Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan pada
payudara, berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun
komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan
payudara (Rasjidi, 2010).
Kanker payudara memiliki dampak fisik, psikologis dan sosial. Dampak fisik berupa
penurunan fungsi salah satu organ tubuh yang dioperasi atau di amputasi, rasa nyeri dan
perubahan fisik karena efek samping dari pengobatan yang dijalani pasien. Dampak
psikologis dapat berupa reaksi psikologis terhadap diagnosa kanker payudara yang harus
dihadapi, rangkaian terapi atau pengobatan yang di jalani pasien dan kondisi fisik yang baru.
Dampak sosial yang dapat terjadi yaitu perubahan status sosial karena kehilangan pekerjaan
dari tempat pasien, perubahan peran dan tugas karena tidak mampu melakukan tugasnya
sebagai salah satu anggota keluarga (Rachmadahniar,2005).
Menurut Kumar dkk (2009), kurva insident usia pada kanker payudara bergerak naik
terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang di temukan pada wanita usia 20 tahun. Angka
tertingi pada usia 45-66 tahun.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia
adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar, kanker lambung dan kanker
hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima
besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kanker getah bening, kulit dan
kanker nasofaring. Kanker payudara merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita.
Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Kanker payudara
merupakan penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita yaitu sekitar 19%. Lima
data terakhir menunjukkan bahwa kema tian akibat kanker payudara pada wanita
menunjukkan angka ke 2 tertinggi (WHO).
Payudara di miliki oleh setiap orang, lelaki maupun wanita. Pada lelaki payudara
mengalami rudimeter dan tidak penting, sedangkan wanita menjadi berkembang dan penting.
Payudara merupakan salah satu organ paling penting bagi wanita yang erat kaitannya dengan
fungsi reproduksi dan kewanitaan (kecantikan). Karena itu gangguan payudara tidak sekedar
memberikan gangguan kesakitan sebagaimna penyakit pada umumnya, tetapi juga akan
mempunyai efek estetika dan psikologis khusus (bustan, 2000).
Amerika Serikat tercatat lebih dari lebih dari 190.000 kasus baru dan 40.000
kematian.Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita usia 50
keatas, sedangkan 6% nya pada usia kurang dari 40 tahun.Di Negara Indonesia jumlah kanker
payudara didapatkan kurang lebih 200 juta populasi atau 23.140 kasus baru setiap tahun
(Emir & Suyatno,2010).
Menurut Ramli dkk (2010), di dapatkan jumlah penderita kanker payudara stadium
IIIA dan IIIB sebanyak 43,4%, Stadium IV sebanyak 14,3 %, berbeda dengan negara maju
dimana kanker payudara ditemukan lebih banyak dalam stadium dini.
Dari data yang penulis kumpulkan di RSUP DR.M. DJAMIL Padang tercatan angka
kejadian penderita kanker payudara meningkat 3 tahun terakhir. Yaitu pada tahun 2011
wanita yang mengidap kanker payudara yaitu 234 orang diantaranya 14 orang meninggal
dunia , pada tahun 2012 terhitung sebanyak 272 orang orang wanita mengidap kanker
payudara diantaranya 13 orang meninggal dunia, sedangkan pada tahun 2013 terhitung 312
orang wanita terkena kanker payudara diantaranya 11 orang meninggal dunia.
Peran perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien kanker payudara yaitu
melalui upaya promotif,prepentif,kuratif dan rehabilitas.Upaya promotif meliputi pemberian
pendidikan kesehatan tentang penyakit kanker payudara,upaya preventif yaitu mencegah
infeksi pada luka post op dengan cara perawatan luka dengan teknik aseptik dan
antiseptik,upaya kuratif meliputi pemberian pengobatan dan penganjuran klien untuk
mematuhi terapi,serta upaya rehabilitative meliputi perawatan luka di rumah dan
menganjurkan untuk meneruskan terapi yang telah diberikan.Peran perawat dalam aspek
psikologis yaitu memberikan informasi dan dukungan positif kepada jlien tentang proses
pengobatan yang akan di jalani bahwa itu adalah alternative untuk pengobatan
Berdasarkan data tersebut maka dari itu, penulis tertarik untuk mengangkat masalah kanker
payudara pada studi kasus ini supaya bisa memberikan asuhan keperawatan secara mendalam
terhadap klien dengan masalah kanker payudara.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
‘’Bagaimana menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker payudara di ruang
HCU RSUP DR M.DJAMIL Padang”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien kanker payudara di ruang Interne
penyakit dalam (HCU) RSUP DR M.DJAMIL Padang tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan kanker payudara
b) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan terhadap klien dengan kanker payudara
c) Mampu membuat perencanaan terhadap klien dengan kanker payudara
d) Mampu melakukan tindakan keperawatan terhadap klien dengan kanker payudara
e) Mampu mengevaluasi dari tindakan keperawatan yang telah diberikan terhadap
klien dengan kanker payudara
f) Mampu melakukan pedokumentasian asuhan keperawatan terhadap klien dengan
kanker payudara.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan studi kasus ini adalah :
1. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti sendiri dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan kanker payudara
2. Bagi institusi RSUP Dr.M.DJAMIL Padang
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi institusi kesehatan dan tenaga kesehatan dalam
rangka meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap kanker payudara.
3. Bagi Akademik
Dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau masukan untuk menambah wawasan bagi
pembaca tentang payudara.
4. Bagi Klien dan Keluarga
Dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan mampu memahami tentang penyakit kanker
payudara serta penatalaksanaanya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medik


1. Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan
sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan
akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Kanker payudara adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan
payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi
dan maturasi sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Kanker payudara adalaah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan
pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit,bukan penyakit tunggal (Tucker
dkk,1998).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam
jaringan mammae (Tapan, 2005).
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh
yang berubah menjadi ganas (http//www.pikiran-rakyat. com. jam 10.00, Minggu tanggal 29-
8-2005,sumber : Harianto,dkk).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari parenkim, stoma areola,dan
papila mamae (Taufan Nugroho,2011).
2. Anatomi Fisiologi Payudara
Anatomi payudara dan kuadran letak kanker payudara dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Gambar 2.1 : Anatomi Payudara dan Kuadran Letak Kanker Payudara
sumber : Harriston, 2006

Keterangan:
1. Korpus (badan)
2. Areola
3. Papilla atau puting
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit,di atas otot
dada.Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.Manusia mempunyai
sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan
saat menyusui 800 gram. Pada payudara terdapat tiga bagian utama yaitu:
1) Korpus
Korpus (badan ) yaitu bagian yang membesar. Alveolus, yaitu unit terkecil yang
memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner,jaringan lemak, sel plasma, sel otot
polos, dan pembuluh darah. Lobulus,yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus,yaitu beberapa
lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.ASI disalurkan dari
alveolus ke dalam saluran kecil(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung
membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2) Areola
Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola
yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam putingndan bermuara ke luar. Di dalam
dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat
memompa ASI keluar.
3) Papilla / Puting
Papila atau Puting,yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Bentuk puting ada 4, yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam
(inverted).

