oktober 2014.
sejenisnya. Bagi bangsa Indonesia yang tersusun atas berbagai macam etnis,
bahasa, agama wilayah serta bahasa daerah, merupakan suatu kesatuan meskipun
berbeda-beda dengan kekhasan masing-masing. Kesatuan tersebut tidak
menghilangkan keberanekaragaman, dan hal inilah yang di kenal dengan
Bhineka Tunggal Ika. Faktor kedua, meliputi pembangunan komunikasi dan
teknologi, lahirnya angkatan bersenjata modern dan pembangunan lainnya dalam
kehidupan Negara.
Dalam hubungan ini bagi suatu bangsa kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta pembangunan negara dan bangsanya juga merupakan suatu
identitas nasional yang bersifat dinamis. Pembentukan identitas nasional yang
dinamis ini sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan dan prestasi bangsa
Indonesia dalam membangun bangsa dan negaranya. Dalam hubungan ini sangat
diperlukan persatuan dan kesatuan bangsa, serta langkah yang sama dalam
memajukan bangsa dan Negara Indonesia. Faktor ketiga, mencakup kodifikasi
bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi dan pemantapan
sistem pendidikan nasional.
Bagi bangsa Indonesia unsur bahasa telah merupakan bahasa persatuan dan
kesatuan nasional, sehingga bahasa Indonesia telah merupakan bahasa resmi
negara dan bangsa Indonesia. Demikian pula menyangkut biroraksi serta
pendidikan nasional telah dikembangkan sedemikian rupa meskipun sampai saat
ini masih senantiasa dikembangkan. Faktor keempat, meliputi penindasan,
dominasi, dan pencarian identitas alternatif melalui memori kolektif rakyat.
Bangsa Indonesia yang hampir tiga setengah abad dikuasai oleh bangsa lain
sangat dominan dalam mewujudkan faktor keempat melalui memori kolektif
rakyat Indonesia. Penderitaan, dan kesengsaraan hidup serta semangat bersama
dalam memperjuangkan kemerdekaan merupakan faktor yang sangat strategis
dalam membentuk memori kolektif rakyat. Semangat perjuangan, pengorbanan,
menegakkan kebenaran dapat merupakan identitas untuk memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa dan Negara Indonesia.
Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan
identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari masa sebelum
bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari penjajahan bangsa ini. Oleh karena
itu pembentukan identitas nasional Indonesia melekat erat dengan unsur-unsur
lainnya seperti sosial, ekonomi, budaya, etnis, agama serta geografis, yang saling
berkaitan dan terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang.

3. Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional


Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional,
memiliki sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-
bangsa lain di dunia. Tatkala bangsa Indonesia berkembang menuju fase
nasionalisme modern, diletakkanlah prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu
asas dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa, yang diangkat
dari filsafat hidup atau pandangan hidup bangsa Indonesia , yang kemudian
diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat negara yaitu Pancasila. Jadi
dasar filsafat suatu bangsa dan negara berakar pada pandangan hidup yang
bersumber kepada kepribadiannya sendiri. Nilai-nilai esensial yang terkandung
dalam Pancasila yaitu : Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta
Keadilan, dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan negara.
Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern menurut Yamin dirintis oleh
para pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para
tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuskan pada
Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah perjuangan
bangsa Indonesia untuk menemukan identitas nasionalnya sendiri, membentuk
suatu bangsa dan negara Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945, yang
kemudian diproklamasikan sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia. Oleh
karena itu akar-akar nasionalisme Indonesia yang berkembang dalam perspektif
sejarah sekaligus juga merupakan unsur-unsur identitas nasional, yaitu nilai-nilai
yang tumbuh dan berkembang dalam sejarah terbentuknya bangsa Indonesia.2
4. Sumber Bahasa Indonesia
Sejarah tumbuh dan berkembangnya Bahasa Indonesia tidak lepas dari
Bahasa Melayu. Dimana Bahasa melayu sejak dahulu telah digunakan sebagai
bahasa perantara (lingua franca) atau bahasa pergaulan. Bahasa melayu tidak
hanya digunakan di Kepulauan Nusantara, tetapi juga digunakan hampir
diseluruh Asia Tenggara. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya Prasasti-
prasasti kuno dari kerjaan di indonesia yang ditulis dengan menggunakan Bahasa
Melayu. Dan pasa saat itu Bahasa Melayu telah Berfungsi Sebagai :
Bahasa Kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan
satra.

1. Bahasa Perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia.


2. Bahasa Perdagangan baik bagi suku yang ada di indonesia mapupun
pedagang yang berasal dari luar Indonesia.
3. Bahasa resmi kerajaan.

5. Peresmian Nama Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai
bahasa nasional merupakan usulan dari Muhammad Yamin, seorang politikus,
sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di
Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : “Jika mengacu pada masa depan bahasa-
bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang
bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi

2
Diakses dari : https://www.academia.edu/7011989/Kewarganegaraan_Identitas_Nasional_ pada
tanggal 10 oktober 2014.
dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa
pergaulan atau bahasa persatuan.
Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di
akui pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Onktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan
butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu “Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Namun secara Yuridis Bahasa
Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau setelah Kemerdekaan
Indonesia.3
6. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila yang menjadi filsafat dan pandangan hidup bangsa Indonesia itu,
sebenarnya digali dari tradisi masyarakat berbangsa sepanjang
sejarahnya.Pancasila sebagai dasar falsafah negara merupakan model ideal
pluralisme ala Indonesia.Pancasila adalah hasil perpaduan dari keberhasilan para
Bapak Pendiri yang berpandangan toleran dan terbuka dalam beragama dan
perwujudan nilai-nilai kearifan lokal, adat, dan budaya warisan nenek moyang.
Jati diri bangsa merupakan suatu pilihan, dan Jati Diri Bangsa Indonesia
merupakan pencerminan atau tampilan dari karakter Bangsa Indonesia.Karakter
bangsa merupakan akumulasi atau sinergi dari karakter individu anak bangsa
yang mengelompok menjadi bangsa Indonesia. Karakter bangsa akan
ditampilkan sebagai nilai-nilai luhuryang digali dari kehidupan nyata oleh
founding fathers dan dirumuskan dalam suatu tata nilai yang kita kenal sebagai
pancasila. Denhan demikian Jati Diri Bangsa Indonesia adalah Pancasila.
Sesungguhnya kalau dicermati lebih dalam pada jati diri bangsa Indonesia
yang bersumber dari Pancasila, ternyata memiliki makna yang sangat luar biasa
bahkan melebihi prinsip-prinsip dasar, yang membuat bangsa bisa menjadi maju.

3
Dipetik dari Efendi, Taufiq, Jati Diri Bangsa Indonesia Menuju Indonesia Jaya. Jakarta, Exatama
Mediasindo; 2008. Pada tanggal 10 Oktober 2014
Dengan kata lain, apabila Bangsa Indonesia mengamalkan Jati Diri
bangsanya, maka bangsa Indonesia pun dapat maju seperti bangsa-bangsa
lainnya di dunia.
Pancasila dan Jati Diri tidak boleh dipisahkan dan tidak terpisahkan.
Pancasila sebagai landasan idiil, landasan filosofis bangsa, sumber dari segala
hukum di negeri Indonesia ini, sedangkan jati diri adalah implementasi sehari-
hari, sebagai perilaku insane Indonesia, seperti dengan jelas diuraikan di bawah
ini:
1. Ke Tuhanan Yang Maha Esa
Sebagai wujud Jati Diri bahwa Indonesia adalah bangsa yang Agamis.Jati
Diri ini jelas bahwa Indonesia adalah bangsa yang Agamis serta jelas artinya dan
jelas konsekuensinya, jelas bentuknya. Sebagai bangsa yang Agamis, bangsa
yang beragama, bangsa yang percaya akan adanya Tuhan, bangsa yang beriman.
Maka jelas bahwa Indonesia memang bukan murni negara sekuler.Namun
demikian, untuk konteks negara Muslim, Indonesia menjadi negara yang sangat
ideal dalam kerukunan antarumat beragama karena memiliki satu falsafah hidup
bernegara, yaitu Pancasila.Negara-negara Muslim lainnya tidak mempunyai
model seperti Indonesia.
Di Indonesia, Pancasila sebagai ideologi negara; 6 agama resmi negara;
kedudukan warga negara tidak ditentukan oleh agama; hukum nasional yang
berlaku; dan murtad bukan tindak pidana.Dari perbandingan sepintas ini tampak
bahwa Indonesia merupakan model negara Muslim par execellence dalam
kerukunan hidup antarumat beragama.
Potensi dan modal yang dimiliki Indonesia dalam menciptakan kerukunan
hidup antarumat beragama harus dikelola dan dijaga dengan baik sehingga
keragaman agama menjadi nilai yang hidup di tengah masyarakat. Hasil yang
dapat dipetik: umat minoritas dapat menikmati kenyamanan ekonomi, sosial,
intelektual, dan spiritual dari umat mayoritas (Islam) tanpa lenyap sebagai
minoritas.
Sebenarnya sumber dari kejahatan itu adalah tidak adanya Tuhan didalam
hati manusia.Karena Tuhan dan ajaran-ajaran agama yang ada itu pasti menuju
menjadi hal yang baik.

2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab


Wujud Jati Diri dari sila kedua Pancasila bahwa bangsa Indonesia adalah
Bangsa yang menghormati Hak Azasi Manusia.Indonesia adalah negara
hukum.Di dalam negara hukum kekuasaan negara/pemerintah dilaksanakan
sesuai dengan dasar dan prinsip keadilan, sehingga terikat pada undang-undang
(rule of law).Prinsip negara hukum adalah adanya pembagian kekuasaan dan ada
jaminan atas hak asasi manusia untuk rakyatnya.
Pancasila adalah ideologi bangsa dan dasar negara Indonesia, oleh karenanya
merupakan landasan idiil bagi sistem pemerintahan dan landasan etis-moral bagi
kehidupan berbangsa, bernegara serta bermasyarakat.Nilai - nilai yang
terkandung secara tersirat maupun yang tersurat tidak ada yang bertentangan
dengan nilai-nilai penegakkan HAM.Bahkan apabila dicermati secara filosofis
terutama pada sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab adalah
rumusan dasar tentang inti etika politik.
Karena apabila orang Indonesia memiliki sikap adil dan beradab, diharapkan
akan mampu bersikap adil, toleran dan menghargai hak-hak orang lain. Inilah
pengakuan Pancasila terhadap nilai-nilai HAM secara hakiki.

