Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta
Hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan “Asuhan Kebidanan
pada By. ”F” Umur 3 Bulan dengan Ikterus Obstruktif di Ruang Anak RSU. Dr.
Saiful Anwar Malang”.
Penulis sadar bahwa penulisan asuhan Kebidanan ini tidak mungkin dapat
terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Pawik Supriyadi, Sp.J (K), selaku Direktur RSU Dr. Saiful Anwar
Malang.
2. Drg. Asri Kusuma Djadi, MMR, selaku Kepala Bidang Pendidikan dan
Penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.
3. Dr. Masdar Muid, SpA, selaku kepala IRNA IV RSU Dr. Saiful Anwar
Malang.
4. Andreas Supriyanto, S.Kep. NS, selaku Kepala UPP IRNA IV RSU Dr.
Saiful Anwar Malang.
5. Siti Masamah, S. Kep. Ns, selaku Kepala Ruangan dan Pembimbing
Klinik Ruang Anak RSU. Dr. Saiful Anwar Malang.
6. Drg. Suharwati, selaku Ketua Yayasan Kendedes Malang
7. Dr. Djabro Widarto, SpOG, selaku Dekan Koordinator Yayasan Kendedes
Malang.
8. Sri Untari, AMd. Keb. SPd. M. Kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan
Kendedes Malang.
9. Lilik Winarsih, SST, selaku Pembimbing Akademik Kebidanan Kendedes
Malang.
10. Para bidan dan perawat yang telah membantu dan membimbing kami.
11. Orang tua dan rekan-rekan yang telah memberi dukungan dan bantuan
baik moral maupun material.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
ini. Karena keterbatasan kemampuan, waktu dan dana. Untuk itu mohon masukan
serta saran yang membangun demi perbaikan penulisan berikutnya dan semoga
penulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Malang, Januari 2008
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada By. “F” umur 3 bulan
dengan ikterus obstruktif, diharapkan mahasiswa mampu memberikan
dan melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif dan sesuai
dengan standar kebidanan.
2.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami dan mengerti teori tentang
ikterus obstruktif.
2. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data baik
data subyektif maupun obyektif pada By. “F” umur 3 bulan dengan
ikterus obstruktif.
3. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa kebidanan dan
mengidentifikasi masalah kebidanan berdasarkan data subyektif dan
obyektif pada By. “F” umur 3 bulan dengan ikterus obstruktif.
4. Mahasiswa mampu memahami antisipasi masalah potensial
pada By. “F” umur 3 bulan dengan ikterus obstruktif
5. Memahami kebutuhan segera atas diagnosa yang telah
diambil pada By. “F” umur 3 bulan dengan ikterus obstruktif
6. Mahasiswa mampu memahami tindakan yang akan
dilakukan untuk menangani kasus sesuai dengan diagnosa kebidanan
dan masalah yang ada pada By. “F” umur 3 bulan dengan ikterus
obstruktif
7. Mahasiswa mampu memahami implementasi dari rencana
yang telah disusun pada By. “F” umur 3 bulan dengan ikterus
obstruktif
8. Mahasiswa mampu memahami evaluasi atas tindakan yang
telah dilakukan pada By. “F” umur 3 bulan dengan ikterus obstruktif
1.3 Manfaat
a. Mahasiswa dapat lebih mengerti dan memahami tentang asuhan
kebidanan pada bayi dengan ikterus obstruktif
b. Memberikan pelayanan kesehatan kepada bayi dengan ikterus
obstruktif secara komprehensif dan menyeluruh sesuai dengan manajemen
kebidanan.
c. Mengevaluasi institusi dalam pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standart pelayanan operasional yang telah ditetapkan
2.1.2. Klasifikasi
1. Ikterus fisiologis
Warna kuning akan timbul pada hari ke - 2 atau ke - 3, dan
tampak jelas pada hari ke 5 - 6 dan menghilang pada hari ke- 1. Bayi
tampak biasa, minum baik, berat badan naik biasa. Kadar bilirubin
serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12 mg/dl, pada BBLR
10 mg/dl, dan akan hilang pada hari ke - 14. Penyebab ikterus
fisiologi diantaranya karena kurang aseptor y dan z, enzim
glukononyl trasferase.
( Ngastiyah, 2002 )
2. Ikterus patologis
Ada beberapa keadaan ikterus yang cenderung menjadi patologik :
a. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan, serum
bilirubin total lebih dari 12 mg/dl
b. Peningkatan kadar bilirubin 5 mg % atau lebih dalam 24
jam.
c. Kontraksi bilirubin serum melebihi 10 mg % pada bayi
kurang bulan dan 12,5 mg % pada bayi cukup bulan.
d. Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl atau kenaikan bilirubin
serum 1 mg/dl jam atau lebih 5 mg/dl/hari.
e. Ikterus menetap sesudah bayi umur 10 hari (bayi cukup
bulan dan lebih dari 14 hari pada bayi baru lahir rendah.
Menurut Monintja dkk (1981) suatu keadaaan dianggap hiperbilirubin
bila:
a. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama
b. Peningkatan bilirubin 5 mg % atau lebih dari 24 jam
c. Kosentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus
kurang bulan 12,5 mg % pada neonatus cukup bulan.
d. Ikterus yang disertai keadaan sebagai berikut :
1) Berat lahir kurang dari 2000 gram
2) Masa gestasi kurang dari 36 minggu
3) Asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan
4) Infeksi
5) Trauma lahir pada kepala
6) Hipoglikemia, hiperkarbia
7) Hiperosmolaritas darah
8) Proses hemolisis (inkompatibiliti darah, defisiensi GGPD,
atau sepsis)
e. Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia lebih dari 8
hari (pada NCB) atau 14 hari (pada NKB).
( Ngastiyah, 2002 )
2.1.5. Etiologi
Etiologi ikterus fisiologis
a. Peningkatan pembentukan bilirubin yang berlebihan.
b. Defek pengambilan bilirubin plasma
c. Defek konjugasi bilirubin.
d. Ekskresi bilirubin menurun.