3. Etiologi
Tidak satupun penyebab spesifik dari kanker payudara,sebaliknya serangkaian faktor
genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt menunjang terjadinya kanker
ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan
dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum
diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan
pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan kanker payudara. Hormon
steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker payudara. Dua
hormon ovarium utama-estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan
seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara (Brunner dan
Sudart, 2001).
Faktor resiko timbul kanker payudara terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di ubah
(unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu :
Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable)
1) Umur
Semakin bertambahnya umur meningkat resiko kanker payudara. Wanita paling sering
terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah wanita 40
tahun juga dapat terserang kanker payudara, namun resikonya lebih rendah dibandingkan
wanita berusia diatas 40 tahun.

2) Menarche Usia Dini


Resiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi
pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan
lamanya paparan hormone estrogen dan progesterone pada wanita yang berpengaruh terhadap
proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
3) Menoupause usia lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara.
Sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga
diperkirakan awal terjadinya tumor terjadinya perubahan klinis.
4) Riwayat keluarga
Terdapat peningkatan resiko menderita kanker payudara pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast Cancer 2),yaitu suatu
kerentanan terhadap kanker payudara, untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur
50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% kanker payudara bersifat familial. Pada
studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen probabilitas.
5) Riwayat penyakit payudara jinak
Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan resiko
untuk mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Brinton (2008) di Amerika Serikat
dengan desain cohort, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma, dan
fibrosis) mempunyai resiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker payudara 4,0 kali
lebih besar untuk terkena kanker payudara (RR=4,0).
Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable)
1) Riwayat kehamilan
Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko mengalami kanker payudara.
Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang
kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai resiko 3,6 kali lebih besar dibandingkan
wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena kanker payudara (RR=3,6).
Wanita yang multipara atau belum pernah melahirkan mempunyai faktor resiko 4,0 kali lebih
besar dibandingkan wanita multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan untuk terkena
kanker payudara (RR=4,0)
2) Obesitas dan konsumsi lemak tinngi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker payudara pada wanita
pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor resiko terjadinya
kanker payudara.
3) Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi Oral
Hormone berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Kandungan estrogen dan
progestron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjer
payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai
resiko untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause.
4) Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara daripada
waita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan
desain case control menunjukkan bahawa diperkirakaan resiko bagi wanita yang merokok
untuk terkena kanker payudara 2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak
merokok (OR=2,36).
5) Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian kanker payudara. Pemajanan terhadap radiasi
ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun meningkatkan resiko kanker
payudara.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case
control menunjukkan bahwa diperkirakan resiko bagi wanita yang terpapar radiasi lebih dari
1 jam sehari untuk terkena kanker payudara 3,12 kali lebih tinggi (OR=3,12)

4. Patofisiologi
Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya perubahan genetik
berkaitan dengan kanker payudara namun ap yang menyebabkan genetik masih belum
diketahui.Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui namun
bisa diindentifikasi melalui beberapa faktor resiko,faktor ini penting dalam membantu
mengembangkan program pencegahan.Hal yang selalu harus diingat adalah bahwa 60% yang
di diagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor resiko yang terindentifikas kecuali
lingkungan hormonal mereka.Di masa kehidupan,wanita dianggap beresiko untuk mengalami
kanker payudara,namun mengidentifikasi faktor resiko merupakan cara untuk
mengidentifikasi wanita yang mungkin diuntungkan dari kelangsungan hidup yang harus
meningkat dan pengobatan dini (Prince,A Sylvia.2006).
Kanker payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini
akan berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma.Karsinoma membutuhkan
waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar
untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm).Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari
karsinoma mammae telah bermetastasis. Karsinoma mammae bermetastasis dengan
penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran
darah (Prince, Sylvia, Wilson Lorrairee M,1995).

Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri:proliferasi


yang berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya.Proliferasi
abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan meninfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar keorgan-organ yang jauh.Didalam sel
tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi terutama dalam maligna dan berubah
menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal (Prince,A Sylvia.2006).
Transformasi sel-sel kanker dibentik dari sel-sel normal dalam suatu proses rumut
yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi, promosi dan progresi. Pada tahap
inisiasi terjadi suatu perubahan dalam genetiksel yang memancing selmenjadi
maligna.perubahan dalam denetic sel ini disebabakan oleh suatu gen yang disebut dengan
karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi atau penyinaran dan sinar matahari.
Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen harus
merupakan mutagen yang dapat menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja,2000).
Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat akan dipotong
dan diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh enzim-enzim
pengoreksi. Pada keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih protein regulator yang akan
mengenali kesalahan resebut dan menghentikan sel dititik tersebut dari proses
pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat diperbaiki,atau sel tersebut deprogram untuk
melakukan bunuh diri yang secara efektif menghambat pewarisan kesalahan sel-sel keturunan
jika sel tersebut kembali lobs, maka sel tersebut akan menjadi mutasi permanen dan bertahan
di semua keturunan dan masuk ketahap irreversible (Cerwin ,2000).
Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik
menahun pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen dan tidak
menimbulkan amplifikasi gen produksi copi multiple gen (Sukarha, 2000). Suatu sel yang
telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak
akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh karena itu, diperlukan beberapa faktor untuk terj
adinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang akan peka dan suatu karsinogen).
Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif ini
timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Kanker payudara menginvasi
secara lokal dan menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening regional, aliran darah,
atau keduanya. Kanker payudara yang bermetastasis dapat mengenai seluruh organ tubuh,
terutama paru-paru, hepar, tulang, otak dan kulit (Weiss.M 2010).
Metastasis kanker payudara biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa dekade
setelah diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN Harris JE, 2011).
Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia Dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah sejauh mana tingkat
penyebaran kanker tersebut baik ke organ maupun penyebaran ketempat jauh.Stadium hanya
di kenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada tumor jinak.Untuk menentukan suatu
stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang
lainnya,yaitu histopologi,PA,rontgen,usg,danbila memungkinkan CT Scan,Scintigrafi
(Sukarja,2000)
5. WOC
Faktor predisposisi dan
resiko tinggi hiperplasi Mendesak sel syaraf Interupsi sel syaraf
pada sel mammae

Nyeri

Mendesak jaringan Mensuplai nutrisi ke Mendesak pembuluh


sekitar jaringan Ca darah

Menekan jaringan pada Hipermetabolisme ke Aliran darah terhambat


mammae jaringan
Hipoxsia
Peningkatan konsistensi Penurunan
mammae Hipermetabolisme Necrosis jaringan
jaringan lain
mengakibatkan BB
turun Bakteri patogen

Ketikdakseimbangan Resiko infeksi


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Mammae Ukuran mammae


membengkang abnormal

Massa tumor mendesak


Mammae asimetrik Defisiensi pengatuhan
kejaringan luar
an Ansietas

Gangguan citra tubuh

Perfusi jaringan
Infiltrasi pleura perietale
terganggu

Ulkus Ekspansi paru menurun

Kerusakan integritas Ketidakefektifan pola nafas


kulit/jaringan
6. Tanda dan gejala
Gejala- gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan pada stadium
dini menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi stadium lanjut. Hal tersebut
akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk di sembuhkan. Bila kanker
payudara dapat di ketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan (Ramli
M, 2013)
Gejala yang timbul data penyakit memasuki stadium lanjut semakin bayak , seperti:
1) Timbul benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama benjolan
makin keras dan bentuknya tidak beraturan.
2) Saat benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan,karena terbentuk
penebalan pada kulit payudara.
3) Bentuk, ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi
pembengkakan.
4) Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
5) Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam yang tadinya
berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan.
6) Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak sedang
hamil.
7) Luka pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.
8) Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau d’orange) akibat dari neoplasma
menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kuli.

7. Stadium Kanker Payudara


Pembagian stadium menurut Portman yang disesuaikan aplikasi klinik yaitu:
1) Stadium I
Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya, tidak ada
fixasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm dan tidak
dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening regional belum teraba. Perawatan yang
sangat sistematis diberikan tujuannya agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak
berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada
penderita adalah 70%.
2) Stadium II

Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa
kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk
mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan
penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini,
kemungkinan sembuh penderita adalah 30-40%.
3) Staium III A
Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas di jaringan
sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu sama lain. Menurut data Depkes,
87% kanker payudara ditemukan pada stadium ini.
4) Stadium III B

Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema(lebih dari sepertiga
permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening axila melekat satu sama lain atau
ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm. Kanker sudah menyebar pada seluruh bagian
payudara,bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.

5) Stadium IV
Tumor seperti pada stadium I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening
axila supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian
tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di batang
leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah mengangkat payudara. Tujuan pengobatan pada
palliative bukan lagi kuratif(menyembuhkan).
8. Komplikasi
1. Limpedema
limfedema terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe bersirkulasi umum
tidak berfungsi dengan kuat. Jika nodus axilaris dan sistem limfe di angkat maka sistem
kolater dan axilaris harus mengambil ahli fungsi mereka. Limfedema dapat dicegah dengan
meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi yang prokximal. Jika terjadi limfedema
keluasan biasanya berhubungan dengan jumlah saluran limfatik kolateral yang diangkat
selama pembedahan (Brunner & Suddharta,2011).
2. Sidroma hiperkalsemik
Sidroma hiperkalsemik terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang meningkatkan kadar
kalsium darah/ hormon yang secara langsung mempengaruhi tulang.
9. Pemeriksaan Diagnostik
Ada beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi 2 yaitu non invasive dan
invasive.
a. Non Invasive
1. Mammografi
Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar X yang diradiasikan
pada payudara. Kelebihan mammografi adalah kemampuan mendeteksi tumor yang belum
teraba (radius 0,5 cm) sekalipun masih dalam stadium dini.Waktu yang tepat untuk
melakukan mammografi pada wanita usia produktif adalah hari ke 1-14 dari siklus haid. Pada
perempuan usia nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini
berbeda-beda berkisar antara 83%-95%.
2. Ultrasound
Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat berguna dan akurat
dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan akurat dalam membedakan antara kista
dengan massa padat.Namun untuk masa yang lebih kecil antara 5-10 mm tidak dapat
divisualisasi dan ma ssa pada jaringan lemak payudara sulit dievaluasi. Keuntungannya
adalah tidak ada radiasi dan tidak ada nyeri.
3. Computed Tomografi dan Magnetic Resonance Imaging Scans
Penggunaan CT dan MRI untuk scanning untuk mengevaluasi kelainan payudara
sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini mengambil peran dalam mengevaluasi
axila, mediastinum dan area supralivikula untuk adenopati dan membantu dalam melakukan
stging pada proses keganasan.
b. Invasiv
1. Sitologi Aspirasi
Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran 20 atau yang lebih
kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang dicuriga, lalu dismear di atas slide
dan difiksasi segera dan diwarnai untuk evaluasi sitologi. Jika specimen diambil secara tepat,
prosedur ini sangat akurat. Namun pemeriksaan ini tidak dapat untuk memeriksa gambaran
histopatologi jaringan sebab pemeriksaan ini tidak mampu mengambil struktur jaringan
sekitar. Teknik stereotaktik untuk sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum
diamerika serikat. Kelemahan teknik ini adalah ketidak mampuan untuk menentukan secara
akurat resptor estrogen dan progesterone pada specimen yang sangat kecil. Untuk menegtahui
resptor menggunakan teknik ini sudah dikembangkan namun masih belum merata
keberadaanya dilaboratorium patologi anatomi.
2. Core Needle Biopsy (CNB)
Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering dilakukan. Hal
tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspires jarum. CNB lebih akurat dan bisa
digunakan untuk menentukan reseptor estrogen dan progesterone serta bisa dilakukan untuk
memeriksa gambaran histopatologi.
3. Biopsy
Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound. Biopsi
TerbukaTerdapat berbagai macam teknik biopsy terbuka yaitu:
a. Biopsy Eksisi
Istilah biopsy Eksisi merujuk pada istilah yang berarti dengan mengangkat seluruh
massa yang terlihat dan biasanya dengan sedikit batas jaringan yang sehat. Hal tersebut perlu
direncanakan secara hati-hati dan curiga lesinya bersifat gana. Kebanyakan boipsi bisa
dilakukan dengan lokal anestesi. Namun dengan kenyamanan pasien biasa dilakukan dengan
sedasi intravena. Poting beku biasa dilakukan dan bisa disimpan untuk tes resptor estrogen
dan progesterone.

b. Biopsi Insisi
Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy eksisi biasanya dilakukan
biopsy insisi dengan hanya mengambil sedikit jaringan. Hal ini bisa dilakukan dalam anestesi
lokal dan cukup nyaman pada pasien poli.
c. Needle-Guided Biopsy (GNB)
Skrinning mammografi bisa digunakan untuk melihat lesi mencurigakan sebelum
muncul secara klinis. Dan hal tersebut bisa dijadikan petokan dalam melakukan biopsy jarum
dengan bantuan mammografi. Teknik ini dilakukan atas dasar prinsip menghilangkan lesi
secara presisi tanpa mengorbankan jaringan sehat sekitar. Pasien dilakukan mamografi yang
disesuaikan dengan film aslinya dan dilakukan introduks berdasarkan gambaran film tersebut.
Jadi bisa disimpulkan NGB merupakan biopsy dengan bantuan mamograf.
d. Ultrasound-Guided Biopsy (UGB)
Untuk lesi yang tidak teraba anamun terlihat gambarannya melalui ultrasound. Bisa
dilakukan dengan pasien pada posisi supine, dan payudara discan menggunakan tranducer.
Lalu kulitnya ditandai dengan pensil; lalu dilakukan biopsy secara standard. Aspirasi kista
juga bisa dilakukan dengan bantuan ultrasound.
e. Nipple Discharge Smear (NDS)
Setelah menekan daerah puting maka akan keluar cairan .cairan yang bisa keluar bisa
diusap pada gelas kaca difikasi dan dapat dilihat untuk dievaluasi secara sitologi. Dilaporkan,
sitologi dari NDS memiliki hasil negative palsu sebesar 18% dan positif sebesar 2,5% jadi
dibutuhkan ketelitian dan kehatihatian dalam menginterprestasi hasil tersebut.
f. Nipple Biopsy
Perubahan epithelium dari puting sering terkait dengan gatal atau nipple discharge
biasa diperbolehkan untuk dilakukan biopsy puting. Sebuah potongan nipple /areola complex
bisa dieksisi dalam lokal anatesi dengan tepi minimal.
10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya tergantung
pada stadium klinik payudara. Pengobatan kanker payudara biasanya meliputi
pembedahan/ operasi, radioterapi/ penyinaran,kemoterapi, dan terapi
hormonal. Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi dalam
beberapa kombinasi.
1. Pembedahan/operasi
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara yang
terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan pada kanker payudara
stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif (menyembuhkan) maupun paliatif
(menghilangkan gejala-gejala penyakit).
Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan dengan 3 cars yaitu:
a. Masektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan sebagian dari
payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian pemberian terapi. Biasanya
lumpektomi direkomendasikan pada penderita yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan
letaknya di pinggir payudara.
b. Masektomi total (masetomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi
bukan kelenjer di ketiak.
c. Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan
payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.
2. Radioterapi
Radiologi yaitu proses penyinaraan pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih
terisisa di payudara setelah payudara.tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh
menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam, serta
Hb dan leukosit cendrung menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini biasanya
diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil
cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini
diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah menyebar ke
bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah
serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
4. Terapi hormonal
Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone estrogen, oleh karena
itu tindakan mengurangi pembentukan hormone dapat menghambat laju perkembangan sel
kanker, terapi hormonal disebut juga dengan therapi anti estrogen karena system kerjanya
menghambat atau menghentikan kemampuan hormone estrogen yang ada dalam menstimulus
perkembangan kanker pada payudara
11. Pencegahan Kanker Payudara
Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insidens
kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurun angka kematian akibat kanker
payudara.

a. Pencegahan Primodial
Pencegahan primodial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang sehat
yang memiliki faktor resiko. Upaya yang dimaksudkan dengan menciptakan kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak mendapat dukungan dasar dari
kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Pencegahan primodial dilakukan melalui
promosi kesehatan yang ditunjukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang sudah
memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan melalui
upaya menghindari diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko dan melaksanakan pola
hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan insiden kanker
payudara yang dapat dilakukan dengan:
1. Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.
2. Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolahraga.
3. Menghindari terlalu banyak terkena sinar X atau jenis radiasi lainnya.
4. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat.Serat akan menyerap zat-zat
yang bersifat karsinigen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui feces.
5. Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahan seperti tahu atau tempe. Kedelai
mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein yang berfungsi
sebagai ektrogen nabati (fitoestrogen). Ektrogen nabati ini akan menempel pada reseptor
estrogen sel-sel epitel saluran kelenjer susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk
menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker.
6. Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang mengandung
vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia, seperti jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya, mangga,
brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian.
Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri dari pada oleh
dokter. Karena itu, wankita hares mewaspadai setiap [perubahan yang terjadi pada payudara.
Untuk mengetahui perubahan-perubahantersebut dilakukan pemeriksaan sederhana yang
disebut pemeriksaan payudar sendiri (SADARI). SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan
secara teratur. Cara ini sangat efektif di Indonesia karena tidak semua rumah sakit
menyediakan fasilitas pemeriksaan memadai. Kebiasaan ini memudahkan kita untuk
menemukan perubahan pada payudara dan bulan ke bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan
pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan
minimal dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada
pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Jikan suadah menopause maka pilihlah satu
hari tertentu, misalnya hari pertama untuk mengingatkan melakukan SADARI setiap bulan.
17,23 SADARI dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut
Langkah 1 : Berdiri didepan cermin, pandanglah kedua payudara. Letakkan kedua tangan
dipinggang dan dorong siku ke depan agar otot-otot dada menegang. Perhatikan
kemungkinan adanya perubahan yang tidak biasa seperti cairan dari puting, pengerutan,
penarikan atau
pengelupasan kulit (gambar 1) .
Langkah 2 : Lebih diarahkan perhatian kecermin, tangkaplah kedua
tangan di belakang kepal dan tekan ke depan (gambar 2).
Langkah 3 : Angkat lengan kanan. Pergunakan 3-4 jari tangan kiri
untuk memeriksa payudara kanan secara lembut, hati
hati dan secara menyeluruh. Dimulai dari bagian tepi sisiluar, tekankan ujung jari tangan
membentuk lingkaran itu secara lambat seputar payudara. Secara bertahap lakukan kearah
puting. Pastikan mencakup seluruh payudara. Berikan perhatian khusus di daerah antara
payudara dengan ketiak, termasuk bagian ketiak kiri. akan untuk setiap ganjalan yang tidak
biasa atau di bawah kulit (gambar 3 dan 4).
Langkah 4 : Dengan lembut, pijit puting susu dan lihat jika ada cairan yang keluar. Tidak
normal apabila keluar darah atau adanya cairan yang spontan (gambar 5).
Langkah 5 : Ulangi langkah (3) dan (4) dengan posisi berbaring. Berbaringlah di tempat
dengan permukaan rata. Berbaringlah dengan lengan kanan dibelakang kepala dan bantal
kecil atau lipatan handuk diletakan di bawah pundak. Posisi menyebabkan payudara menjadi
rata dan membuat pemeriksaan lebih mudah. Lakukan gerakan melingkar yang sama seperti
pada tahap (3) dan (4). Lakukan pula untuk payudara kiri (gambar 6)

c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi
akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnosa dan deteksi
dini dan pemberian pengobatan.

B. Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Klien Ca Mammae


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, suatu proses
keperawatan, suatu kolaboratif melibatkan perawat, pasien dan tim kesehatan lainnya.
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan objektif yang dilakukan dengan
wawancara dan pemeriksaan fisik, data tersebut kemudian diolah, dianalisa yang kemudian
akan menghasilkan suatu diagnosa keperawatan yang membutuhkan perencanaan untuk
mengatasi masalah yang timbul dan muncul.Tujuan utama pengkajian adalah memberikan
gambaran secara terus menerus mengenai keadaan pasien yang memungkinkan perawat
merencanakan asuhan keperawatan kepada klien dengan mudah.
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap kegiatan yang
meliputi:
1) Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status perkawinan,
alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung jawab.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit payudara
jinak ,hyperplasia tipikal.
b. Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel proliferative
mempunyai resiko dua kali lipat biasanya mengalami kanker payudara, wanita dengan
hyperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini
c. Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi penggantian hormon dalam
waktu yang lama (lebih dari 10-15 tahun)seperti estrogen suplemen.
d. Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral.
e. Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak, dan makanan yang memakai
penyedap dan pengawet.
f. Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau menstruasi pertama pada usia yang
relative mudah dan menopause pada usia yang relative lebih tua
g. Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum pernah melahirkan), infertilitas, dan
melahirkan anak pertama pada usia yang relative lebih tua(lebih dari 35 tahun), serta tidak
menyusui
3) Riwayat kesehatan sekarang
a. Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan
tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
b. Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan mulai membesar.
c. Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari puting susu pada wanita
yang tidak hamil.
d. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma menyekat drainase
limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.
e. Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu makan , mual, muntah,
ansietas.
f. Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan kulit, ruam kulit, dan ulserasi.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama ibu, anak perempuan serta
saudara perempuan. Risikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker pada usia
kurang dari 60 tahun. Risiko meningkat 4-6 kali jika terjadi pada dua orang saudara langsung.
b. Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena kanker payudara atau
ovarium.
c. Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau ovarium
dibawah 40 tahun.
d. Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker payudara atau ovarium.
e. Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.
5) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien,BB,Tinggi badan,
tekanan darah, suhu, RR, Nadi.
b. Kepala
1) Rambut
Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau alopesia karna pengaruh kemoterapi,
kulit kepala tidak tampak bersih.
2) Wajah
Biasanya tidak terdapat edema atau hematon.
3) Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi yang
tidak adekuat Sklera tidak ikterik,palpebra tidak edema.
4) Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan cuping hidung yang
disebabkan klien sesak nafas terutama pada pasien yang kankernya sudah bermetastase ke
paru-paru.
4) Bibir
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.
5) Gigi
Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya pembuluh darah dan caries
positif
6) Lidah
Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.

c. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
d. Dada atau Thorak
a) Inspeksi
Pada stadium 1
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh
pembengkakan pada payudara,dengan ukuran 1-2 cm.
Pada stadium 2
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang juga disebabkan payudara
dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.
Pada stadium 3A
biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan
tumor yang sudah meluas dalam payudara besar tumor 5-10 cm.
Pada stadium 3B
bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan
kanker sudah melebar ke seluruh bagian payudara,bahkan mencapai kulit, dinding
dada,tulang rusuk,dan otot dada.
Pada stadium 4
Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan
mestastase jauh keorgan lain seperti paru-paru.
b) Palpasi
Pada stadium 1
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain
Pada stadium 2
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain
Pada stadium 3A
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain
Pada stadium 3B
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain seperti tulang rusuk, dinding dada dan otot dada .