3. Persatuan Indonesia
Sebagai wujud Jati Diri sila ketiga adalah Bangsa yang cinta Tanah Air.
Rasa cinta tanah air atau nasionalisme dalam tulisan ini adalah rasa kebanggaan,
rasa memiliki, rasa menghargai, rasa menghormati dan loyalitas yang dimiliki
oleh setiap individu pada negara tempat ia tinggal yang tercermin dari perilaku
membela tanah airnya, menjaga dan melindungi tanah airnya, rela berkorban
demi kepentingan bangsa dan negaranya, mencintai adat atau budaya yang ada
dinegaranya dengan melestarikannya dan melestarikan alam dan lingkungan.
Individu yang memiliki rasa cinta pada tanah airnya akan berusaha dengan
segala daya upaya yang dimilikinya untuk melindungi, menjaga kedaulatan,
kehormatan dan segala apa yang dimiliki oleh negaranya. Rasa cinta tanah air
inilah yang mendorong perilaku individu untuk membangun negaranya dengan
penuh dedikasi.Oleh karena itu, rasa cinta tanah air perlu ditumbuhkembangkan
dalam jiwa setiap individu yang menjadi warga dari sebuah negara atau bangsa
agar tujuan hidup bersama dapat tercapai.
Salah satu cara untuk menumbuhkembangkan rasa cinta tanah air adalah
dengan menumbuhkan rasa bangga terhadap tanah airnya melalui proses
pendidikan. Rasa bangga terhadap tanah air dapat ditumbuhkan dengan
memberikan pengetahuan dan dengan membagi dan berbagi nilai-nilai budaya
yang kita miliki bersama. Oleh karena itu, pendidikan berbasis nilai-nilai budaya
dapat dijadikan sebagai sebuah alternatif untuk menumbuhkembangkan rasa
bangga yang akan melandasi munculnya rasa cinta tanah air.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan / Perwakilan
Sebagai wujud sila keempat yaitu Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang
Demokratis.Demokrasi, sebuah kata sakti dalam beberapa tahun terakhir.Sebuah
kata yang setiap Negara/ bangsa selalu mengagungkannya.Saking saktinya kata
tersebut sampai memiliki pengaruh yang luar biasa hebatnya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa Demokrasi adalah sistem politik yang
memungkinkan semua warga bangsa mempunyai kesempatan mewujudkan
aspirasinya.Dalam sejarah umat manusia tampak bahwa demokrasi berkembang
sesuai dengan kondisi bangsa yang bersangkutan, termasuk nilai budayanya,
pandangan hidupnya serta adat-istiadatnya.Dengan begitu tiap-tiap bangsa
mempunyai caranya sendiri mewujudkan demokrasi.
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada pelaksanaan atau perwujudan demokrasi
yang universal dan berlaku bagi semua bangsa.Bahkan dalam satu bangsa dapat
terjadi perubahan dalam pelaksanaan demokrasi sesuai dengan
perkembangannya, seperti ketentuan dalam hak pilih untuk perempuan.Maka
tidaklah benar anggapan sementara orang, termasuk di Indonesia, bahwa
demokrasi Barat adalah pelaksanaan demokrasi yang universal dan harus
diterapkan pada semua bangsa.
Bahwa demokrasi bukan hal baru bagi bangsa Indonesia telah jelas dalam
Pancasila yang oleh Bung Karno sebagai Penggalinya ditegaskan sebagai Isi Jiwa
Bangsa. Akan tetapi perwujudan demokrasi bagi bangsa Indonesia tidak sama
dan tidak harus sama dengan yang dilakukan bangsa lain, termasuk bangsa Barat
yang berbeda pandangan hidupnya dari Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia .
Karena Pancasila telah diakui dan terima sebagai Filsafah dan Pandangan
Hidup Bangsa serta Dasar Negara RI, maka Pancasila harus menjadi landasan
pelaksanaan demokrasi Indonesia.
Demokrasi Indonesia tidak dapat lepas dari faktor Ketuhanan Yang Maha
Esa sebagai sila pertama Pancasila. Meskipun NKRI bukan negara berdasarkan
agama atau negara agama, namun ia bukan pula negara sekuler yang menolak
faktor agama dalam kehidupan bernegara.
Di Indonesia berdasarkan Pancasila demokrasi dilaksanakan melalui
Musyawarah untuk Mufakat.Itu berarti bahwa demokrasi Indonesia pada
prinsipnya mengusahakan Win-Win Solution dan bukan karena faktor manfaat
semata-mata.Namun demikian, kalau musyawarah tidak kunjung mencapai
mufakat sedangkan keadaan memerlukan keputusan saat itu, tidak tertutup
kemungkinan penyelesaian didasarkan jumlah suara.Maka dalam hal ini voting
dilakukan karena faktor Manfaat.
Dalam demokrasi Indonesia tidak hanya faktor Politik yang perlu
ditegakkan, tetapi juga faktor kesejahteraan bagi orang banyak sebagaimana
dikehendaki sila kelima Pancasila.Jadi demokrasi Indonesia bukan hanya
demokrasi politik, tetapi juga demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial. Bahkan
sesuai dengan Tujuan Bangsa dapat dikatakan bahwa demokrasi Indonesia adalah
demokrasi kesejahteraan dan kebahagiaan

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Bangsa Indonesia


Sebagai Wujud sila kelima adalah Kebersamaan, atau bangsa yang
menghormati kebersamaan.Menurut Bung Karno Keadilan Sosial adalah
Jembatan emas menuju terwujudnya kesejahteraan rakyat bagi seluruh rakyat
Indonesia.Sebagai pencetus Pancasila, cita-cita keadilan sosial pada Sukarno
amat eksplisit.Paham keadilan sosial Bung Karno harus dimengerti sebagai
paham seorang nasionalis yang dipengaruhi pemikiran Marxisme.
Isi keadilan sosial yang dicita-citakan, dan cara merealisasikannya
sebenarnya tidak bias dipisah, dan bagi Sukarno hal itu terangkum dalam satu
pengertian atau konsep yaitu Marhaenisme. Dalam Marhaenisme terkandung dua
asas: sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi.
Marhaen adalah proto-tipe masyarakat kelas bawah Indonesia. Bagi sukarno
isi konsepsi keadilan sosial itu harus berorientasikan kepada kaum Marhaen, dan
itu hanya mungkin apabila di dalam Indonesia merdeka kelak kekuasaan berada
di tangan Marhaen, dengan sistem yang berdasarkan sosio-nasionalisme dan
sosio-demokrasi.4
7. FUNGSI dan TUJUAN PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
A. fungsi
a. Fungsi Pembentukan dan Pengembangan Potensi Pembangunan karakter
bangsa berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga
negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai
dengan falsafah hidup Pancasila.

4
Dipetik dari Rasuanto, Bur. Keadilan Sosial. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama; 2005. Pada tanggal
10 Oktober 2014
b. Fungsi Perbaikan dan Penguatan Pembangunan karakter bangsa berfungsi
memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat,
dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam
pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa
yang maju, mandiri, dan sejahtera.
c. Fungsi Penyaring Pembangunan karakter bangsa berfungsi memilah
budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat. Ketiga fungsi
tersebut dilakukan melalui (1) Pengukuhan Pancasila sebagai falsafah dan
ideologi negara (2) Pengukuhan nilai dan norma konstitusional UUD 1945 (3)
Penguatan komitmen kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
(4) Penguatan nilai-nilai keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhinneka Tunggal
Ika (5) Penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk keberlanjutan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia dalam konteks
global.
B. tujuan pembentukan karakter bangsa Pembangunan karakter bangsa
bertujuan untuk membina dan mengembangkan karakter warga negara sehingga
mampu mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karakter
bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khasbaik yang
tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan
bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga
seseorang atau sekelompok orang. Pembangunan Karakter Bangsa adalah upaya
kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan
berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan ideologi, konstitusi,
haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional,
regional, dan global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik,
dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkanPancasila dan dijiwai
oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karakter yang berlandaskan
falsafah Pancasila artinya setiap aspek karakter harus dijiwai ke lima sila
Pancasila secara utuh dan komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa Karakter Ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain hormat dan bekerja sama antara
pemeluk agama dan penganut kepercayaan, saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu; tidak
memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain.
2. Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Karakter
kemanusiaan seseorang tercermin antara lain dalam pengakuan atas persamaan
derajat,hak, dan kewajiban; saling mencintai; tenggang rasa; tidak semena-mena;
terhadap orang lain; gemar melakukan kegiatan kemanusiaan; menjunjung tinggi
nilai kemanusiaan.
3. Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa Komitmen
dan sikap yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia di atas
kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan merupakan karakteristik pribadi
bangsa Indonesia. Karakter kebangsaan seseorang tecermin dalam sikap
menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas
kepentingan pribadi atau golongan; rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan
negara.
4. Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi
Manusia Karakter kerakyatan seseorang tecermin dalam perilaku yang
mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara; tidak memaksakan
kehendak kepada orang lain; mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam
mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

5. Bangsa yang
Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan Karakter berkeadilan sosial
seseorang tecermin antara lain dalam perbuatan yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.5
8. CIRI-CIRI KARAKTER ,NILAI-NILAI, dan FAKTOR YANG
MEMBANGUN BANGSA INDONESIA
a.ciri-ciri karakter bangsa indonesia
1. Saling menghormati & saling menghargai
2. Rasa kebersamaan & tolong menolong
3. Rasa persatuan dan kesatuan sebagai suatu bangsa
4. Rasa perduli dlam kehidupan bermasyarakat, berbangsa & bernegara
5. Adanya moral, ahlak yang dilandasi oleh nilai-nilai agama
6. Adanya perilaku dlm sifat-sifat kejiwaan yang saling menghormati &
saling menguntungkan
7. Adanya kelakuan dan tingkah laku yang senantiasa menggambarkan nilai-
nilai agama, nilai-nilai hukum dan nilai-nilai budaya
8. Sikap dan perilaku yang menggambarkan nilai-nilai kebangsaan.
b. nilai-nilai yang membangun bangsa indonesia
1. Nilai Kejuangan
2. Nilai Semangat
3. Nilai Kebersamaan / Gotong royong
4. Nilai Kepedulian / Solidaritas
5. Nilai Sopan santun
6. Nilai Persatuan & Kesatuan
7. Nilai Kekeluargaan
8. Nilai Tanggung Jawab
c.faktor-faktor dalam membangun karakter bangsa indonesia
1. Ideologi

