PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan pada
payudara, berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun
komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan
payudara (Rasjidi, 2010).
Kanker payudara memiliki dampak fisik, psikologis dan sosial. Dampak fisik berupa
penurunan fungsi salah satu organ tubuh yang dioperasi atau di amputasi, rasa nyeri dan
perubahan fisik karena efek samping dari pengobatan yang dijalani pasien. Dampak
psikologis dapat berupa reaksi psikologis terhadap diagnosa kanker payudara yang harus
dihadapi, rangkaian terapi atau pengobatan yang di jalani pasien dan kondisi fisik yang baru.
Dampak sosial yang dapat terjadi yaitu perubahan status sosial karena kehilangan pekerjaan
dari tempat pasien, perubahan peran dan tugas karena tidak mampu melakukan tugasnya
sebagai salah satu anggota keluarga (Rachmadahniar,2005).
Menurut Kumar dkk (2009), kurva insident usia pada kanker payudara bergerak naik
terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang di temukan pada wanita usia 20 tahun. Angka
tertingi pada usia 45-66 tahun.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia
adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar, kanker lambung dan kanker
hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima
besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kanker getah bening, kulit dan
kanker nasofaring. Kanker payudara merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita.
Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Kanker payudara
merupakan penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita yaitu sekitar 19%. Lima
data terakhir menunjukkan bahwa kema tian akibat kanker payudara pada wanita
menunjukkan angka ke 2 tertinggi (WHO).
Payudara di miliki oleh setiap orang, lelaki maupun wanita. Pada lelaki payudara
mengalami rudimeter dan tidak penting, sedangkan wanita menjadi berkembang dan penting.
Payudara merupakan salah satu organ paling penting bagi wanita yang erat kaitannya dengan
fungsi reproduksi dan kewanitaan (kecantikan). Karena itu gangguan payudara tidak sekedar
memberikan gangguan kesakitan sebagaimna penyakit pada umumnya, tetapi juga akan
mempunyai efek estetika dan psikologis khusus (bustan, 2000).
Amerika Serikat tercatat lebih dari lebih dari 190.000 kasus baru dan 40.000
kematian.Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita usia 50
keatas, sedangkan 6% nya pada usia kurang dari 40 tahun.Di Negara Indonesia jumlah kanker
payudara didapatkan kurang lebih 200 juta populasi atau 23.140 kasus baru setiap tahun
(Emir & Suyatno,2010).
Menurut Ramli dkk (2010), di dapatkan jumlah penderita kanker payudara stadium
IIIA dan IIIB sebanyak 43,4%, Stadium IV sebanyak 14,3 %, berbeda dengan negara maju
dimana kanker payudara ditemukan lebih banyak dalam stadium dini.
Dari data yang penulis kumpulkan di RSUP DR.M. DJAMIL Padang tercatan angka
kejadian penderita kanker payudara meningkat 3 tahun terakhir. Yaitu pada tahun 2011
wanita yang mengidap kanker payudara yaitu 234 orang diantaranya 14 orang meninggal
dunia , pada tahun 2012 terhitung sebanyak 272 orang orang wanita mengidap kanker
payudara diantaranya 13 orang meninggal dunia, sedangkan pada tahun 2013 terhitung 312
orang wanita terkena kanker payudara diantaranya 11 orang meninggal dunia.
Peran perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien kanker payudara yaitu
melalui upaya promotif,prepentif,kuratif dan rehabilitas.Upaya promotif meliputi pemberian
pendidikan kesehatan tentang penyakit kanker payudara,upaya preventif yaitu mencegah
infeksi pada luka post op dengan cara perawatan luka dengan teknik aseptik dan
antiseptik,upaya kuratif meliputi pemberian pengobatan dan penganjuran klien untuk
mematuhi terapi,serta upaya rehabilitative meliputi perawatan luka di rumah dan
menganjurkan untuk meneruskan terapi yang telah diberikan.Peran perawat dalam aspek
psikologis yaitu memberikan informasi dan dukungan positif kepada jlien tentang proses
pengobatan yang akan di jalani bahwa itu adalah alternative untuk pengobatan
Berdasarkan data tersebut maka dari itu, penulis tertarik untuk mengangkat masalah kanker
payudara pada studi kasus ini supaya bisa memberikan asuhan keperawatan secara mendalam
terhadap klien dengan masalah kanker payudara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
‘’Bagaimana menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker payudara di ruang
HCU RSUP DR M.DJAMIL Padang”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien kanker payudara di ruang Interne
penyakit dalam (HCU) RSUP DR M.DJAMIL Padang tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan kanker payudara
b) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan terhadap klien dengan kanker payudara
c) Mampu membuat perencanaan terhadap klien dengan kanker payudara
d) Mampu melakukan tindakan keperawatan terhadap klien dengan kanker payudara
e) Mampu mengevaluasi dari tindakan keperawatan yang telah diberikan terhadap
klien dengan kanker payudara
f) Mampu melakukan pedokumentasian asuhan keperawatan terhadap klien dengan
kanker payudara.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan studi kasus ini adalah :
1. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti sendiri dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan kanker payudara
2. Bagi institusi RSUP Dr.M.DJAMIL Padang
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi institusi kesehatan dan tenaga kesehatan dalam
rangka meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap kanker payudara.
