Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

“Y” GV P3003 AB100 UK 39-40 MINGGU


JANIN TUNGGAL HIDUP INTRA UTERIN KALA I FASE LATEN
DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT + PRIMI TUA SEKUNDER
+ USIA ≥35 TAHUN DI KABER RSU DR. SAIFUL ANWAR
MALANG
Tanggal 10 Maret 2009

Asuhan Kebidanan Ini disusun Untuk Memenuhi


Tugas Praktek Klinik Kebidanan II Semester V

OLEH :
LENA MELI MARTIA
06.296

AKADEMI KEBIDANAN KENDEDE


MALANG
2009
LEMBAR KONSULTASI

NAMA : CHOLIS
NIM : 06. 295
JUDUL :ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “Y” G V P3003 AB100 UK 39-40 MINGGU
JANIN TUNGGAL HIDUP INTRA UTERIN KALA I FASE LATEN
DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT + PRIMI TUA SEKUNDER + USIA
≥35 TAHU DI KABER RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG
PEMBIMBING KLINIK : SRI REDJEKI AMd. Keb
PEMBIMBING AKADEMIK : DIAN HANIFAH, SST
Tanggal Materi yang Dikonsulkan Perbaikan Tanda Tangan

LEMBAR PENGESAHAN
Ditulis Oleh : CHOLIS
Nim : 06.295
Judul : ASUHAN KEBIDANAN PADA AN “ A ” USIA I BULAN DENGAN
IMUNISASI BCG DI PUSKESMAS GEMPOL PASURUAN

Malang, 16 Februari 2009


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( Dian Hanifah, SST ) ( Hartina Adi W.Amd.Keb)

LEMBAR PENGESAHAN JUDUL


Ditulis Oleh : CHOLIS
Nim : 06.295
Judul : ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”S” G1 P0000 Ab000 UMUR
KEHAMILAN 38-39 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP
INTRAUTERI DENGAN INPARTU KALA I FASE AKTIF DI
PUSKESMAS GEMPOL PASURUAN

Malang, 13 Maret 2009


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( Dian Hanifah, SST ) ( Hartina Adi W.Amd.Keb)

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME dengan
Rahmat dan Hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan pada
Ny “Y” Gv P3003 Ab100 Usia Kehamilan 39 - 40 minggu janin tunggal hidup intra uterine
kala I fase laten dengan PEB + Primi Tua Sekunder + Usia ≥ 35 tahun di kamar bersalin
RSU Dr. Saiful Anwar Malang.
Penulis sadar bahwa penulisan asuhan kebidanan ini tidak mungkin dapat
terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. dr.Ahmad Thamrin, SpJP, selaku Direktur RSU Dr Saiful Anwar Malang
2. drg.Asri Kusuma Djadi, MMR, selaku ketua bidang pendidikan dan penelitian di
RSU Dr. Saiful Anwar Malang.
3. Dr. dr. Kusnarwan Keman SpOG, KFM, selaku kepala IRNA III.
4. Hj. Lilik Ismowati, Amd.Keb, selaku kepala UPP IRNA III RSU Dr. Saiful Anwar
Malang.
5. Sri rejeki, AMd. Keb. Selaku kepala kamar bersalin dan Pembimbing Klinik di RSU.
Dr. Saiful Anwar Malang.
6. Sri Untari,AMd.Keb.SPd. M.Kes , selaku Direktur Akademi Kebidanan Kendedes
Malang
7. Dian Hanifah, SST , selaku pembimbing akademik AKBID Kendedes Malang
8. Para bidan dan perawat di Kamar bersalin yang telah membimbing kami
9. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil.
10. Teman – teman yang turut membantu penulis dalam penyelesaian makalah asuhan
kebidanan ini
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah asuhan kebidanan ini masih
banyak kekurangan. Untuk itu mohon masukan serta kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan penulisan berikutnya dan semoga penulisan makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Malang, Januari 2008
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL..........................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN JUDUL..............................................................
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................
1.2 Tujuan.................................................................................
1.3 Manfaat...............................................................................
1.4 Metode Penulisan................................................................
1.5 Sistematika Penulisan.........................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Persalinan ............................................................
2.2 Preeklampsia berat ............................................................
2.3 Primi Tua sekunder .........................................................
2.4 Usia ≥35 Tahun ................................................................
2.5 Konsep Manajemen Varney .............................................
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian..........................................................................
3.2. Identifikasi Masalah...........................................................
3.3. Identifikasi Masalah Potensial...........................................
3.4. Identifikasi Kebutuhan Segera...........................................
3.5. Intervensi............................................................................
3.6. Implementasi......................................................................
3.7. Evaluasi..............................................................................
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.........................................................................
5.2 Saran...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini kematian maternal sangatlah tinggi dimana kematian ini
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya penyulit dan komplikasi-komplikasi
persalinan dimana keadaan ini mempengaruhi dan mengancam kesehatan ibu dan
bayi. Sekarang ini AKI di Indonesia masih cukup tinggi yakni antara 750-1000 per
100.000 kelahiran hidup.
Pre eklamisi dapat ditemui sekitar 5-10% kehamilan terutama kehamilan
pertama pada wanita berusia diatas 35 tahun. Frekuensi pre eklamis pada primi
lebih tinggi dibandingkan dengan multi terutama pada primi muda diabeletes
melitus, mola dehidrasi, kehamilan ganda, hidrops gemili, usia >35 tahun obisitas.
Preeklamsi merupakan suatu penyakit yang termasuk penyakit di sebabkan
oleh kehamilan, sedangkan sebabnya adalah belum diketahui secara pasti. Di
Indonesia preeklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian perinatal yang
tinggi oleh karena itu diagnosa secara dini preeklamsi yang merupakan tingkat
terdahulu sebelum terjadinya eklamsi. Sangat perlu untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak. Penting untuk diketahui bahwa sindrom preeklamsi ringan
antara lain hipertensi ,edema dan protein uri sering tidak diketahui atau tidak
diperhatikan oleh wanita hamil. Akan tetapi dengan pemeriksaan kehamilan yang
rutin dapat diketahui secara dini oleh bidan dan komplikasinya dapat pula di cegah
sedini mungkin.
(Rustam Mochtar , 1998)
Oleh karena preeklamsi banyak menimbulkan gangguan dan bahkan
menimbulkan kematin juga, maka penulis mengangkat atau mengambil PEB
sebagai asuhan kebidanan.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan Asuhan Kebidanan ini diharapkan mahasiswa dapat
memberikan asuhan kebidanan pada Ny. Y secara komprehensif dan sesuai
dengan standar kebidanan.
b. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Ny. Y dengan PEB yang
meliputi data subyektif dan obyektif diruang perinatologi yang meliputi
data subyektif dan obyektif.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah dan diagnosa
3. Mahasiswa mampu melakukan antisipasi masalah potensial yang mungkin
terjadi.
4. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi kebutuhan segera terhadap
klien
5. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan yang akan dilaksanakan
pada klien
6. Melaksanakan tindakan dari perencanaan yang telah di buat
7. Melaksanakan evaluasi yang telah dilaksanakan dan melakukan asuhan
selanjutnya.

1.3 Manfaat
a. Manfaatnya adalah mahasiswa dapat lebih mengerti dan
memahami tentang Asuhan Kebidanan pada klien dengan PEB + primi tua
sekunder + usia ≥ 35 tahun.
b. Mahasiswa dapat membantu dalam peningkatan pelayanan
kesehatan secara langsung nantinya, sehingga mampu meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat secara umum.

1.4 Metode Penulisan


a. Wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab secara
langsung kepada klien maupun keluarga.
b. Obsevasi yaitu dengan melakukan pemantauan dan melihat
tindakan yang dilakukan pada pasien.
c. Praktek langsung yaitu dengan melakukan tindakan yang
dilakukan kepada klien secara langsung.
d. Dokumentrasi setatus yaitu dengan cara melihat pada
pencatatan data pendokumentasian mengenai klien di rumah sakit.
e. Studi kepustakaan yaitu dengan membaca dan meninjau kasus
yang diangkat pada buku atau literature yang ada.

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan
A. Pengertian
B. Tanda-tanda permulaan persalianan
C. Tanda-tanda inpartu
D. Mekanisme persalinan
2.2 Pre eklamsi berat
A. Definisi
B. Gambaran klinis
C. Pencegahan
D. Penanganan
E. Syarat pemberian SM (Sulfat Magnesium)
F. Faktor predisposisi
KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
I. PENGKAJIAN
II. IDENTIFIKASI MASALAH/DIAGNOSA
III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
V. INTERVENSI
VI. IMPLEMENTASI
VII. EVALUASI
BAB III TINJAUAN KASUS
I.PENGKAJIAN
a.Data Subyektif
b.Data Obyektif
II. IDENTIFIKASI MASALAH/DIAGNOSA
III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
V. INTERVENSI
VI. IMPLEMENTASI
VII. EVALUASI
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi tentang kesenjangan antara teori dengan praktek.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 PERSALINAN
2.1.1 Pengertian
 Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar.
(Sarwono, 2002)
 Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri) yang dapat hidup kedunia dari rahim melalui jalan lahir atau
dengan jalan lain.
(Rustam Mochtar, 1998)
 Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta
tidak melukai ibu dan bayi, pada umumnya kurang dari 24 jam.
(Rustam Mochtar, 1998)
2.1.2 Sebab-sebab Yang Menimbulkan Persalinan
 Teori Penurunan Hormon
1 – 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon
estrogen dan progesteron. Progesteron sebagai penenang otot-otot polos
rahim. Penurunan esterogen akan menyebabkan kekejangan pembuluh
darah, sehingga timbul his.
 Teori Plasenta Tua/Penurunan Fungsi Plasenta akan
menyebabkan turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron yang
menyebabkan kontraksi rahim.
 Teori Disfensi Rahim
Rahim yang membesar dan merengang menyebabkan ischemia otot-otot
rahim, sehingga mengganggu uteroplasenter.
 Teori Iritasi Mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis. Bila ganglion digeser dan
ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
2.1.3 Tanda-tanda Permulaan Persalinan
 Linghtening atau setting atau dropping yaitu kepala turun
memasuki PAP terutama pada primigravida, pada multi gravida tidak
terlalu kentara.
 Perut kelihatan melabar, fundus uteri turun.
 Perasaan sering atau susah kencing karena kandung kencing
masih tertekan oleh bagian terbawah janin.
 Perasaan sakit perut dan pinggang oleh adanya kontraksi-
kontraksi lemah dari uterus juga disebut False Labour Pains.
 Serviks menjadi lebar mulai mendatar dan sekresinya
bertambah bisa bercampur darah (blood show)
2.1.4 Faktor-faktor Yang Berperan Dalam Persalinan
1. Power (tenaga)
Kontraksi uterus dan tenaga mengejan ibu.
2. Passage (jalan lahir)
Rangka panggul, uterus, vagina.
3. Passanger
Anak, air ketuban, plasenta dan isi uterus yan dilahirkan.
4. Psikologis Ibu
5. Penolong
- Keterampilan
- Tepat dan cepat dalam menegakkan diagnosa,
tindakan, kolaborasi atau rujukan
2.1.5 Tahap-tahap Persalinan
1. Kala I (Kala Pembukaan)
Adalah Kala dimulai dari his persalinan yang adekuat sampai pembukaan
lengkap (10 cm)
Kala pembukaan ada 2 fase :
 Fase laten : Pembukaan 0-3 cm berlangsung 7-8 jam
 Fase aktif : Berlangsung 6 jam dibagi atas 3 sub fase :
- Periode akselerasi : Berlangsung 2 jam (4 cm)
- Periode dilatasi maksimal : Selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 8 cm
- Periode akselerasi : Berlangsung lambat, pembukaan menjadi 10
cm/lengkap
Fase-fase diatas dijumpai perbedaan pada primi dan multi
a. Primi
- Cervix mendatar (effecement) baru dilatasi
- Berlangsung 13-14 jam
b. Multi
- Cervix mendatar dan membuka bersamaan
- Berlangsung 8-7 jam
Observasi
His : - Frekuensi , lama kekuatan tiap 30 menit
- Pembukaan cervix tiap 2-4 jam
- Djj tiap 30 menit
- Tensi dan suhu tiap 4 jam
- Nadi tiap 30 menit
(Rustam Mochtar, 1998)

2.2 Pre Eklamsia Berat


A. Definisi
Pre Eklampsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
odema akibat kehamilan setelah usia kehamialn 20 minggu atau segera
setelah persalinan.
( Mansjoer, Arif : 2001 )
Preeklamsi ialah penyakit dengan tanda - tanda hipertensi, odema,
dan protein uria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya
terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat juga terjadi sebelumnya,
misalnya pada mola hidatidosa.
( Wikknjosastro, Hanifah : 1999 )

B. Gambaran Klinik
Biasanya tanda-tanda Pre eklampsi timbul dalam urutan :
pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi dan
akhirnya proteinuria. Pada Pre Eklampsi Ringan tidak ditemukan gejala-
gejala subyektif. Pada Pre Eklampsi Berat didapatkan sakit kepala didaerah
frontal, skotama, diplopia, penglihantan kabur, nyeri didaerah epigastrium,
mual atau muntah-muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada pre
eklampsi yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsi akan
timbul tekanan darah pun meningkat lebih tinggi, edema menjadi lebih
umum dan proteinuria bertambah banyak.
Gejala dan tanda Pre Eklampsi Berat :
1. Tekanan darah sistolik  160 mmHg
2. Tekanan darah pistolik  110 mmHg
3. Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus.
4. Trombosit < 100.00/mm3
5. Oliguria < 400.ml/24 jam
6. Protenuria > 3 gr/liter
7. Nyeri Epigastrium
8. Skotana dan gangguan usus lain atau nyeri frontal yang berat.
9. Perdarahan Retina
10. Edema Pulmonum
11. Koma
(http://dardiantoro.multiply.com/journal/item/25/pre-eklamsi_dan_eklamsi )

C. Pencegahan
- Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali
tanda-tanda sedini mungkin (Pre Eklampsi ringan), lalu diberikan
pengobatan yang cukup supaya penyakir ridak menjadi lebih berat.
- Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre eklampsi
kalau ada faktor-faktor predisposisi.
- Berika penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenagan, serta
pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan
tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
( http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/28/askep-preeklamsi/ )
D. Penanganan
Pengetahuan hanya dapat dilakukan secara simtomatis karena
etiologi pre eklampsi dan faktor-faktor apa dalam kehamilan yang
menyebabkannya belum diketahui. Tujuan utama penanganan adalah :
1. Mencegah terjadinya pre eklampsi berat dan eklampsia
2. Melahirkan janin hidup
3. Melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.
Pada dasarnya penanganan pre eklampsia terdiri atas pengobatan
medik dan penanganan obstetrik. Penaganan obstetrik ditujukan untuk
melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum janin mati dalam
kandungan, akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup diluar uterus.
Pada umumnya indikasi untuk merawat penderita pre eklampsi
dirumah sakit ialah :
1. Tekanan darah sistolik 140 mmhg atau lebih dan atau tekanan darah
diastolik 90 mmHg atau lebih.
2. Proteinuria 1 + atau lebih
3. Kenaikan Bb 1,5 kg/lebih dalam seminggu yang berulang
4. Penambahan edema berlebihan secara tiba-tiba.
Penilaian kondisi janin pada pre eklampsia
1. Penilaian pertumbuhan janin
a. Pemantauan pertumbuhan TFU
b. Pemeriksaan USG
2. Penilaian ancaman gawat janin
a. Pemantauan gerakan janin
b. Non Stress Tests dan Contraction stress tests.
c. Profil bio fisik janin :
- Reaksi DJJ terhadap gerakan janin
- Volume cairan ketuban
- Gerakan janin
- Gerakan pernafasan janin
- Tonus janin
d. Pemeriksaan surfaktan dalam cairan ketuban
e. Pemeriksaan perfusi plasenta (uterina blood flow)
Pre Eklampsi Berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu :
 Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru
dengan uji kocok dan rasio L/S, maka penanganannya adalah sebagai
berikut :
- Berikan suntikan sulfas magnesium dengan dosis 8 gr IM,
kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4gr IM setiap 4 jam
(selama tidak ada kontrakasi).
- Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas
magnesikus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai
kriteria pre-eklampsia ringan (kecuali ada kontraindikasi).
- Selanjutnya ibu dirawat, diperika dan keadaan janin dimonitor,
serta berat badan ditimbang seperti pada pre eklampsi ringan,
sambil mengawasi timbulnya lagi gejala.
- Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi
kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung
keadaan.
 Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru
janin, maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan
diatas 37 minggu.
( Saifudin, Abdul Bari : 2002 )
E. Syarat Pemberian SM (Sulfat Magnesium)
1. Reflek patella positif
2. Pernafasan > 16x/mnt
3. Produksi urine > 25 – 30 cc/jam
( http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/28/askep-preeklamsi/ )

F. Faktor Predisposisi Adanya Preeklamsi


1. Kehamilan gemelli
2. Primigravida
3. Multigravida
4. Bayi IUGR
(http://dardiantoro.multiply.com/journal/item/25/pre-eklamsi_dan_eklamsi)

G. Pengelolaan Preeklamsi
Dalam pengelolaan klinis, preeklamsi dibagi sebagai berikut :
1. Disebut preeklamisi ringan jika ditemukan
- Tekanan darah  140/90 mmHg,  160/110 mmHg.
- Proteinuri  300 mg/24 jam atau pemeriksaan dipstik  1+
2. Tegakkan diagnosa pre eklamsi berat jika ditemukan gejala :
- Tekanan darah dalam keadaan istirahat : sistolik  160 mmHg dan
diastolik  110 mmHg
- Proteinuria  5 gram/24 jam atau dipstik  2+
- Diguria < 500 ml / 24 jam
- Serum creatin meningkat.
- Edema paru atau sianosis.
3. Dan disebut impending eklamsi apabila pada penderita ditemukan
keluhan seperti :
- Nyeri epigastrum.
- Nyeri kepala frontal, skotoma dan pandangan kabur (gangguan SSP).
- Gangguan fungsi hepar, dengan meningkatnya alanin atau aspartate
amino transperasi.
- Tanda-tanda hemolisis dan mikroangiopatik.
- Trombositupenia < 100.000 / mm3
- Munculnya komplikasi sindrom HELLP.
4. Dan disebut eklamsi jika pada penderita pre eklamsi dan eklamsi berat
yang diefinitif adalah segera melahirkan bayi dan seluruh hasil konsepsi,
tetapi dalam penatalaksanaannya kita harus mempertimbangkan keadaan
ibu dan janinnya, antara lain umur kehamilan, proses perjalanan penyakit
dan seberapa jauh keterlibatan organ.
(Sibai B.M, 2005)

H. Tujuan Penatalaksanaan Pre eklamsi dan eklamsi adalah :


- Melahirkan bayi yang cukup bulan dan dapat hidup di luar, di samping
itu mencegah komplikasi yang dapat terjadi pada ibu.
- Mencegah terjadinya kejang / eklamsia yang akan memperburuk
keadaan ibu hamil.
Morbiditas dan mortalitas penderita preeklamisi sangat ditentukan
umur kehamilan saat ditemukan, beratnya penyakit, kualitas penanganan dan
adanya penyakit penyerta lainnya (Isibia B.M. 2003).
Preeklamsia ringan yang ditemukan pada kahamilan < 34 minggu
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu, apalagi jika dijumpai
penyakit penyerta lainnya..
Gambaran klinis penderita preeklamsia sangat bervariasi, dari
penderita tanpa gejala klinik progresif, berkembang dengan cepat dan
membahayakan nyawa penderita. Pada preeklamsia umumnya perubahan
patogenetik telah lebih dahulu terjadi mendahului manifestasi klinik.
Pada dasarnya pada pengelolaan preeklamsia berat, kita sedapat
mungkin harus berusaha mempertahankan kehamilan sampai pervaginam
adalah yang terbaik bila dibandingkan dengan seksiaon sesarea. Jika
perjalanan penyakit memburuk dan dijumpai tanda-tanda impending
eklamsia kehamilan harus segera diakhiri tanpa memandang umur
kehamilan disamping itu pemeriksaan terhadap kesejahteraan janin harus
dilakukan secara ketat. Biometri janin, biophysical profile janin harus
dievaluasi 2 x seminggu bila keadaan janin memburuk terminasi kehamilan
harus segera dilakukan, tergantung dari keadaan janinnya apakah persalinan
dapat dilakukan pervaginam atau perabdomonal.
Pada kehamilan preterm ≤ 34 minggu yang akan dilakukan
terminasi pemberian kortikosteroid seperti dexamethasone atau
betamethasone untuk pematangan paru harus dilakukan. Pada penderita
preeklamsia berat obat-obat yang dapat diberi untuk memperbaiki keadaan
ibu dan janinnya sulfat :
- Magnesium sulfat
- Anti hipertensi
- Kortikosteroid : dexamethasone atau betamathasone untuk pematangan
paru.
( Saifuddin, 2001 )
Magnesium sulfat dapat diberikan menurut Regim Prihart awalnya
diberikan 4 gram secara intravera selama 4-5 menit dan 10 gram secara intra
muskuler selanjutnya diberikan 5 gram setiap 4 jam secara intra muscular
sedangkan menurut regim Zuspan magnesium sulfat seluruhnya diberikan
secara intravena dengan dosis sebagai berikut : awalnya diberikan 6 gram
secara intravena selama 5-10 menit, kemudian dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan 1-2 gram/jam melalui infus. Pada pemberian magnesium sulfat
kita harus berhati-hati terhadap gejala keraguan yang dapat ditandai dengan
munculnya :
- Reflek patella yang menurun ataupun hilang
- Pernafasan <16 x/menit
- Rasa panas dimuka, bicara sulit, kesadaran menurun dan
- Kardiac arrest.
( Mochtar, Rustam : 1998 )
1. Anti Hipertensi
Pada preeklamsia berat anti hipertensi diberikan jika tekanan darah
180/110 mmHg tjuan pemberian antihipertensi adalah untuk mencegah
terjadinya kardiovaskuler atau serebrovaskuler accident.
(Zang J, 2003).
Obat anti hipertensi yang juga banyak digunakan adalah Nifedipine
(Brown, 2002). Nifedipine adalah satu-satunya pilihan obat untuk hipertensi
dalam kehamilan yang terdapat di Indonesia. obat ini mudah dapat, harganya
murah dan mudah penggunaannya.
2. Kartiko Steroid
Pada pre eklamisa berat resiko steroid hanya diberikan pada kehamilan
preterm < 34 minggu dengan tujuan untuk mematangkan paru janin (Mangan
E.F. dkk. 1993). Semua kehamilan ≤ 34 minggu yang akan diakhiri diberikan
kortiko steroid dalam bentuk dexamethasone atau betamethason.
3. Pengelolaan Sindrom Hellp
Diperkenalkan oleh Luis Weinstein tahun 1982 merupakan satu
kumpulan gejala multisistem pada penderita pre eklamsia berat yang ditandai
dengan adanya : hemolisis, peningkatan akdar enzim hati dan penurunan
jumlah trombosit. Sindrom HELLP dapat terjadi antara 2-12% kasus dan
sisanya pada 31% kasus terjadi pasca persalinan.
Kriteria diagnosis sindrom HELLP ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium. Disebut sindrom HELLP komplit bila dijumpai
SGOT>70 1u/l, LDH>6001u/l, bilirubin > 2,1 mg/dl, trombosit <
100.000/mm3 dan disebut sindroma HELLP persial jika hanya ditemukan
perubahan pada salah satu atau lebih, tetapi tidak semua dari parameter
diatas.
Sedangkan Martin 1991 hanya mengelompokkan syndrome HELLP
berdasarkan jumlah trombosit disebut kelas I jika jumlah trombosit ≤
50.000/mm3, kelas II jika jumlah trombosit > 50.000/mm3-≤100.000/mm3 dan
kelas III jika jumlah trombosit > 100.000/mm3-≤ 150.000/mm3.
Pada umumnya penanganan penderita sindroma HELLP lebih sulit bila
dibandingkan dengan penanganan penderita pre eklamsia berat, karena pada
penderita sindroma HELLP umumnya telah terjadi multi organ disfungsi,
prioritas utama penanganannya adalah stabilisasi kondisi ibu terutama
terhadap tekanan darah, keseimbangan cairan dan gangguan pembekuan
darah. Kontrol terhadap tekanan darah yang tinggi perlu segera dilakukan
terutama bila dijumpai tanda-tanda iritabilitas syaraf pusat dan kegagalan
ginjal. Seperti penanganan pre eklamsi, pemberian magnesium sulfat masih
merupakan pilihan utama transfusi darah dan pemberian trombosit harus
diperhitungkan untuk memberantas anemia, atau jika ditemui kadar trombosit
≤ 50.000/mm3.
Pemberian kartko steroid dapat dipertimbangkan terutama untuk
pematangan paru, meningkatkan kadar trombosuit dan memperbaiki fungsi
hepar, terminasi kehamilan harus segera dilakukan tanpa memandang usia
kehamilan terutama setelah stabilitas keadaan ibu tercapai.
Pemberian kortiko steroid pasca prersalinan dapat diulang dengan tujuan
untuk mempercepat perbaikan laboratorium dan penderita.
(Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2007)

2.3 Primi Tua Sekunder


Dimana ibu hamil dengan persalinan anak terakhir ≥ 10 tahun yang
lalu. Ibu dalam kehamilan dan persalinan ini seolah – olah menghadapi
kehamilan atau persalinan yang pertama lagi. Umur ibu biasanya lebih
bertambah tua.
Kehamilan ini bisa terjadi pada :
 Anak pertama mati, janin didambakan dengan nilai sosial tinggi
 Anak terkecil hidup umur 10 tahun atau lebih, ibu tidak ber-KB.
Bahaya yang dapat terjadi pada pimi tua sekunder :
 Persalinan dapat berjalan tidak lancar
 Perdarahan pasca persalinan
 Penyakit ibu : hipertensi, diabetes dll.
Pertolongan dapat diberikan oleh PKK dan tenaga kesehatan :
a) Memberikan KIE
b) agar ibu melakukan perawatan yang teratur pada bidan di desa posyandu
atau puskesmas.
c) Menemukan sedini mungkin aadanya penyakit dari ibu maupunkelainan
atau faktor resiko kehamilan dan persalinan ini.
d) Merencanakan persalinan aman, agar ibu dan bayi sehat.
e) Melakukan rujukan terencana dengan kesiapan mental, biaya dan
transport untuk melahirkan di RS.
( Sarwono, 2002 )
2.4 Usia ≥ 35 Tahun
2.4.1 Penyebab Resiko Kehamilan Di Atas 35 Tahun
Wanita yang mencapai usia 35-an umumnya akan mengalami
penurunan kesuburan. Penyebabnya sebagian akibat menurunnya
jumlah dan kesehatan sel telur yang diovulasikan, menurunnya
frekuensi hubungan seks, serta adanya kondisi medis seperti
endometriosis, yang bisa mengganggu proses pembuahan.
2.4.2 Masalah – Masalah Kehamilan Di atas usia 35 Tahun
1. Perlu waktu lebih lama untuk bisa hamil
Sejak lahir, tubuh wanita dilengkapi dengan sejumlah telur. Saat
mencapai usia pertengahan 30 tahun, kualitas sel telur yang
dimiliki wanita akan mulai menurun. Setelah pembuahan, sel telur
yang usianya lebih tua sangat sulit untuk bisa berkembang menjadi
blastocyst sel – sel yang berbentuk bola yang tertanam pada rahim
yang kemudian akan memulai proses kehamilan.
2. Besar kemungkinan akan mendapatkan kehamilan kembar
Perubahan hormonal yang berhubungan dengan usia dapat
menyebabkan tubuh melepaskan lebih dari satu sel telur setiap
kesempatan, yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
kehamilan kembar non identik (fraternal). Karena kesuburan yang
makin berkurang, perempuan yang lebih berusia 35 tahun mungkin
harus menggunakan teknologi untuk membantu proses
reproduksinya seperti pada pembuahan in-vitro untuk bisa hamil.
Karena prosedur seperti ini biasanya melibatkan penanaman lebih
dari satu buah sel telur yang sudah dibuahi di dalam rahim, maka
proses seperti ini lebih mungkin menghasilkan kehamilan kembar
dua atau lebih.
3. Resiko terjadinya keguguran akan lebih besar
Resiko terjadinya keguguran akan meningkat dengan semakin
bertambahnya usia :
- Sebelum usia 35 – resikonya 15 persen
- Usia 35 sampai 39 – resikonya 20 sampai 25 persen
- Usia 40 sampai 42 – resikonya 35 persen
- Usia di atas 42 – resikonya 50 persen
4. Resiko terkena gestational diabetes
Diabetes tipe ini hanya terjadi selama masa kehamilan. Kontrol
yang tepat terhadap gula darah melalui diet, olahraga, gaya hidup
sehat lainnya sangat penting untuk mencegah terjadinya
komplikasi. Terkadang penggunaan obat – obatan juga diperlukan.
Perawatan yang dijalani mungkin akan meliputi pemeriksaan rutin
sebelum kelahiran yang lebih sering, dan tes gula darah secara
reguler di rumah.
5. Mungkin harus melahirkan secara caesar
- Ibu hamil dengan berusia di atas 35 tahun memiliki resiko
yang lebih tinggi mengidap komplikasi yang berhubungan
dengan kehamilan, seperti tekanan darah tinggi dan
gestational diabetes.
- Besar kemungkinan saluran rahim lambat pembukaannya,
yang juga dapat menyebabkan diperlukannya operasi caesar.
- Bila bayi terlalu besar atau berat badan ibu naik terlalu
banyak masalah yang biasa terjadi pada ibu hamil dengan
usia yang lebih tua – kelahiran melalui vagina biasanya sulit.
- Pada ibu hamil berusia di atas 35 tahun, bayi biasanya berada
pada posisi yang menimbulkan komplikasi pada saat
kelahiran, seperti bagian pantat atau kaki yang berada di
bawah.
- Operasi caesar seringkali direkomendasikan untuk kelahiran
bayi kembar.
6. Resiko adanya kromosom abnormal lebih tinggi
Bayi yang dilahirkan oleh ibu berusia di atas 35 tahun memiliki
resiko mengidap berbagai masalah yang berhubungan dengan
kromosom, seperti down syndrome. Pada usia 30 tahun, resiko
terjadinya down syndrome terjadi 1 kali pada setiap 1000 kelahiran
hidup. Pada usia 35, kemungkinannya satu dibanding 400. Pada
usia 40, resikonya satu diantara 100.
(www.Google.Kompas.Com)
2.5 Tinjauan Manajemen Varney
I. Pengkajian
Tanggal : Untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian pada klien
Jam : Untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian pada klien
No. Km : Untuk dapat membedakan anatra pasien dengan pasien yang lain
A. Data Subjektif
1. Biodata
 Nama ibu dan suami untuk mengenal, memanggil, dan
menghindari terjadinya kekeliruan.
( Christina, 1993 )
 Umur ibu, terutama pada ibu hamil yang pertama kali hamil. bila
umur lebih dari 35 tahun disebut primi tua gravida dan bila umur
kurang dari 18 tahun disebut primi muda gravida. Wanita kurang
dari 18 tahun pinggulnya belum cukup pertumbuhannya, sehingga
menyebabkan kesulitan untuk melahirkan. Wanita umurnya lebih
dari 35 tahun, badannya mungkin bisa kecapaian dan kurang
lentur. Wanita sudah berumur 40 tahun, ada kemungkinan akan
kelambanan jiwanya.
(Pusdiknakes, 2000)
 Agama ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya
terhadap kebiasaan kesehatan pasien / klien. Dengan diketahuinya
agama pasien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di
dalam melaksanankan asuhan kebidanan.
(Depkes RI, 1995)
 Pendidikan untuk memberi bimbingan sesuai dengan tingkat
pendidikannya
 Pekerjaan ibu untuk mengatahui dimana ibu bekerja karena
mungkin pekerjaan ibu terlalu berat sehingga mengganggu
kesehatan ibu sendiri / mempengaruhi kesehatan janin. Dan
pekerjaan suami untuk mengetahui taraf kehidupan.
 Alamat Alamat untuk memudahkan komunikasi, kunjungan
rumah.
2. Alasan datang
Apa alasan ibu sehingga datang untuk periksa
3. Keluhan Utama
Apakah penderita datang untuk pemeriksaan kehamilan rutin atau ada
keluhan seperti perdarahan, nyeri kepala, dll
4. Riwayat kesehatan yang lalu
Meliputi penyakit yang pernah dialami, penyakit yang sedang diderita
dan mendapat pengobatan yang sedang atau pernah dilakukan. Hal ini
penting diketahui untuk melihat kemungkinan adanya penyakit –
penyakit yang menyertai dan yang dapat mempengaruhi
kehamilannya, sehubungan dengan keadaan ibu yang lemah pada
waktu kehamilan dan setelah melahirkan. Penyakit tersebut antara
lain : jantung, diabetes melitus, anemia, hipertensi esensial, gonorhoe,
TBC paru, asma, kelainan pembekuan darah, hepatitis infeksiosa
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama :
- Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama
penyakit menular seperti TBC, hepatitis
- Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan
pembekuan darah, jiwa, asama
- Riwayat kehamilan kembar. Faktor yang meningkatkan
kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur
wanita, dan paritas. Oleh karena itu apabila ada yang pernah
melahirkan atau hamil dengan anak kembar harus diwaspadai
karena hal ini bisa menurun pada ibu.
(Manuaba, 1998)

6. Riwayat haid
- Menarche adalah terjadi haid yang pertama kali. Menarche terjadi
pada usia pubertas, yaitu sekitar 12 – 16 tahun
- Siklus haid pada setiap wanita tidak sama. Siklus haid yang normal
/ dianggap sebagai siklus adalah 28 hari, tetapi siklus ini bisa maju
sampai 3 hari atau mundur sampai 3 hari. Panjang siklus haid yang
biasa pada manusia adalah 25 – 32 hari.
- Lamanya haid. Biasanya antara 2 – 5 hari, ada yang 1- 2 hari
diikuti darah sedikit – sedikit dan ada yang sampai 7 – 8 hari. Pada
wanita biasanya lama haid ini tetap.
( Sarwono,1995)
- Keluhan yang dirasakan
- Keputihan. Warnanya, bau, gatal / tidak
- Hari pertama haid terakhir
- Taksiran perslinan
7. Riwayat perkawinan
Ibu menikah berapa kali, lamanya, umur pertama kali menikah
- Jika lama menikah ≥ 4 tahun tetapi belum hamil bisa menyebabkan
masalah pada kehamilannya (pre eklampsia), persalinan tidak
lancar
- Lama menikah ≤ 2 tahun, sudah punya lebih dari 1 anak,
bahayanya perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu masih
lemah, bayi prematur, BBLR
- Umur pertama kali menikah < 18 tahun, pinggulnya belum cukup
pertumbuhannya sehingga jika hamil beresiko kesulitan waktu
melahirkan
- Jika hamil umur > 35 tahun bahayanya bisa terjadi hipertensi, pre –
eklampsia, KPD, persalinan tidak lancar / macet, perdarahan
setelah bayi lahir, BBLR
8. Riwayat kehamilan,persalinan,nifas yang lalu
Kehamilan yang lalu mengalami gangguan / tidak seperti mual
muntah, perdarahan yang banyak, nyeri kepala, gangguan
penglihatan, anak lahir spontan / tindakan, aterm / premature /
dismature., ditolong oleh dokter/bidan/dukun. Berat badan lahir, PBL,
jenis kelamin, hidup/meninggal. Bila meninggal sebabnya apa.
Bagaimana plasenta lahir, perdarahan/tidak, masa nifas terdapat
penyulit/tidak ( seperti perdarahan/demam), laktasi.
9. Riwayat kehamilan sekarang
- Berapa kali periksa dan dimana
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan tiap 4 minggu jika segala sesuatu
normal sampai kehamilan 28 minggu, sesudah itu pemeriksaan
dilakukan tiap 2 minggu dan sesudah 36 minggu tiap minggu
- Gerakan janin. Umumnya gerakan janin dirasakan ibu pada
kehamilan 18 minggu pada primigravida dan kehamilan 16 minggu
pada multi gravida. Pengamatan pergerakan janin dilakukan setiap
hari setelah usia kehamilan lebih dari 28 minggu
- Masalah dan tanda bahaya seperti perdarahan yanng keluar dari
vagina, penglihatan kabur, bengkak pada muka / kaki, nyeri perut,
sakit kepala yang hebat, nuntah – muntah yang hebat, tidak
merasakan gerakan janin
- Keluhan – keluhan yang lazim pada kehamilan
- Imunisasi TT diberikan sekurang – kurangnya diberikan 2x dengan
interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu pernah
mendapat TT 2x pada kehamilan yang lalu atau pada calon
pengantin. Maka TT cukup diberikan satu kali (TT boster).
Pemberian TT pada ibu hamil tidak membahayakan janin walaupun
diberikan pada kehamilan muda.
- Pemberian vitamin, zat besi : tablet sehari segera setelah rasa mual
hilang, minimal sebanyak 90 tablet selama kehamilan.
- Riwayat kehamilan sekarang membantu bidan untuk menentukan
usia kehamilan, memberikan konseling tentang keluhan hamil yang
biasa, dan dapat mendeteksi adanya komplikasi
10. Riwayat KB
Pernah ikut KB / tidak, apa macamnya, ada keluhan apa tidak, setelah
persalinan rencananya ibu menggunakan KB apa
11. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Istirahat
Waktu istirahat harus lebih lama ± 10 – 11 jam. Untuk wanita
hamil, juga dianjurkan untuk tidur siang.
(Christina,1993)
Jadwal istirahat dan tidur harus diperhatikan denngan baik
karena istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan
kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan pertumbuhan
dan perkembangan janin.
(Manuaba, 1998)
b. Aktivitas
Wanita yang sedang hamil boleh bekerja tetapi sifatnya tidak
melelahkan dan tidak mengganggu kehamilan. Misalnya:
pekerjaan rumah tangga yanng ringan, masak, menyapu, tetapi
jangan menimba, mengangkat air,dll. Pekerjaan dinas mis. Guru,
pegawai kantor boleh diteruskan. Pekerjaan yang sifatnya dapat
mengganggu kehamilan lebih baik dihindarkan misalnya
pekerjaan di pabrik rokok, percetakan, yang mengeluarkan zat
yang dapat mengganggu janin dalam kandungannya.
(Christina,1993:163)
c. Nutrisi
Nutrisi yang diperlukan ibu hamil kalori , protein, kalsium, zat
besi, vitamin A, vitamin D, vitamin C, vitamin B, dan air. Bahan
makanan yang banyak mengandung lemak dan hidrat arang
seperti manisan dan gorengan perlu dikurangi untuk menghindari
kelebihan berat badan yang berlebihan
d. Eliminasi
Pada bulan pertama dan terakhir kahamilan biasanya ibu
mengeluh sering kencing karena kandung kemh tertekan oleh
uterus dan kepala janin
Perubahan hormonal mempengaruhi aktivitas usus halus dan
usus besar sehingga mengakibatkan obstipasi. Sembelit dapat
terjadi secara mekanis yang disebabkan karena menurunnya
gerakan ibu hamil, tekanan kepala janin trhadap usus beasar dan
rektum
e. Kebersihan
- Rambut harus sering dicuci
- Gigi betul – betul harus mendapat perawatan untuk mencegah
karies
- Buah dada adalah organ yang erat hubungannya dengan
kehamilan dan nifas, sebagai persiapan untuk produksi makanan
bayi oleh karena itu bila kurang kebersihannya bisa
menyebabkan infeksi
- Kebersihan vulva. Vulva harus selalu dalam keadaan bersih.
Setelah BAK/BAB harus selalu dikeringkan, cara cebok yang
dari depan ke belakang
- Kebersihan kuku tidak boleh dilupakan karena dibawah kuku
bisa tersembunyi kuman penyakit.
- Kebersihan kulit dilakukan dengan mandi 2x sehari. Mandi
tidak hanya membersihkan kulit tetapi menyegarkan badan,
karena pembuluh darah terangsang dan badan terasa nyaman
- Kebersihan pakaian. Wanita hamil ganti pakaian yang bersih,
kalau dapat pagi dan sore, lebih – lebih pakaian dalam seperti
BH dan CD.
- (Christina, 1993)
f. Kebiasaan
Merokok, minum alkohol, dan kecanduan narkotika
merupakan kebiasaan yang secara langsung dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin, menimbulkan cacat
bawaan atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental.
(Manuaba,1998)
g. Pola seksual
Frekuensi, intensitas, dan posisi untuk kegiatan seksual
merupakan penyesuaian bagi wanita hamil karena perubahan
kontur tubuhnya. Hamil bukan halangan untuk melakukan
hubungan seksual. Hubungan seksual disarankan untuk dihentikan
bila :
- Terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa
nyeri
- Terjadi perdarahan saat hamil
- Terdapat pengeluaran cairan yang mendadak
- Riwayat abortus, koitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu
- Riwayat persalinan prematur sebaiknya tidak melakukan
hubungan seksual pada UK 8½ - 10 bulan.
12. Keadaan Psikososial
Bagaimana tanggapan ibu dan suami tentang kehamilan dan
bagaimana dukungannya, ibu menginginkan persalinan dimana.
Bagaimana hubungan ibu dan keluarga dengan warga sekitar, petugas
kesehatan
13. Latar Belakang Sosial Budaya
Kepercayaan terhadap takhayul, upacara adat yang pernah
dilakukan, ada pantang makan atau tidak