5
Diakses dari : http://massofa.wordpress.com/ pada 10 Oktober 2014
2. Politik
3. Ekonomi
4. Sosial Budaya
5. Agama
6. Normatif ( Hukum & Peraturan Perundangan )
7. Pendidikan
8. Lingkungan
9. Kepemimpinan
Berdasarkan riset yang dilakukan kemajuan suatu bangsa ternyata ditentukan
oleh karakter dan budayanya. Karena terdapat ciri-ciri karakter dalam sebuah
negara maju yaitu :
1. Hubungan dan tingkat saling percaya baik disertai nilai dan sikap positif,
optimis serta saling mendukung.
2. Sistem dan etika hukum jelas dan dipatuhi.
3. kewenangan adalah bertujuan untuk melayani masyarakat ( pejabat hidup
sederhana dan setara dengan rakyat).
4. Mampu bekerja keras dan memiliki sikap mulia, serta mampu
memberikan rasa kebahagiaan.
5. Memiliki orientasi untuk membuat hidup terencana dalam jangka waktu
yang panjang. Belum lagi data lain menunjukkan bahwa kemajuan suatu bangsa
pun ditentukan oleh inovasi dan kreativitas 45%, link atau network 25%,
kemampuan teknologi 20% dan terakhir 10%. Berdasarkan data tersebut di atas
maka jelaslah pendidikan karakter memiliki peran signifikan dalam menentukan
kemajuan suatu bangsa. Kita bangsa Indonesia wajib bersyukur dan bangga atas
berkat rahmat Allah SWT bahwa bangsa dan negara ini diberkati dengan
berbagai keunggulan potensial, terutama:
1. Keunggulan natural (alamiah): nusantara Indonesia amat luas (15 juta
km2, 3 juta km2 daratan + 12 juta km2 lautan, dalam gugusan 17.584 pulau);
amat subur dan nyaman iklimnya; amat kaya sumber daya alam (SDA); amat
strategis posisi geopolitiknya: sebagai negara bahari (maritim, kelautan) di silang
benua dan samudera sebagai transpolitik-ekonomi dan kultural postmodernisme
dan masa depan.
2. Keunggulan kuantitas-kualitas manusia (SDM) sebagai rakyat dan bangsa;
yang memiliki 235 juta penduduk, merupakan kekuatan besar untuk keunggulan.
3. Keunggulan sosiokultural dengan puncak nilai filsafat hidup bangsa
(Pancasila) yang merupakan jatidiri nasional, jiwa bangsa, asas kerohanian
negara dan sumber cita nasional sekaligus identitas dan integritas nasional.
4. Keunggulan historis; bahwa bangsa Indonesia memiliki sejarah keemasan:
kejayaan negara Sriwijaya (abad VII-XI); dan kejayaan negara Majapahit (abad
XIII-XVI) dengan wilayah kekuasaan kedaulatan geopolitik melebihi NKRI
sekarang (dari Taiwan sampai Madagaskar).
5. Keunggulan sistem kenegaraan Pancasila sebagai negara Proklamasi 17
Agustus 1945; terjabar dalam asas konstitusional UUD 45:
a. NKRI sebagai negara berkedaulatan rakyat (demokrasi);
b. NKRI sebagai negara hukum (rechtsstaat); c. NKRI sebagai negara bangsa
(nation state);
d. NKRI sebagai negara berasas kekeluargaan (paham persatuan, wawasan
nasional dan wawasan nusantara);
e. NKRI menegakkan sistem kenegaraan berdasarkan UUD Proklamasi yang
memancarkan asas konstitusionalisme melalui tatanan kelembagaan dan
kepemimpinan nasional dengan identitas Indonesia, dengan asas budaya dan asas
moral filsafat Pancasila yang memancarkan identitas martabatnya sebagai sistem
filsafat theisme-religious. Keunggulan potensial demikian sinergis yang
terpancarkan budaya dan moral Pancasila dalam mewujudkan cita-cita nasional.
Peranan Pendidikan Berdasarkan hal di atas, sudah saatnyalah pendidikan
nasional mengambil peranan penting dalam membentuk karakter bangsa.
Karakter bangsa seperti yang disebutkan di awal, bisa dikembalikan seperti
sedia kala dengan beberapa langkah, antara lain dengan:
1. Merubah mindset Perubahan cara berpikir, hendaknya tidak dilakukan
hanya oleh Pemerintah saja, namun juga seluruh elemen pendidikan, mulai dari
Pemerintah, sekolah, guru, murid, keluarga, hingga individu-individu pribadi.
Perubahan cara berpikir meliputi pemahaman tentang tujuan dan visi misi
pendidikan nasional.
2. Penataan ulang konsep pendidikan Pemerintah harus mengambil langkah-
langkah strategis dalam upaya pembangunan pendidikan nasional. Pemerintah
juga harus dapat menjamin bahwa seluruh anak usia sekolah dasar akan
memperoleh pendidikan dasar. Konsep pendidikan ke depan berupaya
menciptakan suasana belajar dan sumber belajar yang memungkinkan anak didik
mencapai kesejahteraan batin dalam belajar dengan penuh kebebasan, sesuai
dengan gaya belajar anak masing-masing. penciptaan suasana dan konsep
pendidikan, hendaknya berhubungan dengan nilai-nilai kreativitas serta
penciptaan.
3. Pemahaman tentang pilar pendidikan yang humanis Pendidikan bukan
hanya berupa transfer ilmu pengetahuan dari satu orang ke orang yang lain, tapi
juga mentransformasikan nilai-nilai ke dalam jiwa, kepribadian, dan struktur
kesadaran manusia itu. Hasil cetak kepribadian manusia adalah hasil dari proses
transformasi pengetahuan dan pendidikan yang dilakukan secara humanis.
4. Pemahaman bahwa pendidikan adalah faktor kunci Pendidikan menjadi
kunci bagi semua hal, dengan pendidikan, manusia memiliki daya untuk
membagi pengetahuan meski tidak harus berlevel-level. Namun dari
pendidikanlah semua ilmu pengetahuan dapat dikuasai, dan pemahaman tentang
suatu hal dapat terjadi. Oleh karena itu, penting bahwa pemahaman pendidikan
sebagai faktor kunci dipahami dengan baik, untuk membuka cakrawala berpikir
dengan luas.
5. Dilakukan terprogram bersama-sama Seluruh program pendidikan
haruslah saling menunjang satu sama lain. Saling mendukung, itulah fungsi
saling mengisi satu sama lain, antar program pendidikan.
6. Bergerak bersama-sama dengan semua elemen Sebuah mobil tidak akan
berjalan, bila roda-rodanya berjalan saling berlawanan arah. Ibarat roda, elemen-
elemen pendidikan, pihak-pihak yang menangani persoalan pendidikan haruslah
berjalan beriringan dan selaras satu lain. Pemerintah, legislatif, sekolah, guru,
siswa, bahkan keluarga dan individu, harus paham dan siap bergerak bersama-
sama. Akhirnya, pendidikan mengambil peranan yang tidak pernah usai dan tidak
berujung dalam rangka membangun karakter bangsa yang utuh, karena karakter
bangsa itu sendiri selalu berproses menurut perkembangan dan dinamika bangsa.
Karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Keberlanjutan
proses ini memerlukan komitmen, konsistensi, dan waktu yang lama. Tak lupa
pula, pembentukan karakter bangsa diperlukan keterlibatan seluruh komponen
bangsa guna membangun Indonesia yang maju, mandiri, kuat, dan
berkepribadian.6
A. Pancasila Sebagai dasar Negara
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang
dalam ilmu kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara
(philosofische Gronslag). Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber
nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk
sebagai sumber tertib hukum di negara Republik Indonesia. Konsekuensinya
seluruh peraturan perundang-undangan serta penjabarnya senantiasa berdasarkan
nilai nilai yang terkandung dalam sila sila Pancasila.
Dalan konteks inilah maka Pancasila murupakan suatu asas kerohanian
negara, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma dan kaidah baik moral
maupun hukum dalam negara Republik Indonesia. Kedudukan Pancasila yang
demikian ini justru mewujudkan fungsinya yang pokok sebagai dasar negara
Republik Indonesia, yang manifestasinya dajibarkan dalam suatu peraturan
perundang-undangan. Oleh karena itu pancasila merupakan sumber hukum dasar

