Ulkus Peptik
Kelompok 1:
Ansar
Kesdam XIV/HSN
Tahun 2017
Kata Pengantar
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi bahan
pembelajaran bagi para pembaca.
Penyusun, kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Simpulan ............................................................................... iv
2. Saran ..................................................................................... v
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Medis
1. Pengertian
PUD merupakan gangguan dalam kesinambungan esofagus bagian
bawah, lambung, atau mukosa, duodenum, yang menyebabkan
kerusaakan setempat yang dikarenakan oleh inflamasi. Ulkus dapat terjadi
di semua bagian saluran GI yang bersinggungan dengan cairan lambung
(asam hidrokloris dan pepsin). Ulkus dapat ditemukan di esofagus,
lambung, duodenum, atau jejunum setelah gastroentrosel.
3. Patofisiologi
Selain inflamasi H. pylori sebagai perubahan patofisiologi utama,
dua mekanisme berbeda untuk perkembangan PUD telah diajukan.
Diperkirakan kerusakan lapisan epitalial protektif dasar mengakibatkan
ulkus lambung. Dalam keadaan normal, aliran asam hidroklorida dari
lumen lambung dicegah dengan adanya taut ketat nonpermeabel antara
sel epithelial dan oleh sedikit lapisan mucus alkalin yang mwnutupi lapisan
epitelium lambung.
NSAID adalah salah satu obat yang paling umum digunakan di
Amerika Serikat, dan penyebab yang paling sering kedua akan PUD.
Sebanyak 3% sampai 4% pengguna NSAID mengalami PUD setiap tahun,
tetapi sapai 80% klien dengan komplikasi serius yang berhubungan
dengan NSAID tidak dating dengan manifestasi yang berhubungan
dengan despepsia sebelumnya.
Dalam pembentukan ulkus peptic lamung penghalang difusi dapat
terganggu oleh kehadiran kronis obat yang dapat melukai sejenis aspirin,
NSAIS, kortison, hormone adenokortikotropis (ACTH), kafein, alcohol,
obat keoterapi, dan kondisi hipersekresi. Obat-obat ini mungkin
merangsang produksi asam, menyebabkan kerusakan local mukosa, dan
menekan sekresi mucus. Zat-zat tersebut mengupas permukaan mucus
dan mengakibatkan degenerasi membrane sel epithelial lambung.
Pathogenesis ulkus peptic duodenum memiliki perbedaan
mekanisme, karena sekresi asam yang berlebih bertanggung jawab pada
perkembangan ulkus. Aktivitas saraf vagus meningkat pada orang dengan
ulkus duodenum, khususnya selama keadaan puasa dan malam hari.
Saraf vagusmerangsang sel antrum pilori untuk melepaskan gastrin, yang
berjalan melalui aliran darah dan bekerja di sel pariental lambung untuk
merangsang pelepasan asam hidroklorida.
Factor lain pada PUD adalah stress emosional, yang dapat
menyebabkan peningkatan sekresi lambung, pasokan darah, dan motilitas
lambung oleh rangsangan thalamus saraf vagal. Pengaruh hormone
terjadi via via hipotalamus melalui rute pituitary-adrenal. Pada klien
dengan kondisi stress, system saraf simpatis menyebabkan pembuluh
darah di duodenum menyempit , yang membuat mukosa lebih rentan
terhadap trauma dari sekresi asam lambng dan pepsin. Pada aktivitas
korteks adrenal, produksi mukosa berkurang dan sekresi lambung
meningkat. Factor-faktor ini menyebablan meningkatnya kerentanan
terhadap ulserasi secara bersamaan. Reaksi stress dengan demikian
mengganggu keseimbangan agresif-defensif. Stress berkepanjangan yang
berhubungan dengan luka bakar, trauma parah, dan kondisi lainnya dapat
menyebabkan ulkus stress, atau gastritis stress erosive, di saluran GI.
Sindrom Zollinger-Ellison dicirikan dengan kelainan sekresi gastrin
oleh tumor sel pulau Langerhans di pancreas yang jarang terjadi.
Perubahan patofisiologi terkait dengan sindrom ini termasuk
hipergastrinemia dan diare sekunder untuk malabsorpsi lemak yang
dihasilkan dari penurunan duodenum-menonaktifkan lipase pancreas atau
cedera vili yang diinduksi oleh asam. Selain meningkatnya sekresi
lambung, hierplasia mukosa lambung disebabkan oleh efek trofik
lambung. Pengobatan sindrom Zollinger-Ellison bertujuan pada
penekanan sekresi lambung.
Ulkus yang diobati, biasanya sembuh tanpa kesulitan. Ulkus yang
tidak diobati atau tidak merespons pengobatan dapat mengakibatkan
perforasi, perdarahan, atau obstruksi, yang mungkin memerlukan
penatalaksanaan bedah. Beberapa ulkus kambuh lagi setelah sembuh,
khususnya jika factor-faktor risiko yang berhuungan dengan
perkembangannya tidak diubah.
Klien yang sakit kritis rentan terhadap ulkus stress. Misalnya,
perubahan mukosa lambung yang disebabkan oleh stress berkembang
dalam 72 jam pada 78% klien dengan luka bakar lebih dari 35% pada
tubuhnya. Ulkus stress ditunjukkan dengan erosi lambung dangkal, sering
disertai dengan perdarahan lambung yang banyak tanpa rasa sakit. Ulkus
stress dicirikan dengan banyaknya lesi, biasanya kecil dan dangkal, yang
tidak meluas ke mukosa muskularis. Lesi-lesi ini mungkin muncul dan
mengeluarkan darah. Mekanisme yang mengakibatkan ulserasi stress
tidak diketahui, tetapi mungkin melibatkan iskemia. Dengan adanya asam,
iskemia dapat membuat gastritis erosive dan ulserasi. Meningkatnya ion
hydrogen yang berdifusi kembali dan menurunnya perfusi mukosa
mungkin juga berkontribusi terhadap pembentukan ulkus stress. Tingkat
keasaman (pH) lambung yang redah (tinggi asam) penting dalam
perkembangan ulkus stress.
Penelitian trus mencari mekanisme yang tepat mengenai terjadinya
ulkus stress, pada stress ulkus manifestasi yang terjadi hanya sedikit.
Nyeri terutama pada ulkus stress tidak ada kecuali jika terjadi perforasi,
tetapi perforasi jarang terjadi. Pperdarahan saluran GI bagian atas adalah
manifestasi utama dari ulkus stress. Sekitar 10% klien mengalami dispepsi
sebelum perdarahan, tetapi biasanya tanpa ada manifestasi peringatan.
Ketika ulkus stress mengakibatkan perdarahan besar, tingkat mortalitas
meningkat menjadi sekitar 50%.
4. Manifestasi Klinis
c). Perdarahan
a) Perdarahan
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan melibatkan pengumpulan data baik
psikososial maupun patofisiologi mengenai klien. Untuk mengkaji
aspek psikososial penyakit ulkus, tanyai klien tentang kejadian
ulkus pada keluarga, konsumsi obat yang mengakibatkanirisati
lambung, merokok, asupan alcohol, penyebab stress, dan pola
penanggulangannya. Pertanyaan tentang gaya hidup, jabatan,
pekerjaan, dan aktivitas waktu luang dapat memberikan informasi
yang berharga.
Pengkajian fisik meliputi pengamatan akurat dan laporan segera
manifestasi yang membantu menunjukkan diagnosis yang mungkin
mengindikasikan adanya komplikasi. Manifestasi meliputi nyeri,
muntah, dan kadang-kadang pendarahan, serta perubahan nafsu
makan. Selalu amati riwayat lengkap serangan ulkus sebelumnya,
termasuk frekuensi, durasi, manifestasi, dan respon untuk
interfensi.
2. Diagnosa Keperawatan.
a. Nyeri akut
1) Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak meyenangkan
akibat adanya kerusakan jaringan yang actual atau
potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti
kerusakan(internasional association for the study of pain);
awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan
sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
2) Batasan Karakteristik
Subjektif
Melaporkan (nyeri) dengan syarat (mis.,
menggunakan skala nyeri)
Melaporkan nyeri
Objektif
Respon otonom( mis., diaphoresis., perubahan
tekanan darah, pernafasan, atau denyut jantung,
dilatasi pupil)
Perilaku distraksi (mis., mondarmandir, mencari
orang dan /atau aktivitas lain, aktivitas berulang)
Perilaku ekspresif (mis., gelisah, merintih, menangis,
kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsangan,
dan menghelah nafas panjang)
Wajah topeng
Sikap melindungi
Pokus menyempit (mis., gangguan persepsi waktu,
gangguan proses pikir, interaksi dengan orang lain
atau lingkungan menurun)
Bukti nyeri yang dapat diamati
Posisi untuk menghindari nyeri
Perilaku menjaga atau sikap melindungi
Gangguan tidur(mata terlihat kuyu, gerakan tidak
teratur atau tidak menentuh, dan menyeringai)
3) Faktor yang berhubungan
Agens-agens penyebab cedera (mis., biologis,kimia, fisik,
dan psikologis)
b. Nyeri kronis
1) Definisi
Pengalaman seksori dan emosi yang tidak menyeangkan,
akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau
digambarkan dengan istilah seperti kerusakan(internasional
association for the study of pain); awitan yang tiba-tiba atau
perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan
durasinya kurang dari enam bulan.