3. Bagi Akademik
Dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau masukan untuk menambah wawasan bagi
pembaca tentang payudara.
4. Bagi Klien dan Keluarga
Dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan mampu memahami tentang penyakit kanker
payudara serta penatalaksanaanya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Keterangan:
1. Korpus (badan)
2. Areola
3. Papilla atau puting
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit,di atas otot
dada.Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.Manusia mempunyai
sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan
saat menyusui 800 gram. Pada payudara terdapat tiga bagian utama yaitu:
1) Korpus
Korpus (badan ) yaitu bagian yang membesar. Alveolus, yaitu unit terkecil yang
memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner,jaringan lemak, sel plasma, sel otot
polos, dan pembuluh darah. Lobulus,yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus,yaitu beberapa
lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.ASI disalurkan dari
alveolus ke dalam saluran kecil(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung
membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2) Areola
Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola
yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam putingndan bermuara ke luar. Di dalam
dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat
memompa ASI keluar.
3) Papilla / Puting
Papila atau Puting,yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Bentuk puting ada 4, yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam
(inverted).
3. Etiologi
Tidak satupun penyebab spesifik dari kanker payudara,sebaliknya serangkaian faktor
genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt menunjang terjadinya kanker
ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan
dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum
diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan
pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan kanker payudara. Hormon
steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker payudara. Dua
hormon ovarium utama-estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan
seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara (Brunner dan
Sudart, 2001).
Faktor resiko timbul kanker payudara terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di ubah
(unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu :
Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable)
1) Umur
Semakin bertambahnya umur meningkat resiko kanker payudara. Wanita paling sering
terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah wanita 40
tahun juga dapat terserang kanker payudara, namun resikonya lebih rendah dibandingkan
wanita berusia diatas 40 tahun.
4. Patofisiologi
Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya perubahan genetik
berkaitan dengan kanker payudara namun ap yang menyebabkan genetik masih belum
diketahui.Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui namun
bisa diindentifikasi melalui beberapa faktor resiko,faktor ini penting dalam membantu
mengembangkan program pencegahan.Hal yang selalu harus diingat adalah bahwa 60% yang
di diagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor resiko yang terindentifikas kecuali
lingkungan hormonal mereka.Di masa kehidupan,wanita dianggap beresiko untuk mengalami
kanker payudara,namun mengidentifikasi faktor resiko merupakan cara untuk
mengidentifikasi wanita yang mungkin diuntungkan dari kelangsungan hidup yang harus
meningkat dan pengobatan dini (Prince,A Sylvia.2006).
Kanker payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini
akan berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma.Karsinoma membutuhkan
waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar
untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm).Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari
karsinoma mammae telah bermetastasis. Karsinoma mammae bermetastasis dengan
penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran
darah (Prince, Sylvia, Wilson Lorrairee M,1995).
Nyeri
Perfusi jaringan
Infiltrasi pleura perietale
terganggu
Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa
kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk
mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan
penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini,
kemungkinan sembuh penderita adalah 30-40%.
3) Staium III A
Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas di jaringan
sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu sama lain. Menurut data Depkes,
87% kanker payudara ditemukan pada stadium ini.
4) Stadium III B
Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema(lebih dari sepertiga
permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening axila melekat satu sama lain atau
ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm. Kanker sudah menyebar pada seluruh bagian
payudara,bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.