6
Diakses dari : http:// wartawarga.gunadarma.ac.id pada 10 Oktober 2014
negara baik yang tertulis yaitu Undang Undang Dasar negara maupun hukum
dasar tidak atau convensi.
B. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Nilai-nilai Pancasila, yang telah diwariskan kepada Bangsa Indonesia
merupakan nilai sari dan puncak dari sosoial budaya yang senantiasa melandasi
tata kehidupan sehari-hari. Tata nilai budaya yang telah berkembang dan
dianggap baik, serta diyakini ikebenarannya ini dijadikan sebagai pandangan
hidup dan sumber nilai bagi bangsa Indonesia. Sumber nilai tersebut antara lain
adalah:
a) Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa
b) Asas kekeluargaan
c) Asas musyawarah mufakat
d) Asas tenggang rasa dan tepo seliro.
Dari nilai nilai inilah kemudian lahir adanya sikap yang mengutamakan
persatuan, kerukunan, keharmonisan, dan kesejahteraan yang sebenarnya sudah
lama dipraktekkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Pandangan hidup bagi suatu
bangsa seperti pancasila sangat penting artinya karena merupakan pegangan yang
mantap, agar tidek terombang ambing oleh keadaan apapun, bahkan dalam era
globalisasi dewasa.
C. Pancasila Sebagai Dasar Nagara
Sebagai dasar negara, Pancasila tercantum di dalam alinea IV pembukaan
UUD 1945 yang merupakan landasan yuridis konstitusional dan dapat disebut
sebagai ideologi Negara.
Sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara
hukum sehingga semua peraturan hukum / ketatanegaraan yang bertentangan
dengan pancasila harus dicabut. Perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
negara, dalam bentuk peraturan perundang undangan bersifat imperative
(mengikat) bagi
a) Penyelenggaraan negara
b) Lembaga kenegaraan
c) Lembaga kemasyarakatan
d) Warga negara Indonesia dimana pun berada, dan
e) Penduduk di seluruh wilayah negara kesatuan republik Indonesia
Dalam tinjauan yuridis konstituisi, Pancasila sebagai dasar negara
berkedudukan sebagai norma objektif dan norma tertinggi dalam negara,
ketetapan MPRS No.XX/MPRS/ 1966,jo. Tap. MPR No. V/MPR/ 1973,jo. Tap.
MPR No. IX/ MPR / 1978.Penegasan kembali Pancasila sebagai dasar negara,
tercantum dalam Tap. MPR No. XVIII / MPR / 1998.
Sebagai dasar negara, Pancasila memang tidak memiliki parameter dan
ukuran yang jelas sehingga memberi peluang bagi siapa saja untuk menfsirkan
sesuai dengan latar belakang pemikiran dan kepentinganya.
Ketika presiden pertama RI Soekarno yang mempopulerkan PANCASILA
sebagai dasar Negara berkuasa,maka pancasila sejati adalah pendukung Nasokom
(nasionalis,agama, dan komunis). Zaman Soekarno pancasilais sejati mengacu
kepada doktrin eka prasetya pancakarsa (P-4 alias pedoman penghayatan dan
pengalaman pancasila) dan mendapat justifikasidengan pola penataran P-4
hingga berpuluh puluh jam lamanya.
Padahal dasar negara adalah fondamen sebuah pemerintahan Negara. Dalam
UUD ’45 dasar Negara secara formal diletakkan pada BAB agama yaitu Ps. 29
ayat 1:Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa. Bagaimana
penjelasan masalah ini?
Bukan itu saja yang membuat resah, saat menghadapi situasi krisis seperti
sekarang. Undang-undang dasar 1945 yang telah di ubah (diamandemen)
sebanyak empat kali dinilai tidak sah.
Akibatnya, timbul kerancuan dalam ketatanegaraan Indonesia. Menurut
Tyasona Sudarto. Mantan kepala staf TNI AD, dalam sebuah diskusi yang di
selenggarakan Sekolah tinggi agama islam nahdiatul ulama di Jakarta, rabu (3/1),
mengatakan, UUD 1945 yang telah diamandeman saat ini illegal. Pasalnya, UUD
tersebut telah di jalankan meskipun UUD 1945 yabg asli belum dicabut
penggunaanya.
Selain itu, UUD diubah juga belum disahkan dalam lembaran Negara. “UUD
1945 yang diamandemen tidak sah secara hukum, “ujar Tyasno, yang juga
deklarator Revolusi Nurani. Oleh karena itu Undang-Undang dan aturan hukum
yang menginduk kepada UUD 1945 juga tidak sah. Kondisi tersubut membuat
landasan ketatanegaraan di Indonesia tidak jelas. Karna itu, UUD Indonesia
harus segera di kembalikan lagi ke UUD 1945. penamaan UUD 1945 yang telah
diamandemen dengan menggunakan nama yang sama juga membingungkan
masyarakat. Karena itu, bangsa Indonesia harus kembali kepada jati dirinya dan
konsisten terhadap cita-cita proklamasi, UUD 1945, pancasila, dan Bhineka
Tunggal Ika,”kata Tyasno.
D. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bersama-sama dengan pasal-pasal
Undang-Undang Dasar 1945, disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945,
dan diundangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No.7. Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Konsekunsinya keduanya memiliki kedudukan
hukum yang berlainan, namun keduanya terjalin dalam suatu hubungan kesatuan
yang kasual dan organis.
E. Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib Hukum Tertinggi
Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalama kaitannya dengan tertib hukum
Indonesia memiliki dua aspek yang sangat fundamental yaitu : pertama,
memberikan faktor-faktor mutlak bagi terwujudnya tertib hukum Indonesia, dan
kedua, memasukan diri dalam tertib hukum Indonesia, sebagai tertib hukum
Indonesia sebagai tertib hukum tertinggi.
Dalam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara Republik
Indonesia, pada hakikatnya merupakan suatu dasar dan asas korekhanian dalam
setiap aspek penyelenggaraan negara termasuk dalam penyusunan tertib hukum
Indonesia. Maka kedudukan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum Indonesia.
F. Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Adanya Tertib Hukum Indonesia.
Dalam Alinea keempat Pembukaan UUD 1945, termuat unsur-unsur yang
menurut ilmu hukum disyaratkan bagi adanya suatu tertib hukum di Indonesia
(rechts code) atau, (legal order), yaitu suatu kerbulatan dan keseluruhan
peraturan-peraturan hukum.
Adapun syarat-syarat tertib hukum yang dimaksud adalah meliputi empat hal
yaitu: Adanya kesatuan subjek, yaitu penguasa yang mengadakan peraturan
hukum. Hal ini terpenuhi dengan adanya suatu Pemerintahan Negara Republik
Indonesia (Pumbukaan UUD 1945 al.IV). Adanya kesatuan asas kerokhanian,
yang merupakan suatu dasar dari keseluruhan peraturan-peraturan hukum, yang
merupakan sumber dari segala sumber hukum. Hal ini terpenuhi oleh adanya
dasar filsafat negara Pancasila sebagaimana tercantum dalam alinea IV
Pembukaan UUD 1945.
Adanya kesatuan daerah, di mana peraturan-peraturan hukum itu berlaku,
terpenuhi oleh kalimat seluruh tumpah darah Indonesia, sebagaimana tercantum
dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945. Adanya kesatuan waktu, di mana
seluruh peraturan-peraturan hukum itu berlaku. Hal ini terpenuhi dengan kalimat
pada alinea IV Pembukaan UUD 1945, “….maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia”.
Hal ini menunjukan saat mulai berdiriinya neagara Republik Indonesia yang di
sertai dengan suatu tertib hukum sampai seterusnya selama kelangsungan hidup
negara RI.
Dengan demikian maka seluruh peraturan hukum yang ada di dalam wilayah
negara Republik Indonesia sejak saat di tetapkannya pembukaan UUD 1945
secara formal pada tanggal 18 Agustus 1945 telah memenuhi syarat sebagai suatu
tertib hukum negara. Adapun syarat-syarat tersebut pada hakikatnya sebagaimana
terkandung dalam UUD 1945 itu sendiri. Di dalam suatu tertib hukum terdapat
urutan-urutan susunan yang bersifat hierarkhis, dimana UUD (pasal-pasalnya)
bukanlah merupakan suatu tertib hukum yang tertinggi. Di atasnya masih
terdapat suatu norma dasar yang menguasai hukum dasar termasuk UUD maupun
convensi, yang pada hakikatnya memiliki kedudukan hukum yang lebih tinggi
yang dalam ilmu hukum tata negara disebut sebagai staatsfundamentalnorm.
Maka kedudukan pembukaan UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia adalah
sebagai berikut:
Pertama: menjadi dasarnya, karena pembukaan UUD 1945 memberikan
faktor-faktor mutlak bagi adanya suatu tertib hukum Indonesia. Hal ini dalam
penbukaan UUD 1945 telah terpenuhi adanya empat syarat adanya suatu tertib
hukum.
Kedua: pembukaan UUD 1945 memasukan diri di dalamnya sebagai
ketentuan hukum yang tertinggi, sesuai dengan kedudukannya yaitu sebagai asas
bagi hukum dasar baik yang tertulis (UUD), maupun hukum dasar yang tidak
tertulis (convensi), serta peraturan hukum yang lainnya yang lebih rendah (
Notonagoro, 1974 : 45)
G. Pembukaan UUD 1945
Sebagai Pokok Kaidah Nagara yang Fundamental Berdasarkan unsur-unsur
yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, maka menurut ilmu hukum tata
negara bahwa pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya telah memenuhi syarat
sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental (Staatsfundamentalnorm)
Pengertian menurut sejarah terjadinya, pembukaan UUD 1945 di tentukan
oleh pembentuk negara dan pada hakikatnya terpisah dengan batang tubuh UUD
1945. Tentang pengertian Pembentuk Negara, dapat di pahami dari hal-hal sebagi
berikut:
Panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang secara representatif
merupakan wakil-wakil bangsa Indonesia yang berjuang menegakan
kemerdekaan dan mendirikan Republic Indonesia. Hal ini berarti bahwa pada
saat PPKI ini menetapkan pembukaan UUD 1945 mempunyai kualitas dan
kedudukan sebagai pembentuk negara, oleh karna lembaga tersebut melakukan
tugas itu atas kuasa dan bersama-sama denagn rakyat untuk membentuk dan
menetapkan berdirinya negara Republik Indonesia setelah menetapkan secara
yuridis berdirinya negara Indonesia berserta pembukaan UUD 1945, maka
berakhirlah adanya kualitas pembentuk negara dan rakyat Indonesia secara
keseluruhan merupakan unsur dari negara.
Pokok kaidah negara yang fundamental tersebut menurut ilmu hukum
mempunyai hakikat dan kedudukan hukum yang tetap. Terlekat pada
kelangsungan hidup negara dan oleh karena berkedudukan sebagai tertib hukum
tertinggi maka secara hukum tidak dapat di ubah, karena mengubah pembukaan
UUD 1945 sama halnya dengan pembubarannegara Republik Indonesia
(Notonagoro, 1974 : 45)
Hakikat kendudukan pembukaan UUD 1945 dalam hubungannya dengan
pasal-pasal UUD 1945, diantara para ahli hukum sementara memang terdapat
suatu tinjauan yang berbeda, walaupun pada akhirnya tiba pada suatu kesimpulan
yang sejalan di satu pihak berpendapat bahwa pembukaan UUD 1945 dengan
pasal-pasalnya itu adalah merupakan suatu kesatuan, sedangkan di pihak lain
menyatakan bahwa di antara keduanya pada hakikatnya terpisah. Namun
demikian karna hakikat kedudukan pembukaan UUD 1945 tersebut secara
fundamental dan ilmiah yang memiliki kendudukan yang kuat dan terlekat pada
kelangsungan hidup negara maka kedua pendapat tersebut akhirnaya tiba pada
suatu kesimpulan yang sama sebagai berikut:
Sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, dalam hukum mempunyai
hakikat kedudukan yang tetap kuat dan tidak berubah, terlekat pada
kelangsungan hidup Negara yang telah di bentuk:
Dalam jenjang hierarki tertib hukum, pembukaan UUD 1945 sebagai pokok
kaidai negara fundamental adalah berkedudukan yang tertinggi sehingga
memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari pada pasal-pasal UUD 1945, sehinga
secara hukum dapat dikatakan terpisah dari pasal-pasal UUD 1945.
Pengertian “ Tepisah” sebenarnya bukan berati tidak memiliki hubungan sama
sekali dengan batang tubuh (pasal-pasal) UUD 1945, akan tetapi justru anatara
pembukaan UUD 1945 denagn batang tubuh UUD 1945 terdapat hubungan “
Kausal organis”, dimana UUD harus menciptakan pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam pembukaan UUD 1945.
H. Pembukaan UUD 1945 Tetap Terlekat Pada Kelangsungan
Hidup Negara Republik Indonesia 17 Agustus 1945
Berdasarkan hakikat kedudukan pembukaan UUD 1945 sebagai naskah
proklamasi yang terinci, sebagai penjelma proklamasi kemerdekaan 17 agustus
1945, serta dalam ilmu hukum memenuhi syarat bagi adanya suatu tertib hukum
di Indonesia, dan sebagai Pokok Kaidah Negara yang fundamental
(staatsfundamentalnorm), maka pembukaan UUD 1945 memiliki hakikat
kedudukan hukum yang kuat bahkan secara yuridis tidak dapat diubah, terlekat
pada kelangsungan hidup negara.
I. Pengertian Isi Pembukaan UUD 1945
Alinea pertama “ Bahwa sesungunya kemerdekaan itu adalah hak segala
bangsa dan oleh karena itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,
karena tidak sesuai dengan peri kemanusian dan peri keadilan” Dalam alinea
pertama tersebut terkandung suatu pengakuan tentang nilai ‘hak kodrat’, yaitu
yang tersimpul dalam kalimat “bahwa kemerdekaan adalah hak segala
bangsa…”. Hak kodrat adalah hak yang merupakan karunia dari Tuhan yang
Maha Esa, yang melekat pada manusia sebagi makhluk individu dan makhluk
sosial. Dalam pernyataan tersebut ditegaskan bahwa kemerdekaan adalah segala
hak segala ‘bangsa’ bukan hak individu saja sebagaimana deklarasi negara
liberal. Bangsa adalah sebagi suatu penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai
individu dan makhluk sosial.
Alinea kedua“ Dan perjuangan pergerakan kemerdek-aan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang yang berbahagia dengan selamat sentausa
mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara
Indonesia yang merdeka, bersatu,berdaulat adil dan makmur” Berdasarkan
prinsip yang bersifat universal ada alinea pertama tentang hak kodrat akan
kemerdekaan, maka bengsa Indonesia merealisasikan perjuangannya dalam suatu
citi-cita bangsa dan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Alinea kedua ini sebagai suatu konsekuensi logis dari pernyataan akan
kemerdekaan pada alinea pertama.
Pengertian negara yang merdeka adalah negra yang benar-benar bebas dari
kekuasaan bangsa lain, dapat menentukan nasibnya sendiri bukan negara
protektorat jadi suatu bangsa dan negara yang benar-benar bebas dari kekuasaan
dan campur tangan bangsa lain. “Bersatu” mengandung pengertian pertama-tama
sesuai dengan pernyataan kemerdekaan dimana pengertian “Bangsa” ini
dimaksudkan sebagi kebulatan karena unsur pertama negara adalah bangsa 3.
Alinea ketiga “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan
didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,
maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”. Dinyatakan
kembali Proklamasi pada alinea ke III Pembukaan UUD 1945, menunjukkan
bahwa antara Pembukaan dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah merupakan
satu kesatuan, namun perlu diketahui bahwa Proklamasi 17 Agustus 1945 perlu
diikuti dengan suatu tindak lanjut, yaitu membentuk negara dan hal ini dirinci
dalam Pembukaan UUD 1945. Pengakuan “nilai religius”, yaitu dalam
pernyataan Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Hal ini mengandung
makna bahwa negara Indonesia mengakui nilai-nilai religius, bahkan merupakan
suatu dasar dari hukum positif negara maupun dasar moral negara. Secara
filosofis bangsa Indonesia mengakui bahwa manusia adalah makhluk Tuhan
Yang Maha Kuasa, sehingga kemerdekaan dan negara Indonesia disamping
merupakan hasil jirih payah perjuangan bangsa Indonesia, dan juga yang
terpenting adalah merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pengakuan “nilai moral”, yang terkandung dalam pernyataan ‘didorong oleh
keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas’. Hal ini
mengandung makna bahwa negara dan bangsa Indonesia mengakui nilai-nilai
moral dan hak kodrat untuk segala bangsa. Demikian juga nilai-nilai moral dan
nilai kodrat tersebut merupakan asas bagi kehidupan kenegaraan bangsa
Indonesia.
“Pernyataan kembali Proklamasi”, yang tersimpul dalam kalimat “.. maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”. Hal ini dimaksudkan
sebagai penegasan dan rincian lebih lanjut naskah Proklamasi 17 Agustus 1945.
Alinea Keempat “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”.
Setelah dalam alinea pertama, kedua, dan ketiga dijelaskan tentang alas an
dasar, serta hubungan langsung dengan kemerdekaan, maka dalam alinea
keempat sebagai kelanjutan berdirinya negara republik Indonesia tanggal 17
Agustus 1945, dirinci lebih lanjut tentang prinsip-prinsip serta pokok-pokok
kaidah pembentukan pemerintah negara Indonesia, di mana hal ini dapat
disimpulkan dari kalimat “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan Negara Indonesia”.
Pemerintahan dalam susunan kalimat “Pemerintah Negara Indonesia..”, hal
ini dimaksudkan dalam pengertian sebagai penyelenggara keseluruhan aspek
kegiatan negara dan segala kelengkapannya (government) yang berbeda dengan
pemerintah negara yang hanya menyangkut salah satu aspek saja dari kegiatan
penyelenggaraan negara yaitu aspek pelaksana (executive) (Sulandra, 1979 :
230).7
A. Pentingnya Pancasila
1. Analisis Historis Bangsa Indonesia
terbentuk melalui proses yang panjang, dimulai pada jaman kerajaan Kutai,
Sriwijaya, majapahit sampai pada datengnya penjajah. Indonesia berjuang untuk
menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang merdeka dan memiliki suatu prinsip
yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup, di dalamnya
tersimpul ciri khas, sifat karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. Oleh
para pendiri bangsa kita (the founding father) dirumuskan secara sederhana
namun mendalam yang meliputi lima prinsip (sila) dan diberi nama Pancasila.
Secara Historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila
sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara
obyektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilai-
nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau
bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila. (kaelan, 2002)
2. Analisis Yuridis
Landasan yuridis adalah landasan yang berdasarkan atas aturan yang dibuat
setelah melalui perundingan, permusyawarahan. Landasan yuridis pancasila
terdapat dalam alinea IV Pembukaan UUD”45, antara lain di dalamnya terdapat
rumusan sila-sila Pancasila sebagai dasar negara yang sah. Landasan yuridis
(hukum) perkuliahan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi diatur dalam UU
No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 menyatakan : Isi
kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan
Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan.

