Disusun oleh:
Disusun oleh:
Budi Santoso 030.13.043
Gilang Akbar D 030.12.118
Chairunnisa Putri A 030.12.054
Telah diterima dan disetujui oleh dr. dr. Arif Gunawan, SpPD selaku dokter
pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Karawang
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan referat.
Referat disusun sebagai bentuk evaluasi pembelajaran selama menjalani
kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Karawang.
Dalam penulisan referat, tidak sedikit kendala yang penulis hadapi. Namun
berkat bimbingan, bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada dr. Arif Gunawan, SpPD selaku pembimbing yang telah sabar, tulus
dan ikhlas meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberikan bimbingan,
motivasi dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama penulisan
referat.
Penulis menyadari perlunya saran dan kritik yang membangun. Akhir kata,
penulis berharap referat ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu khususnya
dibidang kesehatan.
Penulis,
Budi Santoso
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Ginjal terletak di ruang peritoneal antara vertebra torakal dua belas atau
lumbal satu dan lumbal empat. Panjang dan beratnya bervariasi yaitu ± 6 cm dan
24 gram pada bayi lahir cukup bulan, sampai 12 cm atau lebih dari 150 gram pada
orang dewasa. Tiap ginjal terdiri atas 8 – 12 lobus yang berbentuk piramid. Ginjal
mempunyai lapisan luar, yaitu korteks yang mengandung glomerulus, tubulus
proksimal, distal yang berkelok-kelok, dan duktus koligens, serta lapisan dalam
yaitu medula yang mengandung bagian tubulus yang lurus, ansa henle, vasa rekta,
dan duktus koligens terminal. Puncak piramid medula menonjol ke dalam disebut
papil ginjal yang merupakan ujung kaliks minor. Beberapa duktus koligens
bermuara pada duktus papilaris Bellini yang ujungnya bermuaradi papil ginjal dan
mengalirkan urin ke dalam kaliks minor, karena ada 18 – 24 lubang muara duktus
Bellini pada ujung papil yang disebut area kribrosa. Antara dua piramid terdapat
jaringan korteks tempat masuknya cabang-cabang arteri renalis disebut kolumna
Bertini. Beberapa kaliks minor membentuk kaliks mayor yang bersatu menjadi
pelvis ginjal dan kemudian bermuara ke dalam ureter. Ureter kanan dan kiri
bermuara di kandung kemih/vesika urinaria. Urin dikeluarkan dari vesika urinaria
melalui uretra.
Tiap ginjal menerima kira-kira 25 persen isi sekuncup jantung. Dalam hal
ini ginjal merupakan suplai darah terbesar di dalam tubuh manusia. Suplai darah
pada setiap ginjal biasanya berasal daari arteri renalis yang keuar daari aorta. Arteri
renalis bercabang-cabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan melewati
medula menuju ke batas antara korteks dan medula. Arteri interlobaris akan
bercabang membentuk arteri arkuata yang berjalan sejajar dengan permukaan
ginjal. Arteri interlobularis berasal dari arteri arkuata dan bercabang menjadi
arteriol aferen glomerulus. Sel-sel otot khusus di dinding arteriol aferen, dengan sel
lacis serta bagian dari tubulus distal yang berdekatan dengan glomerulus (makula
densa), membentuk aparat jukstaglomerular yang mengendalikan sekresi renin.
Arteriol aferen bercabang-cabang menjadi kapiler glomerulus yang kemudian
bergaabung lagi menjadi arteriol eferen.
Setiap ginjal terdiri dari sekitar ± 1 juta unit fungsional mikroskopik yang
dikenal sebagai nefron, yang disatukan oleh jaringan ikat. Pada manusia,
pembentukan nefron selesai pada janin usia 35 minggu. Unit fungsional ini (nefron)
adalah unit terkecil di dalam suatu organ yang mampu melaksanakan semua fungsi
organ tersebut. Karena fungsi utama ginjal adalah menghasilkan urin dan dalam
pelaksanaannya, mempertahankan stabilitas komposisi CES (Cairan Ekstra Sel),
maka nefron adalah unit terkecil yang mampu membentuk urin. Perkembangan
pada ginjal paling cepat terjadi pada 5 tahun pertama setelah lahir, oleh karena itu
bila ada masa ini terjadi gangguan pada ginjal misalnya infeksi saluran kemih atau
refluks maka dapat menggangu pertumbuhan ginjal. Susunan nefron di dalam ginjal
adalah sedemikian sehingga dihasikan dua regio berbeda, regio luar yang disebut
korteks ginjal dan tampak granular dan regio dalam medula ginjal yang tersusun
oleh segitiga-segitiga bergaris piramida ginjal.
Keseimbangan asam dan basa tubuh diatur oleh paru dan ginjal. Paru
menjaga jumlah H2CO3 plasma dengan mengatur kadar pCO2 dan ginjal
menjaga konsentrasi NaHCO3 dengan cara menyerap NaHCO3 dan
mensekresi H+ di tubulus.
Bila terjadi iskemia ginjal misalnya oleh stenosis arteri renlis maka
fungsi pengaturan tekanan darah akan terjadi
Reabsorpsi Tubulus
Reabsorpsi tubulus adalah suatu proses yang sangat selektif. Semua
konstituen kecuali protein plasma memiliki konsentrasi yang sama di filtrat
glomerulus dan di plasma. Pada sebagian besar kasus, jumlah setiap bahan
yang diserap adalah jumlah yang diperlukan untuk mempertahankan
komposisi dan volume lingkungan cairan internal yang sesuai. Secara umum,
tubulus memiliki kapasitas reabsorpsi yang besar untuk bahan-bahan yang
dibutuhkan oleh tubuh dan kecil atau tidak ada untuk bahan-bahan yang tidak
bermanfaat. Karena itu hanya sedikit konstituen plasma yang terfiltrasi dan
bermanfaat bagi tubuh terdapat di urin karena sebagian besar telah
direabsorpsi dan dikembalikan ke darah. Hanya bahan esensial, misalnya
elektrolit yang berlebihan yang diekskresikan di urin. Untuk konstituen
plasma esensial yang diatur oleh ginjal, kapasitas reabsorpsi dapat bervariasi
bergantung pada kebutuhan tubuh. Sebaliknya, sebagian produk sisa yang
terfiltrasi terdapat di urin. Bahan sisa ini, yang tidak bermanfaat dan bahkan
berpotensi merugikan tubuh jika dibiarkan menumpuk, sama sekali tidak
direabsorpsi. Zat-zat ini menetap di tubulus untuk dikeluarkan di urin.
Sewaktu H2O dan bahan penting lain direabsorpsi, produk-produk sisa yang
tertinggal di cairan tubulus menjadi sangat pekat.
Sekresi Tubulus
Seperti reabsorpsi tubulus, sekresi tubulus melibatkan transport
transepitel, tetapi kini langkah-langkahnya dibalik. Dengan menyedikan rute
pemasukan kedua ke dalam tubulus untuk bahan-bahan tertentu, sekresi tubulus:
pemindahan diskret bahan dari kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus,
menjadi mekanisme pelengkap yang meningkatkan eliminasi bahan-bahan ini
dari tubuh. Setiap bahan yang masuk ke cairan tubulus, dan tidak direabsorpsi
akan dieliminasi dalam urin. Bahan-bahan terpenting yang disekresikan oleh
tubulus adalah ion hidrogen (H+), ion kalium (K+), serta anion dan kation
organik, yang banyak di antaranya adalah senyawa yang asing bagi tubuh.
2.7 Epidemiologi
Angka kejadian AKI tertinggi dapat ditemukan pada pasien anak dan usia
lanjut, karena pada kedua populasi tersebut banyak ditemukan kelainan fungsi
ginjal dan intake cairan yang terkadang sulit, namun tidak menutup kemungkinan
kejadian AKI ditemukan di segala usia (6,7).
2.8 Klasifikasi
Tabel 1. Klasifikasi AKI menurut The Acute Dialysis Quality Initiations Group
Acute Kidney Injury dibagi menjadi pre-renal, intra renal dan pasca renal.
a. Pre-renal Acute Kidney Injury
Terjadi ketika aliran darah menuju ginjal berkurang, dihubungkan dengan
kontraksi volume intravaskular atau penurunan volume darah. Pada pre-renal injury
secara intrinsik ginjal normal, dimana volume darah dan kondisi hemodinamik
dapat kembali normal secara reversibel. Keadaan pre-renal injury yang lama dapat
menyebabkan gangguan ginjal akut pada intrarenal yang dihubungkan dengan
hipoksia/iskemia acute tubular necrosis (ATN) (8). Ketika perfusi ginjal terganggu,
terjadi relaksasi arteriol aferen pada tonus vaskular untuk menurunkan resistensi
vaskular ginjal dan memelihara aliran darah ginjal (9,10). Selama terjadi hipoperfusi
ginjal, pembentukan prostaglandin vasodilator intrarenal, termasuk prostasiklin,
memperantarai terjadinya vasodilatasi mikrovasular ginjal untuk memelihara
perfusi ginjal. Pemberian inhibitor siklooksigenase seperti aspirin atau obat anti
inflamasi non-steroid dapat menghambat terjadinya mekanisme kompensasi dan
(11,12)
mencetuskan insufisiensi ginjal akut . Ketika tekanan perfusi ginjal rendah,
dengan akibat terjadi stenosis arteri renalis, tekanan intraglomerular berusaha untuk
meningkatkan kecepatan filtrasi, yang diperantarai oleh peningkatan pembentukan
angiotensin II intrarenal sehingga terjadi peningkatan resistensi eferen arteriolar.
Pemberian inhibitor angiotensin-converting enzyme pada kondisi ini dapat
menghilangkan tekanan gradien yang dibutuhkan untuk meningkatkan filtrasi dan
mencetuskan terjadinya acute kidney injury.(12) Pre-renal injury dihasilkan dari
hipoperfusi ginjal berhubungan dengan kontraksi volume dari perdarahan, dehidrasi,
penyakit adrenal, diabetes insipidus nefrogenik atau sentral, luka bakar, sepsis, sindrom
nefrotik, trauma jaringan, dan sindrom kebocoran kapiler. Penurunan volume darah
efektif terjadi ketika volume darah normal atau meningkat, namun perfusi ginjal
menurun berhubungan dengan penyakit seperti gagal jantung kongestif, tamponade
(11)
jantung, dan sindrom hepatorenal . Walaupun pre-renal injury disebabkan oleh
penurunan volume atau penurunan volume darah efektif, koreksi dari gangguan
penyerta akan memulihkan fungsi ginjal kembali normal.
Category Abnormality Possible causes
Intrarenal Nephrolithiasis
obstruction Blood clots
Papillary necrosis
Gambar 1. Etiologi AKI (16)
Gejala klinis yang sering timbul pada gagal ginjal akut adalah jumlah volume
urine berkurang dalam bentuk oligouri bila produksi urine > 40 ml/hari, anuri bila
produksi urin < 50 ml/hari, jumlah urine > 1000 ml/hari tetapi kemampuan
konsentrasi terganggu, dalam keadaan ini disebut high output renal failure. Gejala
lain yang timbul adalah uremia dimana BUN di atas 40 mmol/l, edema paru terjadi
pada penderita yang mendapat terapi cairan, asidosis metabolik dengan manifestasi
takipnea dan gejala klinik lain tergantung dari faktor penyebabnya(1,9)
2.11 Tatalaksana
Mortalitas akibat AKI bergantung keadaan klinik dan derajat gagal ginjal.
Perlu diperhatikan faktor usia, makin tua makin jelek prognosanya, adanya infeksi
yang menyertai, perdarahan gastrointestinal, penyebab yang berat akan
memperburuk prognosa. Penyebab kematian tersering adalah infeksi (30-50%),
perdarahan terutama saluran cerna (10-20%), jantung (10-20%), gagal nafas (15%),
dan gagal multiorgan dengan kombinasi hipotensi, septikemia, dan sebagainya.
Pasien dengan AKI yang menjalani dialysis angka kematiannya sebesar 50-60%,
karena itu pencegahan, diagnosis dini, dan terapi dini perlu ditekankan(16).
BAB III
PENUTUP
Acute Kidney Injury (AKI) atau Gagal ginjal akut (GGA) merupakan suatu
sindrom klinik akibat adanya gangguan fungsi ginjal yang terjadi secara mendadak
(dalam beberapa jam sampai beberapa hari) yang menyebabkan retensi sisa
metabolisme nitrogen (urea/creatinin) dan non nitrogen, dengan atau tanpa disertai
oligouri. Penyebab gagal ginjal akut yang dibagi menjadi 3 besar yaitu:
a) Pre-renal (gagal ginjal sirkulatorik) yang disebabkan utama oleh hipoperfusi
ginjal dimana terjadi hipovolemia.
b) Renal (gagal ginjal initrinsik) yang disebabkan oleh kelainan pembuluh darah
ginjal.
c) Post-renal (uropati obstruksi akut) yang disebabkan oleh obstruksi ureter dan
obstrtuksi uretra.
Gejala klinis dari gagal ginjal akut yang tampak adalah adanya oligouri,
anuria, high output renal failure BUN, dan kreatinin serum yang meningkat. Tujuan
utama dari pengelolaan GGA adalah mencegah terjadinya kerusakan ginjal,
mempertahankan hemostasis, melakukan resusitasi, mencegah komplikasi
metabolik dan infeksi, serta mempertahankan pasien tetap hidup sampai faal
ginjalnya sembuh secara spontan
DAFTAR PUSTAKA