Anda di halaman 1dari 12

ALERGI MAKANAN

No Kode : Ditetapkan oleh Kepala


Puskesmas Rundeng
Terbitan :
SPO No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :1/2
dr. Dewi Indrawati Pelis
PUSKESMAS Nip.19780225 200604 2 003
RUNDENG

1. Pengertian Adalah suatu respon normal terhadap makanan yang dicetuskan oleh suatu reaksi yang
spesifik di dalam suatu system imun dan diekspresikan dalam bentuk gejala yang muncul
dalam hitungan menit setelah makanan masuk,
namun gejala dapat muncul hingga beberapa jam kemudian.

2. Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas kesehatan dalam penatalaksanaan alergi


makanan

3. Kebijakan

4. Referensi PERMENKES No 5 Tahun 2014, PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI


DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

5. Penyebab Hipersensitivitas tipe 1, intoleransi makanan (susu, kacang, telur, kedelai,


ikan, kerang, gandum).

6. Prosedur a. Petugas memanggil pasien berdasarkan urutan yang sudah ditentukan.


b. Petugas melakukan pemeriksaan tanda –tanda vital dan anamnesa awal.
c. Petugas menyerahkan map family folder yang sudah dianamnesa awal
kepada dokter.
d. Dokter melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan dua atau lebih
gejala yaitu:
 Urtikaria atau eksim pada kulit
 Rhinitis atau asma pada saluran pernapasan
 Diare, pruritus bibir, muntah, kram, distensi pada saluran
ALERGI MAKANAN
No Kode : Ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas Rundeng
Terbitan :
SPO No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :2/2
PUSKESMAS dr. Dewi Indrawati Pelis
RUNDENG Nip.19780225 200604 2 003

pencernaan.
 Occult bleeding pada hipersensitivas susu sapi.
 Sindroma alergi mulut, mukosa mulut dan pipi.
 Factor resiko : riwayat alergi di keluarga
e. Dokter melakukan penegakkan diagnose berupa alergi makanan berdasarkan
anamnesa dan pemeriksaan fisik.
f. Dokter memberikan edukasi pada pasien :
 Hindari makanan penyebab allergen baik sengaja maupun tidak
 Kepatuhan diet pasien
 Perhatikan label makanan
 Menyusui sampai bayi usia 6 bulan menimbulkan efek protektif
terhadap alergi makanan.
g. Dokter memberikan terapi medika mentosa :
 Antihistamin
 Kortikosteroid
h. Dokter mencatat semua hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, edukasi pasien pada
rekam medis dan dimasukkan kembali ke map family folder.
i. Dokter menulis resep dan memberikan resep pada pasien.
j. Dokter mempersilahkan pasien untuk mengambil obat.

7. Unit terkait Tenaga kesehatan poli anamnesa


Dokter umum
HIPERTENSI ESSENSIAL
No Kode : Ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas Rundeng
Terbitan :
SPO No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :1/4
PUSKESMAS dr. Dewi Indrawati Pelis
RUNDENG Nip.19780225 200604 2 003

1. Pengertian Kondisi terjadinya tekanan darah sistolik lebih dari ≥140 mmHg dan atau diastolic ≥ 90
mmHg. Kondisi ini sering tanpa gejala. Peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol
dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

2. Tujuan Sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam penatalaksanan hipertensi

3. Kebijakan

4. Referensi PERMENKES No 5 Tahun 2014, PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI


DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

5. Penyebab Ada 2 kelompok factor resiko yaitu :


1) Tidak Dapat dimodifikasi : umur, jenis kelamin, riwayat hipertensi dan penyakit
kardiovaskular dalam keluarga.
2) Dapat dimodifikasi : riwayat pola makan (konsumsi gararm berlebih), konsumsi
alcohol berlebih, aktivitas fisik kurang, kebiasaan merokok,
obesitas, dislipidemia, diabetes mellitus, psikososial dan stress.

6. Prosedur a. Petugas memanggil pasien berdasarkan urutan yang sudah ditentukan.


b. Petugas melakukan pemeriksaan tanda –tanda vital dan anamnesa awal.
c. Petugas menyerahkan map family folder yang sudah dianamnesa awal kepada
dokter.
d. Dokter melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan hasil :
1) Keluhan :
Nyeri kepala, gelisah, jantung berdebar-debar, pusing, leher kaku,
penglihatan kabur, dan rasa sakit di dada. Keluhan tidak
spesifik mudah lelah dan impotensi.
HIPERTENSI ESSENSIAL
No Kode : Ditetapkan oleh Kepala Puskesmas
Rundeng
Terbitan :
SPO No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :2/4
PUSKESMAS
dr. Dewi Indrawati Pelis
RUNDENG Nip.19780225 200604 2 003

Pemeriksaan fisik :
Pasien tampak sehat, sakit ringan atau berat. Tekanan darah meningkat (sesuai criteria JVC VIII). Nadi tidak normal.
Untuk pasien dengan hipertensi, wajib diperiksa status neurologis, aklral, dan pemeriksaan jantung (JVP, Batas jantung
Pemeriksaan penunjang :
Tes gula darah, EKG
e. Dokter melakukan penegakan diagnose berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Table klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VIII

lakukan penatalaksanaan hipertensi essensial berupa :


dan edukasi untuk Modifikasi gaya hidup ( penurunan berat badan, pembatasan intake natrium, memperbanyak aktivitas aerob