5) Stadium IV
Tumor seperti pada stadium I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening
axila supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian
tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di batang
leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah mengangkat payudara. Tujuan pengobatan pada
palliative bukan lagi kuratif(menyembuhkan).
8. Komplikasi
1. Limpedema
limfedema terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe bersirkulasi umum
tidak berfungsi dengan kuat. Jika nodus axilaris dan sistem limfe di angkat maka sistem
kolater dan axilaris harus mengambil ahli fungsi mereka. Limfedema dapat dicegah dengan
meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi yang prokximal. Jika terjadi limfedema
keluasan biasanya berhubungan dengan jumlah saluran limfatik kolateral yang diangkat
selama pembedahan (Brunner & Suddharta,2011).
2. Sidroma hiperkalsemik
Sidroma hiperkalsemik terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang meningkatkan kadar
kalsium darah/ hormon yang secara langsung mempengaruhi tulang.
9. Pemeriksaan Diagnostik
Ada beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi 2 yaitu non invasive dan
invasive.
a. Non Invasive
1. Mammografi
Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar X yang diradiasikan
pada payudara. Kelebihan mammografi adalah kemampuan mendeteksi tumor yang belum
teraba (radius 0,5 cm) sekalipun masih dalam stadium dini.Waktu yang tepat untuk
melakukan mammografi pada wanita usia produktif adalah hari ke 1-14 dari siklus haid. Pada
perempuan usia nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini
berbeda-beda berkisar antara 83%-95%.
2. Ultrasound
Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat berguna dan akurat
dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan akurat dalam membedakan antara kista
dengan massa padat.Namun untuk masa yang lebih kecil antara 5-10 mm tidak dapat
divisualisasi dan ma ssa pada jaringan lemak payudara sulit dievaluasi. Keuntungannya
adalah tidak ada radiasi dan tidak ada nyeri.
3. Computed Tomografi dan Magnetic Resonance Imaging Scans
Penggunaan CT dan MRI untuk scanning untuk mengevaluasi kelainan payudara
sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini mengambil peran dalam mengevaluasi
axila, mediastinum dan area supralivikula untuk adenopati dan membantu dalam melakukan
stging pada proses keganasan.
b. Invasiv
1. Sitologi Aspirasi
Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran 20 atau yang lebih
kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang dicuriga, lalu dismear di atas slide
dan difiksasi segera dan diwarnai untuk evaluasi sitologi. Jika specimen diambil secara tepat,
prosedur ini sangat akurat. Namun pemeriksaan ini tidak dapat untuk memeriksa gambaran
histopatologi jaringan sebab pemeriksaan ini tidak mampu mengambil struktur jaringan
sekitar. Teknik stereotaktik untuk sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum
diamerika serikat. Kelemahan teknik ini adalah ketidak mampuan untuk menentukan secara
akurat resptor estrogen dan progesterone pada specimen yang sangat kecil. Untuk menegtahui
resptor menggunakan teknik ini sudah dikembangkan namun masih belum merata
keberadaanya dilaboratorium patologi anatomi.
2. Core Needle Biopsy (CNB)
Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering dilakukan. Hal
tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspires jarum. CNB lebih akurat dan bisa
digunakan untuk menentukan reseptor estrogen dan progesterone serta bisa dilakukan untuk
memeriksa gambaran histopatologi.
3. Biopsy
Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound. Biopsi
TerbukaTerdapat berbagai macam teknik biopsy terbuka yaitu:
a. Biopsy Eksisi
Istilah biopsy Eksisi merujuk pada istilah yang berarti dengan mengangkat seluruh
massa yang terlihat dan biasanya dengan sedikit batas jaringan yang sehat. Hal tersebut perlu
direncanakan secara hati-hati dan curiga lesinya bersifat gana. Kebanyakan boipsi bisa
dilakukan dengan lokal anestesi. Namun dengan kenyamanan pasien biasa dilakukan dengan
sedasi intravena. Poting beku biasa dilakukan dan bisa disimpan untuk tes resptor estrogen
dan progesterone.
b. Biopsi Insisi
Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy eksisi biasanya dilakukan
biopsy insisi dengan hanya mengambil sedikit jaringan. Hal ini bisa dilakukan dalam anestesi
lokal dan cukup nyaman pada pasien poli.
c. Needle-Guided Biopsy (GNB)
Skrinning mammografi bisa digunakan untuk melihat lesi mencurigakan sebelum
muncul secara klinis. Dan hal tersebut bisa dijadikan petokan dalam melakukan biopsy jarum
dengan bantuan mammografi. Teknik ini dilakukan atas dasar prinsip menghilangkan lesi
secara presisi tanpa mengorbankan jaringan sehat sekitar. Pasien dilakukan mamografi yang
disesuaikan dengan film aslinya dan dilakukan introduks berdasarkan gambaran film tersebut.