2) Batasan karakteristik
Mengungkapkan secara verbal atau dengan isyarat atau
dengan menunjukkan bukti sebagai berikut
Subjektif
Depresi
Keletihan
Takut kembali cedera
Nyeri
Objektif
Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktifitas
sebelumnya
Anoreksia
Atropi
Kelompok otot yang terklibat
Perubahan pola tidur
Wajah topeng(mis., mata kurang bersinar, tampak
kelelahan, gerakan rapi atau tidak teratur dan
meringis)
Perilaku melindungi
Ritabilitas
Perilaku protektif yang dapat diamati
Penurunan interaksi dengan orang lain
Gelisah
Berfokus pada diri sendiri
Respon yang dimediasi oleh saraf simpatis(mis.,
suhu, dingin, perubahan posisi tubuh, dan
hipersensitifitas)
Perubahan berat badan
3) Faktor yang berhubungan
Ketunadayaan fisik atau psikososial kronis(mis., kanker
metastasis, cedera neorologis, artilitis)
c. Defisiensi pengetahuan
1) Definisi
Tidak ada atau kurang informasi kognitif tentang topic
tertentu.
2) Batasan karakteristik
Subjektif
Mengungkapkan masalah
Objektif
Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara
akurat
Performa uji tidak akurat
Perilaku yang tidak sesuai atau terlalu berlebihan
(sebagai contoh, histeris, bermusuhan, agitasi, atau
apatis)
3) Faktor yang berhubungan
d. Kekurangan volume cairan
1) Definisi
2) Batasan karakteristik
3) Faktor yang berhubungan
e. Ansietas
1) Definisi
2) Batasan karakteristik
3) Faktor yang berhubungan
f. Nutrisi
1) Definisi
2) Batasan karakteristik
3) Faktor yang berhubungan
3. Rencana Tindakan Keperawatan / Intervensi:
a. Nyeri akut b/d ………………..., intervensinya:
1. Meminta pasien untuk menilai nyeri atau ketidak nyamanan
pada skala 0 sampai 10 (0 = tidak ada nyeri atau
ketidaknyamanan, 10=nyeri hebat )
Rasional:
2. Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang
sesuai usia dan tingkat perkembangan pasien.
3. Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada
perawat jika perbedaan nyeri tidak dicapai.
4. Manajemen nyeri (NIC) :berikan informasi tentang nyeri,
seperti penyebab nyeri, berapa lama brlangsung, dan
antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.
5. Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri
menjadi lebi berat.
6. Bantu pasien mengidentifikasi tindakan ketidaknyamanan
yang efektif di masa lalu,seperti, distraksi, reklasasi, atau
kompres hangat/dingin
7. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas bukan
pada nyeri dan rasa tidak nyaman dengan melakukan
pengalihan melalui televisi, radio, tape, dan interaksi dengan
pengunjung.
b. Nyeri kronis, intervensinya:
1. Pantau ketidak puasan pasien terhadap manajemen nyeri
pada interval tertentu.
2. Tentukan dampak pengalamn nyeri pada kualitas hidu (mis.,
tidur, selera makan, kativitas, kognisi, alam perasaan,
hubungan, kinerja, dan tanggung jawab pearn).
3. Beri tahu pasien bahwa peredaan nyeri secara total tidak
akan di capai.
4. Manajemen Nyeri (NIC): pertimbangkan rurjukan untuk
pasien, keluarga dan orang terdekat pasien ke kelompo
pendukung atau sumber lain, bila perlu.
5. Tawarkan tindakan meredakn nyeri untuk membantu
pengobatan nyeri (mis., umpan balik biologis, teknik
relaksasi, dan masase punggung).
6. Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat untuk
memfasilitasi peredaan nyeri .
7. Berikan obat sebelum aktivitas sebelum meningkatkan
partisipasi, tetapi evaluasi bahaya sedasi.
c. Defisiensi pengetahuan
1. Berinteraksi dengan patien dengan cara yang tidak
menghakimi untuk memfasilitasi pembelajaran
2. Kaji gaya belajar patien
3. Lakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan pasien
saat ini dan pemahaman terhadap materi (mis.,
pengetahuan tentang prosedur atau penanganan yang
diprogramkan)
4. Gunakan berbagai pendekatan penyuluhan, redemonstrasi,
dan berikan umpan-balik secara verbal dan tertulis
5.
d. Kekurangan volume cairan
4. Implementasi
5. Evaluasi