Anda di halaman 1dari 12

ALERGI MAKANAN

No Kode : Ditetapkan oleh


Terbitan : Kepala UPTD Puskesmas
No. Revisi : Watumanu
SPO Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :1/2
UPTD
EDA DAMIANUS
PUSKESMAS
NIP.19631231 198511 1 065
WATUMANU

1. Pengertian Adalah suatu respon normal terhadap makanan yang dicetuskan oleh suatu
reaksi yang spesifik di dalam suatu system imun dan diekspresikan dalam
bentuk gejala yang muncul dalam hitungan menit setelah makanan masuk,
namun gejala dapat muncul hingga beberapa jam kemudian.
2. Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas kesehatan dalam penatalaksanaan alergi
makanan
3. Kebijakan
4. Referensi PERMENKES No 5 Tahun 2014, PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI
DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
5. Penyebab Hipersensitivitas tipe 1, intoleransi makanan (susu, kacang, telur, kedelai,
ikan, kerang, gandum).
6. Prosedur a. Petugas memanggil pasien berdasarkan urutan yang sudah ditentukan.
b. Petugas melakukan pemeriksaan tanda –tanda vital dan anamnesa
awal.
c. Petugas menyerahkan map family folder yang sudah dianamnesa
awal kepada dokter.
d. Dokter melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan dua
atau lebih gejala yaitu:
 Urtikaria atau eksim pada kulit
 Rhinitis atau asma pada saluran pernapasan
 Diare, pruritus bibir, muntah, kram, distensi pada saluran
ALERGI MAKANAN
No Kode : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala UPTD Puskesmas
No. Revisi : Watumanu
SPO Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :2/2
UPTD
EDA DAMIANUS
PUSKESMAS
NIP.19631231 198511 1 065
WATUMANU

pencernaan.
 Occult bleeding pada hipersensitivas susu sapi.
 Sindroma alergi mulut, mukosa mulut dan pipi.
 Factor resiko : riwayat alergi di keluarga
e. Dokter melakukan penegakkan diagnose berupa alergi makanan
berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
f. Dokter memberikan edukasi pada pasien :
 Hindari makanan penyebab allergen baik sengaja maupun tidak
 Kepatuhan diet pasien
 Perhatikan label makanan
 Menyusui sampai bayi usia 6 bulan menimbulkan efek
protektif terhadap alergi makanan.
g. Dokter memberikan terapi medika mentosa :
 Antihistamin
 Kortikosteroid
h. Dokter mencatat semua hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, edukasi
pasien pada rekam medis dan dimasukkan kembali ke map family
folder.
i. Dokter menulis resep dan memberikan resep pada pasien.
j. Dokter mempersilahkan pasien untuk mengambil obat.
7. Unit terkait Tenaga kesehatan poli anamnesa
Dokter umum
HIPERTENSI ESSENSIAL
No Kode : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala UPTD Puskesmas
No. Revisi : Watumanu
SPO Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :1/4
UPTD
EDA DAMIANUS
PUSKESMAS
NIP.19631231 198511 1 065
WATUMANU

1. Pengertian Kondisi terjadinya tekanan darah sistolik lebih dari ≥140 mmHg dan atau
diastolic ≥ 90 mmHg. Kondisi ini sering tanpa gejala. Peningkatan tekanan
darah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
2. Tujuan Sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam penatalaksanan hipertensi
3. Kebijakan
4. Referensi PERMENKES No 5 Tahun 2014, PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI
DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
5. Penyebab Ada 2 kelompok factor resiko yaitu :
1) Tidak Dapat dimodifikasi : umur, jenis kelamin, riwayat hipertensi dan
penyakit kardiovaskular dalam keluarga.
2) Dapat dimodifikasi : riwayat pola makan (konsumsi gararm berlebih),
konsumsi alcohol berlebih, aktivitas fisik kurang, kebiasaan merokok,
obesitas, dislipidemia, diabetes mellitus, psikososial dan stress.
6. Prosedur a. Petugas memanggil pasien berdasarkan urutan yang sudah ditentukan.
b. Petugas melakukan pemeriksaan tanda –tanda vital dan anamnesa
awal.
c. Petugas menyerahkan map family folder yang sudah dianamnesa awal
kepada dokter.
d. Dokter melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan hasil :
1) Keluhan :
Nyeri kepala, gelisah, jantung berdebar-debar, pusing, leher
kaku, penglihatan kabur, dan rasa sakit di dada. Keluhan tidak
spesifik mudah lelah dan impotensi.
HIPERTENSI ESSENSIAL
No Kode : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala UPTD Puskesmas
No. Revisi : Watumanu
SPO Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :2/4
UPTD
EDA DAMIANUS
PUSKESMAS
NIP.19631231 198511 1 065
WATUMANU