Jadi bisa disimpulkan NGB merupakan biopsy dengan bantuan mamograf.
d. Ultrasound-Guided Biopsy (UGB)
Untuk lesi yang tidak teraba anamun terlihat gambarannya melalui ultrasound. Bisa
dilakukan dengan pasien pada posisi supine, dan payudara discan menggunakan tranducer.
Lalu kulitnya ditandai dengan pensil; lalu dilakukan biopsy secara standard. Aspirasi kista
juga bisa dilakukan dengan bantuan ultrasound.
e. Nipple Discharge Smear (NDS)
Setelah menekan daerah puting maka akan keluar cairan .cairan yang bisa keluar bisa
diusap pada gelas kaca difikasi dan dapat dilihat untuk dievaluasi secara sitologi. Dilaporkan,
sitologi dari NDS memiliki hasil negative palsu sebesar 18% dan positif sebesar 2,5% jadi
dibutuhkan ketelitian dan kehatihatian dalam menginterprestasi hasil tersebut.
f. Nipple Biopsy
Perubahan epithelium dari puting sering terkait dengan gatal atau nipple discharge
biasa diperbolehkan untuk dilakukan biopsy puting. Sebuah potongan nipple /areola complex
bisa dieksisi dalam lokal anatesi dengan tepi minimal.
10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya tergantung
pada stadium klinik payudara. Pengobatan kanker payudara biasanya meliputi
pembedahan/ operasi, radioterapi/ penyinaran,kemoterapi, dan terapi
hormonal. Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi dalam
beberapa kombinasi.
1. Pembedahan/operasi
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara yang
terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan pada kanker payudara
stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif (menyembuhkan) maupun paliatif
(menghilangkan gejala-gejala penyakit).
Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan dengan 3 cars yaitu:
a. Masektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan sebagian dari
payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian pemberian terapi. Biasanya
lumpektomi direkomendasikan pada penderita yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan
letaknya di pinggir payudara.
b. Masektomi total (masetomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi
bukan kelenjer di ketiak.
c. Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan
payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.
2. Radioterapi
Radiologi yaitu proses penyinaraan pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih
terisisa di payudara setelah payudara.tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh
menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam, serta
Hb dan leukosit cendrung menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini biasanya
diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil
cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini
diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah menyebar ke
bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah
serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
4. Terapi hormonal
Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone estrogen, oleh karena
itu tindakan mengurangi pembentukan hormone dapat menghambat laju perkembangan sel
kanker, terapi hormonal disebut juga dengan therapi anti estrogen karena system kerjanya
menghambat atau menghentikan kemampuan hormone estrogen yang ada dalam menstimulus
perkembangan kanker pada payudara
11. Pencegahan Kanker Payudara
Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insidens
kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurun angka kematian akibat kanker
payudara.
a. Pencegahan Primodial
Pencegahan primodial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang sehat
yang memiliki faktor resiko. Upaya yang dimaksudkan dengan menciptakan kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak mendapat dukungan dasar dari
kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Pencegahan primodial dilakukan melalui
promosi kesehatan yang ditunjukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang sudah
memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan melalui
upaya menghindari diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko dan melaksanakan pola
hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan insiden kanker
payudara yang dapat dilakukan dengan:
1. Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.
2. Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolahraga.
3. Menghindari terlalu banyak terkena sinar X atau jenis radiasi lainnya.
4. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat.Serat akan menyerap zat-zat
yang bersifat karsinigen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui feces.
5. Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahan seperti tahu atau tempe. Kedelai
mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein yang berfungsi
sebagai ektrogen nabati (fitoestrogen). Ektrogen nabati ini akan menempel pada reseptor
estrogen sel-sel epitel saluran kelenjer susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk
menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker.
6. Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang mengandung
vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia, seperti jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya, mangga,
brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian.
Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri dari pada oleh
dokter. Karena itu, wankita hares mewaspadai setiap [perubahan yang terjadi pada payudara.
Untuk mengetahui perubahan-perubahantersebut dilakukan pemeriksaan sederhana yang
disebut pemeriksaan payudar sendiri (SADARI). SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan
secara teratur. Cara ini sangat efektif di Indonesia karena tidak semua rumah sakit
menyediakan fasilitas pemeriksaan memadai. Kebiasaan ini memudahkan kita untuk
menemukan perubahan pada payudara dan bulan ke bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan
pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan
minimal dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada
pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Jikan suadah menopause maka pilihlah satu
hari tertentu, misalnya hari pertama untuk mengingatkan melakukan SADARI setiap bulan.
17,23 SADARI dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut
Langkah 1 : Berdiri didepan cermin, pandanglah kedua payudara. Letakkan kedua tangan
dipinggang dan dorong siku ke depan agar otot-otot dada menegang. Perhatikan
kemungkinan adanya perubahan yang tidak biasa seperti cairan dari puting, pengerutan,
penarikan atau
pengelupasan kulit (gambar 1) .
Langkah 2 : Lebih diarahkan perhatian kecermin, tangkaplah kedua
tangan di belakang kepal dan tekan ke depan (gambar 2).
Langkah 3 : Angkat lengan kanan. Pergunakan 3-4 jari tangan kiri
untuk memeriksa payudara kanan secara lembut, hati
hati dan secara menyeluruh. Dimulai dari bagian tepi sisiluar, tekankan ujung jari tangan
membentuk lingkaran itu secara lambat seputar payudara. Secara bertahap lakukan kearah
puting. Pastikan mencakup seluruh payudara. Berikan perhatian khusus di daerah antara
payudara dengan ketiak, termasuk bagian ketiak kiri. akan untuk setiap ganjalan yang tidak
biasa atau di bawah kulit (gambar 3 dan 4).
Langkah 4 : Dengan lembut, pijit puting susu dan lihat jika ada cairan yang keluar. Tidak
normal apabila keluar darah atau adanya cairan yang spontan (gambar 5).
Langkah 5 : Ulangi langkah (3) dan (4) dengan posisi berbaring. Berbaringlah di tempat
dengan permukaan rata. Berbaringlah dengan lengan kanan dibelakang kepala dan bantal
kecil atau lipatan handuk diletakan di bawah pundak. Posisi menyebabkan payudara menjadi
rata dan membuat pemeriksaan lebih mudah. Lakukan gerakan melingkar yang sama seperti
pada tahap (3) dan (4). Lakukan pula untuk payudara kiri (gambar 6)
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi
akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnosa dan deteksi
dini dan pemberian pengobatan.
c. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
d. Dada atau Thorak
a) Inspeksi
Pada stadium 1
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh
pembengkakan pada payudara,dengan ukuran 1-2 cm.
Pada stadium 2
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang juga disebabkan payudara
dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.
Pada stadium 3A
biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan
tumor yang sudah meluas dalam payudara besar tumor 5-10 cm.
Pada stadium 3B
bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan
kanker sudah melebar ke seluruh bagian payudara,bahkan mencapai kulit, dinding
dada,tulang rusuk,dan otot dada.
Pada stadium 4
Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan
mestastase jauh keorgan lain seperti paru-paru.
b) Palpasi
Pada stadium 1
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain
Pada stadium 2
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain
Pada stadium 3A
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain
Pada stadium 3B
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain seperti tulang rusuk, dinding dada dan otot dada .
Pada stadium 4
biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga disebabkan oleh karena kanker sudah
metastase ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru sehingga mengakibatkan paru –paru
mengalami kerusakan dan tidak mampu melakukan fungsinya.
c) Perkusi
Pada stadium 1
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien.
Pada stadium 2
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien karena kanker belum
mengalami metastase.
Pada stadium 3A
Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru karena kanker belum metastase.
Pada stadium 3B
biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di temukan pada infiltrate paru dimana parenkim
paru lebih padat / mengadung sedikit udara dan bunyi pekak pada paru-paru paien yang
disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan berisi cairan disebut dengan efusi pleura jika
kanker telah bermetastase pada organ paru.
Pada stadium 4
biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru pasien yang disebabkan pada paru-paru
pasien didapatkanberisi cairan yang disebut dengan efusi pleura akibat metastase dari kanker
mammae yang berlanjut,dan nafas akan terasa sesak.
d) Auskultasi
Pada stadium 1
biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir terdengar seluruh lapangan pare dan
inspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. suara nafas tambahan
tidak ada, seprti ronchi (-) dan wheezing (-)
Pada stadium 2
biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru clan inspirasi
lebih panjang lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. Biasanya buni nafas klien juga
dapat terdengar bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti
ronchi (-) dan wheezing (-)
Pada stadium 3 A
Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru dan inspirasi
yang lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi, dan bronkovesikuler
yaitu pada daerah suprasternal, interscapula: campuran antara element vaskuler dengan
bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti : Ronchi (+) dan wheezing (-)
Pada stadium 3 B
biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras
nadanya lebih tinggi dari pada inspirasi dan terdengar dan terdapat suara nafas tambahan
seperti: Ronchi dan Wheezing ini disebabkan oleh kanker sudah menyebar ke seluruh bagian
payudara, dan mencapai ke dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi paru dan compressive atelektasis.
Pada stadium 4
biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih
keras, nadanya lebih tinggi, dari pada inspirasi dan terdengar. Dan terdapat
suara tambahan seperti : Ronchi dan wheezing. Ini disebabkan oleh kanker metastase ke
bagian tubuh lainnya seperti parupare sehingga mengakibatkan terj adnnya penurunan
ekspansi
paru dan compressive atelektasis sehingga terjadi penumpukan secret pada daerah lobus paru.
e. Jantung (Kardiovaskuler)
1. Inspeksi
Biasanya iktus tidak terlihat
2. Palpasi
Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
3. Perkusi
Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC II, linea staralis dektra, batas jantung kiri
RIC V,1 jari media linea clavukularis sinistra)
f. Auskultasi
Biasanya irma jantung murni,murmur (-)
g. Mammae (payudara)
1. Inspeksi
Biasanya ada benjolan yang menekan payudara.adanya ulkus dan berwarna merah dan
payudara mengerut seperti kulit jeruk
2. Palpasi
Teraba benjolan payudara yang mengeras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran
kelenjar getah bening diketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
h. Perut
1. Inspeksi
Biasanya tidak ada pembesaran
2. Palpasi
Biasanya bising usus (-)
3. Perkusi
Biasanya lien dan hepar tidak teraba
4. Auskultasi
Tympani
i. Genitourinaria
Biasanya genetalia bersih
j. Ekstremitas
Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi
k. Sistem intergument
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor kulit klien tidak elastis
6) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
1) Makan
Sehat: biasanya makan 3 kali sehari dan habis satu porsi
Sakit : biasanya 3 kali sehari,dan hanya menghabiskan setengah porsi
2) Minum
Sehat: biasanya minum 6-8 gelas sehari
Sakit :biasanya klien hanya menghabiskan minum 3-5 gelas sehari
b. Eliminasi
1) Miksi
Sehat : biasanya frekuensi BAK sehari 1500 cc
Sakit : biasanya frekuensi BAK sehari 800 cc,karateristiknya warna kekunangan,pekat dan
bau khas
2) Defekasi
Sehat : biasanya frekuensi BAB 1 kali sehari
Sakit : pada saat sakit 1 kali dalam 3 hari karateristik warna kehitaman atau
kemerahan, konsistensi padat dan bau khas
9) Data spritual
Biasanya pelaksaanaan ibadah klien selama sakit tertinggal dan agak terganggu di
bandingkan dengan sehat rutin dan rajin beribadah, pandangan klien terhadap penyakit tetap
optimis selama segala penyakit ada obatnya.
10) Pemeriksaan laboratorium/penunjang
a. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat,trombosit
meningkat.
b. Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatini meningkat
c. Tes diagnostik yang biasanya di lakukan pada penderita karsinoma mammae adalah
sinar X, sinar X ini di perlukan selain untuk screening pra-operasi,juga untuk melihat apakah
ada penyebaran kanker ke paru-paru, ultrasonografi : diperlukan bersamaan dengan
mammografi untuk membedakan krista yang berisi cairan dengan jenis lesi lainnya.
d. Respon Hormone
Diperlukan untuk mengetahui adanya peningkatan hormone estrogen dan progesteron.
e. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Pemeriksaan ini di lakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi di curigai ganas. Biopsi
jarum halus dilakukan dengan menusuk tumor dengan jarum halus dan di sedot dengan spuit
10 cc sampai jaringan tumor diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi anatomi untuk
mengetahui apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak (benigna)
f. Penanda tumor(zat yang di hasilkan dan di sekresi oleh sel tumor dan di temukan dalam
serum missal CEA, antigen spesifik frosfat, alfa-fetoprotein, HCG, asam dll)dapat membantu
dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai prognostik
g. Tes kimia skrining
a) Elektrolit(natrium,kalium,kalsium)
b) Tes ginjal (BUN)
c) Tes hepar (bilirubin,AST/SGOT alkalin fosfat,LDH)
d) Tes tulang(alkalin fosfat,kalsium)
h. Sinar X dada
Menyelidiki penyakit paru metastasis
11) Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya fikir
berdasarkan ilmiah,pengetahuan yang sama dengan masalah yang di dapat pada pasien
(Gusneli,2007)
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian diatas kemungkinan dignosa keperawatan yang timbul adalah:
1. Gangguan rasa nyaman :nyeri berhubungan dengan penyakit(kompressi atau
dekstruksi, jaringan saraf, infiltrasi syaraf, atau suplai vaskulernya,obtruksi jaringan syaraf
inflamasi dan adanya penekanan masa tumor(Marilynn E.Doenges, 2000)
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan desakan paru oleh diafragma sekunder
terhadap ancites dan efusi pleura (Marilynn E.Doenges )
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berkenaan dengan kanker, konsekwensi kemoterapi, radiasi,pembedahan
misalnya, anoreksia, iritasi lambung, penyimpangan, rasa mual, distress emosional, control
nyeri batuk (Marilynn E.doenges, 2000)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi,peningkatan
energi (status hipermetabolik) kebutuhan psikologis atau emosional berlebihan dan
perubahan kimia tubuh: efek samping obat-obatan : kemoterapi (Marilynn E.Doenges, 2000)
5. Gangguan intergritas kulit / jaringan berhubungan dengan Penurunan imunologis,
Penurunan status nutrisi, anemia (Marilyn E Dongees,2000).
6. Gangguan rasa nyaman: cemas berhubungan dengan krisis situasi (kanker) ancaman
pada perubahan status kesehatan, fungsi peran, pola interaksi,ancaman kematian, perpisahan
dari keluarga, transmisi atau penularan perasaan interpersonal, perubahan gambaran tubuh
(Marilynn E doenges 2000).
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek samping kemoterapi atau radioterapi
misal kehilangan rambut, mual dan muntah, penurunan berat
badan, impotensi, sterilisasi, kelelahan berlebihan, nyeri tidak terkontrol kecacatan bedah
(Marilynn E.Doenges 2000).
8. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan serta pengobatan penyakit
berhubungan dengan kurang informasi (Marilynn E. Doenges 2000).
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan dan
No Diagnosa
Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
Hasil
1. Gangguan rasa Tujuan : Mandiri:
nyaman : nyeri
nyeri teratasi a. Tentukan riwayat a. Informasi data
berhubungan
nyeri, lokasi nyeri, dasar untuk
dengan proses Kriteria hasil:
frekuensi durasi dan mengevaluasi
penyakit
a. klien intensitas (skala kebutuhan atau
(kompressi atau
menyatakan nyeri 0-10), dan keefektifan intervensi
dekstruksi, jaringan
nyeri berkurang tindakan penghilang
syaraf, infiltrasi
atau hilang yang digunakan
syaraf,
adanya penekanan b. Nyeri tekan b. Evaluasi atau
tumor. tidak ada sadari therapy
tertentu misalnya:
c. Ekspresi wajah pembedahan,
tenang radiasi, b. Ketidaknyamanan
d. Luka sembuh khemoterapi, rentang luas adalah
dengan baik bioterapi, ajarkan umum (misal nyeri
klien dan keluarga insisi, kulit terbakar,
tentang cara nyeri punggung
menghadapinya dan bawah, sakit kepala)
apa yang tergantung pada
diharapkan prosedur atau agen
c. Berikan tindakan yang digunakan
kenyamanan dasar
(misal : reposisi
gosokan punggung)
dan aktivitas
menyenagkan
seperti c. Meningkatkan
mendengarkan relaksasi dan
musik dan membantu
menonton tv, memfokuskan kembali
membaca buku. perhatian
d. Dorong
penggunaan
keterampilan
manajement nyeri
(misal teknik
relaksasi,
visualisasi,
bimbingan
imajinasi) tertawa,
musik,dan sentuhan
teraupetik
d. Memungkinkan
Kolaborasi klien untuk
a. kembangkan berpartisipasi cara
rencana manajemen efektif dan
nyeri dengan klien meningkatkan rasa
dan dokter kontrol
b. Berikan
analgesik sesuai a. rencana
dengan indikasi terorganisasi
mengembangkan
kesempatan untuk
kontrol nyeri terutama
dengan nyeri kronis,
klien atau
orangterdekat harus
aktif menjadi
partisipasin dalam
manajemen nyeri di
rumah
b. Nyeri tekan adalah
komplikasi dari
kanker, meskipun
respon individual
berbeda.saat
perubahan penyakit
atau pengobatan
terjadi,penilaian dosis
dan pemberian akan di
perlukan
2. Ketidak efektifan Tujuan : Mandiri:
pola nafas
pola nafas a. Atur posisi klien a. Isi rongga abdomen
berhubungan
kembali efektif senyaman mungkin terdorong kebawah
dengan efek dari
dengan sehingga tidak
desakan paru oleh Kriteria hasil :
meninggikan daerah mendesak diafragma
difragma sekunder
a. Bunyi nafas kepala
terhadap ancites
dan efusi pleura vesikuler
b. Monitor vital
b. Perubahan dari
b. RR normal(20- signs
vital sisgn dapat di
24x/menit)
jadikan sebagai
c. Tidak ada pedoman untuk
tanda-tanda mengambil keputusan
sianosis dan dalam tindakan
pucat selanjutnya
a. pemberian oksigen
Kolaborasi: yang sesuai dengan
a. Kolaborasi program akan lebih
dengan dokter bermanfaat bagi klien
dalam pemberian dalam mengatasi sesak
nafas dan mensuplai
oksigen O2 yang mencukupi
b. Mencegah
kekeringan mukosa
membran,mengurangi
kekentalan secret dan
memperbesar ukuran
lumen trakeobroncial
b. Kolaborasi
dengan tim dokter
dalam pemberian
obat-
obatan(ekspektoran
dan bronkodilator)
3. Gangguan Tujuan: Mandiri:
pemenuhan
Kebutuhan nutrisi a. pantau a. Mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
terpenuhi masukan makanan kekuatan atau
berhubungan
setiap hari. biarkan defisiensi nutrisi
dengan intake yang Kriteria hasil:
pasien menyimpan
tidak adekuat,mual
a. nafsu makan buku harian tentang
dan muntah
meningkat makanan sesuai
dengan indikasi
b. klien tidak
lemah b. Ukur tinggi,
berat badan, dan
c. Penambahan ketebalan trisep
berat badan yang (atau pengukuran
progresif,dan antropometrik lain
bebas dari tanda- sesuai dengan
tanda malnutrusi indikasi, timbang b. Membantu dalam
e. Dapat menriger
respon mual atau
muntah
a. Membantu
mengidentifikasi
derajat
ketidakseimbangan
biokimia atau
malnutrisi dan
mempengaruhi pilihan
intervensi diet
a. Adanya
anemia/hipoksemia
menurunkan
ketersediaan 02 untuk
ambilan seluler dan
memperberat
keletihan.
4. Implementasi
Merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan pada kasus kanker payudara
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) khususnya pada
kanker payudara diman ini telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Lukman
and Sorensen, 2000).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses akhir dari keperawatan khususnya pada kanker payudara
dengan cara identifikasi/ melihat sejauh mana tujuan dari implementasi kanker payudara
tercapai atau tidak (Lukman and Sorensen, 2000).
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth. 2001 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 .Jakarta :
EGC
2. Brunner & Suddarth. 2001 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2 .Jakarta :
EG
4. Dyayidi.2009 praktik SADARI dikalangan remaja putri dalam hal ini siswa SMA
Negeri dan Swasta.www.eprints.undip.ac.id
8. Rasjidi Iman .2009 Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker . Jakarta : CV Sagung Seto