7
Diakses dari : http://blog.umy.ac.id/suhe08/2011/12/14/pancasila-dalam-konteks-ketatanegaraan-
republik-indonesia/ pada tanggal 10 Oktober 2014.
Demikian juga berdasarkan SK Mendiknas RI, No.232/U/2000, tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa, pasal 10 ayat 1 dijelaskan bahwa kelompok Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan, wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi, yang
terdiri atas Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan PKn.
3. Analisis Filosofis
Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atas filsafat atau
pandangan hidup. Pancasila merupakan dasar filsafat negara. Dalam aspek
penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai pancasila termasuk
sistem perundang-perundangan.
Secara Filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai
bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan
obyektif bahwa manusia adalah mahluk Tuhan YME. Setiap aspek
penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk
sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam
realisasi kenegaraan termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan
suatu keharusan bahwa Pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan
kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, sosial
budaya, maupun pertahanan keamanan.
Argumen Pancasila merupakan dasar Negara kita. Sudah selayaknya jika
Pancasila masih sangat diperlukan oleh negara kita ini. Karena Pancasila
merupakan pandangan hidup, ideologi dan ciri khas budaya negara kita. Andai
saja Pancasila sudah tidak diterapkan lagi, maka sudah bisa dibayangkan
kemungkinan negara kita ini akan jauh dari identitas bangsa sebelumnya.
B. Konsep Adil dan Beradab pada Sila Kedua
Adil terutama mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan
didasarkan atas norma-norma yang objektif, tidak subjektif apalagi sewenang-
wenang (Bolo, 2000). Beradab berasal dari kata adab yang berarti budaya. Jadi,
beradab berarti berbudaya. Ini mengandung arti bahwa sikap hidup, keputusan,
dan tindakan selalu berdasarkan nilai-nilai budaya, terutama norma sosial dan
kesusilaan (moral). Adab terutama mengandung pengertian tata kesopanan,
kesusilaan atau moral. Dengan demikian, bearadab dapat ditafsirkan sebagai
berdasar nilai-nilai kesusilaan dan nilai-nilai moral kehidupan.
Jadi, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah kesadaran sikap dan
perbuatan mausia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam
hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya, baik terhadap diri
pribadi, sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan. Pada prinsipnya
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah sikap dan perbuatan manusia yang
sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang berbudi, pekerti, dan berbudaya.
Di dalam sila ke II Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab telah tersimpul
cita-cita kemanusiaan yang lengkap, yang memenuhi seluruh haakikat mahkluk
manusia. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah suatu rumusan sifat
keluhuran budi manusia (Indonesia). Dengan Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab, maka setiap warga Negara mempunyai kedudukan yang sederajat dan
sama-sama terhadap Undang-Undang Negara, mempunyai hak dan kewajiban
yang sama; setiap warga Negara dijamin haknya serta kebebasannya yang
menyangkut hubungan dengan Tuhan, dengan orang-orang seorang, dengan
Negara, dengan masyarakat, dan menyangkut pula kemerdekaan menyatakan
pendapat dan mencapai kehidupan yang layak sesuai dengan hak asasi manusia.
Hakikat pengertian di atas sesuai dengan bunyi pada Pembukaan UUD 1945
alinea pertama “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan …. ”. Selain itu mengacu juga
pada Pasal 27, 28, 29,30,dan 31 UUD 1945 dan Ketetapan MPR Nomor
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila,
memberikan petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan sila
“Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.”
C. Disintegrasi Suatu Bangsa
Disintegrasi adalah adanya perpecahan atau pemisahan dari suatu bangsa.
Bila dicermati adanya gerakan pemisahan diri sebenarnya sering tidak berangkat
dari idealisme untuk berdiri sendiri akibat dari ketidak puasan yang mendasar
dari perlakuan pemerintah terhadap wilayah atau kelompok minoritas seperti
masalah otonomi daerah, keadilan sosial, keseimbangan pembangunan,
pemerataan dan hal-hal yang sejenis. (Isnaini, 2001)
Sebagai salah satu contoh disintegrasi yang telah terjadi di Indonesia adalah
kasus ingin memisahkan diri Papua oleh beberapa kelompok. Saat ini, kasusnya
makin rumit dan makin komplek ketika penangananya banyak yang melanggar
Hak Asasi Manusia, Dan kasus Papua dimulai karena kurang perhatiannya
pemerintah pusat terhadap daerah Papua sehingga memunculkan sikap
penentangan.
Menurut saya, faktor-faktor yang menyebabkan dalam kasus Papua ini
adalah adanya ketidakadilan pemerintah kepada masyarakat Papua, kekayaan
Papua yang sangat melimpah sehingga mereka beranggapan bahwa mereka dapat
mengurus diri sendiri, mudah terpengaruhnya masyarakat Papua untuk
memisahkan diri dari bangsa asing, adanya perkembangan politik saat ini, dll.
Untuk memulihkan keadaan Papua kembali seperti semula, diperlukan
beberapa faktor-faktor perekat misalnya perlu adanya formula yang efektif untuk
mengatasinya. Formula yang penuh kasih dan menjauhkan dari sifat merusak,
membunuh dan menghancurkan.
Solusinya adalah perlunya pemerintah pusat untuk memberikan bagian yang
besar atas hasil kekayaan Papua untuk Kesejahteraan Papua. Sebisanya kedua
belah pihak untuk menghindari penggunan senjata ataupun kekerasan dalam
memecahkan setiap masalah. Saling memaafkan, saling sayang menyayangi dan
saling menghormati harus di kembangkan. Lebih-lebih militer yang bertugas
disana harus meningkatkan kesabaran dan sopan santunya terhadap penduduk
asli Papua.
D. Konsep Demokrasi Pancasila dalam Sila Ke-4
Demokrasi merupakan nilai dari pancasila, dimana nilai tersebut memiliki
makna dan hubungan yang erat. Adapun makna yang terkandung dalam pancasila
sila ke-4 “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan” adalah sebagai berikut (Jimly, 2009) :
1. Setiap warga negara Indonesia memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang
sama.
2. Tidak Boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
5. Didalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan
pribadi atau golongan.
6. Memberikan kepercayaan kepada wakil-Wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan permusyawaratan.
Argumen Sebenarnya pemilihan presiden secara langsung itu menyimpang
dari Pancasila pada sila ke-4. Ini dikarenakan dalam Pancasila sila ke-4 terdapat
kata “Permusyawaratan Perwakilan”. Jadi dalam hal ini yang boleh memilih
presiden adalah DPR dan DPD memalui jalan permusyawaratan. Namun,
menurut saya pemilihan presiden secara langsung merupakan hal yang cukup
baik. Karena dengan demikian, masyarakat dapat memilih pemimpinnya sesuai
dengan hati nuraninya.
E. Teori-Teori Keadilan
1. Teori Plato
Plato berpendapat bahwa keadilan adalah diluar kemampuan manusia biasa.
Sumber ketidakadilan adalah adanya perubahan dalam masyarakat. Untuk
mewujudkan keadilan masyarakat harus dikembalikan pada struktur aslinya,
domba menjadi domba, penggembala menjadi penggembala. Tugas ini adalah
tugas negara untuk menghentikan perubahan. Dengan demikian keadilan bukan
mengenai hubungan antara individu melainkan hubungan individu dan negara.
Bagaimana individu melayani negara. (Syarbaini, 2003)
2. Teori Aristoteles
Keadilan sering diartikan sebagai ssuatu sikap dan karakter. Sikap dan
karakter yang membuat orang melakukan perbuatan dan berharap atas keadilan
adalah keadilan, sedangkan sikap dan karakter yang membuat orang bertindak
dan berharap ketidakadilan adalah ketidakadilan. Untuk mengetahui apa itu
keadilan dan ketidakadilan dengan jernih, diperlukan pengetahuan yang jernih
tentang salah satu sisinya untuk menentukan secara jernih pula sisi yang lain.
Jika satu sisi ambigu, maka sisi yang lain juga ambigu.
3. Teori John Rawls
Lain halnya dengan Aristoteles, John Rawls yang hidup pada awal abad 21
lebih menekankan pada keadilan sosial. Hal ini terkait dengan munculnya
pertentangan antara kepentingan individu dan kepentingan negara pada saat itu.
Rawls melihat kepentingan utama keadilan adalah (1) jaminan stabilitas hidup
manusia, dan (2) keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan
bersama.
Rawls berpendapat bahwa yang menyebabkan ketidakadilan adalah situsi
sosial sehingga perlu diperiksa kembali mana prinsip-prinsip keadilan yang dapat
digunakan untuk membentuk situasi masyarakat yang baik.
4. Teori Thomas Hobbes
Suatu perbuatan dapat dikatakan adil apabila telah didasarkan pada
perjanjian-perjanjian tertentu. Artinya seseorang yang berbuat berdasarkan
perjanjian yang telah disepakati. Menurutnya, ketidakadilan terjadi apabila telah
melanggar hukum perjanjian tersebut.
5. Teori Drs. Kahar mahsyur
Drs. Kahar Masyhur memberikan defenisi tentang adil ialah meletakkan
sesuatu pada tempatnya, menerima hak tanpa lebih dan memberikan hak orang
lain tanpa kurang serta memberikan hak setiap yang berhak secara lengkap tanpa
lebih tanpa kurang antara sesama yang berhak, dalam keadaan yang sama dan
penghukuman orang jahat atau yang melanggar hukum sesuai dengan kesalahan
dan pelanggarannya.
Argumen Penerapan teori keadilan yang baik menurut saya adalah dengan
menggabungkan dari ke 5 teori tersenut. Di mana keadilan harus benar-benar
ditegakkan di Indonesia, sesuai porsinya, tidak memandang bulu dan sesuai
dengan hukum yang berlaku.8
9. Pengertian Identitas Nasional
Identitas nasional dapat diartikan sebagai kepribadian nasional, yang diambil
dari bahasa inggris yaitu national identity.Kepribadian nasional atau jatidiri
nasional adalah jatidiri yang telah dimiliki suatu bangsa, yang juga diadopsi dari
nilai-nilai budaya dan nilai-nilai agama yang telah diyakini bangsa tersebut
tentang kebenarannya.
Menurut Parsudi Suparlan, identitas atau jatidiri dapat diartikan sebagai
“pengenalan atau pengakuan terhadap seseorang yang termasuk dalam suatu
golongan yang dilakukan berdasarkan atas serangkaian ciri-ciri yang merupakan
suatu satuan bulat dan menyeluruh, serta menandainya sehingga ia dapat
dimasukkan dalam golongan tersebut.”
Pengertian kepribadian suatu identitas sebenarnya pertama kali muncul dari
pakar psikologi.Manusia sebagai individu sulit dipahami jika terlepas dari
manusia lainnya.Oleh karena itu manusia dalam melakukan interaksi dengan
individu lainnya senantiasa memiliki suatu sifat kebiasaan, tingkah laku, serta
karakter yang khas yang membedakan manusia tersebut dengan manusia
lainnya.Namun demikian pada umumnya pengertian atau istilah kepribadian
sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitas dari faktor-faktor
biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu.