Klasifikasi TD sistolik TD Diastolik

Normal < 120 mmHg <80 mmHg

Pre –hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg

Hipertensi stage 1 140-15 mmHg 90-99 mmHg

Hipertensi stage 2 ≥160 mmHg ≥ 100 mmHg


HIPERTENSI ESSENSIAL
No Kode : Ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas Rundeng
Terbitan :
SPO No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :3/4
PUSKESMAS
dr. Dewi Indrawati Pelis
RUNDENG Nip.19780225 200604 2 003

2) Pemberian obat anti hipertensi , merupakan pengobatan jangka panjang :


Hipertensi tanpa indikasi
 Hipertensi stage 1 : diuretic (HCT 12,5-50 mg/hari,furosemid
2x20-80 mg/hari, atau captopril 2x25 mg/hari, atenolol 25-100
mg/hari SD, amlodipin 1x2,5-10 mg/hari, nifedipin long action
30-60 mg/hari atau kombinasi.
 Hipertensi stage 2
 Bila setelah 2 minggu belum ada perubahan, dapat dikombinasi
2 obat seperti diuretic thiazid dan penghambat Ace atau
antagonis reseptor AII (losartan 1-2 x 25-100 mg/hari.
 Pemilihan obat anti hipertensi didasarkan pada ada tidaknya
kontraindikasi dari masing-masing obat diatas. Sebaiknya dipilih
obat hipertensi yang diminum sekali sehari atau maksimum 2x
sehari.
Hipertensi dengan indikasi

Indikasi Obat yang direkomendasikan


khusus Diuretic Penyekat Penghambat ARB CCB Antagosin
beta ACE aldosteron

Gagal     

jantung
HIPERTENSI ESSENSIAL
No Kode : Ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas Rundeng
Terbitan :
SPO No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :4/4
PUSKESMAS
dr. Dewi Indrawati Pelis
RUNDENG Nip.19780225 200604 2 003

Indikasi Obat yang direkomendasikan


khusus Diuretic Penyekat Penghambat ARB CCB Antagosin
beta ACE aldosteron

Pasca   
infark
miokard
akut

High risk    
coroner
diaseases

DM    

Penyakit  

ginjal

kronik
Pencegahan  
stroke
berulang

g. Dokter mencatat semua hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, edukasi pasien pada
rekam medis dan dimasukkan kembali ke map family folder.
h. Dokter menulis resep dan memberikan kepada pasien.
i. Dokter mempersilahkan pasien untuk mengambil obat di farmasi.

7. Unit terkait Petugas poli anamnesa, dokter poli umum


GASTRITIS
No Kode : Ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas Rundeng
Terbitan :
SPO No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :1/3
PUSKESMAS
dr. Dewi Indrawati Pelis
RUNDENG Nip.19780225 200604 2 003

1. Pengertian Proses inflamasi/ peradangan pada lapisan mukosa dan submukosa lambung sebagai
proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri atau bahan iritan
lainnya. Proses inflamasi dapat kronis, difus atau local.

2. Tujuan Sebagai panduan dalam penatalaksanaan kasus gastritis di UPTD Puskesmas


Watumanu

3. Kebijakan

4. Referensi Permenkes No 5 Tahun 2014, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di


Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

5. Factor  Pola makan yang tidak baik, waktu makan terlambat, jenis makanan pedas, porsi
resiko akan yang besar.
 Sering minum kopi atau teh
 Infeksi bakteri atau parasit
 Penggunaan obat analgetik dan steroid
 Usia lanjut
 Alkoholisme
 Stress
 Penyakit lain seperti refluks empedu, penyakit autoimun

6. Prosedur a. Petugas memanggil pasien berdasarkan urutan yang sudah ditentukan.


b. Petugas melakukan pemeriksaan tanda –tanda vital dan anamnesa awal.
c. Petugas menyerahkan map family folder yang sudah dianamnesa awal kepada
dokter.
d. Dokter melakukan pemeriksaan lanjutan didapatkan :
GASTRITIS
No Kode : Ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas Rundeng
Terbitan :
SPO No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :2/3
PUSKESMAS
dr. Dewi Indrawati Pelis
RUNDENG Nip.19780225 200604 2 003