2.1.6. Patofisiologi
1. Pembentukan bilirubin yang berlebihan
Konjugasi dan transfer pigmen empedu berlangsung
normal, tetapi suplai bilirubin tak terkonjugasi lebih besar
dibandingkan kemampuan hati, sehingga kadar bilirubin tak
terkonjugasi akan meningkat. Bilirubin tak terkonjugasi ini tidak
larut dalam air dan tidak diekskresikan ke urin, tetapi terdapat
peningkatan pembentukan urobilin yang diekskresikan ke urin
akibat peningkatan beban bilirubin terhadap hati dan
mengakibatkan peningkatan ekskresi sterkobilin ke feses.
Pembentukan bilirubin yang berlebihan, misalnya pada
keadaan penyakit hemolitik atau peningkatan kecepatan dekstruksi
sel darah merah. Ikterus yang terjadi sering disebut sebagai ikterus
hemolitik
Defek pengambilan bilirubin
Gangguan pengambilan bilirubin akibat berkurangnya
ligandi, pengikatan aseptor y dan z protein oleh amnion lain
atau pada keadaan asupan kalori yang menurun pada 24 jam
sampai 72 jam pertama kehidupan.
Defek konjugasi bilirubin
Gangguan konjugasi didalam sel hati terjadi akibat
berkurangnya aktivitas enzim glukoronil transferase, dapat
bersifat total, dan parsial.
2.1.9. Komplikasi
Kern ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan
bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus sriatum, talamus,
nukleus subtalamushipokampus, nukleus merah, dan nukleus didasar
ventrikel IV.
Stadium 1 : Reflek moro jelek, hipotoni, letargi, poor feediny,
vomihu, hing pitch cry.
Stadium 2 : Opistotonus, panas, rigiditas, occculogyric crises, mata
cenderung deviasi ke atas.
Stadium 3 : Spasitisitas menurun.
Stadium 4 : Gejala sisa lanjut, spasitas, atetosis, tuli parsial/komplit,
vetardasi, retardi mental.
2.2.6 Penatalaksanaan
Selama evaluasi dikerjakan, dapat diberikan :
1. Terapi medikamentosa yang bertujuan :
a. Memperbaiki aliran bahan-bahan yang dihasilkan oleh hati
terutama asam empedu (asam litokolat), dengan memberikan :
- Fenobarbital 5 mg/kgBB/hari dibagi dua dosis, peroral.
Fenobarbital merangsang enzim glukuronil transferase
(merangsang ekstresi bilirubin), enzim sitokrom P-450 (untuk
oksigenisasi toksin), enzim Na-K-ase (menginduksi aliran
empedu).
- Kolestiramin. Dosis untuk neonatus 1 g/kgBB/hari dibagi 6
dosis atau sesuai jadwal pemberian susu/minum. Dosis bayi
250-750 mg/kgBB/hari. Dosis anak besar maksimal 16
gram/hari. (1 sachet = 4 gram). kolestiramin memotong
siklus enterohepatik asam empedu sekunder.
b. Melindungi hati dari zat toksik, dengan memberikan asam
ursodeoksikolat, 3-10 ng/kgBB/hari dibagi 3 dosis, peroral. Asam
ursodeoksikolat mempunyai daya ikat kompetitif terhadap asam
litokolat yang hepatotoksik.
c. Bila telah terjadi gagal hati akibat sirosis, maka
penaganannya sesuai dengan situasi dan kondisi.
2. Terapi nutrisi agar anak dapat tumbuh dan berkembang
seoptimal mungkin. Dilakukan :
a. Pemberian makanan yang mengandung medium chain
triglicerides (MCT) untuk mengatasi malabsorbsi lemak.
b. Penatalaksanaan defisiensi vitamin yang larut dalam lemak
dengan memberikan tambahan :
- Vitamin A, 5.000-10.00 IU/hari
- Vitamin D3, (kalsitriol) 0.05-0.2 ug/kg/BB/hari
- Vitamin E, 25 IU/kgBB/hari
- Vitamin K1, (yang larut dalam air) 2.5-5 mg/hari
- Kalsium dan fosfor bila dianggap perlu
3. Terapi kausatif :
Pada atresia bilier dilakukan intervensi bedah
portoenetrostomi terhadap atresia bilier yang dapat dikoreksi yaitu
tipe I dan II (belum terjadi fibrosis dan sirosis bilier). Adanya sirosis
bilier merupakan kontraindikasi pembedahan. Bila terdapat demam
atau tanda-tanda infeksi lain, segera antibiotik spektrum luas. Terapi
lain sesuai dengan penyebab kolestasis.
(Arif Mansjoer, 2000:538 )
I. PENGKAJIAN DATA
Dilakukan dengan mengumpulkan semua data baik data subyektif
maupun data obyektif disertai hari, tanggal, jam, tanggal masuk rumah sakit,
jam masuk rumah sakit, nomer register.
A. Data Subyektif.
1. Biodata
Biodata Bayi
Nama bayi : nama anak untuk mengenal, memanggil, dan
menghindari terjadinya kekeliruan.
(Christina, 2000 : 41)
Umur : Ikterus obstruktif dapat terjadi sejak bayi baru
lahir dan warna kuning tidak dapat
menghilang atau menetap setelah bayi berusia
2 minggu.
Tanggal lahir : Tanggal lahir bayi dikaji untuk mengetahui
umur bayi.
Jenis kelamin : Neonatal hepatitis lebih banyak pada anak laki,
sedangkan atresia bilier ekstrahepatal lebih
banyak pada anak perempuan.