2) Pemeriksaan fisik :
Pasien tampak sehat, sakit ringan atau berat. Tekanan darah
meningkat (sesuai criteria JVC VIII). Nadi tidak normal.
Untuk pasien dengan hipertensi, wajib diperiksa status
neurologis, aklral, dan pemeriksaan jantung (JVP, Batas
jantung dan rochi).
3) Pemeriksaan penunjang :
Tes gula darah, EKG
e. Dokter melakukan penegakan diagnose berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik.
Table klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VIII
Klasifikasi TD sistolik TD Diastolik
Normal < 120 mmHg <80 mmHg
Pre –hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage 1 140-15 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi stage 2 ≥160 mmHg ≥ 100 mmHg
f. Dokter melakukan penatalaksanaan hipertensi essensial berupa :
1) Konseling dan edukasi untuk Modifikasi gaya hidup (
penurunan berat badan, pembatasan intake natrium,
memperbanyak aktivitas aerobic, pembatasan konsumsi
alcohol).
HIPERTENSI ESSENSIAL
No Kode : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala UPTD Puskesmas
No. Revisi : Watumanu
SPO Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :3/4
UPTD
EDA DAMIANUS
PUSKESMAS
NIP.19631231 198511 1 065
WATUMANU

2) Pemberian obat anti hipertensi , merupakan pengobatan jangka


panjang :
Hipertensi tanpa indikasi
 Hipertensi stage 1 : diuretic (HCT 12,5-50
mg/hari,furosemid 2x20-80 mg/hari, atau captopril
2x25 mg/hari, atenolol 25-100 mg/hari SD, amlodipin
1x2,5-10 mg/hari, nifedipin long action 30-60 mg/hari
atau kombinasi.
 Hipertensi stage 2
 Bila setelah 2 minggu belum ada perubahan, dapat
dikombinasi 2 obat seperti diuretic thiazid dan
penghambat Ace atau antagonis reseptor AII (losartan
1-2 x 25-100 mg/hari.
 Pemilihan obat anti hipertensi didasarkan pada ada
tidaknya kontraindikasi dari masing-masing obat diatas.
Sebaiknya dipilih obat hipertensi yang diminum sekali
sehari atau maksimum 2x sehari.
Hipertensi dengan indikasi
Indikasi Obat yang direkomendasikan
khusus Diuretic Penyekat Penghambat ARB CCB Antagosin
beta ACE aldosteron
Gagal     
jantung
HIPERTENSI ESSENSIAL
No Kode : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala UPTD Puskesmas
No. Revisi : Watumanu
SPO Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :4/4
UPTD
EDA DAMIANUS
PUSKESMAS
NIP.19631231 198511 1 065
WATUMANU

Indikasi Obat yang direkomendasikan


khusus Diuretic Penyekat Penghambat ARB CCB Antagosin
beta ACE aldosteron
Pasca   
infark
miokard
akut
High risk    
coroner
diaseases
DM    
Penyakit  
ginjal
kronik
Pencegahan  
stroke
berulang
g. Dokter mencatat semua hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, edukasi
pasien pada rekam medis dan dimasukkan kembali ke map family
folder.
h. Dokter menulis resep dan memberikan kepada pasien.
i. Dokter mempersilahkan pasien untuk mengambil obat di farmasi.

7. Unit terkait Petugas poli anamnesa, dokter poli umum


GASTRITIS
No Kode : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala UPTD Puskesmas
No. Revisi : Watumanu
SPO Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :1/3
UPTD
EDA DAMIANUS
PUSKESMAS
NIP.19631231 198511 1 065
WATUMANU

1. Pengertian Proses inflamasi/ peradangan pada lapisan mukosa dan submukosa lambung
sebagai proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri atau bahan iritan
lainnya. Proses inflamasi dapat kronis, difus atau local.
2. Tujuan Sebagai panduan dalam penatalaksanaan kasus gastritis di UPTD Puskesmas
Watumanu
3. Kebijakan
4. Referensi Permenkes No 5 Tahun 2014, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Factor  Pola makan yang tidak baik, waktu makan terlambat, jenis makanan
resiko pedas, porsi akan yang besar.
 Sering minum kopi atau teh
 Infeksi bakteri atau parasit
 Penggunaan obat analgetik dan steroid
 Usia lanjut
 Alkoholisme
 Stress
 Penyakit lain seperti refluks empedu, penyakit autoimun
6. Prosedur a. Petugas memanggil pasien berdasarkan urutan yang sudah ditentukan.
b. Petugas melakukan pemeriksaan tanda –tanda vital dan anamnesa awal.
c. Petugas menyerahkan map family folder yang sudah dianamnesa awal
kepada dokter.
d. Dokter melakukan pemeriksaan lanjutan didapatkan :
GASTRITIS
No Kode : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala UPTD Puskesmas
No. Revisi : Watumanu
SPO Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :2/3
UPTD
EDA DAMIANUS
PUSKESMAS
NIP.19631231 198511 1 065
WATUMANU

Anamnesa :
Keluhan rasa nyeri dan seperti terbakar pada perut bagian atas. Keluhan
mereda atau memburuk bila diikuti dengan makan, mual muntah dan
kembung.
Pemeriksaan fisik :
a. Nyeri tekan epigastricum dan bising usus meningkat.
b. Bila terjadi proses inflamasi berat, dapat ditemukan perdarahan saluran
cerna berupa hematemesis dan melena.
c. Biasanya pada pasien gastritis kronis, konjuctiva tampak anemia.
e. Dokter melakukan penegakkan diagnose berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik.
f. Dokter memberikan penatalaksanaan pada pasien gastritis berupa,
 Memberikan informasi dan edukasi pada pasien untuk menghindari
pemicu terjadinya keluhan, antara lain makan tepat waktu, makan
sering dengan porsi kecil dan hindari makanan yang meningkatkan
asam lambung dan perut kembung seperti kopi, teh, makanan pedas
dan kol.
 Terapi per oral : H2 bloker 2x/hari ( ranitidine 150 mg/kali, Simetidine
400-800 mg/kali, PPI 2x/hari (omeprazole 20 mg/kali), antasida
3x500-1000mg/hr.
g. Dokter memberikan informasi pada pasien apabila dalam waktu 5 hari
belum ada perbaikan dan terjadi alarm symtoms seperti perdarahan , berat
badan enurun 10 % dalam 6 bulan, dan mual muntah berlebih disarankan
untuk kembali ke Puskesmas untuk dirujuk ke Fasilitas yang lebih
GASTRITIS
No Kode : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala UPTD Puskesmas
No. Revisi : Watumanu
SPO Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :3/3
UPTD
EDA DAMIANUS
PUSKESMAS
NIP.19631231 198511 1 065
WATUMANU

h. memadai.
Dokter mencatat semua hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, edukasi dan
terapi
Serta informasi tambahan pada rekam medis pasien .
i. Dokter menulis resep dan memberikan resep kepada pasien.
j. Dokter mempersilahkan pasien untuk mengambil resep di ruang farmasi.
7. Unit terkait Perawat ruang anamnesa, dokter poli umum
POLIMIALGIA REUMATIK
No Kode : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala UPTD Puskesmas
No. Revisi : Watumanu
SPO Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :1/3
UPTD
EDA DAMIANUS
PUSKESMAS
NIP.19631231 198511 1 065
WATUMANU

1. Pengertian Adalah sindrom klinis dengan etiologi yang tidak diketahui yang
mempengaruhi individu usia lanjut. Hal ini ditandai dengan mialgia
proksimal dari pinggul dan gelang bahu dengan kekakuan pada pagi hari
yang berlangsung lebih dari 1 jam.
2. Tujuan Sebagai panduan dalam tatalaksana polimialgia reumatik di puskesmas.
3. Kebijakan
4. Referensi Permenkes No 5 Tahun 2014, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur a. Petugas memanggil pasien berdasarkan urutan yang sudah ditentukan.
b. Petugas melakukan pemeriksaan tanda –tanda vital dan anamnesa awal.
c. Petugas menyerahkan map family folder yang sudah dianamnesa awal
kepada dokter.
d. Dokter melakukan pemeriksaan lanjutan didapatkan :
Anamnesa:
Nyeri dan kekakuan pada bahu dan pinggul. Kekakuan yang sangat parah
bisa sampai dengan mengalami kesulitan bergerak atau sulit mengangkat
tangan . biasa terjadi pada pagi hari. Ada sendi yang bengkak, edema
tungkai.
Pemeriksaan fisik :
Penampilan lelah dan pembengkakan ekstremitas dengan pitting eodem.
POLIMIALGIA REUMATIK
No Kode : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala UPTD Puskesmas
No. Revisi : Watumanu
SPO Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :2/3
UPTD
EDA DAMIANUS
PUSKESMAS
NIP.19631231 198511 1 065
WATUMANU

Temuan muskulokeletal :
 Kekuatan otot normal, tidak ada atrofi
 Nyeri pada bahu dan pinggul dengan gerakan
 Sinovitis transient pada lutut, pergelangan tangan dan sendi
sternoclavicula.
e. Dokter melakukan penegakkan diagnose berdasarkan criteria berikut:
 Usia onset 50 tahun atau lebih tua
 Nyeri bertahan selama ≥ 1 bulan dan melibatkan 2 dari daerah
berikut : leher, bahu dan korset panggul.
 Tidak ada penyakit lain dapat menyebabkan gejala
muskulokeletal.
 Kekauan pagi berlangsung ≥ 1jam
 Respon cepat terhadap prednisone (≤20 mg)
f. Dokter memberikan penatalaksanaan pada pasien polimialgia reumatik,
berupa:
 Prednisone 10-15 mg/hari/oral, biasanya ada perbaikan klinis dalam
beberapa hari.
 Glukokortikoid diturunkan bertahap dengan dosis pemeliharaan 5-10
mg perotal setiap hari tapi harus dilanjutkan selama 1 tahun untuk
meminimalkan resiko kambuh.
 Edukasi berupa modifikasi gaya hidup dalam aktivitas fisik dan
memberitahukan keluarga bahwa penyakit ini menimbulkan
gangguan dalam aktivitas sehingga dibutuhkan dukungan keluarga.
POLIMIALGIA REUMATIK
No Kode : Ditetapkan oleh
Terbitan : Kepala UPTD Puskesmas
No. Revisi : Watumanu
SPO Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :2/3
UPTD
EDA DAMIANUS
PUSKESMAS
NIP.19631231 198511 1 065
WATUMANU

g. Dokter mencatat hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, pengobatan dan


edukasi pada rekam medis pasien.
h. Dokter menuliskan resep dan memberikannya kepada pasien.
i. Dokter mempersilahkan pasien untuk mengambil obat di bagian farmasi.
6. Unit terkait Petugas ruang anamnesa, dokter poli umum.

Anda mungkin juga menyukai