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik/cukup/lemah
Kesadaran : composmentis/ somnolen/koma
Tekanan darah : 90/60 – 140/90 mmHg
Nadi : 60 – 80 x/menit (Pusdiknakes,2000:160)
Jika denyut nadi ibu 100x/menit atau lebih, mungkin ibu mengalami
salah satu atau lebih keluhan sbb:
- Tegang, ketakutan atau cemas akibat masalah tertentu
- Perdarahan hebat
- Anemia
- Sakit / demam
- Gangguan tyroid
- Gangguan jantung
- Penggunaan obat
Temperatur : 36,1 – 37,6° C (Doenges,2001:43)
Pernapasan : 16 – 24 x/menit (Doenges,2001:43)
BB sebelum hamil :
BB sekarang : selama kehamilan TM II dan III pertambahan berat
badan ± 0,5 kg perminggu. Pertambahan > 0,5 kg
perminggu pada TM III harus diwaspasai mengalami
preeklampsia. Hingga akhir kehamilan pertambahan
BB yang normal sekitar 9 – 13,5 kg
(Hamilton,1993)
TB : >145 cm, ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari
145 cm kemungkinan panggulnya sempit (Rochjati
Poedji,2003)
LILA : > 23,5 cm, bila kurang merupakan indikator kuat untuk
status gizi ibu yang kurang baik / buruk, sehingga ia
beresiko untuk melahirkan BBLR
(Depkes RI,1996)
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Rambut : Bersih/kotor, warna, mudah rontok/tidak. Rambut yang
mudah dicabut menndakan kurang giz / kelainan
tertentu
Muka : Chloasma gravidarum +/-, edema +/-
Mata : Sklera kuning/tidak, konjungtiva pucat/tidak
Konjungtiva normal warna merah muda, bila pcat
menandakn anemia. Sklera berwarna putih, bila kuning
menandakan teinfeksi hepatitis, bila merah
kemungkinan ada conjungtivitis
Telinga : Ada secret/tidak, pendengaran baik/tidak
Bibir : Kering/tidak, biru/tidak, stomatitis/tidak
Mulut : Stomatitis/tidak, ada caries pada gigi/tidak
Dalam kehamilan sering timbul stomatitis dan
gingivitis yang mengandung pembuluh darah dan
mudah berdarah, maka perlu perawatan mulut agara
terlihat bersih.
(Sarwono,2005)
Adanya caries yang menandakan ibu kekurangan
kalsium. Saat hamil sering terjadi caries yang
berkaitan dengan emesis, hiperemsisi gravidarum.
Adanya kerusakan gigi dapat menjadio sumber infeksi.
(Manuaba,1998)
Leher : Ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis,
kelenjar limfe / tidak
- Dalam kehamilan biasa kelenjar tyroid mengalami
hiperfunngsi dan kadang disertai pembesaran ringan.
Metabolisme basal dapat meningkat 15 – 25%
walaupun tampak gejala – gejala yang dapat
menyerupai hiperfungsi glandula tyroid namun
wanita hamil itu tidak menderita hypertyroidismu.
(Sarwono, 1999)
- Bila terdapat pembesaran kelenjar limfe mungkin
disebabkan oleh berbagai penyakit , misalnya
peradangan akut / kronis di kepala, orofaring, kulit
kepala / daerah leher, selain itu kemungkinan terjadi
TBC, sifilis.
( Robert Priharjo,1996)
- Bila terdapat pembendungan vena jugularis,
menandaklan adanya kelainan cardiovaskuler,
kemungkinan besar ibu mengidap penyakit jantung
Dada :payudara tegang, hiperpigmenytasi areola mamae,
putting susu menonjol/ datar/ masuk, nafas teratur/tidak,
sesak/tidak
Perut : striae lividae/tidak, linea nigra/tidak, ada bekas luka
operasi/tidak
Genetalia : bersih/tidak, ada kelainan/tidak, varises +/-edem/tidak,
fluor +/-, condilomata +/-
Ekstremitas : edema/tidak, varises/tidak
b. Palpasi
Leher : teraba pembesaran kelanjar tiroid, vena jugularis,
kelenjar limfe /tidak
Payudara : teraba benjolan abnormal/tidak, colostrum +/-
Perut : Leopod I ( untuk mengetahui bagian anak yang ada di
fundus dan TFU )
Leopod II ( untuk mengetahui letak punggung )
Leopod III ( bagian terendah kepala / bokong )
Leopod IV ( berapa bagian masuk PAP, divergen /
konvergen ) ada nyeri tekan / tidak
Ekstremitas : oedema/tidak, varises/tidak
c. Auskultasi
Dada : ronchi +/-. Wheezing +/-
DJJ : +/-, teratur/tidak, frekuensi 120 – 160 x/menit, jelas
terdengar disebalah mana
d. Perkusi
Reflek patela +/-
Normal : tungkai bawah aka bergerak sedikikt ktika tendon ditekuk.
Bila gerakannya berlebihan dan cepat, maka hal ini mungkin
merupakan tanda eklampsia
(Depkes RI, 2000)
Bila reflek patela negatif, kemungkinan pasian mengalami
kekurangan B1.
(Pusdiknakes,1995)
3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium ( darah lengkap, urine lengkap, tes kehamilan ), USG,
Hb

II. Identifikasi Diagnosa/Masalah


Dx : Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan
obyektif sehingga diperoleh kesimpulan dan diagnosa Ny. .... dengan Gv
P3003 Ab100 UK 39-40 Minggu Janin Tunggal Hidup Intrauterine Kala I
Fase Laten Dengan PEB + Primi Tua Sekunder + Usia ≥ 35 tahun.
DS : Data yang diperoleh melalui anamnesa
DO : - TD : (>160/110 mmHg)
- Protein urin ≥ normal
Masalah : Cemas
Ds : Ibu mengatakan takut dengan keadaannya saat ini
Do : - Keadaan umum : Cukup/baik
- Kesadaran : Composmentis/Sumnolen/Apatis
- Tekanan Darah : 180/110 mmHg (90/60-130/90 mmHg)
- Pernafasan : 20 x/menit (16-24 x/menit)
- Nadi : 96 x/menit (80-100 x/menit)
- Suhu : 37,10 C (36,5-37,30C)

III. Identifikasi Masalah Potensial


Potensial terjadi eklamsia
Ds : -
Do : - Tekanan Darah : ≥ 160/110 mmHg
- Pernafasan : > 16 x/menit
- Nadi : 80-100 x/menit
- Suhu : 36,5-37,30C
- Protein/albumin : ≥ ++
- Albumin : ++

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


-
V. Intervensi
Dx : Ny. “Y” Gv P3003 Ab100 UK 39-40 Minggu Janin Tunggal Hidup
Intrauterine Kala I Fase Laten Dengan PEB + Primi Tua Sekunder +
Usia ≥ 35 tahun.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan kehamilan dapat
berjalan dengan normal sampai dengan aterm
KH : - Tinggi diastolik ≤ 90 mmHg
- Protein urine (+) sampai (-)
- Keluhan ibu tentang pusing pada kepala tidak ada
- Produksi urin > 400 ml/24 jam
- Ketuban pandangan kabur tidak ada
- Tidak terjadi kejang
Intervensi:
1. Lakukan pendekatan terapeutik
R/ Pasien lebih kooperatif dengan petugas kesehatan dan tindakan yang
diberikan.
2. Jelaskan pada ibu tentang tindakan yang akan diberikan
R/ Ibu lebih tenang dan menambah pengetahuan ibu.
7. Jelaskan kondisi dan keadaan kehamilan pada ibu
R/ Mengurangi kecemasan terhadap ibu dan janin yang dikandungnya
7. Observasi TTV dan DJJ setiap 15 menit
R/ TTV maupun parameter terjadinya kegawatan dan terjadinya eklamsia..
5. Observai tetesan infus.
R/ Agar tidak terjadi tetesan infus yang overlut/berlebihan
6. Observasi pengeluaran urine
R/ Untuk mengetahui jumlah urin yang keluar apakah terjadi oligouri atau
tidak
7. Beri nutrisi adekuat di luar his
R/ Nutrisi yang adekuat membuat tenaga ibu menjadi maksimal untuk
meneran.
8. Anjurkan kepada ibu untuk bed rest
R/ Untuk antisipasi terjadinya kejang / eklampsi
9. Anjurkan kepada ibu untuk tidak merejan bila ada kontraksi
R/ Dapat menyebabkan oedema pada serviks dan perineum
10. Anjurkan kepada ibu untuk berdo’a sesuai keyakinan
R/ Berdo’a dapat membantu menentramkan hati ibu
11. Memberikan terapi sesuai dengan advis dokter
R/ Pemberian obat yang benar mempercepat penyembuhan.

Masalah : Cemas
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan pasien lebih tenang
dan tidak merasa cemas lagi
Kriteria Hasil : - Nadi normal 80-100 x/menit
- Wajah ibu rileks
- Komunikasi lancar
Intervensi
1) Beri dukungan psikologi pada ibu
R : Ibu menjadi lebih tenang dan rasa cemas hilang.
2) Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
R : Ibu mengerti dan mengetahui kondisinya dan janinnya.

Masalah Potensial : Potensial terjadi eklamsia


Tujuan: Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan tidak terjadi eklamsia
Kriteria Hasil : - Kejang tidak terjadi
- Tekanan diastolik (90 mmHg)
- Protein urin < ++
- Ibu tidak lagi mengeluh pusing da Tekanan Darah : turun.
Intervensi
1. Pantau tekanan darh ibu tiap 15 menit
R : Tekanan darah tinggi yang terus meningakt menandakan darahnya tinggi
sehingga perlu tindakkan selanjutnya.
2. Pantau keluhan klien
R: Keluhan klien dapat diasumsikan sebagai penelitian tentyang apa yang
klien derita.

III. Implementasi
Rencana menyeluruh seperti yang diuraikan diatas secara efisien dan aman.
IV. Evaluasi
Dilakukan evaluasi sejauh mana manfaat peefektivan dari asuhan yang
telah diberikan melupiti pemenuhan kebutuhan. Apakah terpenuhi seusai
dengan kebutuhan sebagaimana telah fisiologik masalah atau diagnosa dan
mengacu pada tujuan dan kriteria hasil
BAB III
TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN
Tanggal : 10 Maret 2009
Jam : 11.30 WIB
MRS : 10 Maret 2009
Jam MRS : 11.00 WIB
No. Register : 906286

A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Ibu : Ny.”Y”
Umur : 43 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Penghasilan : -
Alamat : Pasuruan

Nama Suami: Tn.”B”


Umur : 47 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Penghasilan : -
Alamat : Pasuruan
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Ibu mengatakan dikirim dari puskesmas pasuruan karena tekanan darah ibu tinggi dan usia ibu
lebih dari 35 tahun dan ibu hamil 9 bulan.
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng dan ibu merasa kepalanya sedikit pusing.
4. Riwayat Kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti jantung, tekanan darah
tinggi, kencing manis, paru-paru maupun penyakit menular seperti sakit kuning, TBC,
HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya.
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti jantung, tekanan darah
tinggi, kencing manis, paru-paru maupun penyakit menular seperti sakit kuning, TBC,
HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak pernah menderita penyakit menurun seperti asma,
jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis maupun penyakit menular seperti paru-
paru/TBC, sakit kuning dan tidak mempunyai keturunan kembar.
7. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : 30-32 hari
Lama : 6-7 hari
Jumlah darah : (hari I s/d II 2 pembalut, hari III s/d V 1
pembalut)
Warna : hari I s/d III merah dan berbau anyir, hari IV s/d VII warna coklat dan
tidak berbau.
Flour albus : tidak ada
Keluhan : tidak ada
HPHT : 01-06-2008
8. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali
Lama menikah : 26 tahun
Usia menikah : 17 tahun
9. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
N Sua Hamil UK Penolon Cara Penyu Jenis BBL Hidup hari Menyus
mi ke- g lit kelamin umur ui Ket
o

1 1 1 9bln Dokter Normal - ♀ 3500 25 th 40 1 thn


.
2 1 II 9 bln Dukun Normal - ♂ - 22 th 40 2thn

3 1 III 9bln Bidan Normal - ♂ 3500 11 th 40 2 thn

4 1 IV 3bln Dokter Curet - - - - - -

5 1 V Hamil
ini

10. Riwayat kehamilan sekarang


a. Kehamilan
Trisemester I
 Ibu mengatakan pada saat hamil muda ibu mengeluh mual, muntah dan kepalanya
pusing dan menghilang pada usia kehamilan 4 bulan.
 Ibu periksa di Bidan 2X dan perikasa di Puskesmas 1X dan mendapatkan vitamin dan
tablet tambah darah.
Trisemester II
 Pada usia kehamilan 4 dan 6 bulan ibu periksa ke Puskesmas 1X dan periksa di Bidan
2X, ibu mendapatkan tablet tambah darah dan vitamin, ibu mulai merasakan gerakan
janinnya pada usia kehamilan 4 bulan.
 Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
Trisemester III
 Ibu mengatakan periksa ke Puskesmas pada kehamilan tua ini 3 kali dan periksa
dibidan 3 kali, ibu mendapatkan vitamin dan tablet tambah darah.
 Ibu mengatakan pada usia kehamilan 9 bulan tekanan darahnya menjadi 170/110
mmHg setiap kali periksa dan pada kakinya bengkak
 Ibu mengatakan pada tanggal 09 Maret 2009 pada jam 18.30 WIB ibu merasa
kenceng-kenceng, tetapi ibu belum mengelurkan lender darah ataupun ketuban.
Kemudian pagi jam 09.00 WIB ibu periksa di Puskesmas dan kemudian ibu langsung
dirujuk ke RSSA Malang.
11. Riwayat KB
Ibu mengatakan sebelum hamil ini ibu menggunakan KB PIL selama 8 tahun, ibu tidak ada
keluhan apapun tapi ibu sering lupa minum sehingga ibu hamil ini. Dan rencana ibu setelah
melahirkan akan KB steril.
12. Pola kebiasaan sehari-hari
No Kebiasaan Di Rumah Di RS
1. Nutrisi Ibu makan 3 kali/hari porsi Selama di RS ibu belum
sedang.komposisi nasi, sempat makan ibu hannya
lauk pauk, sayur, minum 5- minum air putih 1 gelas.
6 gelas/hari

2. Eliminasi BAB 1 kali/hari konsistensi Ibu masuk kaber langsung


lembek, warna kuning, dikateter.
BAK 6-7 kali/hari, warna
kuning/jernih.
3. Istirahat Tidur siang jam 13.00- Pada saat dikaber ibu tidak
14.00 WIB, dan tidur tidur.
malam jam 22.00-05.00
WIB.
4. Hygiene Ibu mandi 2 kali/hari, Pada saat dikaber ibu
gosok gigi 2 kali/hari, ganti belum mandi.
baju setiap hari, celana
dalam tiap kali mandi
keramas 2 kali seminggu.
5. Aktivitas Ibu melakukan pekerjaan Ibu hanya tidur terlentang
rumah tangga sendiri dengan posisi miring
terkadang dibantu suami. kekiri dan terkadang
miring kekanan.

13. Data Psikososial


a. Psikologis : Ibu mengatakan sangat mengharapkan kelahiran bayinya.
b. sosial : Ibu sangat dekat hubungannya dengan suami dan keluarganya, ibu
berkomunikasi dengan keluarga menggunakan bahasa jawa. Hubungan ibu
dengan petugas kesehatan di RS baik.
14. Data Spiritual
Ibu mengatakan beragama Islam dan melaksanakan shalat 5 waktu.
15. Data Sosial Budaya
Ibu dan keluarga menganut adat Jawa.

B. Data Subyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 160/100 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Suhu : 36,4o C
RR : 20 x/menit
TP : 08-03-2009
BB saat ini : 74 kg
TB : 154 cm
2. Pemesiksaan Fisik
A. Inspeksi
Kepala : bersih, rambut hitam, tidak nampak ketombe, lembab
Wajah : tidak pucat, tampak menyeringai saat ada kontraksi, tidak ada oedem,
ada cloasma gravidarum.
Mata : simetris, selera tidak ikterus, kojungtiva tidak anemis.
Telinga : simetris, bersih, tidak keluar serumen.
Hidung : tidak tampak pernafasan cuping hidung, tidak ada secret, tidak ada
polip.
Mulut : bibir lembab, tidak ada stomatis, tidak tampak adanya caries gigi, lidah
bersih.
Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
Payudara : payudara tampak simetris, putting susu menonjol, bersih tampak
hiperpigmentasi areola.
Perut : tidak tampak adanya bekas operasi, terlihat linia nigra, alba dan strie.
Genetalia : vulva tampak keluar darah, lendir, tidak tampak oedem, terpasang
kateter.
Ekstremitas : Atas : gerakan aktif, tidak ada oedem, tidak pucat pada ujung jari,
terpasang selang infus.
Bawah : gerakan aktif, tidak ada oedem dan varises, tidak pucat pada
kuku.
Integument : turgor kulit normal.
Anus : tidak nampak hemoroid.
B. Palpasi
Kepala : tidak teraba benjolan abnormal.
Leher : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba pembesaran
vena jugularis.
Payudara : tidak teraba benjolan abnormal, mamae tegang, tidak ada nyeri tekan,
keluar colostrum saat dipencet.
Abdomen :
Mec Donal : TFU 32 cm
 Leopold I : TFU 3 jari bawah procsesus xyfoideus pada fundus teraba bulat,
lunak, tidak melenting (bokong)
 Leopold II : Bagian kiri perut ibu teraba datar, keras, seperti papan (punggung)
dan disebelah kanan perut ibu teraba bagian kecil janin.
 Leopold III : Bagian terendah teraba bulat, keras dan melenting (kepala), kepala
sudah masuk PAP.
 Leopold IV : Teraba 4/5 bagian.
TBJ : (32-13) x 155 = 2945 gram
Ekstremitas
Atas : tidak oedema
Bawah : odema

C. Auskultasi
Dada : tidak terdengar bunyi ronchi dan wheezing.
Djj (+) 13.12.12
Frekuensi 148 kali/menit, teratur.
D. Perkusi
Reflek patella (+/+)
E. Data Penunjang
VT oleh PPDSOG
 Vukva vagina : Lendir darah
 Pembukaan : 2 cm
 Effacement : 50%
 Ketuban : (+)
 Bagian Terdahulu : Kepala
 Bagian Terendah : UUK (masih tinggi)
 Penurunan Hodge : II
 Disekitar bagian terdahulu tidak teraba bagian kecil janin.
Pemeriksaan Laboratorium
a) Darah Lengkap
 Leukosit : 12.600 µ/l
 Hemoglobin : 12,0 g/dl
 Hematokrit : 35,8
 Trombosit : 283.000µ/l
b) Urine lengkap
 SG/BJ : 1,015
 PH :6
 Leukosit :-
 Nitrite :-
 Protein : 3+
 Glukosa :-
 Keton :-
 Urobilinogen : -
 Bilirubin :-
 Eritrosit : 2+
II IDENTIFIKASI MASALAH / DIAGNOSA
Dx : Ny “Y” GV P3003 Ab100 Usia Kehamilan 39 - 40 minggu janin tunggal hidup intra
uterine kala 1 fase laten dengan PEB + Primitua sekunder + usia ≥35 tahun.
DS :
- Ibu mengatakan hamil 9 bulan
- Ibu mengatakan ini adalah kehamilan kelima
- Ibu mengatakan sudah kenceng – kenceng sejak tanggal 09-03-2009 jam 18.30 WIB
dan ibu belum mengeluarkan cairan apapun dari jalan lahirnya.
- HPHT : 01-06-2008.
DO :
- Kesadaran Umum : baik
- Kesadaran : composmentis
- Tanda-tanda vital :
TD :160/110 mmHg
Nadi : 88 X/menit
Suhu : 36,4o C
RR : 20 X/menit
 Leukosit : 12.600 µ/l
 SG/BJ : 1,015
 PH :6
 Protein : 3+
 Eritrosit : 2+
Palpasi :
Mec Donal : TFU 32 cm
 Leopold I : TFU 3 jari bawah procsesus xyfoideus pada fundus teraba bulat,
lunak, tidak melenting (bokong)
 Leopold II : Bagian kiri perut ibu teraba datar, keras, seperti papan (punggung)
dan disebelah kanan perut ibu teraba bagian kecil janin.
 Leopold III : Bagian terendah teraba bulat, keras dan melenting (kepala), kepala
sudah masuk PAP.
 Leopold IV : Teraba 4/5 bagian.
TBJ : (32-13) x 155 = 2945 gram
DJJ : (+) 13.12.12 / frekuensi 148x/menit
HIS : 4.10’.45’
VT :
 Vukva vagina : Lendir darah
 Pembukaan : 2 cm
 Effacement : 50%
 Ketuban : (+)
 Bagian Terdahulu : Kepala
 Bagian Terendah : UUK (masih tinggi)
 Penurunan Hodge : II
 Disekitar bagian terdahulu tidak teraba bagian kecil janin.
Hasil Lab. Protein urin : 3+
Masalah : Cemas
DS : Ibu mengatakan sangat khawatir dengan keadaan bayinya.
DO : - Kesadaran Umum : baik
- Kesadaran : composmentis
- Tanda-tanda vital :
TD :160/110 mmHg
Nadi : 88 X/menit
Suhu : 36,4o C
RR : 20 X/menit
 Leukosit : 12.600 µ/l
 SG/BJ : 1,015
 PH :6
 Protein : 3+
 Eritrosit : 2+

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIA


DS : Ibu mengatakan sangat khawatir dengan keadaan bayinya
DO :
- Kesadaran Umum : baik
- Kesadaran : composmentis
- Tanda-tanda vital :
TD :160/110 mmHg
Nadi : 88 X/menit
Suhu : 36,4o C
RR : 20 X/menit
Leukosit : 12.600 µ/l
SG/BJ : 1,015
PH :6
Protein : 3+
Eritrosit : 2+
VT :
 Vuva vagina : Lendir darah
 Pembukaan : 2 cm
 Effacement : 50%
 Ketuban : (+)
 Bagian Terdahulu : Kepala
 Bagian Terendah : UUK (masih tinggi)
 Penurunan Hodge : II
 Disekitar bagian terdahulu tidak teraba bagian kecil janin.
Potensial terjadi Eklampsia
Ds :-
DO : TD : ≥ 160/110 mmHg
RR : > 16 x/menit
Nadi : 76-84 x/menit
Suhu : 36,5-37,5 C
Protein/albumin : ≥ ++
Albumin : ++

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya.
V. INTERVENSI
Dx : Ny “Y” GV P3003 Ab100 Usia Kehamilan 39 - 40 minggu janin tunggal hidup
intra uterine kala 1 fase laten dengan PEB + Primitua sekunder + usia ≥35
tahun.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan ibu dapat melahirkan secara
normal tanpa komplikasi.
Kriteria hasil : - Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : < 160/100 mmHg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 36,2C – 37,5C
RR : 16 – 24 x/menit
- Bayi lahir menangis kuat
- AS : 7-9
- BBL : >2500 gram
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan terapeutik
R/ Pasien lebih kooperatif dengan petugas kesehatan dan tindakan yang diberikan.
2. Jelaskan pada ibu tentang tindakan yang akan diberikan
R/ Ibu lebih tenang dan menambah pengetahuan ibu.
3. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
R/ Ibu mengerti dan mengetahui kondisinya dan janinnya.
4. Observasi TTV, His, DJJ tiap 15 menit
R/ TTV maupun parameter terjadinya kegawatan dan terjadinya eklamsia.
5. Observai tetesan infus.
R/ Agar tidak terjadi tetesan infus yang overlut/berlebihan
6. Observasi pengeluaran urine
R/ Untuk mengetahui jumlah urin yang keluar apakah terjadi oligouri atau tidak
7. Anjurkan kepada ibu untuk bedrest.
R/ Dengan istirahat total merelaksasikan syaraf – syaraf otot sehingga ibu menjadi lebih
tenang
8. Anjurkan kepada ibu untuk tidak merejan bila ada kontraksi
R/ Dapat menyebabkan odema pada serviks dan perineum sebab pembukaan belum lengkap
9. Beri nutrisi pada ibu
R/ Nutrisi yang adekuat membuat tenaga ibu menjadi maksimal untuk meneran.
10. Berikan terapi sesuai dengan advis dokter
R/ Pemberian obat yang tepat mempercepat penyembuhan

Masalah : Cemas
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan pasien lebih tenang dan rasa
cemas berkurang.
Kriteria Hasil : - Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : < 160/100 mmHg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 36,2C – 37,5C
RR : 16 – 24 x/menit
- Ibu merasa tenang dan tidak cemas lagi
- Komunikasi lancar

Intervensi :
1. Jelaskan pada ibu tentang keadaan ibu dan janinnya
R/ agar ibu lebih tenang dalam menjalani proses persalinan.
2. Berikan dukungan mental pada ibu
R/ agar ibu tidak khawatir dengan janin dalam kandungannya
3. Anjurkan ibu berdo’a untuk keselamatan ibu dan bayinya
R/ dengan mendekatkan diri pada Tuhan ibu bisa lebih tenang
.4. Libatka keluarga dalam memberikan dukungan pada ibu
R/ keluara adalah orang terdekat dengan ibu, sehingga lebih bisa mengerti.
Masalah Potensial
Potensial terjadi eklampsia
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan ibu tidak terjadi eklampsia atau kejang.
Kriteria Hasil : - Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : < 160/100 mmHg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 36,2C – 37,5C
RR : 16 – 24 x/menit
- Produksi urine 1 jam > 30cc
- Ibu tidak pusing
Intervensi
1. Istirahatkan klien dan tempatkan dalam kamar isolasi atau tenang
R/ Pola aktivitas yang dikurangi mampu menurunkan tekanan darah dan penempatan
klien dalam ruang isolasi atau tenang mampu menenang klien.
2. Batasi pengunjung dan penjagaan
R/ agar tidak menggangu istirahat dan ketenangan klien
3. Anjurkan kepada ibu untuk bedrest.
R/ Dengan istirahat total merelaksasikan syaraf – syaraf otot sehingga ibu menjadi lebih
tenang
4. Pantau tekanan darah ibu tiap 15 menit
R/ tekanan darah yang terus meningkat menandakan darahnya tinggi sehingga perlu
tindakan selanjutnya.
5. Kaji keluhan subyektif klien
R/ keluhan klien dapat digunakan sebagai penilaian tentang apa yang klien derita.
6. Berikan Drip SM 40% 10 gr dalam 500cc RD5% dan suntikan SM 40% 5gr ( 12,5cc
bokong kanan dan 12,5cc bokong kiria)
R/ Pemberian MgSO4 sesuai dengan syarat mampu mencegah kejang pada penderita.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 10 Maret 2009
Dx : Ny “Y” GV P3003 Ab100 Usia Kehamilan 39 - 40 minggu janin tunggal hidup intra
uterine kala 1 fase laten dengan PEB + Primitua sekunder + usia ≥35 tahun.
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu dengan menyapa ibu dengan ramah dan sopan
serta menanyakan keluhan.
2. Menjelaskan kepada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan yaitu bahwa ibu akan
dilakukan observasi TTV, DJJ, HIS dan keadaan ibu.
3. Menjelaskan kepada ibu tentang kondisi dirinya mengalami kelainan kehamilan dan kondisi
janin dalam keadaan baik-baik saja.
4. Melakukan observasi TTV dan DJJ setiap 15 menit
Jam Tensi Nadi Suhu RR His DJJ
13.15 160/100 88 36,4 0C 20 3.10’.35” 13-12-12
13.30 160/100 92 24 3.10’.35” 13-12-12
13.45 160/100 94 24 3.10’.35” 13-12-12
14.00 160/100 94 24 3.10’.40” 13-12-12
14.15 160/100 94 24 3.10’.40” 12-12-12
14.30 160/100 94 24 3.10’.40” 12-12-12

5. Melakukan observasi tetesan infus RD5% 20 tetes/menit


6. Melakukan observasi pengeluaran urine yang tertampung didalam urobeg ( pada jam 14.00
sebanyak 200cc)
7. Menganjurkan pada ibu untuk bedrest yaitu istirahat total di tempat tidur, tidak boleh turun
dari tempat tidur, baik BAB, BAK serta semua aktivitas dilakukan di atas tempat tidur.
8. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak merajan bila ada kontraksi, ibu hannya boleh tarik
nafas panjang yaitu dengan cara menghirup udara lewat hidung lalu dikeluarkan lewat mulut.
9. Menganjurkan kepada ibu untuk makan – makanan yang dari RS yaitu makan TKTP agar
tekanan darah ibu segera turun.
10. Memberikan terapi sesuai dengan advis dokter yaitu :
- Infus 500cc RD 5%
- Infeksi IM 40% 5 gr = 12,5 cc bokong kanan secara IM dan 12,5 cc bokong kiri secara
IM
- Nefedipin10 mg per oral
- Dexametasone 16 mg per IV
- Ampisilin 1000 mg per IV
- Glasodin1 tablet per oral
Masalah : Cemas
Implementasi
1. Menjelaskan kepada ibu tentang kondisi dirinya mengalami kelainan kehamilan dan kondisi
janin dalam keadaan baik-baik saja.
2. Memberikan dungun mental kepada ibu agar ibu lebih tenang dan merasa diperhatikan
3. Menganjurkan kepada ibu untuk berdo’a sesuai dengan keyakinan ibu agar hati ibu menjadi
lebih tenang dan tentram
4. Melibatkan kelurga dalam memberikan dukungan pada ibu agar ibu lebih merasa
diperhatikan oleh orang – orang yang ada disekitarnya.
Masalah Potensial : Potensial terjadi eklampsia
Implementasi :
1. Mengistirahatkan klien dengan posisi yang nyaman dan menempatkan klien diruang yang
tenang, jauh dari keramaian, supaya klien lebih tenang.
2. Membatasi pengunjung dan penjagaan agar ibu dapat lebih tenang dan dapat berfikir positif
3. Menganjurkan pada ibu untuk bedrest yaitu istirahat total di tempat tidur, tidak boleh turun
dari tempat tidur, baik BAB, BAK serta semua aktivitas dilakukan di atas tempat tidur.
4. Memantau tekanan darah ibu setiap 15 menit dengan hasil :
Jam TD
13.15 160/100
13.30 160/100
13.45 160/100
14.00 160/100
14.15 160/100
14.30 160/100
5. Mengkaji keluhan klien, saat ibu merasa panas, ibu dikipasi.
6. memberikan Drip SM 40% 10 gr dalam 500cc RD5% dan suntikan SM 40% 5gr ( 12,5cc
bokong kanan dan 12,5cc bokong kiri, dan memberikan injeksi amphicin 1gr dan nifedipin
secara IV agar ibu tidak terjadi kejang.

VII. Evaluasi
Tanggal : 10-03-2009
Jam : 14.30 WIB

S : Ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan oleh petugas kesehatan dan
ibu merasa sudah merasa lebih tenang, tapi kepalanya masih terasa agak pusing.
O : - Kesadaran Umum : baik
- Kesadaran : composmentis
- Tanda-tanda vital :
TD :160/110 mmHg
Nadi : 88 X/menit
Suhu : 36,4o C
RR : 20 X/menit
- Tetesan infus berjalan normal yaitu RD5% tanpa drip oksitosin 20 tetes/menit
- Wajah ibu tampak tenang dan menyeringai saat ada kontraksi.
- Ekstremitas odema
- Protein uria 3+
- Produksi urine > 40 ml/jam
- Hasil VT :
 Vuva vagina : Lendir darah
 Pembukaan : 3-4 cm
 Effacement : 75%
 Ketuban : (+)
 Bagian Terdahulu : Kepala
 Bagian Terendah : UUK (masih tinggi)
 Penurunan Hodge : II
 Disekitar bagian terdahulu tidak teraba bagian kecil janin.
A : Ny “Y” GV P3003 Ab100 Usia Kehamilan 39 - 40 minggu janin tunggal hidup intra uterine
kala 1 fase laten dengan PEB + Primitua sekunder + usia ≥35 tahun.
P : - Tetap pantau keadaan ibu dan janin dalam kandungan yaitu: TTV, HIS, DJJ, tetesan
infus dan pengeluaran urine.
- Tetap memberikan dukungan kepada ibu
- Lakukan kelahiran bayi dengan forsep atau vakum ekstraksi bila pembukaan telah
lengkap dan setelah bayi lahir, bayi langsung dibawa ke ruang perinatologi dan ibu
diobservasi selama 4 jam setelah itu ibu dipindah ke ruang 8 dan observasi dilanjutkan
di ruang 8.

BAB IV
PEMBAHASAN

Persalinan kala I merupakan kala waktu pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan lengkap
yaitu 10 cm. Pada masa ini diperlukan dukungan mental pada ibu untuk menambah semangat dan
mengurangi rasa takut saat persalinan nanti.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny “Y” GV P3003 Ab100 Usia Kehamilan 39 - 40
minggu janin tunggal hidup intra uterine kala 1 fase laten dengan PEB + Primitua sekunder + usia ≥35
tahun. Pada pengkajian baik data subyektif dan obyektif tidak didapatkan adanya kesenjangan antara
teori dan prakteknya dan pada identifikasi masalah / diagnosa sudah dilakukan sesuai pengkajian dan
dalam hal ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan.
Berdasarkan dari diagnosa dan pemeriksaan pada klien ditemukan adanya masalah potensial
yang harus diwaspadai yaitu potensial terjadi eklampsi sebab tekanan darh ibu 160/100mmHg, pada
ekstremitas bawah ibu odema, pada pemeriksaan lab juga terdapat protien uria 3+. Sehingga perlu
adanya Identivikasi kebutuhan Segera yaitu kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya.
Pada intervensi penulis menyusun rencana sesuai dengan kebutuhan dan pada implementasi
telah dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat dan sesuai dengan kebutuhan klien dan telah
didapat hasil bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.
Evaluasi dilakukan dengan pencatatan pada lembar observasi RS sesuai dengan SAP RS dan
pada evaluasi ataupun pada observasi tidak ditemukan adanya kendala ataupun kesenjangan.
Preeklamsi merupakan suatu penyakit yang termasuk penyakit di sebabkan oleh kehamilan,
sedangkan sebabnya adalah belum diketahui secara pasti. Di Indonesia preeklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian perinatal yang tinggi oleh karena itu diagnosa secara dini preeklamsi
yang merupakan tingkat terdahulu sebelum terjadinya eklamsi. Sangat perlu untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak. Penting untuk diketahui bahwa sindrom preeklamsi ringan antara lain hipertensi
,edema dan protein uri sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita hamil. Akan tetapi
dengan pemeriksaan kehamilan yang rutin dapat diketahui secara dini oleh bidan dan komplikasinya
dapat pula di cegah sedini mungkin.
(Rustam Mochtar , 1998)
Preeklamsia dibagi menjadi ringan dan berat. Dikategorikan berat jika tekanan darah atas > 160
mmHg atau bawah > 110mmHg ; protein yang bocor di air seni > 5 gram/24 jam, trombosit turun,
enzim hati meningkat, nyeri ulu hati, gangguan penglihatan. Jika hingga hilang kesadaran atau kejang
maka dinamakan eklamsia.
( http://dardiantoro.multiply.com/journal/item/25/pre-eklamsi_dan_eklamsi )
Preeklamsia berat dan eklamsia mutlak harus dirawat demi keselamatan ibu maupun janin yang
dikandung. Bahaya yang mengancam janin adalah prematur, berat badan lahir reandah hingga kematian
janin. Bahaya ibu adalah gagal jantung, perdarahan otak, kerusakan mata, gagal hati dan ginjal,
perdarahan hingga meninggal. Satu-satunya terapi adalah menghntikan kehamilan, karena dengan tanpa
kehamilan penyakit ini akan perlahan berhenti sendirinya. Tetapi penghentian kehamilan tergantung
usia kehamilan, jika usia kehamilan mencukupi maka dapat dilaksanakan. Tetapi jika masih usia terlalu
prematur maka akan diberikan obat-obat per infus untuk mengatasi proses tersebut hingga menjadi
terkendali. Satu-satunya pengobatan terbaik adalah pencegahandan deteksi dini, yaitu kunjungan
pemeriksaan hamil yang rutin jika keluarga Anda memiliki riwayat preeklamsia atau kunjungan adalah
deteksi dini sehingga tidak perlu dirawat dan kondisi ibu-anak baik pada akhirnya.
( http://dardiantoro.multiply.com/journal/item/25/pre-eklamsi_dan_eklamsi )
Penanganan PEB pada kehamilan diatas 37 tahun yaitu memberikan dosis awal MgSO4
50%, masing – masing 5g boka – boki IM, memberikan MgSO4 1-2g/jam perinfus 15 tetes/ menit atau
5g MgSO4 IM setiap 4jam dan lanjutkan pemberian MgSO4 sampai 24 jam pascapersalinan. Dan
sebelum memberikan MgSO4 periksa frekunsi nafas minimal 10x/menit, reflek patella +/+ dan urine
>40ml/jam dalam 4 jam terakhir.
Dalam uraian diatas menunjukkan bahwa di RSU. Dr. SAIFUL ANWAR telah melaksanakan
asuhan kebidanan dengan tepat dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan karena semua
prosedur dan penanganan telah dilaksanakan dengan sesuai dan dari pengkajian sampai dilakukannya
evaluasi tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan praktek dilapangan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada Ny “Y” GV P3003 Ab100 Usia
Kehamilan 39 - 40 minggu janin tunggal hidup intra uterine kala 1 fase laten
dengan PEB + Primitua sekunder + usia ≥35 tahun penulis menyimpulkan :
a. Pada pengkajian data baik data subyektif dan obyektif, asuhan yang
diberikan sudah komprehansif untuk menegakkan diagnosa.
b. Pada identifikasi masalah / diagnosa, asuhan yang diberikan sudah sesuia
dan dapat menegakkan diagnosa
c. Pada identifikasi masalah potensial, dalam kasus ini ditemukan adanya
masalah potensial, tetapi masalh potensial tidak terjadi.
d. Pada identifikasi kebutuhan segera, tidak dilakukan secara
komprehensif pada kasus ini tidak memerlukan kebutuhan segera yang harus
dilakukan jika terjadi masalah potensial.
e. Pada intervensi / perencanaan, asuhan yang diberikan sudah sesuai
dan menyeluruh sesuai teori dan prakteknya.
f. Pada Implementasi / penatalaksanaan asuhan sudah dilakukan, sesuai
dengan dengan intervensi yang telah dibuat . Asuhan dilakukan sesuai
dengan keadaan pasien.
g. Pada evaluasi asuhan yang diberikan sudah sesuai dan komprehensif.
h. Pada pendokumentasian sudah dilakukan sesuai data yang sudah didapat
dariasuhan yang diberikan

5.2 Saran
a. Mahasiswa
Mahasiswa perlu meningkatkan pengetahuannya dan pengalamannya
sehingga dapat menolong persalinan sesuai dengan asuhan persalinan normal
serta memahami yang dialami klien saat persalinan.sehingga dapat
memberikan asuhan dengan tepat.
b. Pasien
Pasien harus lebih kooperatif agar bisa mendapatkan pelayanan yang baik
dari petugas kesehatan sehingga klien merasa lebih nyaman dan puas.
c. Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan perlu meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga
mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum dan perlu
meningkatkan etika dan sopan santun dalam menghadapi pasien maupun
keluarga agar mereka lebih percaya kepada petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes , Marlyn E . 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi . Jakarta : EGC

Mansjoer , Arief . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 . Jakarta : Media


Aeusclapius.

Moctar . Roestam . 2002 . Sinopsis Obstetri Jilid 1 . Jakarta : EGC

Saifudin . Abdul Bari . 2000 . Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal Dan
Neonatal : YBPSP

Wiknjosastro , Hanifa . 2003 . Ilmu Kebidanan . Jakarta : YBPSP

Sarwono . 2002 . Ilmu Kebidanan . Jakarta : EGC

( http://dardiantoro.multiply.com/journal/item/25/pre-eklamsi_dan_eklamsi )

( http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/28/askep-preeklamsi/ )

(www.Google.Kompas.Com)

Anda mungkin juga menyukai