Anda di halaman 1dari 106

Tetanus

S No. Dokumen /SOP/KTR/III/


O 2018
No. Revisi :
P
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Tetanus adalah penyakit pada sistem saraf
yang disebabkan oleh tetanospasmin.
Tetanospasmin adalah neurotoksin yang dihasilkan oleh

Clostridium tetani, ditandai dengan spasme tonik persisten


disertai dengan serangan yang jelas dan keras. Spasme hampir
selalu terjadi pada otot leher  dan rahang yang menyebabkan
penutupan rahang (trismus, lockjaw), sertamelibatkan tidak hanya
otot ekstremitas, tetapi juga otot-otot batang tubuh

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan tetanus di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor SK-III/KTR/II/2018 tentang SOP
Pelayanan.

4.Referensi 1.Panduan Praktik klinis Puskesmas


2.Pedoman Pengobatan dasar Puskesmas 2007
5.Prosedur Penatalaksanaan:

A. M a n a j e m e n l u k a Pasien tetanus yang diduga menjadi


port de entry masuknya kuman C.tetani harus mendapatkan
perawatan luka. Luka dapat menjadi luka yang r e n t a n m e n g a l a m i
tetanus atau luka yang tidak rentan tetanus dengan
kriteria

B. Rekomendasi manajemen luka traumatik

1. Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan


debridemen.

2. Riwayat imunisasi tetanus pasien perlu didapatkan.

3. T T h a r u s d i b e r i k a n j i k a r i w a y a t b o o s t e r t e r a k h i r
l e b i h d a r i 1 tahun jika riwayat imunisasi tidak diketahui, TT dapat
diberikan

4. J i k a r i w a y a t i m u n i s a s i t e r a k h i r l e b i h d a r i 1 t a h u n
y a n g l a l u , m a k a tetanus imunoglobulin (T4g) harus diberikan.
keparahan luka bukan faktor penentu pemberian T4g. Pengawasan
agar tidak ada hambatan fungsi respirasi.

5. Ruang isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti


suara,cahaya ruangan redup dan tindakan terhadap penderita.

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.

Tension Headache
:

S No. Dokumen /SOP/KTR/III/


O 2018
No. Revisi :
P
Tanggal Terbit : 2018
Halaman :½
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Bentuk sakit kepala yang paling sering dijumpai dan sering
dihubungkandengan jangka waktu dan peningkatan stress

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan tension headache di Puskesmas


Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Silayang /2018 Tentang
Kebijakan Pelayanan Klinis
4.Referensi 1.Panduan Praktik klinis Puskesmas
2.Pedoman Pengobatan dasar Puskesmas 2007
5.Prosedur Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

a. Pembinaan hubungan empati awal yang


hangat antara dokter d a n  pasien merupakan langkah
pertama yang sangat penting untuk keberhasilan pengobatan.

b. Saat nyeri timbul dapat diberikan beberapa obat untuk menghentikan


atau mengurangi sakit yang dirasakan saat
serangan muncul. Penghilang sakit yang sering
digunakan adalah acetaminophen dan  NS seperti aspirin/ ibuprofen
napropen dan ketopropen. P e n g o b a t a n kombinasi antara
acetaminophen atau aspirin dengan kafein atau obat
sedatif biasa digunakan bersamaan. Cara ini lebih
efektif untuk menghilangkan sakitnya, tetapi jangan digunakan
lebih d a r i 2 h a r i d a l a m s e m i n g g u d a n p e n g g u n a a n n y a
h a r u s d i a w a s i o l e h dokter

c.Pemberian obat-obatan antidepresi yaitu amitriptilin

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Migrain
:

S No. Dokumen /SOP/KTR/III/


O 2018
No. Revisi :
P
Tanggal Terbit : 2018
Halaman :½
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Suatu istilah yang digunakan untuk nyeri kepala primer dengan kualitas
vaskular (berdenyut), diawali unilateral yang diikuti oleh mual,
fotofobia, fonofobia, gangguan tidur dan depresi

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan migrain di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Silayang /2018 Tentang
Kebijakan Pelayanan Klinis
4.Referensi 1.Panduan Praktik klinis Puskesmas
2.Pedoman Pengobatan dasar Puskesmas 2007
5.Prosedur Penatalaksanaan:

1. Pada saat serangan pasien dianjurkan untuk menghindari


stimulasi sensoris berlebihan

2. Bila memungkinkan beristirahat di tempat gelap dan tenang


dengan dikompres dingin:

a. Perubahan pola hidup dapat mengurangi jumlah dan tingkat


keparahan migren, baik pada pasien yang menggunakan obatobat
preventif atau tidak

b. Menghindari pemicu, jika makanan tertentu menyebabkan sakit


kepala, hindarilah dan makan makanan yang lain. Jika ada aroma
tertentu yang dapat memicu maka harus dihindari. Secara umum  pola
tidur yang reguler dan pola makan yang reguler dapat cukup membantu.
Berolahraga secara teratur, olahraga aerobik secara teratur
mengurangi tekanan dan dapat mencegah migren.

c. Mengurangi efek estrogen, pada wanita dengan migren


dimana estrogen menjadi pemicunya atau menyebabkan gejala menjadi
lebih parah, atau orang dengan riwayat keluarga memiliki tekanan darah
tinggi atau stroke sebaiknya mengurangi obatobatan yang
mengandung estrogen

d. Berhenti merokok, merokok dapat memicu sakit kepala atau


membuat sakit kepala menjadi lebih parah (dimasukkan di konseling)

e. P e n g g u n a a n headache diary untuk mencatat frekuensi


sakit kepala
f. Pendekatan terapi untuk migren melibatkan pengobatan
akut (abortif) dan preventif (profilaksis)

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.

Insomnia
:

S No. Dokumen /SOP/KTR/III/


O 2018
No. Revisi :
P
Tanggal Terbit : 2018
Halaman :½
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian I n s o m n i a a d a l a h g e j a l a a t a u
g a n g g u a n d a l a m t i d u r , d a p a t
b e r u p a kesulitan berulang untuk mencapai tidur, atau
mempertahankan tidur yang optimal, atau kualitas tidur yang buruk

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan migrain di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Silayang /2018 Tentang
Kebijakan Pelayanan Klinis
4.Referensi 1.Panduan Praktik klinis Puskesmas
2.Pedoman Pengobatan dasar Puskesmas 2007
5.Prosedur 1. Anamnesa kepada pasien.

Menanyakan keluhan pasien, seperti : sulit tidur, sering terbangun pada malam hari,
kualitas tidur buruk.

Menanyakan faktor resiko seperti : adanya gangguan penyakit  jantung, depresi


atau cemas.

Menanyakan faktor rentan seperti : sering bekerja pada malam hari, jam kerja yang
tidak stabil, mengkonsumsi alkohol.

2. Melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien :

Kesadaran sensorium baik

Melakukan vital sign petugas melakukan pemeriksaan generalisata, kelihatan


pasien tampak lelah dan mata cekung.

Menegakkan diagnosa

Kriteria diagnosa :

Adanya keluhan kesulitan tidur, atau kualitas tidur yang buruk.

Gangguan sulit tidur terjadi 3 kali seminggu selama minimal 1 bulan

Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan kualitas tidur

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Benda Asing di Konjungtiva
:

S No. Dokumen /SOP/KTR/III/


O 2018
No. Revisi :
P
Tanggal Terbit : 2018
Halaman :½
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Benda asing di konjungtiva adalah benda yang dalam keadaan normal
tidak dijumpai di konjungtiva dandapat menyebabkan iritasi  jaringan.
Pada umumnya kelainan ini bersifat ringan, namun pada beberapa
keadaan dapat berakibat serius terutama pada benda asing yang bersifat
asam atau basa dan bila timbul infeksi sekunder
2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan benda asing di konjungtiva di
Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Silayang /2018 Tentang
Kebijakan Pelayanan Klinis
4.Referensi 1.Panduan Praktik klinis Puskesmas
2.Pedoman Pengobatan dasar Puskesmas 2007
5.Prosedur Pasien datang dengan keluhan adanya benda yang masuk ke dalam
konjungtiva atau matanya. Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, mata
merah dan berair, sensasi benda asing, dan fotofobia.

Faktor Risiko Pekerja di bidang industri yang tidak memakai kacamata


pelindung, seperti: pekerja gerinda, pekerja las, pemotong keramik,
pekerja yang terkait dengan bahan-bahan kimia (asam-basa). Hasil
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik

1. Visus biasanya normal.

2. Ditemukan injeksi konjungtiva tarsal dan/atau bulbi.

3. Ditemukan benda asing pada konjungtiva tarsal superior dan/ atau


inferior dan/ atau konjungtiva bulbi

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Konjungtivitis
:

S No. Dokumen /SOP/KTR/III/


O 2018
No. Revisi :
P
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2

Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.

1.Pengertian Konjungtivitis adalah radang konjungtiva


yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme
(virusbakteri iritasi atau reaksialergi.Konjungtivitis
ditularkanmelalui kontak langsung dengan sumber infeksi. Penyakit
ini dapat menyerang semuaumur

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan benda asing di konjungtiva di


Puskesmas Silayang
2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas
pasien
3.Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Silayang /2018 Tentang
Kebijakan Pelayanan Klinis
4.Referensi 1.Panduan Praktik klinis Puskesmas
2.Pedoman Pengobatan dasar Puskesmas 2007
5.Prosedur Anamnesis subjective:

Keluhan pasien datang dengan keluhan mata merahrasa mengganjal


gatal dan berairkadang disertai sekret. Umumnya tanpa disertai
penurunan tajam penglihatan. Faktor Risiko

A. Daya tahan tubuh yang menurun

c. Adanya riwayat atopi

d. Penggunaan kontak lens dengan perawatan yang tidak baik

d. Higiene personal yang buruk

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Perdarahan Subkonjungtiva
:

S No. Dokumen /SOP/KTR/III/


O 2018
No. Revisi :
P
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Perdarahansubkonjungtiva adalah perdarahan
akibat ruptur pembuluh d a r a h dibawah lapisan
konjungtiva yaitu pembuluh darah konjungtivalis/ episklera.
Sebagian besar kasus perdarahan subkonjungtiva merupakan
kasus spontan atauidiopatik dan hanya sebagian kecil kasus yang
terkait dengan trauma/ kelainansistemik

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan benda asing di konjungtiva di


Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa: Keluhan

1.Pasien datang dengan keluhan adanya darah


p a d a s k l e r a / m a t a  berwarna merah terang tipis- atau merah
tua tebal

2. Sebagian besar tidak ada gejala simptomatis


y a n g b e r h u b u n g a n d e n g a n  perdarahan subkonjungtiva selain
terlihat darah pada bagian sklera.P e r d a r a h a n akan
terlihat meluas dalam 2 jam pertama
s e t e l a h i t u kemudian akan berkurang perlahan ukurannya karena
diabsorpsi

Terapi:

Pendarahan Subkonjungtivis akan hilang dengan sendirinya, darah yang


terjebak di sklera akan terserap secara alami oleh tubuh dalam waktu
sekitar 2-3 minggu

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Blefaritis
:

S No. Dokumen /SOP/KTR/III/


O 2018
No. Revisi :
P
Tanggal Terbit : 2018
Halaman :½
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan
radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi
kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan blefaritis di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Penatalaksanaan Blefaritis


Pengobatan pada blefaritis akut adalah menjaga kebersihan dan
pemberian obat antibiotik Tidak ada pengobatan yang lengkap untuk
blefaritis kronik. Pengobatan blefaritis antara lain :
1.  Menjaga higene (misalnya kompres)
2. Pemakaian shampoo anti ketombe misalnya selenium
3. Obat tetes mata atau salep antibiotik misalnya eritromisin,
bacitracin, polimiksin, gentamisin

Peradangan yang jelas pada struktur-struktur mengharuskan


pengobatan aktif, termasuk terapi antibiotik sistemik dosis rendah
jangka panjang, biasanya doxycyline (100 mg dua kali sehari) atau
eritromisin (250 mg tiga kali sehari), tetapi juga berpedoman pada hasil
biakan bakteri dari tepi palpebra dan steroid topikal lemah (sebaiknya
jangka pendek) misalnya prednisolon 0,125% dua kali sehari
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Hordeolum
:

S No. Dokumen /SOP/KTR/III/


O 2018
No. Revisi :
P
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Hordeolum adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak
mata bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri,
biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokokus (Staphylococcus aureus).
Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, mulai anak-anak hingga orang
tua.

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan blefaritis di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Penatalaksanaan

·Kompres dengan kain hangat selama 10-15 menit, lakukan hal ini 4
kali sehari.

·Gunakan antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin,


Chloramphenicol,

·Obat topikal dapat digunakan selama 7-10 hari asal sesuai anjuran
dokter, terutama pada fase peradangan. Antibiotika oral (diminum)
seperti: Amoksisilin, Eritromisin

·Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan


perbaikan dengan antibiotika topikal. Obat ini diberikan selama 7-10
hari

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Trikiasis
:

S No. Dokumen /SOP/KTR/III/


O 2018
No. Revisi :
P
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Kondisi dimana silia bulu mata melengkung ke arah bola mata. Trikiasis
biasanya merupakan akibat adanya inflamasi atau sikatrik pada palpebra
setelah operasi palpebra, trauma, kalazion atau blefaritis berat. Trikiasis
dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering terjadi pada orang
dewasa

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan trikiasis di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Gambaran klinik pada trikiasis adalah:

-Posisi palpebra dapat normal namun dapat pula berkaitan dengan


adanya entropion (melipatnya margo palpebra kearah dalam sehingga
bulu mata menggesek bola mata).
-Bulu mata tumbuh melengkung kedalam.
-Pasien akan mengeluhkan adanya sensasi benda asing (rasa
mengganjal).
-Terjadi iritasi konjungtiva yang terjadi secara kronis karena gesekan
bulu mata dengan permukaan konjungtiva.
-Gambaran yang sering ditemukan adalah injeksi konjungtiva, refleks
epifora (nrocos), keluarnya cairan mukus, bila parah dapat terjadi
abrasi kornea.
Penatalaksanaan trikiasis adalah:
-Jika hanya sedikit bulu mata yang tumbuh melengkung kedalam bola
mata maka dapat ditangani dengan epilasi mekanik (pencabutan bulu
mata). Bulu mata akan tumbuh kembali sekitar 3-4 minggu sehingga
harus dicabut kembali.
-Penanganan permanen dapat dilakukan dengan merusak folikel bulu
mata yaitu dengan eksisi langsung, elektrolisis atau radiosurgery.
-Jika ada keterkaitan trikiasis dengan entropion maka sebaiknya
dilakukan koreksi terhadap palpebra

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Episkleritis
:

S No. Dokumen /SOP/KTR/III/


O 2018
No. Revisi :
P
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Peradangan local sklera yang relatif sering dijumpai. Kelainan ini
bersifat unilateral pada dua-pertiga kasus, dan insidens pada kedua jenis
kelamin setara. Episklera dapat tumbuh di tempat yang sama atau di
dekatnya di jaringan palpebra.Episkleritis merupakan reaksi radang
jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan
sklera

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan episkleritis di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Terapi awal episkleritis adalah obat anti-inflamasi non-steroid


sistemaik. Obat pilihan adalah indometasin 100 mg per hari, atau
ibuprofen 300 mg per hari. Pada sebagian besar kasus, nyeri cepat
mereda diikuti oleh pengurangan peradangan. Apabila tidak timbul
respons dalam 1-2 minggu atau segera setelah tampak penyumbatan
vaskular harus segera dimulai terapi steroid sistematik dosis tinggi.
Steroid ini biasanya diberikan per oral yaitu prednison 80 mg per hari
yang diturunkan dengan cepat dalam 2 minggu sampai dosis
pemeliharaan sekitar 10 mg per hari

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.

Hipermetropia Ringan
:

S No. Dokumen /SOP/KTR/III/


O 2018
No. Revisi :
P
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Cacat mata yang mengakibatkan seseorang tidak dapat melihat benda
pada jarak dekat. Titik dekat penderita rabun dekat akan bertambah,
tidak lagi sebesar 25 cm tapi mencapai jarak tertentu yang lebih jauh.
Penderita rabun dekat hanya dapat melihat benda pada jarak yang jauh

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan hipermetropia ringan di Puskesmas


Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Penatalaksanaan

1. Koreksi Optikal

Hipermetropia dikoreksi dengan kacamata berlensa plus (konveks)


ataudengan lensakontak. Pada anak kecil dengan kelainan berderajat
rendah yang tidak menunjukan gejala sakit kepala dan keluhan lainnya,
tidak perlu diberi kacamata. Hanya orang-orang yang derajat
hipermetropianya berat dengan atau tanpa disertai mata juling
dianjurkan menggunakan kacamata. Pada anak-anak dengan mata juling
ke dalam (crossed eye) yang disertai hipermetropia, diharuskan
memakai kacamata berlensa positif. Karena kacamata berlensa plus ini
amat bermanfaat untuk menurunkan rangsangan pada otot-otot yang
menarik bolamata juling ke dalam.
Biasanya sangat memuaskan apabila power yang lebih tipis (1
D) daripada total fakultatif dan absolute hyperopia yang diberikan
kepada pasien dengan tidak ada ketidak seimbangan otot ekstraokular.
Jika ada akomodatif esotrophia (convergence), koreksi penuh harus
diberikan. Pada exophoria, hyperopianya harus dikoreksi dengan 1-2D.
Jika keseluruhan refraksi manifest kecil, misalnya 1 D atau kurang,
koreksidiberikan apabila pasien memiliki gejala-gejala.
Merubah Kebiasaan Pasien.
Modifikasi yang dapat dilakukan adalah pengunaan cahaya yang cukup
dalam aktivitas, menjaga kualitas kebersihan mata dan apabila pasien
adalah pengguna komputer sebaiknya menggunakan komputer dengan
kondisi ergonomis.

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Miopia Ringan
:

S No. Dokumen /SOP/KTR/III/


O 2018
No. Revisi :
P
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian 1. Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan
pembiasan sinar yang berlebihan atau kerusakan refraksi mata sehingga
sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina ( bintik kuning )
dimana sistem akomodasi berkurang.
2. Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan
pembiasan sinar yang berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang
dibiaskan di depan retina.
3. Miopia adalah suatu keadaan dimana panjang bola mata
anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media
refraksi terlalu kuat.
4. Miopi adalah keadaan pada mata dimana cahaya/benda yang jauh
letaknya jatuh/difokuskan didepan retina/selaput jala/bintik kuning
2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan miopia ringan di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Gejala:
Pasien dengan myopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering
disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang
penderita myopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk
mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang
kecil). Pasien myopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang
masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau
berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia
konvergensi.bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan
terlihat juling kedalam atau esoptropia
Tatalaksana
1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
a. Kacamata, kontak lensa, dan operasi refraksi adalah beberapa pilihan
untuk mengobati gejala-gejala visual pada pada penderita myopia.
Dalam ilmu keratotology kontak lensa yang digunakan adalah adalah
kontak lensa yang keras atau kaku untuk pemerataan kornea yang
berfungsi untuk mengurangi miopia.
b. Latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi
Para pelaksana dan penganjur terapi alternatif ini sering
merekomendasikan latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi seperti
cara menahan (pencegahan). Akan tetapi, kemanjuran dari latihan ini
dibantah oleh para ahli pengetahuan dan para praktisi peduli mata. Pada
tahun 2005, dilakukan peninjauan ilmiah pada beberapa subjek. Dari
peninjauan tersebut disimpulkan bahwa tidak ada bukti-bukti (fakta)
ilmiah yang menyatakan bahwa latihan pergerakan mata adalah
pengobatan myopia yang efektif. 
c. Terapi dengan menggunakan laser dengan bantuan keratomilesis
(LASIK) atau operasi lasik mata, yang telah populer dan banyak
digunakan para ahli bedah untuk mengobati miopia. Dalam prosedurnya
dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya tingkat
miopia dengan menggunakan sebuah laser. Selain lasik digunakan juga
terapi lain yaitu Photorefractive Keratotomy (PRK) untuk jangka
pendek, tetapi ini menggunakan konsep yang sama yaitu dengan
pergantian kembali kornea mata tetapi menggunakan prosedur yang
berbeda. Selain itu ada juga pengobatan yang dilakukan tanpa operasi
yaitu orthokeratologi dan pemotongan jaringan kornea mata. Orang-
orang dengan miopia rendah akan lebih baik bila menggunakan teknik
ini. Orthokeratologi menggunakan kontak lensa secara berangsur-angsur
dan pergantian sementara lekukan kornea. Pemotongan jaringan kornea
mata menggunakan bahan-bahan plastik yang ditanamkan ke dalam
kornea mata untuk mengganti kornea yang rusak
2. Penatalaksanaan Farmakologi
Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata
untuk mensterilisasi kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat
tradisionalpun banyak digunakan ada penderita myopia

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Presbiopia
:

S No. Dokumen /SOP/KTR/III/


O 2018
No. Revisi :
P
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Presbiopi merupakan kondisi mata dimana lensa kristalin kehilangan
fleksibilitasnya sehingga membuatnya tidak dapat fokus pada benda
yang dekat. Presbiopi adalah suatu bentuk gangguan refraksi, dimana
makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin
meningkatnya umur
2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan presbiopia di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Gejala

a. Kesulitan membaca tulisan dengan cetakan huruf yang halus / kecil

b. Setelah membaca, mata menjadi merah, berair, dan sering terasa


pedih. Bisa juga disertai kelelahan mata dan sakit kepala jika membaca
terlalu lama

c. Membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca atau menegakkan


punggungnya karena tulisan tampak kabur pada jarak baca yang biasa
(titik dekat mata makin menjauh)

d. Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di


malam hari

e. Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca

f. Terganggu secara emosional dan fisik

g. Sulit membedakan warna

Penatalaksanaan Presbiopi

1. Digunakan lensa positif untuk koreksi presbiopi. Tujuan koreksi


adalah untuk mengkompensasi ketidakmampuan mata untuk
memfokuskan objek-objek yang dekat

2. Kekuatan lensa mata yang berkurang ditambahan dengan lensa positif


sesuai usia dan hasil pemeriksaan subjektif sehingga pasien mampu
membaca tulisan pada kartu Jaeger 20/30

3. Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi +3.00 D adalah lensa
positif terkuat yang dapat diberikan pada pasien. Pada kekuatan ini,
mata tidak melakukan akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm,
karena tulisan yang dibaca terletak pada titik fokus lensa +3.00 D

Usia (tahun) Kekuatan Lensa Positif yang dibutuhkan

40 +1.00 D

45 +1.50 D

50 +2.00 D

55 +2.50 D

60 +3.00 D

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.

Otitis Eksterna
:

S No. Dokumen /SOP/KTR/III/


O 2018
No. Revisi :
P
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri dapat
terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini penyebab timbulnya
otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma local
dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang
menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan
trauma local yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi
dan menimbulkan eksudat
2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan otitis eksterna di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Gejala Klinis:

1. Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa
rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti
terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa
sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering
merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa
agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini
diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar
langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga
edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit
yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga
bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga
gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan
tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang
hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.
2. Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap
awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa
sakit dan nyeri tekan daun telinga.
3. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan
pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada
kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak
merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta.
Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.
4. Kurang pendengaran

Terapi:

·Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi dengan


10% ichthamol dalam glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium abses
dilakukan insisi pada abses dan tampon larutan rivanol 0,1%.
·Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang
cukup berat. eritromisin 250. Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per
kg BB.
·Analgetik : Parasetamol 500 mg qid (dewasa). Antalgin 500 mg qid
(dewasa).
Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor sistemik
yaitu adanya penyakit diabetes melitus
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.

Serumen Prop
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Serumen prop adalah kotoran telinga kuning, adanya sumbatan pada
lubang telinga karena produksi serumen terlalu banyak dan terdorong
mengumpul di dalam saluran telinga. Pada beberapa kasus, sampai
terjadi penurunan pendengaran. Tetapi, sumbatan ini dapat kita ambil.
2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan serumen prop di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Gejala lain dapat dirasakan, seperti :

1. Telinga terasa penuh


2. kadang nyeri teling
3. telinga gemricik, berdengung dan bunyi-bunyi lain dapat
terdengar di telinga

Tatalaksana:

Prinsipnya saat mengambilan dapat dengan alat steril dan di suction.


Jangan sampai merobek gendang telinga (membrane timpani).

Bahan yang digunakan seperti minyak mineral, gliserin, minyak bayi


dan debrox yang terdiri dari carbamida peroksida dan alat set pembuang
serumen telinga lainnya. Penggunaan tetes telinga beberapa tetes di
lubang telinga 2-4 kali sehari akan melunakkan serumen. Biasanya
perlunakan dapat terjadi beberapa hari. Saat sudah lunak maka lebih
mudah diambil. Irigasi telinga menjadi pilihan.

Prinsip penanganan ini tidak menjamin terkeluarkan semua. Jika tubuh


anda memproduksi terlalubanyak maka anda harus rutin membuangnya.
Sumbatan ini hanya bersifat sementara dan gejala hilang setelah anda
membuang sumbatan
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Mabuk Perjalanan
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Mabuk selama perjalanan disebut Motion Sickness. Motion sickness
merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari kelelahan, kepala
pusing, mual sampai muntah dan keluar keringat dingin yang terjadi
saat dalam kendaraan yang berjalan

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan mabuk perjalanan di Puskesmas


Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur 1. Periksa keluhan kelelahan, kepala pusing, mual sampai muntah dan

keluar keringat dingin sehabis perjalanan dengan kendaraan

2. Penatalaksanaan dengan obat golongan skopolamin dan atau


golongan ati histamin seperti Cinnarazine, terapi lain lain sesuai keluhan
( symptomatis)

3. Dokumentasikan pada rekam medik dan register, diagnosis otitis


eksterna

dengan kode ICD X : T75.3

4. Pasien Pulang

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Furunkel Pada Hidung
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Infeksi dari kelenjar sebasea atau folikel rambut yang melibatkan
jaringan subkutan. Biasanya disebabkan oleh Staphylococcus
aureus.Penyakit ini memiliki insidensi yang rendah. Belum terdapat
data spesifik yang menunjukkan prevalensi furunkel. Furunkel
umumnya terjadi paling banyak pada anak-anak, remaja sampai dewasa
muda

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan furunkel di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa keluhan:

Pasien datang dengan keluhan adanya bisul di dalam hidung.

Gejala adanya bisul di dalam hidung kadang disertai rasa nyeri dan
perasaan tidak nyaman.  Kadang dapat disertai gejala rhinitis

Penatalaksanaan:

1. Kompres hangat dapat meredakan perasaan tidak nyaman.

2. Jangan memencet atau melakukan insisi pada furunkel.

3. Pemberian antibiotik topikal, seperti pemberian salep antibiotik serta


antibiotik oral karena lokasi furunkel yang berpotensial menjadi
bahaya. Antibiotik diberikan dalam 7-10 hari, dengan pemberian
Amoxicilin 500mg, 3x/hari, atau Eritromisin 250 – 500 mg, 4x/hari.

4. Insisi dilakukan jika sudah timbul abses

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Rhinitis Akut
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Peradangan pada mukosa hidung yangberlangsung akut(<12 minggu).
Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, ataupun iritan.
Radang sering ditemukan karena manifestasi dari rhinitis simpleks
(common cold), influenza, penyakit eksantem (seperti morbili, variola,
varicella, pertusis), penyakit spesifik, serta sekunder dari iritasi lokal
atau trauma.

Rhinitis akut merupakan penyebab morbiditas yang signifikan walaupun


sering dianggap sepele oleh para praktisi. Gejala-gejala rhinitis secara
signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien karena gejala-gejala
sistemik yang menyertainya seperti fatigue dan sakit kepala

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan rhinitis akut di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

Pasien datang dengan keluhan keluar ingus dari hidung (rinorea),


hidung tersumbat disertai rasa panas dan gatal pada hidung. 

-Rhinitis simpleks: gejala berupa rasa panas di daerah belakang hidung


pada awalnya, lalu segera diikuti dengan hidung tersumbat, rinore,
dan bersin yang berulang-ulang. Pasien merasa dingin, dan terdapat
demam ringan. Pada infeksi bakteri ingus menjadi mukopurulen,
biasanya diikuti juga dengan gejala sistemik seperti demam, malaise
dan sakit kepala.

-Rhinitis influenza: gejala sistemik umumnya lebih berat disertai sakit


pada otot. 

-Rhinitis eksantematous: gejala terjadi sebelum tanda karakteristik atau


ruam muncul. 

-Rhinitis iritan: gejala berupa ingus yang sangat banyak dan bersin.

-Rhinitis difteria: gejala berupa demam, toksemia, terdapat limfadenitis,


dan mungkin ada paralisis otot pernafasan

Terapi:

1. Istirahat yang cukup.

2. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat.

3. Rhinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri secara


spontan setelah kurang lebih 1 - 2 minggu. Karena itu umumnya
terapi yang diberikan lebih bersifat simptomatik, seperti analgetik,
antipiretik, dan nasal dekongestan disertai dengan istirahat yang
cukup. Terapi khusus tidak diperlukan kecuali bila terdapat
komplikasi seperti infeksi sekunder bakteri, maka antibiotik perlu
diberikan.

-Antipiretik dapat diberikan parasetamol

-Antibiotik diberikan jika terdapat infeksi bakteri, seperti


amoxicillin, eritromisin, cefadroxil
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.

Rhinitis Vasomotor
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Inflamasi mukosa hidung yang bukan merupakan proses alergi, bukan
proses infeksi, menyebabkan terjadinya obstruksi hidung dan rinorea.
Etiologi dari Rinitis Vasomotor dipercayai sebagai akibat dari
terganggunya keseimbangan dari saraf autonom pada mukosa hidung
yang menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan hipersekresi

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan rhinitis vasomotor di Puskesmas


Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesis:

Rinitis vasomotor bisa menggambarkan sensitivitas yang tidak biasa


terhadap kelembaban udara. Biasanya rinitis non alergika ini disertai
dengan gejala – gejala obstruksi saluran pernafasan hidung dan rinorea
yang hebat. Biasanya tidak terdapat variasi musim, tetapi gejalanya
dapat menyerupai rinitis alergika sepanjang tahun. Tetapi karena
mungkin terdapat remisi dan eksaserbasi, maka ia dapat pula
menyerupai rinitis alergika musiman. Hal ini terjadi bila pasien sensitif
pada perubahan suhu yag menyertai perubahan musim. Biasanya
penderita rinitis vasomotor tidak mempunyai riwayat alergi pada
keluarganya. Mereka menjelaskan fenomena iritatifnya dimulai di usia
dewasa. Jarang terjadi bersin dan rasa gatal

Terapi;

1. Menghindari penyebab

Jika agen iritan diketahui, terapi terbaik adalah dengan pencegahan dan
menghindari. Jika tidak diketahui, pembersihan mukosa nasal secar
periodik mungkin bisa membantu. Bisa dilakukan dengan menggunakan
semprotan larutan saline atau alat irigator seperti Grossan irigator.

2. Farmakologik

Antihistamin mempunyai respon yang beragam. Membantu pada pasien


dengan gejala utama rinorea. Selain antihistamin, pemakaian
antikolinergik juga efektif pada pasien dengan gejala utama rinorea.
Obat ini adalah antagonis muskarinik.

Steroid topikal membantu pada pasien dengan gejala utama kongesti,


rinorea dan bersin. Obat ini menekan respon inflamasi lokal yang
disebabkan oleh vasoaktif mediator yang dapat menghambat
Phospolipase A2, mengurangi aktivitas reseptor asetilkolin, menurunkan
basofil, sel mast dan eosinofil. Efek dari kortikostreroid tidak bisa
segera, tapi dengan penggunaan jangka panjang, minimal sampai 2 gr
sebelum hasil yang diinginkan tercapai. Steroid topikal dengan
memperhatikan efek samping dengan steroid ; udem mukosa,eritema
ringan.

Pada penggunaan topikal yang terlalu lama (> 5 hari) dapat terjadi
rinitis medikamentosa yaitu rebound kongesti yang terjadi setelah
penggunaan obat topikal > 5 hari. Kontraindikasi pemakaian
dekongestan adalah penderita dengan hipertensi yang berat serta
tekanan darah yang labil
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan
.
1.

Benda Asing
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Trauma yang terjadi akibat adanya benda
yang pada k e a d a a n normal tidak dijumpai di tubuh.Pada
umumnya bersifatat ringan namun pada benda asing yangberduri
serangga dan tanaman dapat menyebabkan penempelanyang
lebih dalam sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman.
Penyakit ini juga dapat berakibat serius pada kasus benda asingyang
bersifat kimiawi

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan benda asing di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur 1. Anamnesis:

 Pada awalnya timbul batuk mendadak, hebat, bertubi-tubi dan


dapat sampai biru (sianosis).Kemudian diikuti dengan fase
tenang, tidak batuk, sebab benda asing berhenti pada salah satu
cabang bronkus. Bila "lepas", dapat timbul batuk -batuk lagi.
 Sesak nafas terjadi bila ada penyumbatan pada laring atau
trakea.
 Anamnesis yang cermat,sangat penting dalam menegakkan
diagnosis.

2. Pemeriksaan fisik:

 Kadang-kadang tidak dapat diternukan gejala yang jelas.


 Bila ada penyumbatan jalan napas atas, tampak:

gelisah
sesak
stridor inspirasi

 Retraksi supraklavikuler, interkostal, epigastrial, supra steroal


biru (sianosis)
 Bila benda asing berhenti pada salah satu cabang bronkus:

Gerak nafas satu sisi berkurang


Suara nafas satu sisi berkurang
Pada fase tenang, mungkin gejala tersebut di atas tidak
ada

TERAPI

 Ekstraksi benda asing melalui bronkoskopi


 Bila sesak dapat dilakukan trakeotomi.
 Bila penderita apatis dan tidak tersedia peralatan tersebut, dapat
dilakukan "Heimlich manouvre"

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Epistaksis
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal atau sebab
umum (kelainan sistemik)

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan epistaksis di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Pertama-tama keadaan umum dan tanda vital harus diperiksa.


Anamnesis singkat sambil mempersiapkan alat, kemudian yang lengkap
setelah perdarahan berhenti untuk membantu menentukan sebab
perdarahan.

Penanganan epistaksis yang tepat akan bergantung pada suatu


anamnesis yang cermat. Hal-hal penting adalah sebagai berikut :

1. riwayat perdarahan sebelumnya


2. lokasi perdarahan
3. apakah darah terutama mengalir ke dalam tenggorokan (ke
posterior) ataukah keluar dari hidung depan (anterior) bila pasien
duduk tegak
4. lama perdarahan dan frekuensinya
5. kecenderungan perdarahan
6. riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga
7. hipertensi
8. diabetes mellitus
9. penyakit hati
10. gangguan anti koagulan
11. trauma hidung yang belum lama
12. obat-obatan misalnya aspirin

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Influenza
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Sering dikenal dengan flu adalah penyakit menular disebabkan oleh
virus RNA yaitu virus influenza A, B dan lebih jarang C. Virus
influenza terus mengalami perubahan, sehingga dalam beberapa waktu
akan mengakibatkan wabah (pandemik) yang parah. Virus ini
menyerang saluran napas atas dan paru-paru

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan influenza di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

Keluhan yang sering muncul adalah demam, bersin, batuk, sakit


tenggorokan, hidung meler, nyeri sendi dan badan, sakit kepala, lemah
badan

Penatalaksanaan:

•Tatalaksana influenza umumnya tanpa obat (self-limited disease). Hal


yang perlu ditingkatkan adalah daya tahan tubuh. Tindakan untuk
meringankan gejala flu adalah beristirahat 2-3 hari, mengurangi
kegiatan fisik berlebihan, meningkatkan gizi makanan dengan
makanan berkalori dan protein tinggi, serta buah-buahan yang tinggi
vitamin.
•Terapi simptomatik per oral
-Antipiretik. Pada dewasa yaitu parasetamol 3-4 x 500 mg/hari (10-
15 mg/kgBB), atau ibuprofen 3-4 x 200-400 mg/hari (5-10
mg/kgBB)
-Antihistamin, seperti klorfeniramin 4-6 mg sebanyak 3-4 kali/hari
-Dapat pula diberikan antitusif atau ekspektoran bila disertai batuk
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Pertusis
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Pertusis yang berat terjadi pada bayi muda yang belum pernah diberi
imunisasi. Setelah masa inkubasi 7-10 hari, anak timbul demam,
biasanya disertai batuk dan keluar cairan hidung yang secara klinik sulit
dibedakan dari batuk dan pilek biasa. Pada minggu ke-2, timbul batuk
paroksismal yang dapat dikenali sebagai pertusis. Batuk dapat berlanjut
sampai 3 bulan atau lebih. Anak infeksius selama 2 minggu sampai 3
bulan setelah terjadinya penyakit

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan pertusis di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

 Batuk paroksismal diikuti suara whoop saat inspirasi, sering


disertai muntah
 Perdarahan subkonjungtiva
 Anak tidak atau belum lengkap diimunisasi terhadap pertusis
 Bayi muda mungkin tidak disertai whoop, akan tetapi batuk
yang diikuti oleh berhentinya napas atau sianosis, atau napas
berhenti tanpa batuk
 Periksa anak untuk tanda pneumonia dan tanyakan tentang
kejang

Tatalaksana=

Kasus ringan pada anak-anak umur ≥ 6 bulan dilakukan secara rawat


jalan dengan perawatan penunjang. Umur < 6 bulan
dirawat di rumah sakit, demikian juga pada anak dengan pneumonia,
kejang, dehidrasi, gizi buruk, henti napas lama, atau kebiruan setelah
batuk.

Antibiotik

 Beri eritromisin oral (12.5 mg/kgBB/kali, 4 kali sehari) selama


10 hari atau jenis makrolid lainnya. Hal ini tidak akan
memperpendek lamanya sakit tetapi akan menurunkan periode
infeksius.

Oksigen

 Beri oksigen pada anak bila pernah terjadi sianosis atau berhenti
napas atau batuk paroksismal berat.
 Gunakan nasal prongs, jangan kateter nasofaringeal atau kateter
nasal, karena akan memicu batuk. Selalu upayakan agar lubang
hidung bersih dari mukus agar tidak menghambat aliran oksigen.
 Terapi oksigen dilanjutkan sampai gejala yang disebutkan di atas
tidak ada lagi.
 Perawat memeriksa sedikitnya setiap 3 jam, bahwa nasal prongs
berada pada posisi yang benar dan tidak tertutup oleh mukus dan
bahwa semua sambungan aman

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.

Tonsilitis
No. Dokumen : /SOP/KTR/III/2018
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018

Halaman : 1/2

Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri atau kuman
streptococcusi beta hemolyticus, streptococcus viridans dan
streptococcus pyogenes dapat juga disebabkan oleh virus

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan tonsilitis di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

Pasien biasanya berupa nyeri tenggorokan, sakit menelan, dan kadang –


kadang pasien tidak mau minum atau makan lewat mulut. Penderita
tampak loyo dan mengeluh sakit pada otot dan persendian. Biasanya
disertai demam tinggi dan napas yang berbau, yaitu :

• Suhu tubuh naik sampai 40 oC.

• Rasa gatal atau kering ditenggorokan.

• Lesu.

• Nyeri sendi, odinofagia.

• Anoreksia dan otolgia.

• Bila laring terkena suara akan menjadi serak.

• Tonsil membengkak.

• Pernapasan berbau

Tatalaksana:

Jika penyebab tonsilitis adalah bakteri maka antibiotik harus diberikan.


Gunakan eritromisin. Idealnya, jenis antibiotik yang diberikan sesuai
dengan hasil biakan. Antibiotik diberikan antara 5 sampai 10 hari.

Jika melalui biakan diketahui bahwa sumber infeksi adalah


Streptokokus beta hemolitkus grup A, terapi antibiotik harus
digenapkan 10 hari untuk mencegah kemungkinan komplikasi nefritis
dan penyakit jantung rematik

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.

Laringitis
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada laring (kotak pita suaradi
dalam tenggorokan)

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan laringitis di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa: nyeri tenggorokan, batuk, demam, suara yang dikeluarkan


serak, atau bahkan kehilangan suara sama sekali

Tatalaksana:

·Jika Anda merasakan gejala sakit kepala yang mengganggu atau


bahkan demam, konsumsilah obat-obatan pereda rasa sakit seperti
ibuprofen atau paracetamol.

·Aturlah tingkat kelembapan udara di rumah dengan alat humidifier atau


vaporizer, sehingga udara yang dihirup masuk ke rongga hidung dan
saluran pernapasan bagian atas bukan udara yang kering. Humidifier
berfungsi untuk menghembuskan kabut dingin ke dalam udara,
sedangkan vaporizer berfungsi untuk menghisap hawa panas.

·Minumlah banyak air putih untuk mencegah dehidrasi. Hindari


mengonsumsi minuman yang mengandung kafein dan alkohol.

·Jika saluran pernapasan terasa tidak nyaman, Anda dapat


melegakannya dengan menghirup inhaler yang mengandung mentol.
Selain itu, mengonsumsi permen mint dan berkumur-kumur dengan air
garam hangat atau obat kumur khusus yang bisa dibeli di apotik, juga
dapat membantu melegakan tenggorokan.

·Untuk mengurangi ketegangan pada pita suara yang sedang mengalami


radang dan mempercepat proses penyembuhan, bicaralah dengan suara
perlahan atau bila perlu jangan berbicara terlebih dahulu.

·Hindari paparan debu.


·Jangan merokok

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.

TB Paru Tanpa Komplikasi


SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan TB paru tanpa komplikasi di


Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti
dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah,
sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang
lebih dari satu bulan

Dosis OAT lini pertama adalah sebagai berikut :

1. Rifampisin (R) diberikan dalam dosis 10 mg/KgBB per hari


secara oral, atau 10 mg/kgBB oral dua kali seminggu dengan
perlakuan DOT, maksimal 600 mg/hari. Dikonsumsi pada waktu
perut kosong agar baik penyerapannya.
2. Isoniazid (H) diberikan dalam dosis 5 mg/kgBB oral tidak
melebihi 300 mg per hari untuk TB paru aktif, sedangkan pada
TB laten pasien dengan berat badan >30 kg diberikan 300 mg
oral. Pemberian isoniazid juga bersamaan dengan Piridoksin
(vitamin B6) 25-50 mg sekali sehari untuk mencegah neuropati
perifer
3. Pirazinamid (Z) pada pasien dengan HIV negatif diberikan 15-
30 mg/kgBB per hari secara oral dalam dosis terbagi, tidak boleh
melebihi dua gram per hari. Atau dapat diberikan dua kali
seminggu dengan dosis 50 mg/kg BB secara oral
4. Etambutol (E) pada fase intensif dapat diberikan 20 mg/kgBB.
Sedangkan pada fase lanjutan dapat diberikan 15 mg/kgBB ,
atau 30 mg/kgBB diberikan 3 kali seminggu, atau 45 mg/kgBB
diberikan 2 kali seminggu
5. Streptomisin (S) dapat diberikan 15 mg/kgBB secara intra
muskular, tidak melebihi satu gram per hari. Atau dapat
diberikan dengan dosis dua kali per minggu, 25-30 mg/kgBB
secara intra muskular, tidak melebihi 1,5 gram per hari

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.

Hipertensi
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Hipertensi merupakan keadaan yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)
≥140/90 mm Hg

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan hipertensi di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

Gejala bisa muncul bila tekanan darah sudah sangat tinggi. Gejala yang
mungkin ditimbulkan, antara lain:

 Sakit kepala
 Lemas
 Masalah dalam penglihatan
 Nyeri dada
 Sesak napas
 Aritmia
 Adanya darah dalam urine

Terapi:

 Antagonis kalsium. Antagonis kalsium menurunkan tekanan


darah dengan melebarkan pembuluh darah. Beberapa contoh
obat ini adalah amlodipine dan nifedipine.
 ACE inhibitor. ACE inhibitor menurunkan tekanan darah
dengan cara membuat dinding pembuluh darah lebih rileks.
Contoh obat golongan ini adalah captopril

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Ulkus Mulut (aptosa, herpes)
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Jenis spesifik stomatitis yang muncul dengan ulkus yang dangkal dan
nyeri yang biasanya ada di bibir, pipi, gusi, atap atau dasar mulut.
Rentang diameter ulkus ini dari bintik kecil hingga 1 inchi (2,5 cm) atau
lebih. Walaupun penyebab SAR tidak diketahui; yang diduga adalah
defisiensi nutrisi, khususnya vitamin B12, folat, atau besi. Stomatitis
generalisata atau stomatitis kontak dapat terjadi akibat penggunaan
berlebihan dari alkohol, merica, makanan panas, atau produk tembakau

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan ulkus mulut di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Terapi: dengan mengoreksi defisiensi vitamin B12, besi, atau folat. Jika
terapi tersebut tidak berhasil, dapat diresepkan obat-obatan yang
diaplikasikan pada tiap ulkus aftosa dengan aplikator kapas. Terapi ini
berhasil pada sejumlah kecil pasien. Lebih terkini, perawatan laser
karbon dioksida berdaya rendah telah ditemukan untuk meringankan
ketidaknyamanan akibat SAR. Wabah stomatitis aftosa dapat dirawat
dengan antibiotik tetrasiklin atau kortikosteroid
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.

Parotitis
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Inflamasi pada kelenjar parotis yang dapat disebabkan oleh agen
infeksius maupun penyakit sistemik non infeksius

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan parotitis di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa: Perlu ditanyakan mengenai onset dan durasi dari gejala,
periodisitas, dan karakteristik dari air ludah yang disekresi

Penatalaksanaan: ditujukan untuk mengurangi nyeri dengan


memberikan paracetamol atau ibuprofen, dan menjaga hidrasi tetap
adekuat dengan rehidrasi.

Antipiretik dapat diberikan bila terdapat demam. Hindari makanan dan


minuman yang asam seperti tomat, cuka, atau jus jeruk, karena dapat
menyulitkan proses menelan dan menimbulkan iritasi pada lambung.
Kompres hangat atau dingin dapat meringankan gejala pada kelenjar
yang membengkak.

Analgesik yang lebih kuat mungkin diperlukan untuk pasien orchitis,


disarankan untuk tirah baring, scrotal support dan kompres dingin.
Konsultasi pada dokter spesialis dapat dilakukan pada kasus yang
melibatkan banyak organ.

Antibiotik hanya diberikan bila curiga parotitis supuratif. Antibiotik


spektrum luas yang efektif terhadap S. aureus, Streptococcus spp,
organisme gram negatif, dan anaerob dapat diberikan secara empirik.
sefalosporin generasi pertama, dan klindamisin yang dikombinasi
dengan aminoglikosida. Insisi dan drainase diindikasikan bila respon
pengobatan lambat dan fluktuasi bertambah
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Infeksi Pada Umbilikus
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Merupakan infeksi yang umumnya terjadi pada neonatus dan dapat
menjadi penyebab mortalitas bayi pada negara miskin atau berkembang.
Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya kebersihan pada saat persalinan
maupun perawatan tali pusat

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan infeksi umbilikus di Puskesmas


Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

Perlu digali riwayat kehamilan, persalinan, dan perawatan neonatus.


Anak tidak mau menetek merupakan salah satu tanda dari infeksi.
Adanya perubahan status mental menandakan adanya infeksi sistemik.
Pada pemeriksaan regio umbilikus dapat ditemukan sekret purulent,
eritema periumbilikal, edema, dan abdominal tenderness. Pada dinding
abdomen bisa ditemukan ekimosis, bula, peau d’orange, krepitasi,
ptekiae, dan tanda-tanda selulitis. Rata-rata usia bayi terkena omfalitis
adalah 5-9 hari pada bayi aterm dan 3-5 hari pada bayi preterm

Tatalaksana:

Bayi dengan infeksi umbilikus meliputi terapi farmakologis hingga


pembedahan disertai dengan perawatan suportif terhadap komplikasi
seperti gagal nafas

Dosis pemberian gentamisin pada neonatus < 7 hari diberikan dengan


dosis 5 mg/kg/hari terbagi dalam 2 dosis.

Omfalitis dengan komplikasi necrotizing fasciitis dan myonekrosis


membutuhkan terapi yang lebih agresif dengan antibiotik untuk
organisme anaerob seperti metronidazole dan clindamycin. Dosis
metronidazole pada neonatus adalah 15 mg/kg/hari dibagi 2 dosis atau
clindamycin 20 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.

Antibiotik topikal
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Gastritis
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Gastritis adalah kondisi ketika lapisan lambung mengalami iritasi,
peradangan atau pengikisan. Berdasarkan jangka waktu perkembangan
gejala, gastritis dibagi menjadi dua, yaitu akut (berkembang secara
cepat dan tiba-tiba) dan kronis (berkembang secara perlahan-lahan)

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan gastritis di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

 Nyeri yang menggerogoti dan panas di dalam lambung


 Hilang nafsu makan
 Cepat merasa kenyang saat makan
 Perut kembung
 Cegukan
 Mual
 Muntah
 Sakit perut
 Gangguan saluran cerna
 BAB dengan tinja berwarna hitam pekat
 Muntah darah

Terapi:

 Obat penghambat histamin 2 (H2 blocker). Obat ini mampu


meredakan gejala gastritis dengan cara menurunkan produksi
asam di dalam lambung. Salah satu contoh obat penghambat
histamin 2 adalah ranitidine.
 Obat penghambat pompa proton (PPI). Obat ini memiliki kinerja
yang sama seperti penghambat histamin 2, namun lebih efektif.
Salah satu contoh obat penghambat pompa proton adalah
omeprazole.
 Obat antasida. Obat ini mampu meredakan gejala gastritis
(terutama rasa nyeri) secara cepat dengan cara menetralisir asam
lambung.
 Obat antibiotik. Obat ini diresepkan pada penderita gastritis
yang kondisinya diketahui disebabkan oleh infeksi bakteri.
Contoh obat antibiotik adalah amoxicillin, dan metronidazole

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Gastroenteritis
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Gastroenteritis adalah inflamasi pada lapisan mukosa lambung dan usus
kecil, penyebab terbanyak adalah infeksi rotavirus, bermanifestasi
umumnya sebagai diare dan muntah, dan bisa menyebabkan komplikasi
dehidrasi berat dan menyebabkan kematian

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan gastroenteritis di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

keluhan gastroenteritis harus dievaluasi onset, frekuensi, kuantitas, dan


lamanya diare/muntah. Gambaran diare dan atau muntahnya juga
ditanyakan, meliputi apakah ada darah, cairan empedu, atau mukus.

Pasien perlu ditanyakan lama sakitnya, apakah ada nyeri perut dan
demam, adanya kondisi defisiensi/supresi imunitas tubuh, serta
komorbiditas penyakit dan malnutrisi

Penatalaksanaan:

penatalaksanaan gastroenteritis adalah penanganan dehidrasi dan


manajemen infeksi pada gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri.
Prinsip penatalaksanaan adalah pemberian cairan untuk rehidrasi,
antibiotik bila diperlukan, seng, nutrisi, dan edukasi
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Refluks Gastroesofagus
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Gangguan di mana isi lambung mengalami refluks secara berulang ke
dalam esofagus, yang menyebabkan terjadinya gejala dan/atau
komplikasi yang mengganggu. Terjadi akibat adanya
ketidakseimbangan antara faktor ofensif dan defensif dari sistem
pertahanan esofagus dan bahan refluksat lambung

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan refluks gastroesofagus di Puskesmas


Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014
5.Prosedur Gejala utama refluks gastroesofageal:

Heart burn, yaitu rasa panas seperti terbakar di daerah substernal,


regurgitasi serta disfagia. Keluhan biasanya dirasakan setelah makan
dengan volume banyak dan berlemak atau saat berbaring.

Gejala lainnya adalah kembung, mual, cepat kenyang, bersendawa,


hipersalivasi, disfagia hingga odinofagia

Terapi:

Obat golongan PPI (protont pump inhibitor) merupakan obat pilihan


yang terbukti efektif mengatasi gejala serta menyembuhkan lesi
esofagitis. Terdapat 5 jenis PPI yang beredar di pasaran yaitu omeprazol
20 mg, lansoprazol 30 mg

PPI dosis tunggal umunya diberikan pada pagi hari sebelum makan
pagi, sedangkan dosis ganda diberikan sebelum makan pagi dan
sebelum makan malam.

Terapi inisial GERD adalah PPI dosis tunggal selama 8 minggu. Jika
gejala tidak membaik atau gejala terasa mengganggu di malam hari,
terapi dapat dilanjutkan dengan PPI dosis ganda selama 4–8 minggu.
Bila penderita mengalami kekambuhan, terapi inisial dapat dimulai
kembali dan dilanjutkan dengan terapi maintenace berupa PPI dosis
tunggal selama 5 – 14 hari.

Selaim PPI, obat lain dalam pengobatan GERD adalah antagonis


reseptor H2, antasida, dan prokinetik. Antagonis reseptor H2 dan
antasida digunakan untuk mengatasi gejala refluks ringan dan terapi
maintenance bersama PPI
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Demam Tifoid
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Jika anak demam dan mempunyai salah satu tanda berikut ini: diare atau
konstipasi, muntah, nyeri perut, sakit kepala atau batuk, terutama jika
demam telah berlangsung selama 7 hari atau lebih dan diagnosis lain
sudah disisihkan

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan demam tifoid di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

 Demam lebih dari tujuh hari


 Terlihat jelas sakit dan kondisi serius tanpa sebab yang jelas
 Nyeri perut, kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
 Delirium
 Hepatosplenomegali
 Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran,
kejang, dan ikterus
 Dapat timbul dengan tanda yang tidak tipikal terutama pada bayi
muda sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dan
hipotermi

Tatalaksana:

 Obati dengan kloramfenikol (50-100 mg/kgBB/hari dibagi


dalam 4 dosis per oral atau intravena) selama 10-14 hari
 Jika tidak dapat diberikan kloramfenikol, dipakai amoksisilin
100 mg/kgBB/hari peroralatau kotrimoksazol 48 mg/kgBB/hari
(dibagi 2 dosis) peroral selama 10 hari.
 Bila klinis tidak ada perbaikan digunakan generasi ketiga
sefalosporin seperti seftriakson (80 mg/kg IM atau IV, sekali
sehari, selama 5-7 hari) atau sefiksim oral (20 mg/kgBB/hari
dibagi 2 dosis selama 10 hari).

Jika anak demam (≥ 39º C) berikan parasetamol


6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Alergi Makanan
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Alergi makanan dialami oleh sepertiga anak dengan dermatitis atopik
derajat sedang sampai berat. Anak dengan alergi makanan akan lebih
sering sakit, sehingga pada anak yang kambuh-kambuhan lebih sering
tidak masuk sekolah. Edukasi pada orang tua pasien penting untuk
penanganan pertama dan menghidari pencetus alergi makanan

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan alergi makanan di Puskesmas


Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Setelah diagnosis alergi makanan ditegakkan, diet eliminasi makanan


pencetus juga akan bersifat terapeutik dalam memperbaiki gejala klinis
dermatitis atopik. Penting untuk mengkomunikasikan kepada pasien
keuntungan (peningkatan kualitas hidup dan perbaikan gejala dermatitis
atopik) dan kerugian (penurunan kualitas hidup karena menghindari
makanan pencetus) diet eliminasi yang akan dilaksanakan.

Bila timbul gejala dermatitis atopik akut, beberapa pilihan terapi


farmakologis yang dapat diberikan di antaranya adalah

Topikal 2x sehari

 Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikosteroid topikal


 Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan
hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan Betametason valerat
krim 0.1%
 Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian
antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas.

Oral sistemik

 Antihistamin sedatif yaitu: CTM 3x4 mg selama maksimal 2


minggu

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Keracunan Makanan
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Keracunan makanan adalah penyakit yang disebabkan oleh karena
mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan berbahaya/toksik
atau yang terkontaminasi. Kontaminasi bisa oleh bakteri, virus, parasit,
jamur, toksin

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan keracunan makanan di Puskesmas


Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Gejala yang umumnya terjadi antara lain:

 Merasa mual dan muntah-muntah.


 Mengalami diare.
 Sakit atau kram perut

 Anda mengalami demam tinggi.


 Gejala yang dialami sangat parah dan tidak membaik hingga
beberapa hari.
 Sakit perut hebat.
 Mengalami gejala dehidrasi parah, misalnya urine beraroma
tidak enak, berwarna gelap, dan sangat sedikit.
 Bayi Anda mengalami keracunan makanan.
 Terjadi wabah keracunan makanan dan terkait dengan sumber
kontaminasi tertentu.
 Mengalami muntah-muntah lebih dari dua hari.
 Diare yang berlangsung lebih dari tiga hari atau tinja bercampur
darah.
 Mengalami gejala seperti pandangan buram, otot lemas, atau
sensasi geli di tangan

Terapi: diberikan cairan rehidrasi oral (oralit). Oralit berfungsi


menggantikan glukosa, garam, dan mineral penting lain yang hilang
akibat muntah dan diare
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Penyakit Cacing Tambang
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan infeksi cacing tambang di Puskesmas


Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa gejala berikut ini:

 Alergi berupa rasa gatal dan ruam.


 Sakit perut, mual, dan kram usus.
 Demam dan kehilangan nafsu makan.
 Diare dan terdapat darah bercampur dengan feses.
 Batuk-batuk dan pernapasan terganggu.
 Berat badan menurun.

Infeksi cacing tambang umumnya dapat diatasi dengan obat-obatan


anthelmintik (anticacing), misalnya albendazole dan mebendazole
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.

Strongiloidiasis
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Strongiloidiasis merupakan infeksi yang terjadi pada tubuh akibat
cacing gelang spesies Strongyloides stercoralis. Cacing ini dapat hidup
pada tubuh manusia yang dijadikan inang sebagai parasit dan
mengambil nutrisi yang diperoleh manusia melalui makanan. Selain
cacing jenis Strongyloides stercoralis, strongiloidiasis juga dapat
disebabkan oleh cacing jenis Strongyloides fulleborni. Namun, infeksi
strongiloidiasis oleh cacing jenis tersebut jarang terjadi. Cacing
Strongyloides  umumnya hidup di daerah dengan iklim tropis dan
subtropis, namun tak jarang pula ditemukan di daerah beriklim sedang

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan strongiloidiasis di Puskesmas


Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur  Antelmintik. Terapi antelmintik merupakan pengobatan paling


utama dalam menyembuhkan penderita strongiloidiasis.
Beberapa jenis antelmintik yang biasa digunakan adalah:
o Benzimidazole. Obat ini membasmi cacing dengan cara
mencegah cacing menghasilkan energi untuk keperluan
tubuhnya. Benzimidazole tidak hanya membunuh cacing
dewasa, namun juga dapat membasmi larva dan telur
cacing. Contoh obat ini adalah thiabendazole,
mebendazole, dan albendazole
 Antibiotik. Antibiotik dapat diberikan kepada penderita
strongiloidiasis jika diduga juga mengalami infeksi sekunder,
terutama dari bakteri enterik. Antibiotik dapat diberikan selama
2-4 minggu jika penderita menunjukkan gejala meningitis atau
bakteremia pada saat pengobatan strongiloidiasis dilakukan

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.

Askariasis
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Askariasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh nematoda
usus Ascaris lumbricoides ( Lumbricoides) atau disebut juga sebagai
cacing gelang. Cacing ini masuk kedalam kelompok soil transmitted
helminths/STH. STH adalah cacing yang dalam siklus hidupnya
memerlukan tanah yang sesuai untuk berkembang menjadi bentuk
infektif.

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan askariasis di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa pasien datang dengan keluhan keluarnya cacing lewat rektum
atau mulut saat batuk. Gejala yang timbul dapat berupa gejala anoreksia,
nyeri perut tidak spesifik, dan diare, namun gejala ini tidak bersifat
khas.

Penatalaksanaan askariasis umumnya cukup dengan medikamentosa.


Apabila didapatkan komplikasi seperti obstruksi intestinal, maka pasien
harus dirujuk untuk tatalaksana bedah.

Medikamentosa

Penatalaksanaan askariasis menggunakan medikamentosa bisa


menggunakan albendazole, mebendazole
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Skistosomiasis
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Schistosoma adalah salah satu penyakit infeksi parasit yang disebabkan
oleh cacing trematoda dari genus schistosoma (blood fluke)

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan skistosomiasis di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur AnamnesaKeluhan:
a. Pada fase akut, pasien biasanya datang dengan keluhan demam, nyeri
kepala, nyeri tungkai, urtikaria, bronchitis, nyeri abdominal.Biasanya
terdapat riwayat terpapar dengan air misalnya danau atau sungai 4-8
minggu sebelumnya, yang kemudian berkembang menjadi ruam
kemerahan (pruritic rash)

b. Pada fase kronis, keluhan pasien tergantung pada letak lesi misalnya:
1. Buang air kecil darah (hematuria), rasa tak nyaman hingga nyeri saat
berkemih, disebabkan oleh urinary schistosomiasis biasanya disebabkan
oleh S. hematobium.
2. nyeri abdomen dan diare berdarah biasanya disebabkan oleh intestinal
skistosomiasis oleh biasanya disebabkan oleh S. mansoni, S. Japonicum
juga S. Mekongi.
3. Pembesaran perut, kuning pada kulit dan mata disebabkan oleh
hepatosplenic skistosomiasis yang biasanya disebabkan oleh S.
Japonicum

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Taeniasis
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Taeniasis adalah penyakit akibat infeksi cacing pita. Meski infeksi
parasit ini dapat ditangani dengan mudah, namun bisa menyebar pada
organ tubuh lainnnya dan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan
serius.

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan taeniasis Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa gejala:

 Mual
 Nafsu makan menurun.
 Diare.
 Sakit perut.
 Ingin mengonsumsi makanan yang asin.
 Penurunan berat badan akibat gangguan dalam penyerapan
makanan.
 Pusing

Penatalaksanaan:

 Obat anthelmintik. Obat ini dapat membunuh cacing pita.


Contohnya adalah pyrantel pamoate atau  . Obat anthelmintik
akan diberikan untuk sekali minum, tetapi dapat juga
dikonsumsi dalam waktu beberapa minggu hingga infeksi bersih.
Cacing pita yang mati akan keluar bersama kotoran. Meski
efektif, obat anthelmintik dapat menimbulkan efek samping,
seperti pusing dan sakit maag
 Obat antiinflamasi. Kista cacing pita yang mati dapat membuat
jaringan atau organ menjadi bengkak dan meradang. Untuk
mengatasi hal ini dokter dapat memberikan obat kortikosteroid

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan
.
1.

Disentri Basiler, Amuba


SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan seringkali
menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri disentri basiler yang
disebabkan oleh shigellosis dan amoeba (disentri amoeba)

2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan disentri basiler Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa keluhan pasien:


a. Sakit perut terutama sebelah kiri dan buang air besar encer secara
terus menerus bercampur lendir dan darah
b. Muntah-muntah
c. Sakit kepala
d. Bentuk yang berat (fulminating cases) biasanya disebabkan oleh
S.dysentriae dengan gejalanya timbul mendadak dan berat, dan dapat
meninggal bila tidak cepat ditolong

Terapi:
   1. Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis pasien
diobati dengan antibiotik. Jika setelah 2 hari pengobatan menunjukkan
perbaikan, terapi diteruskan selama 5 hari. Bila tidak ada perbaikan,
antibiotik diganti dengan jenis yang lain.

   2. Pemakaian jangka pendek dengan dosis tunggal fluorokuinolon


seperti siprofloksasinternyata berhasil baik untuk pengobatan disentri
basiler.
Dosis siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500 mg/hari selama 3 hari
sedangkan dan sefiksim 400mg/hari selama 5 hari. Pemberian
siprofloksasin merupakan kontraindikasi terhadap anak-anak dan wanita
hamil
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.

Hemoroid
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah pada rektum bagian distal.
Penyakit ini dikenal oleh masyarakat dengan sebutan ambeien /
wasir.Penyakit ini timbul akibat adanya kongesti pada vena
hemorrhoidalis yang disebabkan oleh adanya gangguan aliran balik
2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan hemoroid Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesis

Gejala hemoroid tergantung derajat keparahan penyakit. Gejala paling


sering ditemukan antara lain perdarahan saat buang air besar, darah
menetes dari anus, prolaps, keluar cairan dari anus (mucus discharge),
dan pruritus ani. Akan tetapi penderita hemoroid dapat juga tanpa gejala

Penatalaksanaan hemoroid internal dilakukan berdasarkan derajat


keparahan. Terapi utama adalah terapi non farmakologi berupa
modifikasi diet serta perbaikan bowel habit. Terapi selanjutnya adalah
medikamentosa dan pembedahan
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.

Gonore
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Salah satu penyakit menular seksual yang umum dan disebabkan oleh
bakteri bernama Neisseria gonorrhoeae atau gonococcus. Pria maupun
wanita bisa terjangkit penyakit ini. Bakteri gonococcus biasanya
ditemukan di cairan penis dan vagina dari orang yang terinfeksi
2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan gonore Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

buang air kecil terasa sakit atau perih dan keluarnya cairan tidak normal
berwarna putih, kuning, atau hijau dari vagina atau penis.

Selain itu ada juga gejala pada pria yang jarang terjadi, seperti rasa sakit
pada testis, serta radang atau pembengkakan pada kulup.

Beberapa wanita juga bisa mengalami gejala seperti demam, menstruasi


yang lebih berat, perdarahan usai melakukan hubungan seks, perut
bagian bawah terasa sakit, pembengkakan pada vulva, dan perdarahan
di antara masa menstruasi.

Pria dan wanita juga bisa terkena infeksi di tenggorokan, dubur, dan
mata karena melakukan seks oral atau anal

Penatalaksanaan:

suntikan antibiotik (biasanya pada paha atau bokong), diikuti dengan


satu tablet antibiotik. Jika Anda tidak ingin disuntik, dokter
kemungkinan akan menggantinya dengan tablet antibiotik lagi.
Pengobatan ini biasanya didukung dengan terapi obat-obatan lainnya
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Pielonefritis Tanpa Komplikasi
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Pielonefritis adalah penyakit infeksi pada ginjal disebabkan oleh bakteri
atau virus. Kandung kemih menyimpan urin sebelum dikeluarkan oleh
tubuh. Bakteri dan virus biasanya mencapai kandung kemih melalui
uretra (saluran yang mengeluarkan urin dari kandung kemih hingga
keluar tubuh) dan menyebabkan infeksi yang memengaruhi ginjal
hingga memicu pielonefritis
2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan pielonefritis tanpa komplikasi di
Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

Gejala yang paling umum adalah demam dan sakit pinggang. Gejala
lain berupa: menggigil, sering buang air kecil, mual, rasa sakit ketika
buang air kecil, rasa sakit pada tulang rusuk atau panggul, mendadak
ingin buang air kecil, atau muntah

Penatalaksanaan:

Pada orang dewasa, pengulangan kultur urin harus dilakukan untuk


memastikan infeksi tidak kambuh. Jika tes menunjukan infeksi,
konsumsi antibiotik selama 14 hari harus kembali dilakukan; jika masih
terjadi, konsumsi antibiotik diperpanjang hingga 6 minggu
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Fimosis
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Fimosis adalah kelainan pada pria yang belum disunat dimana kulup
penis melekat kencang pada kepala penis sehingga tidak dapat ditarik ke
belakang melewati kepala penis. Kondisi ini umum terjadi pada anak
berusia dua hingga enam tahun. Seiring waktu, kulup penis seharusnya
mulai terpisah dari kepala penis secara alami Namun, bagi beberapa
anak, kulup penis masih belum dapat ditarik ke belakang hingga usia 17
tahun
2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan fimosis tanpa komplikasi di
Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

Fimosis secara umum tidak menimbulkan rasa nyeri atau gejala apa
pun. Namun, penderita fimosis terkadang sulit membersihkan kotoran di
bawah kulup penis sehingga membuat penis rentan terkena infeksi.
Dalam kasus infeksi yang parah, gejala yang muncul dapat berupa kulit
penis berwarna merah, bengkak atau nyeri

Penatalaksanaan:

 Steroid topikal. Obat yang mengandung kortikosteroid ini


tersedia dalam bentuk krim, gel, atau salep. Obat steroid dapat
membantu melenturkan kulup sehingga memudahkan untuk
ditarik.
 Krim antijamur. Krim ini diberikan pada penderita yang
mengalami infeksi karena jamur.
 Antibiotik. Obat ini diperlikan untuk mengatasi infeksi yang
terjadi karena bakteri

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Parafimosis
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Parafimosis adalah kondisi saat kulup penis tidak dapat ditarik kembali
ke kepala penis. Dapat menyebabkan kulup penis membengkak dan
tersangkut, sehingga mencegah peredaran darah terjadi secara optimal
pada penis. Kondisi ini berbahaya apabila tidak ditangani dengan
segera.
2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan parafimosis tanpa komplikasi di
Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

 Pembengkakan pada penis atau kulup


 Nyeri pada penis
 Kepala penis berubah warna menjadi merah atau hitam-dan-biru

Penatalaksanaan:

Kepala penis akan diremas. Apabila tekniknya tidak efektif, maka kulup
akan dilepaskan secara paksa. Namun dalam banyak kasus, dokter
hanya akan menarik kulit kulup dengan memberikan lubrikan pada
penis dan kulup agar licin. Teknik ini akan menyebabkan rasa sakit,
maka pasien biasanya berada dalam pengaruh obat penahan rasa sakit.
Dokter akan mencoba untuk mengurangi bengkak dengan menggunakan
kompresan kantung es; Apabila keadaannya terlalu parah, maka kulup
akan benar-benar dihilangkan (disunat)
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Sindrom Duh Genital GO & NGO
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Inflamasi yang diinduksi oleh infeksi pada urethra. Meskipun berbagai
kondisi klinis dapat mengakibatkan iritasi terhadap urethra, penggunaan
istilah urethritis khususny dipergunakan untuk inflamasi urethra yang
disebabkan oleh Penyakit Menular Seksual (PMS). Urethritis secara
umum dikelompokkan kepada dua bentuk berdasarkan penyebabnya:
urethritis gonokokal (GO) dan urethritis non-gonokokal (GNO)
2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan sindrom duh genital tanpa komplikasi
di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

Dapatkan riwayat penyakit pasien secara hati – hati. Hal tersebut akan
dapat membantu membedakan antara penyakit menular seksual dan
sebab lainnya dari urethritis. Pernyataan dapat bersifat profesional, dan
dokter harus tampak peduli serta tidak menampakkan rasa jijik, marah,
atau menghakimi berdasarkan riwayat seksual pasien. Apabila pasien
merasa tidak nyaman, mereka mungkin tidak akan mengutarakan
informasi yang penting yang dapat membantu penatalaksanaan mereka
atau penatalaksanaan bagi pasangan seksual mereka, termasuk rantai
penyakit yang mungkin dapat berhubungan dengan pasien

Penatalaksanaan:

Terapi antibiotik harus dapat mencakup kedua penyakit yakni urethritis


gonokokal dan urethritis non gonokokal. Apabil terapi gabungan
keduanya tidak tersedia, resiko terjadinya urethritis pasca gonokokal
kurang lebih 50%. Pemilihan antibiotik haruslah berdasarkan
pembiayaan, efek yang tidak diinginkan, efektifitas, dan kepatuhan.
Pada kebanyakan keadaan, penatalaksanaan yang optimal dengan terapi
dosis tunggal
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Vulvitis
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Vulvitis adalah suatu kondisi peradangan pada vulva yang dapat
menyerang wanita dalam rentang usia berapa pun.
2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan vulvitis di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

 Rasa sangat gatal di alat kelamin, terutama pada malam hari.


 Keputihan.
 Rasa seperti terbakar dan kulit pecah-pecah di sekitar vulva.
 Kulit bersisik dan area putih yang menebal di vulva.
 Bengkak dan merah di labia dan vulva.
 Benjolan berisi cairan (blister) pada vulva.

Tatalaksana:

Pengobatan vulvitis bergantung pada kondisi yang menyebabkannya.


Jika vulvitis disebabkan oleh infeksi, maka pemakaian obat antibiotik
atau antijamur menjadi langkah pengobatan yang tepat. Dokter dapat
meresepkan salep kortikosteroid untuk digunakan beberapa kali dalam
sehari. Salep ini dapat membantu mengurangi rasa gatal dan iritasi pada
vulva. Selain kortikosteroid, krim emolien dan tablet antihistamin juga
dapat digunakan untuk mengurangi gatal
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Vaginitis
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Vaginitis adalah infeksi atau inflamasi yang terjadi pada vagina.
Kondisi ini umumnya disertai indikasi berupa munculnya keputihan,
perubahan warna dan jumlah keputihan yang dialami, bau yang
ditimbulkan, iritasi atau gatal-gatal pada vagina, rasa sakit saat
berhubungan seks maupun buang air kecil, serta flek atau pendarahan
ringan
2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan vaginitis di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

 Belum pernah mengalami infeksi vagina.


 Merasakan gejala yang berbeda dengan infeksi vagina yang
pernah dialami.
 Berhubungan seks dengan lebih dari 1 orang. Gejala vaginitis
terkadang mirip dengan penyakit menular seksual.
 Mangalami demam, menggigil, atau nyeri pada panggul.
 Tetap mengalami infeksi vagina meski sudah menggunakan obat
antijamur yang dijual bebas.

Tatalaksana:

 Antibiotik. Berdasarkan Pedoman Nasional untuk Infeksi


Menular Seksual, metronidazole merupakan obat pilihan untuk
menangani kasus vaginitis akibat bakteri. Metronidazole dapat
diberikan sebagai dosis tunggal atau diminum dua kali sehari
selama 1 minggu. Penderita yang mengonsumsi metronidazole
tidak disarankan untuk mengonsumsi alkohol, karena dapat
menimbulkan efek samping yang berbahaya.
 Antijamur. Untuk vaginitis akibat jamur, berbagai pengobatan
antijamur seperti miconazoledapat diresepkan oleh dokter

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Vaginosis Bakterialis
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Vaginosis bakterialis adalah infeksi vagina yang disebabkan oleh
terganggunya keseimbangan flora normal di dalam vagina. Umumnya,
tubuh memiliki bakteri baik yang berfungsi melindungi tubuh dari
bakteri jahat yang dapat menyebabkan infeksi. Namun pada penderita
vaginosis bakterialis, jumlah bakteri baik di dalam vagina berkurang
sehingga tidak mampu melawan infeksi.
2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan vaginosis bakterialis di Puskesmas
Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

seringkali tidak menimbulkan gejala. Namun pada sebagian wanita,


gejala utama vaginosis bakterialis adalah keputihan. Keputihan tersebut
memiliki tekstur encer dan berwarna kelabu atau putih. Keputihan juga
mengeluarkan bau amis, terutama ketika menstruasi atau melakukan
hubungan seksual dengan pasangan
Penatalaksanaan:

 Metronidazole. Obat antibiotik yang paling umum digunakan


dan efektif untuk mengobati vaginosis bakterialis.
Metronidazole tersedia dalam bentuk tablet yang diminum dan
ovula. Obat ini memiliki efek samping, antara lain mual, nyeri
perut, dan menurunnya nafsu makan. Untuk terhindar dari efek
samping yang lebih parah, jangan mengonsumsi minuman
beralkohol selama menjalani pengobatan dengan metronidazole.
Pastikan Anda selalu mengikuti petunjuk dokter ketika
mengonsumsi obat ini.
 Clindamycin. Obat ini berbentuk tablet minum. Clindamycin
biasanya dikonsumsi jika muncul efek samping yang
mengganggu ketika mengonsumsi tablet metronidazole

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Salphingitis
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Salpingitis merupakan infeksi yang terjadi di bagian saluran tuba
uterine, dipicu oleh infeksi dari bakteri. Kondisi ini adalah penyebab
umum dari terjadinya ketidaksuburan pada perempuan sebab
peradangan bisa saja merusak saluran tuba
2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan salphingitis di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

1. keputihan yang abnormal, misalnya saja seperti warnanya yang


tidak biasa ataupun berbau
2. bercak yang terjadi antara periode haid
3. mengalami dismenorea (yaitu periode yang menyakitkan)
4. terasa nyeri saat ovulasi
5. saat melakukan hubungan seksual merasa tidak nyaman atau
sangan menyakitkan
6. mengalami demam
7. terasa nyeri pada perut di kedua sisi
8. terasa nyeri pada punggung bagian bawah
9. mual dan  juga muntah
10. sering sekali melakukan buang air kecil
11. gejala-gejala biasanya muncul sesudah masa menstruasi

Terapi:

1. Pasien dianjurkan untuk melakukan tirah baring dengan posisi


Fowler.
2. Berikanlah antibiotika spektrum luas dengan menggunakan dosis
tinggi yaitu: Metronidazol sebanyak 500 mg dengan cara i.v
yaitu setiap 8 jam sekali.
3. Lanjutkanlah antibiotika ini hingga pasien tidak merasa panas
dalam waktu 24 jam.
4. Apabila pasien memakai AKDR, maka harus dicabut.
5. Apabila tata laksana yang telah disebutkan di atas sudah
dilakukan namun tidak dapat menolong, maka pasien sebaiknya
segera dirujuk

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.
Aborsi Spontan Komplit
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Abortus komplitus merupakan abortus spontan yang tidak dapat
dihindari. Abortus kompletus ( keguguran lengkap ) adalah abortus yang
hasil konsepsi (desidua dan fetus) keluar seluruhnya sebelum usia
kehamilan 20 mingguAbortus komplitus merupakan abortus spontan
yang tidak dapat dihindari. Abortus kompletus ( keguguran lengkap )
adalah abortus yang hasil konsepsi (desidua dan fetus) keluar
seluruhnya sebelum usia kehamilan 20 minggu
2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan aborsi spontan komplit di Puskesmas
Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

§  1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu


§  2. Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
§ 3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi
§  4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai
nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
Penatalaksanaan:
1. Tidak perlu evaluasi lagi.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600
mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
5. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut
6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik
7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.

Anemia Defisiensi FE Pada


Kehamilan
SOP :
No. Dokumen /SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Kelainan pada ibu hamil dengan kadar hemoglobin
< 11 g/dl pada trimester I dan III atau <10,5 g/dl pada trimester II.
Penyebab tersering anemia pada kehamilan adalah defisiensi besi,
perdarahan akut, dan defisiensi asam folat
2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan anemia defisiensi FE pada kehamilan
di Puskesmas Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Anamnesa:

1. Badan lemah, lesu


2. Mudah lelah
3. Mata berkunang-kunang
4. Tampak pucat
5. Telinga mendenging
6. Konjungtiva anemis
7. Atrofi papil lidah
8. Stomatitis angularis (cheilosis)
9. Koilonichia: kuku sendok (spoon nail)

Penatalaksanaan:

1. Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan


memantau pertambahan ukuran janin

2. Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan tablet


tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 μg asam
folat.Pada ibu hamil dengan anemia, tablet besi diberikan 3 kali sehari.
3. Bila tersedia fasilitas pemeriksaan penunjang, tentukan penyebab
anemia berdasarkan hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan apus
darah tepi.
Bila tidak tersedia, pasien bisa di rujuk ke pelayanan sekunder untuk
penentuan jenis anemia dan pengobatan awal

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.

Ruptur Perineum Grade 1-2


SOP No. Dokumen :
/SOP/KTR/III/
2018
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2018
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas

Puskesmas Silayang
.
.
1.Pengertian Kondisi robeknya perineum yang terjadi pada persalinan pervaginam.
Diperkirakan lebih dari 85% wanita yang melahirkan pervaginam
mengalami ruptur perineum spontan, yang 60% - 70% di antaranya
membutuhkan penjahitan (Sleep dkk, 1984; McCandlish dkk,1998).
Angka morbiditas meningkat seiring dengan peningkatan derajat ruptur
2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan ruptur perineum di Puskesmas
Silayang

2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas


pasien
3.Kebijakan Di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter
Puskesmas
4.Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi Jakarta 2014

5.Prosedur Pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya:

1. Robekan pada perineum,


2. Perdarahan yang bersifat arterial atau yang bersifat merembes,
3. Pemeriksaan colok dubur, untuk menilai derajat robekan
perineum

Penatalaksanaan:

Non Medikantosa

1. Menghindari atau mengurangi dengan menjaga jangan sampai


dasar panggul didahului oleh kepala janin dengan cepat.
2. Kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan
lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam
tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar
panggul karena diregangkan terlalu lama.

Medikamentosa

1. Penatalaksanaan farmakologis
Dosis tunggal sefalosporin golongan II atau III dapat diberikan
intravena sebelum perbaikan dilakukan (untuk ruptur perineum yang
berat).

2. Manajemen Ruptur Perineum:

a. Alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan jalan lahir

1. Retractor Weislander’s

2. Forceps gigi (fine & strong)

3. Needle holder (small and large)

4. Forceps Allis (4)

5. Forceps arteri (6)

6. Gunting Mitzembaum

7. Gunting pemotong jahitan

8. Spekulum Sims

9. Retraktor dinding samping dalam vagina

10. Forceps pemegang kasa

b. bahan-bahan yang diperlukan untuk perbaikan jalan lahir.

1. Tampon
2. Kapas besar
3. Povidon Iodine
4. Lidocain 1% (untuk ruptur perineumderajat I-II)
5. Benang catgut / Asam poliglikolik (Dexon, David&Geck
Ltd, UK) / Poliglaktin 910 (Vicryl, Ethicon Ltd,
Edinburgh, UK)

Ruptur perineum harus segera diperbaiki untuk meminimalisir risiko


perdarahan, edema, dan infeksi. Manajemen ruptur perineum untuk
masing-masing derajatnya, antara lain sebagai berikut :

Robekan perineum derajat 1


Robekan tingkat I mengenai mukosa vagina dan jaringan ikat, tidak
perlu dilakukan penjahitan.

Penjahitan robekan perineum derajat 2


1. Siapkan alat dan bahan.

2. Pastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap Lignokain atau obat-


obatan sejenis

3. Suntikan 10 ml Lignokain 0.5% di bawah mukosa vagina, di bawah


kulit perineum dan pada otot-otot perineum. Masukan jarum pads ujung
laserasi dorong masuk sepanjang luka mengikuti garis tempat jarum
jahitnya akan masuk atau keluar.

4. Tunggu 2 menit. Kemudian area dengan forsep hingga pasien tidak


merasakan nyeri.

5. Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan benang 2-0, lihat ke dalam
luka untuk mengetahui letak ototnya (penting untuk menjahit otot ke
otot agar tidak ada rongga di dalamnya).

6. Carilah lapisan subkutis persis dibawah lapisan kulit, lanjutkan


dengan jahitan subkutikuler kembali keatas vagina, akhiri dengan
simpul mati pada bagian dalam vagina.

7. Potong kedua ujung benang dan hanya sisakan masing-masing 1 cm.

8. Jika robekan cukup luas dan dalam, lakukan colok dubur dan pastikan
tidak ada bagian rektum terjahit

6.Unit Terkait Poli umum, rekam, medis, laboratorium, apotik


7.Rekaman Historis
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
Perubahan .
1.

Anda mungkin juga menyukai