Pada stadium 4
biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga disebabkan oleh karena kanker sudah
metastase ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru sehingga mengakibatkan paru –paru
mengalami kerusakan dan tidak mampu melakukan fungsinya.
c) Perkusi
Pada stadium 1
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien.
Pada stadium 2
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien karena kanker belum
mengalami metastase.
Pada stadium 3A
Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru karena kanker belum metastase.
Pada stadium 3B
biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di temukan pada infiltrate paru dimana parenkim
paru lebih padat / mengadung sedikit udara dan bunyi pekak pada paru-paru paien yang
disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan berisi cairan disebut dengan efusi pleura jika
kanker telah bermetastase pada organ paru.
Pada stadium 4
biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru pasien yang disebabkan pada paru-paru
pasien didapatkanberisi cairan yang disebut dengan efusi pleura akibat metastase dari kanker
mammae yang berlanjut,dan nafas akan terasa sesak.
d) Auskultasi
Pada stadium 1
biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir terdengar seluruh lapangan pare dan
inspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. suara nafas tambahan
tidak ada, seprti ronchi (-) dan wheezing (-)
Pada stadium 2
biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru clan inspirasi
lebih panjang lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. Biasanya buni nafas klien juga
dapat terdengar bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti
ronchi (-) dan wheezing (-)
Pada stadium 3 A
Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru dan inspirasi
yang lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi, dan bronkovesikuler
yaitu pada daerah suprasternal, interscapula: campuran antara element vaskuler dengan
bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti : Ronchi (+) dan wheezing (-)
Pada stadium 3 B
biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras
nadanya lebih tinggi dari pada inspirasi dan terdengar dan terdapat suara nafas tambahan
seperti: Ronchi dan Wheezing ini disebabkan oleh kanker sudah menyebar ke seluruh bagian
payudara, dan mencapai ke dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi paru dan compressive atelektasis.
Pada stadium 4
biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih
keras, nadanya lebih tinggi, dari pada inspirasi dan terdengar. Dan terdapat
suara tambahan seperti : Ronchi dan wheezing. Ini disebabkan oleh kanker metastase ke
bagian tubuh lainnya seperti parupare sehingga mengakibatkan terj adnnya penurunan
ekspansi
paru dan compressive atelektasis sehingga terjadi penumpukan secret pada daerah lobus paru.
e. Jantung (Kardiovaskuler)
1. Inspeksi
Biasanya iktus tidak terlihat
2. Palpasi
Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
3. Perkusi
Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC II, linea staralis dektra, batas jantung kiri
RIC V,1 jari media linea clavukularis sinistra)
f. Auskultasi
Biasanya irma jantung murni,murmur (-)
g. Mammae (payudara)
1. Inspeksi
Biasanya ada benjolan yang menekan payudara.adanya ulkus dan berwarna merah dan
payudara mengerut seperti kulit jeruk
2. Palpasi
Teraba benjolan payudara yang mengeras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran
kelenjar getah bening diketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
h. Perut
1. Inspeksi
Biasanya tidak ada pembesaran
2. Palpasi
Biasanya bising usus (-)
3. Perkusi
Biasanya lien dan hepar tidak teraba

4. Auskultasi
Tympani
i. Genitourinaria
Biasanya genetalia bersih
j. Ekstremitas
Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi
k. Sistem intergument
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor kulit klien tidak elastis
6) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
1) Makan
Sehat: biasanya makan 3 kali sehari dan habis satu porsi
Sakit : biasanya 3 kali sehari,dan hanya menghabiskan setengah porsi
2) Minum
Sehat: biasanya minum 6-8 gelas sehari
Sakit :biasanya klien hanya menghabiskan minum 3-5 gelas sehari
b. Eliminasi
1) Miksi
Sehat : biasanya frekuensi BAK sehari 1500 cc
Sakit : biasanya frekuensi BAK sehari 800 cc,karateristiknya warna kekunangan,pekat dan
bau khas

2) Defekasi
Sehat : biasanya frekuensi BAB 1 kali sehari
Sakit : pada saat sakit 1 kali dalam 3 hari karateristik warna kehitaman atau
kemerahan, konsistensi padat dan bau khas

c. Istirahat dan Tidur


Sehat: biasanya jam tidur siang 2 jam dan malam 9 jam sehari
Sakit : biasanya saat sakit susah tidur karena rasa nyeri yang dirasakan di bagian payudara
d. Kebersihan Diri
Sehat : biasanya klien mandi 2 kali sehari,menggosok gigi 2 kali sehari,cuci rambut 1 kali
dalam 2 hari,pakain di ganti sesudah mandi
Sakit : biasanya pada sakit mandi 1 kali sehari,menggosok gigi 1 kali sehari,cuci rambut 2
kali seminggu,pakain di ganti 1 kali sehari.
7) Data sosial ekonomi
Biasanya di tanyakan pada klien tentang pekerjaan, sumber penghasilan dalam keluarga dan
perubahan yang dialami sejak klien sakit, penangguang jawab biaya perawatan klien selama
sakit dan masalah keuangan yang dialami saat ini.
8) Data psikologi
Biasanya keadaan psikologi saat sakit lemas dan takut di rawat di rumah sakit, harapan klien
terhadap penyakitnya dapat segera sembuh setelah diobati,dukungan dari keluarga baik dalam
perubahan terhadap konsep diri tidak seperti biasanya.

9) Data spritual
Biasanya pelaksaanaan ibadah klien selama sakit tertinggal dan agak terganggu di
bandingkan dengan sehat rutin dan rajin beribadah, pandangan klien terhadap penyakit tetap
optimis selama segala penyakit ada obatnya.
10) Pemeriksaan laboratorium/penunjang
a. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat,trombosit
meningkat.
b. Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatini meningkat
c. Tes diagnostik yang biasanya di lakukan pada penderita karsinoma mammae adalah
sinar X, sinar X ini di perlukan selain untuk screening pra-operasi,juga untuk melihat apakah
ada penyebaran kanker ke paru-paru, ultrasonografi : diperlukan bersamaan dengan
mammografi untuk membedakan krista yang berisi cairan dengan jenis lesi lainnya.
d. Respon Hormone
Diperlukan untuk mengetahui adanya peningkatan hormone estrogen dan progesteron.
e. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Pemeriksaan ini di lakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi di curigai ganas. Biopsi
jarum halus dilakukan dengan menusuk tumor dengan jarum halus dan di sedot dengan spuit
10 cc sampai jaringan tumor diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi anatomi untuk
mengetahui apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak (benigna)
f. Penanda tumor(zat yang di hasilkan dan di sekresi oleh sel tumor dan di temukan dalam
serum missal CEA, antigen spesifik frosfat, alfa-fetoprotein, HCG, asam dll)dapat membantu
dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai prognostik
g. Tes kimia skrining
a) Elektrolit(natrium,kalium,kalsium)
b) Tes ginjal (BUN)
c) Tes hepar (bilirubin,AST/SGOT alkalin fosfat,LDH)
d) Tes tulang(alkalin fosfat,kalsium)
h. Sinar X dada
Menyelidiki penyakit paru metastasis
11) Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya fikir
berdasarkan ilmiah,pengetahuan yang sama dengan masalah yang di dapat pada pasien
(Gusneli,2007)

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian diatas kemungkinan dignosa keperawatan yang timbul adalah:
1. Gangguan rasa nyaman :nyeri berhubungan dengan penyakit(kompressi atau
dekstruksi, jaringan saraf, infiltrasi syaraf, atau suplai vaskulernya,obtruksi jaringan syaraf
inflamasi dan adanya penekanan masa tumor(Marilynn E.Doenges, 2000)
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan desakan paru oleh diafragma sekunder
terhadap ancites dan efusi pleura (Marilynn E.Doenges )
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berkenaan dengan kanker, konsekwensi kemoterapi, radiasi,pembedahan
misalnya, anoreksia, iritasi lambung, penyimpangan, rasa mual, distress emosional, control
nyeri batuk (Marilynn E.doenges, 2000)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi,peningkatan
energi (status hipermetabolik) kebutuhan psikologis atau emosional berlebihan dan
perubahan kimia tubuh: efek samping obat-obatan : kemoterapi (Marilynn E.Doenges, 2000)
5. Gangguan intergritas kulit / jaringan berhubungan dengan Penurunan imunologis,
Penurunan status nutrisi, anemia (Marilyn E Dongees,2000).
6. Gangguan rasa nyaman: cemas berhubungan dengan krisis situasi (kanker) ancaman
pada perubahan status kesehatan, fungsi peran, pola interaksi,ancaman kematian, perpisahan
dari keluarga, transmisi atau penularan perasaan interpersonal, perubahan gambaran tubuh
(Marilynn E doenges 2000).
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek samping kemoterapi atau radioterapi
misal kehilangan rambut, mual dan muntah, penurunan berat
badan, impotensi, sterilisasi, kelelahan berlebihan, nyeri tidak terkontrol kecacatan bedah
(Marilynn E.Doenges 2000).
8. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan serta pengobatan penyakit
berhubungan dengan kurang informasi (Marilynn E. Doenges 2000).
3. Rencana Asuhan Keperawatan

Tujuan dan
No Diagnosa
Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
Hasil
1. Gangguan rasa Tujuan : Mandiri:
nyaman : nyeri
nyeri teratasi a. Tentukan riwayat a. Informasi data
berhubungan
nyeri, lokasi nyeri, dasar untuk
dengan proses Kriteria hasil:
frekuensi durasi dan mengevaluasi
penyakit
a. klien intensitas (skala kebutuhan atau
(kompressi atau
menyatakan nyeri 0-10), dan keefektifan intervensi
dekstruksi, jaringan
nyeri berkurang tindakan penghilang
syaraf, infiltrasi
atau hilang yang digunakan
syaraf,
adanya penekanan b. Nyeri tekan b. Evaluasi atau
tumor. tidak ada sadari therapy
tertentu misalnya:
c. Ekspresi wajah pembedahan,
tenang radiasi, b. Ketidaknyamanan
d. Luka sembuh khemoterapi, rentang luas adalah
dengan baik bioterapi, ajarkan umum (misal nyeri
klien dan keluarga insisi, kulit terbakar,
tentang cara nyeri punggung
menghadapinya dan bawah, sakit kepala)
apa yang tergantung pada
diharapkan prosedur atau agen
c. Berikan tindakan yang digunakan
kenyamanan dasar
(misal : reposisi
gosokan punggung)
dan aktivitas
menyenagkan
seperti c. Meningkatkan
mendengarkan relaksasi dan
musik dan membantu
menonton tv, memfokuskan kembali
membaca buku. perhatian
d. Dorong
penggunaan
keterampilan
manajement nyeri
(misal teknik
relaksasi,
visualisasi,
bimbingan
imajinasi) tertawa,
musik,dan sentuhan
teraupetik
d. Memungkinkan
Kolaborasi klien untuk
a. kembangkan berpartisipasi cara
rencana manajemen efektif dan
nyeri dengan klien meningkatkan rasa
dan dokter kontrol

b. Berikan
analgesik sesuai a. rencana
dengan indikasi terorganisasi
mengembangkan
kesempatan untuk
kontrol nyeri terutama
dengan nyeri kronis,
klien atau
orangterdekat harus
aktif menjadi
partisipasin dalam
manajemen nyeri di
rumah
b. Nyeri tekan adalah
komplikasi dari
kanker, meskipun
respon individual
berbeda.saat
perubahan penyakit
atau pengobatan
terjadi,penilaian dosis
dan pemberian akan di
perlukan
2. Ketidak efektifan Tujuan : Mandiri:
pola nafas
pola nafas a. Atur posisi klien a. Isi rongga abdomen
berhubungan
kembali efektif senyaman mungkin terdorong kebawah
dengan efek dari
dengan sehingga tidak
desakan paru oleh Kriteria hasil :
meninggikan daerah mendesak diafragma
difragma sekunder
a. Bunyi nafas kepala
terhadap ancites
dan efusi pleura vesikuler
b. Monitor vital
b. Perubahan dari
b. RR normal(20- signs
vital sisgn dapat di
24x/menit)
jadikan sebagai
c. Tidak ada pedoman untuk
tanda-tanda mengambil keputusan
sianosis dan dalam tindakan
pucat selanjutnya

d. Tidak ada c. Dengan nafas dalam


sputum diharapkan dapat
mempelancar O2
keparu-paru
c. Anjurkan klien
nafas dalam dengan
menarik nafas
melalui hidung dan
mengeluarkan
melalui mulut
secara pelan-pelan
d. Dengan adanya
d. Diskusikan
diskusi dengan klien
penyebab dari sesak
diharapkan klien
nafas klien
menerima Apa
penyebab dari sesak
nafas

a. pemberian oksigen
Kolaborasi: yang sesuai dengan
a. Kolaborasi program akan lebih
dengan dokter bermanfaat bagi klien
dalam pemberian dalam mengatasi sesak
nafas dan mensuplai
oksigen O2 yang mencukupi
b. Mencegah
kekeringan mukosa
membran,mengurangi
kekentalan secret dan
memperbesar ukuran
lumen trakeobroncial
b. Kolaborasi
dengan tim dokter
dalam pemberian
obat-
obatan(ekspektoran
dan bronkodilator)
3. Gangguan Tujuan: Mandiri:
pemenuhan
Kebutuhan nutrisi a. pantau a. Mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
terpenuhi masukan makanan kekuatan atau
berhubungan
setiap hari. biarkan defisiensi nutrisi
dengan intake yang Kriteria hasil:
pasien menyimpan
tidak adekuat,mual
a. nafsu makan buku harian tentang
dan muntah
meningkat makanan sesuai
dengan indikasi
b. klien tidak
lemah b. Ukur tinggi,
berat badan, dan
c. Penambahan ketebalan trisep
berat badan yang (atau pengukuran
progresif,dan antropometrik lain
bebas dari tanda- sesuai dengan
tanda malnutrusi indikasi, timbang b. Membantu dalam

d. Hb normal(12- berat badan setiap mengidentifikasi


14 gr/dl) hari) malnutrisi protein,
kalori, khususnya bila
c. Dorong klien berat badan dan
makan diet tinggi pengukuran
kalori kaya nutrient antropometri kurang
, dengan masukan dari normal
cairan adekuat
d. Nilai diet
sebelum dan segera
pengobatan misal
makanan bening,
cairan dingin, c. Kebutuhan jaringan
skrekers kering, roti metabolik ditingkatkan
panggang,minuman begitu juga
karbonat, berikan cairan(untuk
cairan 1 jam menghilangkan produk
sebelum atau 1 jam sisa)
setelah makan
d. Keefektifan
e. Control faktor penilaian diit sangat
lingkungan individual dalam
misalnya bau kuat penghilangan mual
atau tidak sedap pasca terapi
atau
kebisingan.hindari
makanan terlalu
manis,berlemak
atau makanan pedas
Kolaborasi:
a. tinjau ulang
pemeriksaan
laboratorium sesuai
dengan indikasi
misal limfosi total ,
transferin
serum,dan albumin

e. Dapat menriger
respon mual atau
muntah

a. Membantu
mengidentifikasi
derajat
ketidakseimbangan
biokimia atau
malnutrisi dan
mempengaruhi pilihan
intervensi diet

4 Intoleransi Tujuan: kembali Mandiri :


aktivitas melakukan
a. Rencana a. Periode istirahat
berhubungan aktivitas
keperawatan untuk sering diperlukan
dengan penurunan
Kriteria : memungkinkan untuk memperbaiki
produksi
periode istirahat atau menghemat
energy,peningkatan a. Melaporkan
energi
energy (status perbaikan rasa b. Buat tujuan
hipermetabolik) berenergi aktivitas realitas b. Memberikan rasa
dengan pasien control dan mampu
b. Melakukan
menyelesaikan
aktivitas dan c. Dorong
berpartisipasi pasien untuk c. Meningkatkan
dalam melakukan apa saja kekuatan/stamina dan
beraktivitas yang bila mungkin memampukan pasien
di inginkan pada misalnya mandi menjadi lebih aktif
tingkat duduk,bangun dari tanpa kelelahan yang
kemampuan kursi, dan berarti.
berjalan.tingkat
aktivitas sesuai
dengan
kemampuan.
d. Pantau respon
fisiologi
aktivitas,perubahan
pada TD atau
frekuensi d. Toleransi sangat
jantung/pernafasan. bervariasi tergantung
pada tahap proses
Kolaborasi : penyakit.
a. Berikan 02
suplemen sesuai
indikasi

a. Adanya
anemia/hipoksemia
menurunkan
ketersediaan 02 untuk
ambilan seluler dan
memperberat
keletihan.

5 Gangguan rasa Tujuan Mandiri :


aman : cemas :Kecemasan
a. Tinjauan a. Membantu
berhubungan berkurang
ulang pengalaman dalam
dengan krisis
Kriteria hasil : pasien / orang mengidentifikasi rasa
situasi (kanker),
terdekat takut dan kesalahan
ancaman pada a. klien
sebelumnya dengan konsep berdasarkan
perubahan status tampak tenang
kanker. pada pengalaman
kesehatan,fungsi
b. Mau dengan kanker.
peran perubahan
gambaran tubuh berpartisipasi
b. Memberikan
dalam program b. Mendorong
terapi perasaan pasien kesempatan untuk
untuk memeriksa rasa takut
mengungkapkan realitas serta kesalahan
pikiran dan konsep tentang
perasaan. diagnosis.
c. Berikan c. Membantu
lingkungan terbuka pasien untuk merasa di
dimana pasien terima pada adanya
merasa aman untuk kondisi tanpa ada
menduskusikan atau perasaan dihakimi dan
menolak untuk meningkatkan rasa
bicara. terhormat dan kontrol.
d. Bantu pasien d. Keterampilan
atau orang terdekat koping sering rusak
dalam mengalami setelah diagnosis dan
dan mengklasifikasi selama fase
rasa takut untuk pengobatan yang
memulai berbeda. dukungan
mengembangkan dan konseling sering
strategi koping perlu untuk
untuk menghadapi memungkinkan
individu mengenal dan
rasa takut.
menghadapi rasa takut
dan untuk meyakini
bahwa strategi kontrol
atau koping tersedia.
e. Memberikan
e. Mempertahankan keyakinan bahwa
kontrak sering pasien tidak sendiri
dengan atau di tolak : berikan
pasien,bicara respek dan penerimaan
dengan menyentuh individu.
pasien dengan tepat.
f. Dorong pasien f. Proses
untuk kehilangan bagian
mengekspresikan tubuh membutuhkan
perasaannya. penerimaan, sehingga
pasien dapat membuat
rencana untuk masa
depannya.
g. Reaksi umum
terhadap tipe prosedur
dan kebutuhan dapat
g. Diskusikan di kenali dan di ukur.
tanda dan gejala
depresi.

4. Implementasi
Merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan pada kasus kanker payudara
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) khususnya pada
kanker payudara diman ini telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Lukman
and Sorensen, 2000).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses akhir dari keperawatan khususnya pada kanker payudara
dengan cara identifikasi/ melihat sejauh mana tujuan dari implementasi kanker payudara
tercapai atau tidak (Lukman and Sorensen, 2000).

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth. 2001 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 .Jakarta :
EGC

2. Brunner & Suddarth. 2001 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2 .Jakarta :
EG

3. Donengoes Marilynn E.2000 Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3,Jakarta EGC

4. Dyayidi.2009 praktik SADARI dikalangan remaja putri dalam hal ini siswa SMA
Negeri dan Swasta.www.eprints.undip.ac.id

5. Nugroho ,Taufan 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas,Anak, Bedah, dan Penyakit


Dalam Yogyakarta : Nuha Medika

6. Program Studi D-III Keparatan stikes Mercubaktijaya Padang .2012.panduan study


kasus.padang
7. Rahayu Wahyu .2011.Menggali,Mencegah dan mengobati 35jenis kanker
..Jakarta : Victory Inti Cipta

8. Rasjidi Iman .2009 Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker . Jakarta : CV Sagung Seto

9. Sjamsuhidajat R.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah,Edisi Revisi.Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai