Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

SINDROM NEFROTIK

Disusun oleh:
Andika Setio Nugroho
030.14.012

Pembimbing:
dr. Dwi Bayu W, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


PERIODE 30 APRIL – 14 JULI 2018
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
LEMBAR PENGESAHAN

Judul :
Laporan Kasus
SINDROM NEFROTIK
Penyusun :
Andika Setio Nugroho
NIM:
030.14.012

Diajukan pada tanggal,


14 Mei 2018

Menyetujui,
Pembimbing

dr. Dwi Bayu W, Sp.PD

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala,


berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyusun laporan kasus yang
berjudul “Penyakit Sindrom Nefrotik” ini. Laporan kasus ini disusun dalam
rangka memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit
Dalam di RSUD Karawang Periode 30 April - 12 Juli 2018. Penyusunan laporan
kasus ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari orang sekitar penulis, untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Dwi Bayu W, Sp.PD, selaku pembimbing bagian Ilmu Penyakit
Dalam yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menjalani Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit Dalam di RSUD
Karawang dan memberikan waktu serta membagikan ilmunya kepada
penulis
2. Staff dan paramedis yang bertugas di poliklinik penyakit dalam, ruang
Rengasdengklok, ruang Telukjambe dan di RSUD Karawang
3. Teman-teman sejawat yang berjuang bersama penulis di Kepaniteraan
Klinik di RSUD Karawang.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, maka
dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari
semua pihak. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Karawang, 14 Mei 2018

Penulis

iii
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Bapak T
Usia : 52 tahun
Tempat Tinggal : Cilamaya
Pekerjaan : Petani
Status Pernikahan : Sudah menikah
Pasien masuk ke RSUD Karawang melalui IGD pada tanggal 5 Mei 2018.

1.2 ANAMNESIS
 Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan bengkak seluruh tubuh semakin
bertambah sejak 3 hari yang lalu.
 Keluhan Tambahan
Pasien mengeluh demam naik turun sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit, dan mengeluh nyeri perut.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan bengkak seluruh tubuh semakin
bertambah sejak 3 hari yang lalu. Pasien awalnya mengeluh bengkak pada
kedua kelopak mata, bengkak pada kedua kaki, lalu bengkak pada kemaluan,
dan perut. Bengkak dirasakan semakin lama semakin bertambah, nyeri pada
bagian perut. Pasien juga mengeluh pusing, mual dan muntah. Buang air kecil
warna kuning berbusa, Buang air besar baik, nafsu makan baik..
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah di rawat di RSUD Karawang tahun 2016 dengan
keluhan yang sama, kemudian pasien kembali dirawat di RSUD Karawang
dengan keluhan yang sama pada bulan Maret 2018. Pasien memiliki riwayat
hipertensi sejak 7 tahun yang lalu. Riwayat diabetes melitus disangkal. Alergi
obat-obatan ataupun makanan disangkal.

4
 Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga dan orang tua pasien tidak ada yang memiliki keluhan
serupa, namun ayah pasien memiliki riwayat hipertensi, ibu pasien memiliki
riwayat hipertensi dan penyakit jantung. Riwayat penyakit diabetes disangkal.

 Riwayat Kebiasaan
Dulu saat muda pasien merokok namun berhenti pada tahun 2016 saat
pasien menderita penyakit ginjal. Kebiasaan lainya sering minum kopi dalam
sehari biasanya dua kali, jarang minum air putih. Konsumsi alkohol dan
penggunaan napza disangkal.
 Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku sebelumnya menggunakan obat-obatan herbal untuk
meringankan keluhanya. Obat herbal tersebut berupa daun kumis kucing yang
direbus lalu diminum.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


Berikut adalah pemeriksaan fisik yang didapatkan saat pasien masuk ke IGD pada
tanggal 5 Mei 2018.
 Status Generalis
a. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : GCS 15/Composmentis
c. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
d. Heart Rate : 72x/menit
e. Respiratory Rate : 20x/menit
f. Suhu : 36,7oC
g. Saturasi O2 : 99%
 Status Lokalis
a. Kepala : Normocephaly, distribusi rambut normal berwarna
hitam. Tidak ada deformitas wajah, tidak ada sikatriks, tidak ada deviasi
septum, oral hygiene cukup baik, tonsil tidak membesar, faring tidak
hiperemis, uvula ditengah, telinga tidak keluar cairan, konjungtiva anemis
-/-, sklera ikterik -/-. Reflex cahaya langsung dan tidak langsung positif,
isokor.

5
b. Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar pada auricular,
preauricular, cervical, submandibular dan submental, thyroid tidak
membesar, dan jugular venous pressure dalam batas normal
(5+2mmH2O), trakea ditengah.
c. Toraks : Pulmo: dada fusiformis, gerak dinding dada simetris,
tidak ada sikatriks, ,. Suara napas vesikuler +/+, Rhonchi -/-, Wheezing -/-,
batas paru hepar dan batas paru lambung dalam batas normal, vocal
fremitus tidak melemah atau mengeras di kedua lapang paru depan dan
belakang, Cor: batas jantung kanan, atas, dan kiri dalam batas normal,
iktus kordis tidak teraba, Bunyi jantung I&II reguler, murmur dan gallop
tidak ada
d. Abdomen : Buncit, supel, nyeri tekan positif, bising usus
terdengar, tidak terdapat organomegali, asites positif, murphy sign negatif,
tidak terdapat kelainan seperti caput medusa atau vena kolateral.
e. Ekstremitas : akral hangat di semua esktremitas, ada edema di
keempat ekstermitas, clubbing finger negative, CRT < 2 detik di keempat
ekstremitas, ROM dalam batas normal di keempat ekstremitas, derajat
kekuatan otot 5555 di keempat ekstremitas.

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan Nilai Nilai Rujukan
Hemoglobin 11,4 g/dL 13.2-17.3 g/dL
Eritrosit 3.73 x106/uL 4.5-5.9 x106/uL
Leukosit 12,4 x103/uL 4.4-11.3 x103/uL
Trombosit 371 x103/uL 150-400 x103/uL
Hematokrit 32,6% 40-52 %
MCV 87 Fl 80-100 fL
MCH 31 ug 26-34 ug
MCHC 35 g/dL 32-36 g/dL

6
 Pemeriksaan Kimia Darah
Pemeriksaan Nilai Nilai Rujukan

Gula Darah Sewaktu 120 mg/dL 70-100 mg/dL


Ureum 58,6 mg/dL 15-50 mg/dL
Kreatinin 2,43 mg/dL 0.6-1.1 mg/dL

 X-Ray

Kesimpulan : Tidak ada kelainan.

1.5 DIAGNOSIS
Sindrom Nefrotik
AKI
1.6 TERAPI

Pasien mendapatkan penanganan di instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum


Daerah Karawang yang terdiri dari,

a. Tirah baring
b. IVFD RL/24 jam
c. Ranitidine injeksi 2 x 4
d. Lasix 3x4

7
e. Simvastatin 1x40mg
f. Inj.Cefoperazone 2x1 (rawat inap)
g. Inj. Furosemid 2x2 Amp
h. Inj. Omeprazole 1x1
i. Tab Metylprednisolone 3x16,5mg
1.7 FOLLOW-UP

Hari ketiga, 8 Mei 2018, pasien mengeluh nyeri pinggang kanan dan
kiri, mual, sesak saat bangun tidur, dan BAK berbusa.

 Status Generalis
a. Tekanan Darah :120/70 mmHg
b. Nadi :89x/m
c. Nafas :20x/m
d. Suhu :36,7oC
e. Saturasi O2 :91%
f. Kesadaran :Composmentis
• Status Lokalis
a. Kepala : Normocephaly, distribusi rambut normal berwarna
putih. Tidak ada deformitas wajah, tidak ada sikatriks, tidak ada deviasi
septum, oral hygiene cukup baik, tonsil tidak membesar, faring tidak
hiperemis, uvula ditengah, telinga tidak keluar cairan, konjungtiva anemis
-/-, sklera ikterik -/-. Reflex cahaya langsung dan tidak langsung positif,
isokor.
b. Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar pada auricular,
preauricular, cervical, submandibular dan submental, thyroid tidak
membesar, dan jugular venous pressure dalam batas normal
(5+2mmH2O), trakea ditengah.
c. Toraks : Pulmo: dada fusiformis, gerak dinding dada simetris,
tidak ada sikatriks, ,. Suara napas vesikuler +/+, Rhonchi -/-, Wheezing -/-,
batas paru hepar dan batas paru lambung dalam batas normal, vocal
fremitus tidak melemah atau mengeras di kedua lapang paru depan dan
belakang, Cor: batas jantung kanan, atas, dan kiri dalam batas normal ,
iktus kordis tidak teraba, Bunyi jantung I&II reguler, murmur dan gallop
tidak ada.

8
d. Abdomen : Buncit, supel, nyeri tekan positif, bising usus
terdengar, tidak terdapat organomegali, asites positif, murphy sign negatif,
tidak terdapat kelainan seperti caput medusa atau vena kolateral.
e. Ekstremitas : akral hangat di semua esktremitas, terdapat edema di
keempat ekstermitas, clubbing finger negative, CRT < 2 detik di keempat
ekstremitas, ROM dalam batas normal di keempat ekstremitas, derajat
kekuatan otot 5555 di keempat ekstremitas.
 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Urin Hasil Nilai Referensi
Warna Kuning muda Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Sedimen
Epitel Positif 1 /LPK
Leukosit 0-1/ lpb <6
Eritrosit 0-1/lpb <1
Kristal Positif
Slinder Negatif
Bakteri Negatif
Lain-lain Negatif Negatif
Berat jenis 1.020 1.010-1.025
pH 6 4,8-7,5
Protein Positif 1 Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah/Hb Trace (+/-) Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen 0,2 E.U/dL 0,2-1.0
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit esterase Negatif Negatif

 Diagnosis
a. Sindrom Nefrotik
b. AKI

9
 Terapi
a. Tirah baring
b. Furosemide syringe pump 10mg/jam
c. Inj. Omeprazole 1x1
d. Inj. Cefoperazone 2x1
e. Simvastatin 1x20
f. Tab Aspilet 1x80
g. Tab m.p 3x16mg

FOLLOW UP :

Hari keempat, 9 Mmei 2018, pasien mengeluhkan BAK masih berbusa, nyeri
pinggang kanan dan kiri, namun sesak sudah berkurang.

 Status Generalis
a. Tekanan Darah :120/70 mmHg
b. Nadi :52x/m
c. Nafas :24x/m
d. Suhu :36,7oC
e. Saturasi O2 :94%
f. Kesadaran :Compos mentis/GCS 15
• Status Lokalis
a. Kepala : Normocephaly, distribusi rambut normal berwarna
hitam. Tidak ada deformitas wajah, tidak ada sikatriks, tidak ada deviasi
septum, oral hygiene cukup baik, tonsil tidak membesar, faring tidak
hiperemis, uvula ditengah, telinga tidak keluar cairan, konjungtiva anemis
-/-, sklera ikterik -/-. Reflex cahaya langsung dan tidak langsung positif,
isokor.
b. Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar pada auricular,
preauricular, cervical, submandibular dan submental, thyroid tidak
membesar, dan jugular venous pressure dalam batas normal
(5+2mmH2O), trakea ditengah.
c. Toraks : Pulmo: dada fusiformis, gerak dinding dada simetris,
tidak ada sikatriks, ,. Suara napas vesikuler +/+, Rhonchi -/-, Wheezing -/-,
batas paru hepar dan batas paru lambung dalam batas normal, vocal
fremitus tidak melemah atau mengeras di kedua lapang paru depan dan

10
belakang, Cor: batas jantung kanan, atas, dan kiri dalam batas normal ,
iktus kordis tidak teraba, Bunyi jantung I&II reguler, murmur dan gallop
tidak ada.
d. Abdomen : Buncit, supel, nyeri tekan negatif, bising usus
terdengar, tidak terdapat organomegali, asites +, murphy sign negatif, tidak
terdapat kelainan seperti caput medusa atau vena kolateral.
e. Ekstremitas : akral hangat di semua esktremitas, terdapat edema di
keempat ekstermitas, clubbing finger negative, CRT < 2 detik di keempat
ekstremitas, ROM dalam batas normal di keempat ekstremitas, derajat
kekuatan otot 5555 di keempat ekstremitas
 Diagnosis
a. Sindrom Nefrotik
b. AKI
 Terapi
a. Tirah baring
b. Furesemid syringe pump 10mg/jam
c. Inj.Omeprazole 1x1amp
d. Simvastatin 1x20
e. Tab Aspilet 1 x 80
f. Cefoperazone 2x1 gr
g. m.p 1x16

Hari kelima, 10 Mei 2018, pasien mengeluhkan nyeri perut, dan mual.
Bengkak sudah mulai berkurang.

 Status Generalis
a. Tekanan Darah :120/70 mmHg
b. Nadi :52x/m
c. Nafas :20x/m
d. Suhu :36.5oC
e. Saturasi O2 :97%
f. Kesadaran :Composmentis/GCS 15
• Status Lokalis
a. Kepala : Normocephaly, distribusi rambut normal berwarna
hitam. Tidak ada deformitas wajah, tidak ada sikatriks, tidak ada deviasi

11
septum, oral hygiene cukup baik, tonsil tidak membesar, faring tidak
hiperemis, uvula ditengah, telinga tidak keluar cairan, konjungtiva anemis
-/-, sklera ikterik -/-. Reflex cahaya langsung dan tidak langsung positif,
isokor.
b. Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar pada auricular,
preauricular, cervical, submandibular dan submental, thyroid tidak
membesar, dan jugular venous pressure dalam batas normal
(5+2mmH2O), trakea ditengah.
c. Toraks : Pulmo: dada fusiformis, gerak dinding dada simetris,
tidak ada sikatriks, ,. Suara napas vesikuler +/+, Rhonchi -/-, Wheezing -/-,
batas paru hepar dan batas paru lambung dalam batas normal, vocal
fremitus tidak melemah atau mengeras di kedua lapang paru depan dan
belakang, Cor: batas jantung kanan, atas, dan kiri dalam batas normal ,
iktus kordis tidak teraba, Bunyi jantung I&II reguler, murmur dan gallop
tidak ada.
d. Abdomen : Buncit, supel, nyeri tekan positif di regio epigastrik,
bising usus terdengar, tidak terdapat organomegali, asites positif, murphy
sign negatif, tidak terdapat kelainan seperti caput medusa atau vena
kolateral.
e. Ekstremitas : akral hangat di semua esktremitas, terdapat edema di
keempat ekstermitas, clubbing finger negative, CRT < 2 detik di keempat
ekstremitas, ROM dalam batas normal di keempat ekstremitas, derajat
kekuatan otot 5555 di keempat ekstremitas
 Diagnosis
a. Sindrom Nefrotik
b. AKI
 Terapi
a. Tirah baring
b. Furosemide syringe pump 10mg/jam
c. Inj. Omeprazole 2x1
d. Inj. Cefoperazone 2x1
e. Simvastatin 1x20
f. Tab Aspilet 1x80

12
g. m.p 3x16 mg

1.8 Rencana Penjajakan


 Pada pasien ini direncanakan kontrol ke poliklinik penyakit dalam untuk
pemantauan respons terhadap pengobatan
 Edukasi untuk modifikasi gaya hidup seperti: Diet rendah garam (Na
<2gr/hari) rendah lemak jenuh, serta rendah kolesterol. Selain itu untuk
menguangi edema dianjurkan pasien untuk mengurangi asupan cairan. Hindari
penggunaan obat-obatan yang bersifat nefrotoksik seperti OAINS dan
antibiotik golongan aminoglikosida.

1.9 Kriteria Pemulangan


 Keadaan umum baik, bisa beraktivitas seperti biasa.
 Gejala sudah membaik.

13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Definisi Sindrom Nefrotik adalah suatu sindrom yang mengenai ginjal yang
ditandai dengan adanya proteinuria masif >3,5g/24 jam, hiperlipidemia, edema
anasarka dan hipoalbuminemia <3,5g/dL.1

2.2 ETIOLOGI
Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh glomerulonefritis primer dan
sekunder akibat infeksi, keganasan, penyakit jaringan penghubung, akibat obat atau
toksin dan akibat penyakit sekunder. Penyebab primer sindrom glomerulonefritis
adalah seperti glomerulosklerosis fokal, glomerulonefritis membranosa,
glomerulonefritis lesi minimal, glomerulonefritis membranoproliferatif, dan
glomerulonefritis proliferatif mesangial. Sedangkan penyebab sekunder yang paling
sering dijumpai adalah misalnya pada glomerulonefritis pasca infeksi streptokokus
atau infeksi virus hepatitis B, akibat obat misalnya obat anti inflamasi non-steroid
atau preparat emas organik, dan akibat penyakit sistemik pada lupus eritrematosus
sistemik dan diabetes melitus.2

2.3 PATOFISIOLOGI
2.3.1 Proteinuria
Sindrom nefrotik merupakan tanda patognomik dari kelainan glomerulus.
Pada kelainan glomerulus, terjadi kerusakan membran basal glomerulus dan sel
podosit. Akibatnya albumin yang bermuatan negatif dapat melewati membran basal
glomerulus dan celah-celah yang terbentuk antar sel podosit. Celah antar sel podosit
inilah yang menyebabkan proteinuria masif.

2.3.2 Hipoalbuminemia

Terjadi akibat hilangnya protein melalui urin. Terjadi mekanisme kompensai


oleh hepar dengan meningkatkan sintesis albumin, namun pada pasien sindrom
nefrotik mekanisme kompensasi ini menjadi menumpul atau kurang responsif
sehingga kadar albumin semakin turun.

14
2.3.3 Edema

Ada dua mekanisme edema pada pasien sindrom nefrotik. Pertama adalah
karena rendahnya kadar albumin menurunkan tekanan onkotik plasma sehingga
sehingga terjadi transudasi dari pembuluh darah ke ruangan ekstraseluler. Kedua
adalah karena adanya defek sekresi natrium oleh ginjal sehingga menyebabkan
tekanan darah meningkat. Tekanan darah yang tinggi serta tekanan onkotik yang
rendah memicu transudasi cairan ke ekstraseluler.3

2.3.4 Hiperlipidemia

Beberapa mekanisme yang menyebabkan abnormalitas lipid pada pasien


sindrom nefrotik adalah peningkatan sintesis LDL, VLDL, oleh hepar akibat
hipoalbuminemia. Defek pada lipoprotein lipase perifer sehingga meningkatkan
kadar VLDL.

2.4 MANIFESTASI KLINIS


Selain empat komponen sindrom nefrotik yang telah disebutkan sebelumnya,
manifestasi klinis yang dialami pasien adalah seperti : lemas, urin yang berbusa,
kehilangan nafsu makan, hipertensi, garis putih pada kuku (muehcke’s band) yang
merupakan tanda dari hipoalbuminemia, edema anasarka yang menyebabkan
pertambahan berat badan, dan pada urinalisis dapat ditemukan oval fat bodies yang
merupakan tanda kebocoran plasma.4,5

2.5 DIAGNOSIS
Diagnosis sindrom nefrotik (SN) ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan penunjang. Keluhan yang paling sering ditemukan adalah edema anasarka
(generalisata) yaitu bengkak dikelopak mata, perut, tungkai atau seluruh tubuh,
yang menyebabkan pertambahan berat badan, pasin merasa lemas, urin berbusa,
kehilangan nafsu makan. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan edema di kedua
kelopak mata, tungkai, atau adanya asites dan edema skrotum atau labia. Kadang-
kadang ditemukan hipertensi. Pada pemeriksaan urinalisis dapat ditemukan
proteinuria, albuminuria, hematuria, dan sedimen urin.6

15
TATALAKSANA

Pengobatan sindroma nefrotik terdiri dari pengobatan spesifik yang ditujukan


untuk dasar dan pengobatan non-spesifik untuk mengurangi proteinuria, mengontrol
edema, dan mengobati komplikasi. Diuretik dan diet rendah garam (<2gr natrium
/hari) dan tidar baring dapat mengontrol edema. Furosemid oral dapat diberikan dan
bila resisten dapat dikombinasikan dengan tiazid, metalazon dan atau
aseasetazolamid. Kontrol proteinuria dapat memperbaiki hipoalbuminemia dan
mengurangi risiko komplikasi yang ditimbulkan. Pembatasan asupan protein 0,8-1,0
gr/kgBB/hari dapat mengurangi proteinuria.obat penghambat enzim konversi
angiotensin dan antagonis reseptor angiotesin II dapat menurunkan tekanan darah
dan kombinasi keduanya mempunyai efek aditif dalam mengurangi proteinuria.
Risiko tromboemboli pada SN meningkat dan perlu mendapat penanganan. Jika
terjadi trombosis dapat diberikan heparin dilanjutkan dengan warfarin selama pasien
masih nefrotik. Obat penurun lemak golongan statin seperti simvastatin, pravastatin,
dan lovastatin dapat menurunkan kadar LDL, trigliserid, dan meningkatkan
kolesterol HDL. Selain itu, hindari pula obat-obatan yang bersifat nefrotoksik
(OAINS), antibiotika golongan aminoglikosida.7,8

16
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan bengkak seluruh tubuh semakin bertambah


sejak 7 hari yang lalu, disertai demam naik turun sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit, pasien mengeeluhkan saat BAK kencing berbusa, kesulitan dan nyeri saat
BAK disangkal, BAB dalam batas normal. Diagnosis awal IGD yang didapatkan
dari keluhan tersebut, riwayat penyakit pasien sebelumnya yaitu gangguan fungsi
ginjal dengan keluhan yang sama sehingga pasien dirawat di rumah sakit,
pemeriksaan laboratorium darah yaitu terdapat hiperlipidemia, dan pada
pemeriksaan rontgen thorak tidak ada kelainan sehingga pasien di diagnosis awal
sebagai sindrom nefrotik.
Pada hari ketiga pasien mengeluhkan nyeri pada bagian pinggang, BAK urin
masih berbusa, seluruh tubuh masih bengkak, dan sedikit mual namun tidak sampai
muntah. Sehingga dilakukan pemeriksaan urin dan didapatkan hasil proteinuria
positif satu. Hal ini memperkuat diagnosis pasien sebagai sindrom nefrotik dimana
pada sindrom nefrotik memiliki tanda dan gejala berupa proteinuria, hiperlipidemia,
edema anasarka, dan hipoalbuminemia. Maka diberikan pengobatan yang sesuai
yaitu furosemide untuk mengurangi edema, omeprazole untuk mengurangi mual,
simvastatin untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah pasien, dan pemberian
aspilet untuk mencegah terjadinya trombosis. Keluhan pasien seperti bengkak
seluruh tubuh, nyeri pada bagian pinggang, dan mual perlahan lahan berkurang.
Sehingga pada hari ke-5 pasien sudah diperbolehkan pulang.
Diagnosis banding yang dapat dipertimbangkan pada pasien dengan keluhan
bengkak seluruh tubuh adalah seperti gagal jantung kanan, malnutrisi berat terutama
defisiensi protein dan sirosis hepatis dekompensata. Penyingkiran diagnosis bisa
dilakukan dengan anamnesis yang terarah dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
fisik pada pasien ini tidak didapatkan gambaran pembesaran jantung, irama gallop
sehingga kemungkinan edema akibat penyakit jantung dapat disingkirkan. Pada
pasien ini juga tidak didapatkan adanya gejala sirosis hepatik seperti adanya ikterus
dan hematemesis melena sehingga kemungkinan penyebab edema karena sirosis
hepatis dapat disingkirkan. Kenungkinan lain penyebab edema karena malnutrisi

17
akibat defisiensi protein dapat disingkirkan melalui anamnesis dimana pasien
mengaku tidak diet protein dalam jangka waktu lama.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Floege J. Feehaly J. Introduction to glomelural disease. Comprehensive clinical


nephrology. St Loius. Elsevier-Ssaunders;2010.
2. Prodjosudjadi, W., 2006. Glomerulonefritis. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., Marcellus, S.K., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi
keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 527-
530.
3. Siddall EC, Radhakrishnan J. The pathophysiology of edema formation in the
nephrotic syndrome. Kidney Int. 2012;82(6):635–642.
4. Mansjoer, Arif.2014. Kapita Slekta Kedokteran, Jilid 2. Media Auslapius: Jakarta
5. Wu HM, Tang JL, Cao L, Sha ZH, Li Y. Interventions for preventing infection in
nephrotic syndrome. Cochrane Database Syst Rev. 2012;
6. oege J, eds. Comprehensive Clinical Nephrology. 5th ed. Philadelphia, Pa.: Elsevier
Saunders; 2015.
7. James paril S Carter Cushman C Dennison- immel arb C andler J et al. Evidence-
based guideline or the management of high blood pressure in adults: Report from the
panel members appointed to the ei hth Joint National Committee JNC . J . 2014 311 5
: 50 -20. doi:10.1001/ ama.2013.2 442 .
8. Karnath BM, Keddis MT. The nephrotic syndrome. Hosp Physician. 2007;43(10):25-
30.

19

Anda mungkin juga menyukai