(Buletin IKA, tahun XXIX, no.1. 2001)
BBL / PBL : Pertumbuhan pasien dengan kolestasis
intrahepatik menunjukkan perlambatan sejak
awal. Pada pasien dengan kolestasis
ekstrahepatik umumnya bertumbuh dengan
baik pada awalnya, tetapi kemudian akan
mengalami gangguan pertumbuhan sesuai
dengan perkembangan penyakit. Pasien
dengan kolestasis perlu dipantau
pertumbuhannya dengan membuat kurva
pertumbuhan berat badan dan tinggi badan
bayi/anak. Kolestasis intrahepatik umumnya
berat lahirnya < 3000 gram dan pertumbuhan
janin terganggu.
(http://www.pediatrik.com. 2008)
Anak ke : Untuk mengetahui paritas dari orang tua
Biodata orang tua
Nama : Untuk mengenal/ memanggil klien, serta sebagai
penanggung jawab terhadap anak.
(Christina, 2000 : 41)
Umur : Untuk mengetahui umur dari ibu serta suami,selain itu
digunakan untuk mengetahui keadaan ibu apakah
termasuk primipara atau primipara tua.
Agama : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien /
klien. Dengan diketahuinya agama pasien, akan
memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam
melaksanankan asuhan kebidanan.
(Depkes RI, 2002:14)
Suku : untuk mengetahui dari suku mana ibu dan suami
berasal dan menentukan cara pendekatan serta
pemberian asuhan kepada anak
Pendidikan : Tingkat pendidikan sangat besar pengaruhnya di
dalam tindakan asuhan kebidanan selain itu anak
akan lebih terjamin pada orang tua pasien (anak)
yang tingkat pendidikannya tinggi.
(Modul pelatihan fungsional bidan di desa, Depkes RI : 10).
Pekerjaan : jenis pekerjaan dapat menunjukkan tingkat keadaan
ekonomi keluarga juga dapat mempengaruhi
kesehatan.
(Modul pelatihan fungsional bidan di desa, Depkes RI : 10).
Penghasilan : mengetahui taraf hidup ekonomi dan berkaitan
dengan status gizi pada anak.
Alamat dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan
mendesak dan dapat memberi petunjuk keadaan
tempat tinggal pasien.
(Modul pelatihan fungsional bidan di desa, Depkes RI : 10).
2. Keluhan Utama.
Umumnya keluarga mengatakan badan bayi berwarna kuning dan
warna kencing bayi seperti teh. Warna urin pada peningkatan
bilirubin direk dalam darah yang kita kenal sebagai kolestasis
umumnya kuning tua atau sedikit lebih tua dari biasanya. Pada bayi
mungkin saja tidak ditemukan warna kuning tua karena volume
urin bayi umumnya cukup besar sehingga mungkin ada efek dilusi
bilirubin dalam urin. Selain itu ditanyakan warna feses. Pada
kolestasis dapat dijumpai warna feses yang pucat seperti dempul,
dapat terus menerus atau berfluktuasi.
(http://www.idai.or.id.2006)
3. Riwayat Kesehatan Sekarang.
Pada umumnya keadaan bayi berwarna kuning pada organ tubuh
tertentu, bahkan terdapat warna kuning pada seluruh tubuh.
(http://www.suryaharapan.2007)
4. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Pada umumnya keadaan bayi berwarna kuning sejak lahir pada
organ tubuh tertentu, bahkan terdapat warna kuning pada seluruh
tubuh dan menetap setelah bayi berusia 2 minggu.
(http://www.suryaharapan.2007)
5. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Dalam riwayat keluaarga didapatkan riwayat kuning, tumor hati,
hepatitis B, hepatitis C, hemokro-matosis, perkawinan antar
keluarga. Resiko hepatitis virus B/C (transfusi darah, operasi, dll)
paparan terhadap toksin/obat-obat.
(http://www.pediatrik.com. 2008)
6. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, dan neonatal
Riwayat kehamilan dan persalinan: dapat terjadi infeksi ibu pada
saat hamil atau melahirkan, dan hal ini dapat ada hubungannya
dengan penyakit TORCH pada ibu selama hamil.
(http://www.pediatrik.com. 2008)
Riwayat nifas: dengan memberikan ASI (colostrum) segera setelah
bayi lahir yang banyak mengandung antibodi, dapat melindungi
bayi secara alami sampai usia 6 bulan.
(Arif Mansjoer, 2000:531)
Riwayat neonatal: Berat lahir, lingkar kepala, pertumbuhan janin
(kolestasis intrahepatik umumnya berat lahirnya < 3000 g dan
pertumbuhan janin terganggu). Ikterus patologis akan timbul dalam
24 jam pertama kehidupan dan akan menetap setelah bayi berumur
10 hari. Menurut Monintja dkk (1981) suatu keadaaan dianggap
hiperbilirubin bila:
- Ikterus terjadi pada 24 jam pertama
- Peningkatan bilirubin 5 mg % atau lebih dari 24 jam
- Kosentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus
kurang bulan 12,5 mg % pada neonatus cukup bulan.
- Ikterus yang disertai keadaan sebagai berikut :
1) Berat lahir kurang dari 2000 gram
2) Masa gestasi kurang dari 36 minggu
3) Asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan
4) Infeksi
5) Trauma lahir pada kepala
6) Hipoglikemia, hiperkarbia
7) Hiperosmolaritas darah
8) Proses hemolisis (inkompatibiliti darah, defisiensi
GGPD, atau sepsis)
9) Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia
lebih dari 8 hari (pada NCB) atau 14 hari (pada NKB).
( Perawatan anak sakit, 2000 )
7. Riwayat Imunisasi
Mengetahui deteksi dini terhadap penyakit tertentu, terutama
hepatitis B. Imunisasi pasif buatan dengan hepatitis B
imunoglobulin dapat menimbulkan imunitas sementara terhadap
penyakit hepatitis.
(Arif Mansjoer, 2000:531)
8. Pola Kebiasaan Sehari – hari.
Nutrisi : pemberian ASI sesering dan sedini mungkin, dapat
menurunkan kejadian ikterus. Terutama ASI pertama
kali keluar (colostrum) karena kolostrum banyak
mengandung antibodi, sehinnga dapat melindungi
bayi secara alami sampai usia 6 bulan.