8
Diakses dari:http://ahmad-tafrizi.blog.ugm.ac.id/2013/01/06/makalah-pancasila/ pada tanggal 10
Oktober 2014.
Tingkah laku tersebut terdidri atas kebiasaan,sikap, sifat-sifat serta karakter yang
berada pada seseorang sehingga seseorang tersebut berbeda dengan orang yang
lainnya. Oleh karena itu kepribadian adalah tercermin pada keseluruhan tingkah
laku seseorang dalam hubungan dengan manusia lain.
Istilah “identitas nasional” secara terminologis adalah suatu ciri yang
dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut
dengan bangsa lain. Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap
bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendidri-sendiri sesuai dengan
keunikan, sifat, cirri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Jadi Identitas
nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat dengan wilayah dan selalu memiliki
wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah, sistim
hukum/perundang undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja
berdasarkan profesi.
A. Unsur Pembentuk Identitas Nasional Indonesia
Salah satu identitas yang melekat pada bangsa Indonesia adalah sebutan
sebagai sebuah negara yang majemuk. Kemajukan ini merupakan perpaduan dari
unsur-unsur yang menjadi inti identitas di atas: sejarah, kebudayaan, suku
bangsa, agama, dan bahasa
a. Sejarah
Menurut catata sejarah, sebelum menjadi sebuah negara, bangsa Indonesia
pernah mengalami masa kejayaan yang gemilang.Dua kerajaan Nusantara,
Majapahit dan Sriwijaya misalny, dikenal sebagai pusat kerajaan
Nusantara.Semangat juang bangsa Indoensian dalam mengusir penjajah telah
menjadi ciri khas tersendiri bagi bangsa Indonesia yang kemudian menjadi salah
satuunsur pembentuk identitas nasionalnya.
b. Kebudayaan
Aspek kehidupan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi
tiga unsur, yaitu akal budi, peradaban, dan pengetahuan.
c. Suku Bangsa
Tradisi bangsa Indonesia untuk hidup bersama dalam kemajukan merupakan
unsur lain yang harus dikembangkan dan dibudayakan. Kemajukan alamiah
bangsa Indonesia dapat dilihat pada keberadaan ribuan suku, bahasa, dan budaya.
d. Agama
Keanekaragam agama dan kepercayaan di Indonesia tidak hanya dijamin
oleh konstitusi negara, tapi juga meruapan rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang
harus dipelihara dan disyukuri bangsa Indonesia.
e. Bahasa
Bahasa Indonesia adalah salah satu identitas nasional yang penting. Bahasa
Indonesiamemiliki nilai tersendiri bagi bangsa Indonesi, ia telah memberikan
sumbangan besar pada pembentukan persatuan dan nasionalisme Indonesia.