Anamnesa :
Keluhan rasa nyeri dan seperti terbakar pada perut bagian atas. Keluhan mereda atau
memburuk bila diikuti dengan makan, mual muntah dan kembung.
Pemeriksaan fisik :
a. Nyeri tekan epigastricum dan bising usus meningkat.
b. Bila terjadi proses inflamasi berat, dapat ditemukan perdarahan saluran cerna berupa
hematemesis dan melena.
c. Biasanya pada pasien gastritis kronis, konjuctiva tampak anemia.
e. Dokter melakukan penegakkan diagnose berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan
fisik.
f. Dokter memberikan penatalaksanaan pada pasien gastritis berupa,
 Memberikan informasi dan edukasi pada pasien untuk menghindari pemicu
terjadinya keluhan, antara lain makan tepat waktu, makan sering dengan porsi
kecil dan hindari makanan yang meningkatkan asam lambung dan perut
kembung seperti kopi, teh, makanan pedas dan kol.
 Terapi per oral : H2 bloker 2x/hari ( ranitidine 150 mg/kali, Simetidine 400-800
mg/kali, PPI 2x/hari (omeprazole 20 mg/kali), antasida
3x500-1000mg/hr.
g. Dokter memberikan informasi pada pasien apabila dalam waktu 5 hari belum ada
perbaikan dan terjadi alarm symtoms seperti perdarahan , berat badan enurun 10 %
dalam 6 bulan, dan mual muntah berlebih disarankan
untuk kembali ke Puskesmas untuk dirujuk ke Fasilitas yang lebih
GASTRITIS
No Kode : Ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas Rundeng
Terbitan :
SPO No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :3/3
PUSKESMAS
dr. Dewi Indrawati Pelis
RUNDENG
Nip.19780225 200604 2 003

h. memadai.
Dokter mencatat semua hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, edukasi dan terapi
Serta informasi tambahan pada rekam medis pasien .
i. Dokter menulis resep dan memberikan resep kepada pasien.
j. Dokter mempersilahkan pasien untuk mengambil resep di ruang farmasi.

7. Unit terkait Perawat ruang anamnesa, dokter poli umum


POLIMIALGIA REUMATIK
No Kode : Ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas Rundeng
Terbitan :
SPO No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :1/3
PUSKESMAS
dr. Dewi Indrawati Pelis
RUNDENG Nip.19780225 200604 2 003

1. Pengertian Adalah sindrom klinis dengan etiologi yang tidak diketahui yang mempengaruhi
individu usia lanjut. Hal ini ditandai dengan mialgia proksimal dari pinggul dan gelang
bahu dengan kekakuan pada pagi hari
yang berlangsung lebih dari 1 jam.

2. Tujuan Sebagai panduan dalam tatalaksana polimialgia reumatik di puskesmas.

3. Kebijakan

4. Referensi Permenkes No 5 Tahun 2014, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di


Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

5. Prosedur a. Petugas memanggil pasien berdasarkan urutan yang sudah ditentukan.


b. Petugas melakukan pemeriksaan tanda –tanda vital dan anamnesa awal.
c. Petugas menyerahkan map family folder yang sudah dianamnesa awal kepada
dokter.
d. Dokter melakukan pemeriksaan lanjutan didapatkan :
Anamnesa:
Nyeri dan kekakuan pada bahu dan pinggul. Kekakuan yang sangat parah bisa sampai
dengan mengalami kesulitan bergerak atau sulit mengangkat tangan . biasa terjadi pada
pagi hari. Ada sendi yang bengkak, edema tungkai.
Pemeriksaan fisik :
Penampilan lelah dan pembengkakan ekstremitas dengan pitting eodem.
POLIMIALGIA REUMATIK
No Kode : Ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas Rundeng
Terbitan :
SPO No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku:
Halaman :2/3
PUSKESMAS
dr. Dewi Indrawati Pelis
RUNDENG Nip.19780225 200604 2 003

Temuan muskulokeletal :
 Kekuatan otot normal, tidak ada atrofi
 Nyeri pada bahu dan pinggul dengan gerakan
 Sinovitis transient pada lutut, pergelangan tangan dan sendi
sternoclavicula.
e. Dokter melakukan penegakkan diagnose berdasarkan criteria berikut:
 Usia onset 50 tahun atau lebih tua
 Nyeri bertahan selama ≥ 1 bulan dan melibatkan 2 dari daerah berikut :
leher, bahu dan korset panggul.
 Tidak ada penyakit lain dapat menyebabkan gejala
muskulokeletal.
 Kekauan pagi berlangsung ≥ 1jam
 Respon cepat terhadap prednisone (≤20 mg)
f. Dokter memberikan penatalaksanaan pada pasien polimialgia reumatik, berupa:
 Prednisone 10-15 mg/hari/oral, biasanya ada perbaikan klinis dalam beberapa
hari.
 Glukokortikoid diturunkan bertahap dengan dosis pemeliharaan 5-10 mg perotal
setiap hari tapi harus dilanjutkan selama 1 tahun untuk meminimalkan resiko
kambuh.
 Edukasi berupa modifikasi gaya hidup dalam aktivitas fisik dan

memberitahukan keluarga bahwa penyakit ini menimbulkan gangguan dalam

aktivitas sehingga dibutuhkan dukungan keluarga.

g. Dokter mencatat hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, pengobatan dan edukasi pada
rekam medis pasien.
h. Dokter menuliskan resep dan memberikannya kepada pasien.
i. Dokter mempersilahkan pasien untuk mengambil obat di bagian farmasi.

6. Unit terkait Petugas ruang anamnesa, dokter poli umum.

Anda mungkin juga menyukai