(Arif Mansjoer, 2000:531)
Eliminasi :
BAB : pada ikterus obstruktif BAB bayi berwarna pucat, hal
ini disebabkan karena sterkobilin tidak dapat ikut
dalam feses.
BAK : pada ikterus obstruktif warna urin kuning tua, karena
terjadi pada peningkatan bilirubin direk dalam darah.
(http://www.idai.or.id/2006)
Istirahat : bila terjadi kern ikterus maka kesadaran bayi akan
menurun dan dapat terjadi koma, karena adanya
toksik bilirubin yang dapat menembus sawar otak,
sehingga kesadaran dapat menurun.
Personal hygiene (kebersihan) : pada bayi dengan kesadaran yang
menurun, untuk menjaga personal hygiene, dapat
dibantu oleh ibu atau keluarga dan tenaga kesehatan.
9. Riwayat Psikososial dan budaya
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga atas kehadiran bayi dan
untuk mengetahui budaya masyarakat yang ada disekitar keluarga
bayi.
10. Riwayat Spiritual
Untuk mengetahui pengaruh dan keadaan spiritual dalam keluarga
bayi
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Untuk mengetahui bagaimana kesehatan umum anak dan adanya
kelainan yang dapat mempengaruhi kesehatan anak seperti:
- Keadaan umum : Lemah apabila telah terjadi kern ikterus
- Kesadaran : Bila terjadi kern ikterus maka keadaan bayi
akan apatis
- Tanda-tanda vital :
Nadi : pada hiperbilirubin tidak terjadi
peningkatan maupun penurunan nadi. Tetapi
apabila bayi terjadi sepsis nadi akan meningkat
yaitu > 160 x/ menit.
(Depkes RI,
2002)
Suhu : suhu pada hjperbilirubin tidak
terjadi peningkatan maupun penururunan. Tetapi
apabila bayi terjadi sepsis maka suhu bayi akan
meningkat yaitu >37,2oC.
(Depkes RI, 2002)
Pernapasan: pada umumnya bayi yang
mengalami ikterus patologis dapat disertai
gangguan nafas.
(Perawatan anak sakit, 2000))
Berat badan sekarang : Pasien
dengan kelainan metabolik atau neonatal
hepatitis umumnya terlihat kecil sedangkan
atresia bilier umumnya besar seperti anak
normal saja dan pada ikterus obstruktif akan
terjadi gagngguan pertumbuhan,
dikarenakan terjadi malabsorbsi lemak.
(Buletin IKA, tahun XXIX, no.1. 2001)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Bila terjadi infeksi konginetal, kepala terlihat
kecil. Selain itu, kita dapat dikejutkan dengan
adanya perdarahan kepala akibat defisiensi
vitamin K. Selain itu, anak dapat kejang karena
adanya toksik bilirubin yang menembus sawar
otak.
(http://www.idai.or.id.2006)
Muka : wajah tampak ikterus
Mata : Mata ikterik selain itu perlu diperiksa apakah
terlihat katarak yang mengarah ke galaktosemia.
(http://www.idai.or.id.2006)
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
Hidung : simetris, terdapat pernafasan cuping hidung bila
bayi tidak terpasang O2, tidak ada secret, dan
tidak terjadi perdarahan
Mulut : bibir tidak kering, berwarna gelap karena adanya
ikterus, tidak sianosis, tidak ada stomatitis, tidak
ada labiokizis, tidak ada laboipalatokizis, tidak
ada moniliasis, lidah bersih
Leher : bersih, ikterus, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak
ada pembesaran vena jugularis
Dada : simetris, terdapat retraksi sela iga apabila bayi
sesak, tampak ikterus, puting susu menonjol
Abdomen : bentuk normal, terlihat ikterik, terlihat
pembesaran pada hepar.
Genetalia : bersih, tidak ada kelainan
Anus : bersih, tidak ada atresia ani, tidak ada prolaps
rekti
Ekstermitas :
Atas : simetris, tidak ada polidaktile, tidak ada
sindaktile, kuku tidak pucat, tidak terpasang
infus, terlihat ikterus
Bawah : simetris, tidak ada polidaktile, tidak ada
sindaktile, tidak terpasang infus, terlihat ikterus
Integumen : bersih, terlihat ikterus
b. Palpasi
Kepala : tidak teraba benjolan, sutura telah menutup
Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar limfe, tidak
teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba
pembesaran vena jugularis
Abdomen : teraba pembesaran pada hepar, tidak ada nyeri
tekan
Ekstermitas :
Atas : oedema -/-
Bawah : oedema -/-
Integumen : turgor baik
c. Auskultasi
Dada : tidak terdengar suara tambahan (ronchi maupun
wheezing)
Abdomen : terdengar bising usus
d. Perkusi
Abdomen : tidak kembung
e. Reflek
Moro reflek (-), karena terjadi penurunan kesadaran
Rooting reflek (-), karena terjadi penurunan kesadaran
Reflek menelan (-), karena pasien di puasakan
Reflek menghisap (-), karena terjadi penurunan kesadaran
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Gambaran darah tepi
b. Biokimia darah
Serum bilirubin direk dan indirek :
ALT (SGPT), AST (SGOT)
Gamma Glutamil Transpeptidase (GGT)
Masa protrombin
Albumin, globulin
Kolesterol, trigliserida
Gula darah puasa
Ureum, kreatinin
Asam empedu
c. Urin : rutin (leukosit urin, bilirubin,
urobilinogen, reduksi) dan kultur urin
d. DAT (aspirasi cairan duodenum)
e. Pemeriksaan etiologi : TORCH
(toksoplasma, rubella, CMV, herpes simpleks), hepatitis virus B,
C, skrining sederhana penyakit metabolik (gula darah,
trigliserida).
f. Pencitraan :
USG dua fase (puasa 4-6 jam dan sesudah minum)
CT scan, MRI
Skintigrafi
g. Kolangiografi intraoperatif untuk
kasus kolestasis ekstrahepatik
h. Biopsi hati
(http://www.pediatrik.com. 2008)
Pemeriksaan Laboraturium :.