B. Identitas Nasional dari Negara Indonesia


Salah satu identitas yang telah melekat pada Negara Indonesia adalah
keBinneka Tunggal Ika. Ungkapan Binneka Tunggal Ika dalam lambang nasional
terletak pada simbol burung garuda dengan lima simbol yang mewakili sila-sila
dalam dasar Negara Pancasila.
Beberapa bentuk identitas nasional Indonesia, adalah sebagai berikut:
1. Bahasa nasional atau bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia berawal dari bahasa melayu yang dibgunakan sebagai
bahasa pergaulan yang kemudian diangkat sebagai bahasa nasional pada tanggal
28 oktober 1928.
2. Bendera Negara yaitu sang merah putih
Warna merah berarti berani dan putih berarti suci.Bendera merah petih
pertama kali dikibarkan pada tanggal 17 agustus 1945, namun telah ditunjukkan
pada peristiwa sumpah pemuda.
3. Lagu kebangsaan Indonesia yaitu Indonesia raya
Lagu Indonesia sebagai lagu kebangsaan pertama kali dinyanyikan pada
tanggal 28 oktober 1928.
4. Lambang Negara yaitu garuda pancasila
Garuda adalah burung khas Indonesia yang dijadikan sebagai lambang
Negara.
5. Semboyan Negara yaitu bhineka tunggal ika
Artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua.Menunjukkan Indonesia adalah
bangsa yang heterogen namun tetap berkeinginan untuk menjadi bangsa yang
satu, yakni Indonesia.
6. Dasar falsafah Negara yaitu pancasila
Berisi lima sila yang dijadikan sebagai dasar falsafat dan ideology dari
Negara Indonesia. Selain itu pancasila berkeedudukan sebagai dasar Negara dan
ideology nasional.
7. Hukum dasar Negara yaitu UUD 1945
Merupakan hukum dasar tertinggi dalam tata urutan perundang-undangan
dan dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan Negara.
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
Bentuk Negara kita adalah kesatuan, bentuk pemerintahan adalah republik
dan sistem politik yang digunakan adalah system demokrasi.
9. Konsepsi wawasan nusantara
Sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya
yang serba beragam dan memiliki nilai strategis dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan
nasional.
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional.
Sebagai Negara kesatuan Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa,
sehingga Indonesia memiliki kebudayaan daerah yang sangat kompleks.

C. Peran Pancasila sebagai Identitas Nasional


Bagi Bangsa Indonesia, jatidiri bangsa dalam bentuk kepribadian
nasional ini telah disepakati sejak Bangsa Indonesia menyatakan
kemerdekaannya. Kesepakan itu, telah muncul lewat pernyataan pendiri Negara
(founding fathers and mothers) dengan wujud pancasila, yang di dalamnya
menganduk lima nilai-nilai dasar sebagai gambaran berpola Bangsa Indonesia,
yang erat dengan jiwa, moral, dan kebribadian bangsa
Pancasila adalah kepribadian bangsa yang digali dari nilai-nilai yang
telah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan budaya Bangsa
Indonesia.Sebagai indentitas dan kepribadian Bangsa Indonesia, Pancasila adalah
sumber motivasi, inspirasi, pedoman berprilaku sekaligus standar
pembenarannya.Dengan demikian segala ide, pola aktifitas, prilaku, serta hasil
prilaku Bangsa Indonesia harus bercermin pada Pancasila.
Pancasila memiliki pengertia sebagai moral, jiwa, dan kepribadian
Bangsa Indonesia.Hal ini diwujudkan dalam sikap mental dan tingakah laku serta
amal perbuatan yang mempunyai ciri khas, sehingga menjadi identitas
bangsa.Ciri-ciri khas inilah yang dimaksud kepribadian. Kepribadian Bangsa
Indonesia adalah Pancasiala.9
10. Hakekat Bangsa
Bangsa (nation) atau nasional, nasionalitas atau kebangsaan, nasionalisme
atau paham kebangsaan, semua istilah tersebut dalam kajian sejarah terbukti
mengandung konsep-konsep yang sulit dirumuskan, sehingga para pakar di
bidang Politik, Sosiologi, dan Antropologi pun sering tidak sependapat mengenai
makna istilah-istilah tersebut. Selain istilah bangsa, dalam bahasa Indonesia, kita
juga menggunakan istilah nasional, nasionalisme yang diturunkan dari kata asing
“nation” yang bersinonim dengan kata bangsa. Tidak ada rumusan ilmiah yang

9
Dipetik dari : Margono.2012.Pendidikan Pancasila.Malang:UM press. Pada tanggal 10 Oktober
2014.
bisa dirancang untuk mendefinisikan istilah bangsa secara objektif, tetapi
fenomena kebangsaan tetap aktual hingga saat ini.
Dalam kamus ilmu Politik dijumpai istilah bangsa, yaitu “natie” dan
“nation”, artinya masyarakat yang bentuknya diwujudkan oleh sejarah yang
memiliki unsur sebagai berikut :
1. Satu kesatuan bahasa ;
2. Satu kesatuan daerah ;
3. Satu kesatuan ekonomi ;
4. Satu Kesatuan hubungan ekonomi ;
5. Satu kesatuan jiwa yang terlukis dalam kesatuan budaya.
Istilah natie (nation) mulai populer sekitar tahun 1835 dan sering
diperdebatkan, dipertanyakan apakah yang dimaksud dengan bangsa?, salah satu
teori tentang bangsa sebagai berikut :
Teori Ernest Renan
Pembahasan mengenai pengertian bangsa dikemukakan pertama kali oleh
Ernest Renan tanggal 11 Maret 1882, yang dimaksud dengan bangsa adalah jiwa,
suatu asas kerohanian yang timbul dari : (1). Kemuliaan bersama di waktu
lampau, yang merupakan aspek historis. (2). Keinginan untuk hidup bersama (le
desir de vivre ensemble) diwaktu sekarang yang merupakan aspek solidaritas,
dalam bentuk dan besarnya tetap mempergunakan warisan masa lampau, baik
untuk kini dan yang akan datang.
Lebih lanjut Ernest Renan mengatakan bahwa hal penting merupakan syarat
mutlak adanya bangsa adalah plebisit, yaitu suatu hal yang memerlukan
persetujuan bersama pada waktu sekarang, yang mengandung hasrat untuk mau
hidup bersama dengan kesediaan memberikan pengorbanan-pengorbanan. Bila
warga bangsa bersedia memberikan pengorbanan bagi eksistensi bangsanya,
maka bangsa tersebut tetap bersatu dalam kelangsungan hidupnya (Rustam E.
Tamburaka, 1999 : 82).Titik pangkal dari teori Ernest Renan adalah pada
kesadaran moral (conscience morale), teori ini dapat digolongkan pada Teori
Kehendak,
A. Sifat dan Hakekat Negara
Sifat Negara merupakan suatu keadaan dimana hal tersebut dimiliki agar
dapat menjadikannya suatu Negara yang bertujuan. Sifat-sifat tersebut umumnya
mengikat bagi setiap warga negaranya dan menjadi suatu identitas bagi Negara
tersebut.
Sifat suatu Negara terkadang tidaklah sama dengan Negara lainnya, ini
tergantung pada landasan ideologi Negara masing-masing. Namun ada juga
beberapa sifat Negara yang bersifat umum dan dimiliki oleh semua Negara,
yaitu:
a. Sifat memaksa
Negara merupakan suatu badan yang mempunyai kekuasaan terhadap warga
negaranya, hal ini bersifat mutlak dan memaksa.
b. Sifat monopoli
Negara dengan kekuasaannya tersebut mempunyai hak atas kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya, hal ini menjadi sesuatu yang menjadi landasan
untuk menguasai sepenuhnya kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah
Negara tersebut.
c. Sifat mencakup semua
Kekuasaan Negara merupakan kekuasaan yang mengikat bagi seluruh warga
negaranya. Tidak ada satu orang pun yang menjadi pengecualian di hadapan
suatu Negara. Tidak hanya mengikat suatu golongan atau suatu adat budaya saja,
tetapi mengikat secara keseluruhan masyarakat yang termasuk kedalam warga
negaranya.
d. Sifat menentukan
Negara memiliki kekuasaan untuk menentukan sikap-sikap untuk menjaga
stabilitas Negara itu. Sifat menentukan juga membuat Negara dapat menentukan
secara unilateral dan dapat pula menuntut bahwa semua orang yang ada di dalam
wilayah suatu Negara (kecuali orang asing) menjadi anggota politik Negara.
Ada pula sifat-sifat yang hanya dimiliki suatu Negara berdasarkan pada
landasan ideology Negara tersebut, misalnya Negara Indonesia memiliki sifat-
sifat yang sesuai dengan pancasila, yakni:
1. Ketuhanan, ialah sifat-sifat keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat
Tuhan (yaitu kesesuaian dalam arti sebab dan akibat)(merupakan suatu
nilai-nilai agama).
2. Kemanusiaan adalah sifat-sifat keadaan Negara yang sesuai dengan
hakikat manusia.
3. Persatuan yaitu sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan
hakikat satu, yang berarti membuat menjadi satu rakyat, daerah dan
keadaan negara Indonesia sehingga terwujud satu kesatuan.
4. Kerakyatan yaitu sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan
hakikat rakyat.
5. Keadilan yaitu sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat
adil.
Pengertian sifat-sifat meliputi empat hal yaitu:
1. Sifat lahir, yaitu sejumlah pengaruh yang datang dari luar dan sesuai
dengan pandangan hidup bangsa bangsa Indonesia.
1. Sifat batin atau sifat bawaan Negara Indonesia antara lain berupa unsur-
unsur Negara, yang diantaranya:
• Kekuasaan Negara
• Pendukung kekuasaan Negara
• Rakyat
• Wilayah
• Adat istiadat
• Agama.
2. Sifat yang berupa bentuk wujud dan susunan kenegaraan Indonesia, yaitu
bentuk Negara Indonesia, kesatuan organisasi Negara dan sistem kedaulatan
rakyat.
3. Sifat yang berupa potensi, yaitu kekuatan dan daya dari Negara
Indonesia, antara lain: Kekuasaan Negara yang berupa kedaulatan rakyat
Kekuasaan tugas dan tujuan Negara untuk memelihara keselamatan, keamanan
dan perdamaian. Kekuasaan Negara untuk membangun, memelihara serta
mengembangkan kesejahteraan dan kebahagiaan. Kekuasaan Negara untuk
menyusun dan mengadakan peraturan perundang-undangan dan menjalankan
pengadilan. Kekuasaan Negara untuk menjalankan pemerintahan. Hakikat
Negara merupakan salah satu dari bentik perwujudan dari sifat-sifat Negara yang
telah dijelaskan di atas. Ada beberapa teori tentang hakekat Negara, diantaranya:
a. Teori Sosiologis
Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri,
kebutuhan antar individu tersebut membentuk suatu masyarakat. Di dalam ruang
lingkup masyarakat terdapat banyak kepentingan individu yang saling berkaitan
satu sama lain dan tidak jarang pula saling bertentangan. Maka manusia harus
dapat beradaptasi dengan baik untuk menyesuaikan kepentingankepentingannya
agar dapat hidup dengan rukun.
b. Teori Yuridis
1. Patriarchaal
Teori yang menganut asas kekeluargaan, dimana terdapat satu orang yang
bijaksana dan kuat yang dijadikan sebagai kepala keluarga.
2. Patriamonial
Raja mempunyai hak sepenuhnya atas daerah kekuasaannya, dan setiap
orang yang berada di wilayah tersebut haru tunduj terhadap raja tersebut.
3. Pejanjian
Raja mengadakan perjanjian dengan masyarakatnya untuk melindungi hak-
hak masyarakat itu, dan jika hal tersebut tidak dilakukan maka masyarakat dapat
meminta pertanggung jawaban raja.
B. Bangsa dan Negara Indonesia
Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan
kondisi masyarakat pada saat itu. Pada zaman Yunani kuno para ahli filsafat
negara merumuskan pengertian Negara secara beragam, Aristoteles merumuskan
Negara dalam bukunya Politica, yang disebutnya negara polis, yang pada saat itu
masih dipahami negara masih dalam suatu wilayah yang kecil.
Negara disebut sebagai Negara hukum, yang didalamnya terdapat sejumlah
warga Negara yang ikut dalam permusyawarahan. Oleh karena itu menurut
Aristoteles keadilan merupakan syarat mutlak bagi terselenggaranya Negara yang
baik, demi terwujudnya cita-cita seluruh warganya.
Bangsa pada hakeketnya adalah sekelompok besar manusia yang
mempunyai persamaan nasib dalam proses sejarahnya,sehingga mempunyai
persamaan watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta
mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu kesatuan nasional.10

10
Diakses dari:http:// www.geocities.com/apii-berlin/aktual/identitas_0600.html Pada tanggal 10
Oktober 2014.
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Kehadiran pancasila sendiri masih belum mampu untukmembangun
karakter dan jatidiri bangsa Indonesia. Namun sebenarnya
permasalahannya bukan terletak pada pancasilanya, namun pada
kinerja pemerintah yang tidak mampu untuk melaksanakan fungsi
pancasila dengan sempurna, hal tersebut tentu akan semakin
mempersulit upaya untuk membangun karakter dan jati diri bangsa
Indonesia ini.
2. Faktor-faktor pendukung kelahiran identitas nasional ada empat,
yaitu faktor primer, faktor pendorong, faktor penarik, dan faktor
reaktif. Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses
pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah
berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai
kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain.
3. Bahasa adalah suatu unsur yang sangat penting sebagai Identitas
Negara Indonesia. Penjelasan di atas menekankan bahwa bahasa
memiliki peran penting dalam membangun suatu bangsa dan untuk
menyatakan sebuah identitas bangsa.
4. Pancasila masih sangat diperlukan bagi Bangsa Indonesia untuk
menjaga nilai bangsa. Adil dan beradab merupakan sikap keluhuran
bangsa. Keadilan di Indonesia hendaknya dilakukan dengan sesuai
hukum, porsi dan sama.
5. Hakekat Bangsa adalah sekelompok manusia yang mempunyai
persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai
persamaan watak yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta
mendiami suatu wilayah sebagai suatu “kesatuan nasional”.
SARAN
Sebaiknya pemerintah mulai menata diri untuk melakukan kinerjanya agar
lebih baik lagi, mereka harus berusaha agar mampu melaksanakan fungsi dari
pancasila, karena pancasila sebagai dasar negara terutama sebagai pembangun
karakter dan jati diri bangsa Indonesia, maka mereka harus bekerja keras demi
kemajuan bangsa Indonesia, karena bila negara Indonesia menjadi negara yang
maju, tentu secara otomatis negara Indonesia akan memiliki karakteristik dan
jatidiri yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (t.thn.). Karakter dan Jati Diri Bangsa. Dipetik Oktober 10,
2014, dari :
http://research.amikom.ac.id/index.php/ssi/article/download/6162/4430.
Anonim. (t.thn.). Kewarganegaraan Identitas Nasional. Dipetik Oktober
10, 2014, dari :
https://www.academia.edu/7011989/Kewarganegaraan_Identitas_Nasional
_.
Anonim. (2008.). Jati Diri Bangsa Indonesia Menuju Indonesia. Dikutip
Oktober 10, 2014, dari : Efendi, Taufiq, Jati Diri Bangsa Indonesia
Menuju Indonesia Jaya. Jakarta, Exatama Mediasindo.
Anonim. (2005.). Keadilan Sosial. Dikutip Oktober 10, 2014, dari :
Rasuanto, Bur. Keadilan Sosial. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Anonim. (t.thn.). Pembangunan Karakter Bangsa. Dipetik Oktober 10,
2014, dari : http://massofa.wordpress.com/.
Anonim. (t.thn.). Pembentukan Karakter Bangsa. Dipetik Oktober 10,
2014, dari : http:// wartawarga.gunadarma.ac.id.
Anonim. (2011.). Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik
Indonesia. Dipetik Oktober 10, 2014, dari :
http://blog.umy.ac.id/suhe08/2011/12/14/pancasila-dalam-konteks-
ketatanegaraan-republik-indonesia/.
Anonim. (2013.). Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik
Indonesia. Dipetik Oktober 10, 2014, dari : http://ahmad-
tafrizi.blog.ugm.ac.id/2013/01/06/makalah-pancasila/.
Anonim. (2012.). Pendidikan Pancasila. Dikutip Oktober 10, 2014, dari :
Margono.2012.Pendidikan Pancasila.Malang:UM press.
Anonim. (t.thn.). Identitas Nasional. Dipetik Oktober 10, 2014, dari :
http:// www.geocities.com/apii-berlin/aktual/identitas_0600.html.

Anda mungkin juga menyukai

  • SK Pedoman Promkes WTO
    SK Pedoman Promkes WTO
    Dokumen2 halaman
    SK Pedoman Promkes WTO
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • Kepribadian
    Kepribadian
    Dokumen8 halaman
    Kepribadian
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • Jurnal New PDF TRU (08-26-16-08-12-20)
    Jurnal New PDF TRU (08-26-16-08-12-20)
    Dokumen10 halaman
    Jurnal New PDF TRU (08-26-16-08-12-20)
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • JURNAL Rizky Aditya
    JURNAL Rizky Aditya
    Dokumen10 halaman
    JURNAL Rizky Aditya
    Erwin Budiawan
    Belum ada peringkat
  • Kak Phbs (Fix)
    Kak Phbs (Fix)
    Dokumen5 halaman
    Kak Phbs (Fix)
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • Kak Posyandu Balita
    Kak Posyandu Balita
    Dokumen5 halaman
    Kak Posyandu Balita
    Amelya Crysta Pattirajawane
    100% (1)
  • Kak Phbs (Fix)
    Kak Phbs (Fix)
    Dokumen4 halaman
    Kak Phbs (Fix)
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • Melepas Sarung Tangan
    Melepas Sarung Tangan
    Dokumen2 halaman
    Melepas Sarung Tangan
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • Pedoman Pelayanan Poned
    Pedoman Pelayanan Poned
    Dokumen7 halaman
    Pedoman Pelayanan Poned
    meidina
    Belum ada peringkat
  • Kak Napza
    Kak Napza
    Dokumen3 halaman
    Kak Napza
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • Pemberdayaan Masyarakat Dalam Phbs
    Pemberdayaan Masyarakat Dalam Phbs
    Dokumen1 halaman
    Pemberdayaan Masyarakat Dalam Phbs
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • KAK Desa Siaga
    KAK Desa Siaga
    Dokumen5 halaman
    KAK Desa Siaga
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • Kak Phbs (Fix)
    Kak Phbs (Fix)
    Dokumen5 halaman
    Kak Phbs (Fix)
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • Jagalah Kebersihan
    Jagalah Kebersihan
    Dokumen6 halaman
    Jagalah Kebersihan
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • Kak Baru
    Kak Baru
    Dokumen6 halaman
    Kak Baru
    Widy Tariez
    Belum ada peringkat
  • CV Admin
    CV Admin
    Dokumen1 halaman
    CV Admin
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • Pemrosesan Peralatan Pasien: Drg. Anggit Ditya Putranto NIP. 198203092009011005
    Pemrosesan Peralatan Pasien: Drg. Anggit Ditya Putranto NIP. 198203092009011005
    Dokumen2 halaman
    Pemrosesan Peralatan Pasien: Drg. Anggit Ditya Putranto NIP. 198203092009011005
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • Ppi Akreditasi
    Ppi Akreditasi
    Dokumen4 halaman
    Ppi Akreditasi
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • Biodata
    Biodata
    Dokumen1 halaman
    Biodata
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • Chapter I
    Chapter I
    Dokumen12 halaman
    Chapter I
    IndahPermatasa
    Belum ada peringkat
  • Dokumen - Tips Strategi Bisnis Adidas
    Dokumen - Tips Strategi Bisnis Adidas
    Dokumen24 halaman
    Dokumen - Tips Strategi Bisnis Adidas
    Yuprika Elliza
    Belum ada peringkat
  • Time Schdule
    Time Schdule
    Dokumen1 halaman
    Time Schdule
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • Makalah Pribadi
    Makalah Pribadi
    Dokumen9 halaman
    Makalah Pribadi
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen1 halaman
    Bab Iv
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • Lamp Iran
    Lamp Iran
    Dokumen8 halaman
    Lamp Iran
    irman
    Belum ada peringkat
  • Pepete
    Pepete
    Dokumen15 halaman
    Pepete
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • Lampiran I
    Lampiran I
    Dokumen14 halaman
    Lampiran I
    Dimas Benteng Wicaksana
    Belum ada peringkat
  • Lumbung Pitutur
    Lumbung Pitutur
    Dokumen5 halaman
    Lumbung Pitutur
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat
  • Sop PENGELOLAAN LIMBAH
    Sop PENGELOLAAN LIMBAH
    Dokumen2 halaman
    Sop PENGELOLAAN LIMBAH
    Esti Ariyanti
    100% (9)
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    Amelya Crysta Pattirajawane
    Belum ada peringkat