Tabel. Data laboratorium awal pada bayi kolestasis
Kolestasis Kolestasis
Ekstrahepatik Intrahepatik
Bilirubin total (mg/dl) 10.2 2.5 12.7 9.6
Bilirubin direk (mg/dl) 6.2 2.6 8.0 6.8
SGOT (peningkatan dari N) < 4x < 10x
SGPT (peningkatan dari N) < 5x < 10x
GGT (peningkatan dari N) > 5x > 5x
Sumber : Upaya diagnostik kolestasis pada bayi
(Arif Mansjoer, 2000:537 )
Reflek :
Moro reflek (-), karena terjadi penurunan kesadaran
Rooting reflek (-), karena terjadi penurunan kesadaran
Reflek menelan (-), karena pasien di puasakan
Reflek menghisap (-), karena terjadi penurunan kesadaran
V. INTERVENSI.
Dx : Bayi Ny. “...” umur... bulan dengan ikterus obstruksi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan diharapkan ikterus dapat
berkurang dan keadaan dapat membaik
Kriteria hasil :
Keadaan umum : ikterus berkurang
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital
Nadi : 120 – 140 x/menit
Suhu : 36,5 0C - 37,2 0C
Pernafasan : 30 – 60 x/menit
Pemeriksaan fisik
Wajah : tidak ikterus
Mata : sklera tidak ikterus, reflek pupil (+) , mata dapat berkedip
Hidung : tidak terpasang O2 nasal
Mulut : bibir tidak kering dan tidak kotor
Dada : tidak ikterus
Abdomen : tidak teraba pembesaran herpar, dan tidak terlihat ikterus
Genetalia : bersih, dan tidak terpasang dower cateter
Ekstremitas :
Atas : tidak terlihat ikterus dan tidak terpasang infus
Bawah : tidak terlihat ikterus
Intervensi
1. Lakukan pendekatan therapeutik
R/ Ibu dan keluarga lebih kooperatif dan percaya dengan petugas
2. Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan anaknya
R/ menambah pengetahuan ibu tentang perubahan-perubahan yang trjadi
pada ibu
3. Jelaskan kepada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
pada anaknya
R/ menambah pengetahuan ibu tentang tindakan yang akan dilakukan oleh
petugas
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
R/ pemberian terapi yang tepat dapat menurunkan kadar bilirubin dalam
darah
5. Observasi TTV setiap 2 jam sekali
R/ parameter adanya kelainan yang terjadi pada bayi
6. Kaji dan pantau derajad ikterik menurut kramer
R/ memberi refleksi terhadap tingginya kadar bilirubin dalam darah
Masalah Potensial
- Potensial terjadi kern ikterus
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan kepada bayi derajad ikterus
dapat berkurang sehingga tidak terjadi kern ikterus
Kriteria hasil
Keadaan umum : ikterus berkurang
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital
Nadi : 120-140 x/menit
Pernafasan : 40-60 x/menit
Suhu : 36,2 0C - 37,5 0C
Reflek :
Moro reflek (+)
Rooting reflek (+)
Reflek menelan (+)
Reflek menghisap (+)
Intervensi
1. Pertahankan bayi tetap hangat dan kering, pantau kulit dan suhu
dengan sering
R/ keadaan dingin berpotensi melepaskan asam lemak yang bersaing
pada posisi ikatan pada albumin, sehingga meningkatkan kadar
bilirubin yang bersirkulasi dengan bebas
2. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
R/ terapi yang tepat dapat mempercepat penyembuhan
Intervensi
1. Cuci tangan dengan sabun dan dibilas dibawah air mengalir
R/ mencuci tangan merupakan upaya pencegahan infeksi dan dapat
membunuh kuman sampai 80%
2. Memakai sarung tangan sebelum melakukan tindakan
R/ mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan dan pada bayi
3. Jaga personal hygiene bayi
R/ mencegah terjadinya infeksi pada bayi
VI. IMPLEMENTASI.
Tanggal : ...-...-...
Dx : By. “...” umur ... bulan dengan ikterus obstruktif
1. Melakukan pendekatan terapheutik pada ibu dan keluarga dengan
berperilaku sopan, memperkenalkan diri dan menanyakan masalah yang
dialami bayinya
2. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan anaknya
yaitu anak mengalami penyumbatan pada saluran empedu, yang mana
warna kuning yang mewarnai tinja dan kencing tidak dapat tersalurkan,
sehingga warna kuning masuk dalam pembuluh darah adan akhirnya
seluruh tubuh anak kuning
3. Berkolaborasi dengan dokterdalam pemberian terapi diantaranya :
Cefriaxon 250 mg
Amikasin 37,5 mg
Diberikan dalam waktu yang bersamaan
Phenobarbital 75 mg
Vitamin K 2 mg
4. Mengobservasi tanda-tanda vital 2 jam sekali pada pukul :
Pada 2 Jam I :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital
Nadi : 120-160 x/menit
Pernafasan : 30-60 x/menit
Suhu : 36,50-37,2 0C
Pada 2 jam II
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital
Nadi : 120-160 x/menit
Pernafasan : 30-60 x/menit
Suhu : 36,50-376,2 0C
5. Mengkaji dan memantau derajad ikterik menurut krame yaitu
didapatkan hasil bahwa bayi... kramer....
Masalah Potensial
- Potensial terjadi kern ikterus
1. Mempertahankan bayi tetap hangat dan kering, serta memantau
kulit dan suhu dengan sering sehingga dapat dengan segera
mengetahui tanda-tanda kern ikterus
2. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
VII. EVALUASI
Dilakukan evaluasi sejauh mana manfaat dan keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan.
CATATAN PERKEMBANGAN
Dilakukan pada pasien dengan rawat inap dengan cara
mengobservasi perkembangan pasien dan perjalanan penyakit, yang
dilakukan minimal dalam waktu tiga hari dalam jam yang sama.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 21 Januari 2008
Jam : 09.00 WIB
No. Reg : 801851
Tanggal MRS : 20 Januari 2008
Jam : 08.00 WIB
A. Data Subyektif
1. Biodata
Biodata Anak
Nama : By “F”
Tanggal lahir : 22-10-2007
Usia : 3 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : III
Biodata Orang tua
Nama Ibu : Ny. “H” Nama Ayah : Tn. “S”
Umur : 33 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMEA Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Supir truk
Penghasilan :- Penghasilan :+Rp. 200.000/minggu
Alamat : Aran-aran Alamat : Aran-aran
Poncokusumo Poncokusumo
2.
3. Alasan masuk ruang anak
Ibu mengatakan bahwa bayinya panas, kesadaran menurun, serta bayi
terlihat kuning diseluruh badan dan bayi menglami kejang.
4. Keluhan utama
Ibu mengatakan bahwa bayinya saat ini masih terlihat kuning
diseluruh badan dan bayi belum sadar.
5. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan satu bulan terakhir bayinya terlihat lebih kuning dari
biasanya, dan bayi sering diare ± 3 sampai 4 hari dalam satu minggu,
BAB cair, berwarna agak pucat dan berampas.
6. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan delapan hari sebelum masuk rumah sakit bayinya
panas disertai BAK yang berwarna merah seperti teh, dan pada saat
bayi BAB, tinja bayi berwarna pucat, agak cair, dan sedikit berampas.
Kemudian, lima jam sebelum masuk rumah sakit, bayi mengalami
kejang yang berlangsung selama ± 15 menit. Antara kejang yang satu
dengan yang lain berjarak 30-45 menit. Pada saat kejang bayi sudah
tidak sadarkan diri, setelah itu ibu dan keluarga segera membawa
bayinya ke RSU. Dr. Saiful Anwar.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu pasien mengatakan dari pihak ibu (ayah ibu) menderita penyakit
asma, ibu juga menderita penyakit asma, tetapi dari pihak bapak tidak
ada yang menderita menular seperti penyakit kuning, TBC, tipes, serta
keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit menurun seperti kencing
manis, darah tinggi.
8. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Neonatal
a. Riwayat Kehamilan
- Trimester I
Ibu mengatakan pada awal-awal kehamilan, ibu tidak enak
makan, mual dan muntah. Ibu hanya makan buah-buahan saja
dan minum susu 2 kali sehari. Ibu periksa ke bidan 2 minggu
sekali, dan dokter 1 kali. Ibu diberi vitamin dan obat anti mual
- Trimester II
Ibu mengatakan sudah enak makan, dan perasaan mual serta
muntah sudah menghilang. Ibu periksa hamil 6 kali, di bidan 2
kali, di dokter 2 kai, dan di rumah sakit 2 kali karena tekanan
darah ibu tinggi yaitu 150/ 110 mmHg. Ibu tidak diberi obat
penurun darah, ibu hanya mendapatkan vitamin dan kalk serta
ibu mendapat suntik TT pada saat usia kehamilan 4 bulan
- Trimester III
Ibu mengatakan pada kehamilan tua, ibu merasa sering kencing
dan ibu periksa ke dokter 2 kali karena tekanan darah ibu
rendah selama satu bulan yaitu 80/60 mmHg kemudian pada
saat usia kehamilan 8 sampai 9 bulan, tekanan darah ibu tinggi
lagi yaitu 150/110 mmHg. Oleh dokter ibu kemudian
dianjurkan untuk USG, kemudian ibu USG dan hasilnya
kehamilan ibu dalam keadaan normal
b. Riwayat Persalinan
Sehari sebelum melahirkan ibu mulai mules-mules tetapi ibu
menganggapnya biasa-biasa saja. Pada tanggal 22 Oktober 2007
pukul 03.45 WIB, mules-mules ibu semakin sering kemudian ibu
dibawa ke rumah bersalinan Pancakusumo. Tidak lama kemudian
pukul 04.00 WIB ketuban pecah dan bayi segera lahir, ditolong
oleh bidan, ketuban berwarna bening dan bayi langsung menangis.
c. Riwayat Nifas
Ibu mengatakan mengeluarkan darah normal/ biasnya + 2 tella
pada hari pertama, dan hari berikutnya jumlah darah yang keluar
semakin berkurang. ASI telah keluar dan ibu langsung menyusui
saat bayi lahir.
d. Riwayat Neonatal
Ibu mengatakan sejak lahir bayinya terlihat kuning, tapi ibu
menganggapnya biasa saja. Tetapi pada saat usia 1 bulan, bayi
terlihat kuning kembali. Anak tidak pernah sakit panas, dan tidak
pernah kejang sebelumnya. Anak hanya sakit batuk dan pilek saat
usia 2 bulan.
9. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi Usia
BCG 1 bulan
Hepatitis B 2 minggu
DPT 2 bulan
Polio 2 bulan
Campak -
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : apatis
Nadi : 125 x/menit
Suhu : 36,70C
Pernafasan : 42 x/menit
BBL/ PBL : 3200 gram/ 48 cm
BB sekarang : 5,5 kg (Gizi normal)
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : bersih, tidak terlihat adanya bejolan yang abnormal
Wajah : tampak ikterus, tidak oedema, dan tidak sianosis
Mata : bersih, simetris, konjungtiva tidak anemis, terlihat
ikterus, reflek pupil (-) , mata masih belum bisa
berkedip dan mata dikompres dengan kasa yang diberi
air hangat.
Hidung : bersih, simetris, terpasang O2 nasal, tidak ada polip,
dan tidak ada sekret
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen, serta tidak
terlihat adanya perdarahan yang keluar dari telinga
Mulut : bibir kering dan terlihat ikterus, gigi belum tumbuh
dan mulut terlihat kotor
Leher : tidak terlihat pembesaran pada kelenjar limfe, tidak
terlihat pembesaran kelenjar tiroid, tidak terlihat
pembesaran pada vena jugularis dan leher terlihat
ikterus
Dada : simetris, tidak terlihat adanya retraksi dada, tidak
terlihat adanya benjolan yang abnormal, terlihat
ikterus
Abdomen : simetris, tidak terlihat benjolan yang abnormal,
terlihat ikterus
Genetalia : kotor, terlihat ada darah kering di sekitar daerah
genetalia, terpasang dower cateter
Ekstremitas :
Atas : simetris, tidak terlihat oedema, terpasang infus
pada tangan sebelah kiri, terlihat ikterus, kuku
terlihat ikterus
Bawah : simetris, tidak terlihat oedema, terlihat jelas ikterus
pada telapak kaki
Integumen : bersih, terlihat ikterus di seluruh tubuh
b. Palpasi
Kepala : tidak terasa benjolan yang abnormal, sutura telah
menutup
Wajah : tidak odema
Leher : tidak teraba benjolan yang abnormal, tidak teraba
pembesaran pada kelenjar tiroid, kelenjar limfe, dan
tidak teraba pembesaran pada vena jugularis
Abdomen : teraba pembesaran hepar
Ekstremitas :
Atas : tidak oedema
Bawah : tidak oedema
c. Auskultasi
Dada : tidak terdengar wheezing dan tidak terdengar
ronchi
Abdomen : terdengar bising usus
d. Perkusi
Abdomen : tidak kembung
e. Reflek :
Moro reflek (-)
Rooting reflek (-)
Reflek menelan (-)
Reflek menghisap (-)
3. Data Penunjang (Tanggal 21 Januari 2008, pukul 13.00 WIB)
Nama : By”F”
Umur : 3 bulan
No. Lab : 37
Hasil pemeriksaan darah
Hemoglobin : 6,2 gr/ dl (N : 11,0 – 16,5 gr/ dl)
Lekosit : 25.500 mm3 (N :3500 – 10.000 mm3)
LED : 200 m/jam (N : < 50 )
Trombosit : 1.016.000/ m3 (N : 150.000 – 390.000/mm3)
Hitung jenis :
SEG : 65
LY : 31
MUO : 4
SI (Serum Iron): 13 ug/dl (N : 53-167)
TIBC : 37,0 ug/dl (N : 300-400)
Saturasi iron : 35,1 % (N : 20 – 55%)
Evaluasi Hapusan Darah
Eritrosit : polikronosi, aminositin
Lekosit : kesan meningkat
Trombosit : kesan meningkat
Rencana dokter
- Rencana USG Abdomen/ kepala
- Rencana CT-scan
- Alkali fosfatase
- Gama GT
- SI/ TIBC hitung jenis
Terapi dokter
- O2 2 Lpm
- IVFD C1 : 4 = = 11 tetes/ menit (mikro)
825 cc
24 jam
- Transfusi FFP 50 cc (selama 3 hari) → hari ke-2
- Transfusi PRC 50 cc → hari ke-2
- Pre lasik 5 mg
- Posttiglukonas 0,5 cc
- IM : - loading phemobarbital 75 mg
- maentenance : phenobarbital 2 x 12,5 mg
- Vitamin K 1x2 mg
- Gizi : - Pasang NGT = ASI adilb/ PASI 6 x 50 cc (IT/ 30
cc)
- IVFD : D 10% 5000 cc
NaCl 3% 20 cc / 24 jam (7 tetes/menit mika)
Kcl 7 µ % 5 cc
V. INTERVENSI
Dx : By. “F” umur 3 bulan dengan ikterus obstruktif
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan ikterus dapat
berkurang
Kriteria hasil :
- Inspeksi
Wajah : terlihat ikterus, tidak oedema dan tidak sianosis
Mata : sklera terlihat ikterus, bersih, dan tidak anemis
Mulut : bibir kering dan terlihat ikterus
Leher : terlihat ikterus, tidak terlihat pembesaran pada
kelenjar limfe, tidak terlihat pembesaran kelenjar
tiroid, dan tidak terlihat pembesaran pada vena
jugularis
Dada : terlihat ikterus, tidak terlihat adanya retraksi dada,
tidak terlihat adanya benjolan yang abnormal
Abdomen : terlihat ikterus, tidak terlihat benjolan yang abnormal,
Ekstremitas :
Atas : terlihat ikterus, dan kuku terlihat ikterus
Bawah : terlihat ikterus pada telapak kaki, dan kuku terlihat
ikterus
Palpasi
Abdomen : teraba pembesaran hepar
- Kuning diseluruh tubuh mulai berkurang
- Warna pucat pada tinja bayi dapat berkurang, tidak cair, dan tidak
berampas, serta warna merah seperti teh pada kencing bayi dapat
berkurang
Intervensi
1. Lakukan pendekatan therapeutik
R/ Ibu dan keluarga lebih kooperatif dan percaya dengan petugas
2. Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayinya
R/ menambah pengetahuan ibu tentang perubahan-perubahan yang trjadi
pada ibu
3. Jelaskan kepada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
pada bayinya
R/ menambah pengetahuan ibu tentang tindakan yang akan dilakukan oleh
petugas
4. Observasi TTV setiap 2 jam sekali
R/ parameter adanya kelainan yang terjadi pada bayi
5. Kaji dan pantau derajad ikterik menurut kramer
R/ memberi refleksi terhadap tingginya kadar bilirubin dalam darah
Masalah Potensial
- Potensial terjadi kern ikterus
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan kepada bayi derajad ikterus
dapat berkurang sehingga tidak terjadi kern ikterus
Kriteria hasil :
Keadaan umum : ikterus berkurang
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital
Nadi : 120-140 x/menit
Pernafasan : 30-60 x/menit
Suhu : 36,5 0C - 37,2 0C
Inspeksi
Mata : sklera tidak terlihat ikterus, reflek pupil (+), mata bisa
berkedip
Hidung : tidak terpasang O2 nasal
Genetalia : tidak terpasang dower cateter
Ekstremitas :
Atas : tidak terpasang infus pada tangan sebelah kanan
maupun kiri
Integumen : bersih, tidak terlihat ikterus di seluruh tubuh
Reflek :
Moro reflek (+)
Rooting reflek (+)
Reflek menelan (+)
Reflek menghisap (+)
BAB : tinja berwarna kuning dan tidak berwarna pucat,
konsistensi lunak
BAK : berwarna kuning jernih, dan tidak ada kelainan
Intervensi
1. Pertahankan bayi tetap hangat dan kering, pantau kulit dan suhu
dengan sering
R/ keadaan dingin berpotensi melepaskan asam lemak yang bersaing
pada posisi ikatan pada albumin, sehingga meningkatkan kadar
bilirubin yang bersirkulasi dengan bebas
2. Beri obat sesuai advis dokter
R/ pemberian terapi yang tepat dapat menurunkan kadar bilirubin
dalam darah
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 21 Januari 2008
Dx : By. “F” umur 3 bulan dengan ikterus obstruktif
1. Melakukan pendekatan terapheutik pada ibu dan keluarga dengan
berperilaku sopan, memperkenalkan diri dan menanyakan masalah yang
dialami bayinya
2. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan anaknya
yaitu anak mengalami penyumbatan pada saluran empedu, yang mana
warna kuning yang mewarnai tinja dan kencing tidak dapat tersalurkan,
sehingga warna kuning masuk dalam pembuluh darah adan akhirnya
seluruh tubuh anak kuning
3. Mengobservasi tanda-tanda vital 2 jam sekali pada pukul :
11.00 WIB dengan hasil
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : apatis
Tanda-tanda vital
Nadi : 128 x/menit
Pernafasan : 46 x/menit
Suhu : 37 0C
13.00 WIB dengan hasil :
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : apatis
Tanda-tanda vital
Nadi : 130 x/menit
Pernafasan : 48 x/menit
Suhu : 38 0C
4. Mengkaji dan memantau derajat ikterik menurut kramer yaitu
didapatkan hasil bahwa bayi “F” kramer 5 yaitu kulit bayi berwarna
kuning pada daerah kepala, leher, badan bagian atas, badan bagian
bawah, lengan, kaki dibawah lutut, tangan dan kaki.
Masalah Potensial
Potensial terjadi kern ikterus
1. Mempertahankan bayi tetap hangat dan kering, serta memantau
kulit dan suhu dengan sering sehingga dapat dengan segera
mengetahui tanda-tanda kern ikterus
2. Memberikan obat sesuai advis dokter pada pukul 09.15 WIB,
diantaranya
Injeksi IV Cefriaxon 250 mg
Injeksi IV Amikasin 37,5 mg
Injeksi IV Phenobarbital 75 mg
Injeksi IM Vitamin K 2 mg
Potensial terjadi penyebaran infeksi
1. Mencuci tangan dengan sabun dan dibilas dibawah air mengalir
setiap sebelum dan sesudah melakukan tindakan
2. Memakai sarung tangan sebelum melakukan tindakan
3. Menjaga personal hygiene bayi dengan cara merawat dower kateter
VII. EVALUASI
Tanggal : 21 Januari 2008
Pukul : 01.15 WIB
Dx : By. “F” umur 3 bulan denagn ikterus obstruktif
5.1 Kesimpulan
Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mukosa akibat
penumpukan bilirubin. Ikterus dibagi 2 yaitu ikterus fisiologis dan ikterus
patologis. Ikterus patologis dapat terjadi karena adanya kolestasis pada bayi
yaitu suatu sindroma klinis yang disebabkan oleh terganggunya aliran empedu
ke usus.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi “F” umur 3 bulan dengan
ikterus obstruktif maka penulis dapat menyimpulkan bahwa untuk
menanggulangi berbagai permasalahan pada bayi dengan ikterus patologis
diperlukan asuhan kebidanan antara lain pemberian cairan, pemenuhan
kebutuhan nutrisi, observasi kualitas dan kuantitas eliminasi urine dan feses,
menjaga keseimbangan tubuh, meminimalkan efek samping suatu terapi
terhadap integumen, retina, ginjal dan tumbuh kembang bayi sehingga bayi
tidak mengalami suatu komplikasi.
5.2 Saran
Sesuai dengan bahan kasus di atas, melalui pendekatan manajemen
kebidanan maka penyusun menyarankan :
1. Bagi petugas kesehatan:
Perlu ditingkatkan kerjasama yang baik antara pasien, keluarga
pasien, medis serta paramedis dalam proses asuhan kebidanan dan
pelayanan kebidanan bertambah baik
Dalam melakukan proses kebidanan perlu dilakukan asuhan secara
menyeluruh agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
Etika dan sopan santun diperhatikan dan diterapkan dalam
menghadapi pasien maupun keluarga pasien agar mereka tidak cemas
dan percaya pada petugas kesehatan
2. Bagi ibu pasien harus tetap menjaga bayinya, selain itu ibu juga harus
selalu menyusui bayinya sampai berumur 6 bulan tanpa diberikan
makanan tambahan (ASI eksklusif). Manfaat dari pemberian ASI secara
eksklusif diantaranya bagi ibu yaitu mempercepat proses involusio uterus,
menunda kehamilan dan bagi bayi yaitu mendapat kekebalan secara pasif
alami sampai bayi barumur 6 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Manjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Jakarta : EGC
Hassan, Rusepno. 2004. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika.