Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


KOLIK ABDOMEN

Disusun Oleh :
Velani Analan Najah
P1337420116001

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
KOLIK ABDOMEN

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Gaster terletak melintang dari kiri ke kanan melintasi abdomen bagian atas antara hati
dan diafragma. Dalam keadaan kosong gaster berbentuk huruf J, gaster akan berakhir
pada pylorus yang mempunyai sebuah otot sphincter yang berfungsi menutup dan
membuka saat pengisian dan pengosongan lambung. Gaster berlanjut kedalam duodenum
yang berjalan secara anatomis dan visual sulit dibedakan dan jejunum dan ileum, hanya
saja panjang duodenum kira-kira 25cm dan berakhir pada ligament-ligamen treltz berupa
sebuah ligament yang berjalan dari sisi kanan diafragma dekat dengan hiafus esophagus
dan melekat pada perbatasan duodenum dan jejunum sisa dari usus halus adalah jejunum
¾ bagian akhir disebut ileum. Secara anatomis letak jejenum adalah diperut bagian kiri,
sedangkan ileum dibagian kanan. Makanan masuk melalui sphincter pylorium
keduodenum, maka sisa makanan akan melalui katub ileoccal valve, yang mencegah
berbaliknya makanan dari usus besar kedalam usus halus. Pada ujung caecum terdapat
appendix vermicularis. Colon (usus besar) lebih besar dari usus halus yang terdiri dari
ceacum, colon pars desendens, colon pars aseenden, colon transversum dan rectum,
lapisan usus besar terdiri dari tunika serosa tunika submukosa, tunika muskularis, tunika
mukosa.
B. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (reeves, 2013).
Kolik abdomen merupakan nyeri yan gdapat terlokalisasi dan dirasakanseperti
perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik parsial
ataupun total baik oragan tubuh berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi
peristaltik. Beberapa yang menjadi penyebab kolik abdomen adalah kolik bilier, kolik
renal dan kolik karena sumbatan usus halus.
Kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan kadang
hilang dan merupakan variasi kondisi dariyang sangat ringan sampai yang bersifat fatal
(Ilmu Penyakit Dalam, 2013).

2. Penyebab
Mekanis Fungsional (non mekanik) Etiologi yang lain yaitu

1. Adhesi/perlengk 1. Ileus paralitik 1. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi


etan pascabedah 2. Lesi medula spinalis peritonitis, opendisitis, diverti kulitis,
(90% dari 3. Enteritis regional pankreanitis, kolesistitis.
obstruksi 4. Ketidakseimbangan 2. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik,
mekanik) elektrolit inflamatory bowel disease, kulitis
2. Karsinoma 5. Uremia infeksi, esofagitis.
3. Volvulus 3. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik
4. Intususepsi bilier atau renal karena batu.
5. Obstipasi 4. Regangan kopsula organ : hepatitis kista
6. Polip ovarium, pilelonefritis
7. Striktur 5. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark
intestinal.
6. Gangguan motilitas : irritable bowel
syndrome, dispepsia fungsional.
7. Ekstra abdominal : hespes trauma
muskuloskeletal, infark miokard dan
paru dan lainnya
3. Manifestasi Klinis
1. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu
awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada
interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada –
kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan
difus minimal.
3. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian
terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.
4. Mekanika obstruksi parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram
nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi
sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir
hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung
darah samar.

2. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari
permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian
intermiten akhirnya hilang.Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh
cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari
letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan
peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat, menyebabkan penurunan
tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan
cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus,
bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan
cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam
melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian.
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena
adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga
menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase
lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan
cairan, pada bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran
dinding usus (distensi).
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi
kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang
menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat
mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan
gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga
terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen
3. Pathways

Obstruksi usus Akumulasi gas cairan Kehilangan H2O


didalam lumen sebelah dan elektrolit Distensi
proksimal dari letak
absorpsi

Kehilangan Tekanan
Pelepasan bakteri dan toksin dari cairan menuju infralumen
usus yang nekotrik ke dalam ruang
peritoneum dan sirkulasi sistemik peritoneum

Syok hipovolemik Gangguan


kebutuhan istirahat
Peradangan
dan tidur

hipotalamus
Peningkatan
suhu tubuh
Mediator
Nyeri

Mual,
Anoreksia muntah
Nyeri akut

Ketidakseimbangan Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
4. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
- USG Abdomen
2. Pemeriksaan rektal
3. Laboratorium :
- Leukosit
- HB
5. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
- Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
- Terapi Na+, K+, komponen darah
- Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
- Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
- Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
- Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
- Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik, ileus
paralitik atau infeksi.
- Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
- Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
- Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus
dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.
2. Tindakan KEPERAWATAN
- Infus RL ; jika anuria -> infus RL:D5 = 1:1
- Bila dehidrasi berat -> infus diguyur, dipasang kateter dauwer
- Beri analgetik ringan (xylomidon),Spasmolitik: Baralgin, Sulfas Aliopin (inj) ;
jika kesakitan sekali -> beri petidin 1 amp im, jangan beri Antibiotik kalau
penyebab tidak jelas
- Bila gelisah penderita gelisah, beri Diazepam 10 mg iv, bisa diulang tiap 30 menit
- Bila panas, beri: antipiretik (Parasetamol)
- Bila keadaan umum jelek, beri supportif Vitamin / Alinamin F (inj), Cortison inj 3
cc atau Deksametason 2 amp
- Bila dengan upaya di atas keadaan tidak membaik, rujuk ke RSUD
6. Focus Pengkajian Keperawatan
Pengakajian, meliputi :
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien
mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain.
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang. Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan
faktor yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah
Sakit.
2. Riwayat kesehatan dahulu. Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang
dirasakan sekarang dan apakah pernah menderita HT atau penyakit keturunan
lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien.
3. Riwayat kesehatan keluarga. Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah
penyakit keturunan atau menular.
d. Pola- pola fungsi kesehatan
1. Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat. Perubahan penatalaksanaan dan
pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.
2. Pola nutrisi dan metabolism. Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan
nyeri sehingga tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah.
3. Pola eliminasi. Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan
sehingga terjadi konstipasi.
4. Pola aktivitas dan latihan. Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
5. Pola persepsi dan konsep diri. Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri
klien.
6. Pola sensori dan kognitif. Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic
abdomen yang berulang.
7. Pola reproduksi dan seksual. Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi
dan seksual.
8. Pola hubungan peran. Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien
sakit sehubungan dengan proses penyakitnya.
9. Pola penanggulangan stress. Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
10. Pola tata nilai dan kepercayaan. Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan
kepercayaan.
e. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum. Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses
penyakitnya.
2. Sistem respirasi. Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan
kemungkinan tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan
terjadi sesak.
3. Sistem kardiovaskuler. Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau
penyakit jantung lainnya.
4. Sistem persyarafan. Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
5. Sistem gastrointestinal. Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap
makanan / nafsu makan berkurang, muntah.
6. Sistem genitourinaria/eliminasi. Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap
makanan.
7. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera (fisik, biologis, psikologis)
2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Gangguan kebutuhan istirahat dan tidur

8. Focus Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No Noc Nic
Keperawatan
1 Nyeri akut Pain level Pain management
- pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
- comfort level komprehensif termasuk lokasi,
1. mampu mengontrol nyeri ( karakteristik, durasi, frekuensi,
tshu penyebsb nyeri, kualitas dan faktor presipitasi.
mampu menggunakan non 2. Observasi reaksi non verbbal dari
faermakologi untuk ketidaknyamanan
mengurangi nyeri, mencari 3. Gunakan teknik komunikasi
bantuan ) terapeutik untuk mengetahui
2. melaporkan bahwa nyeri pegalaman nyeri pasien
berkurang dengan 4. Kaji kultur yang memperngaruhi
menggunakan manajemen respon nyeri
nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
3. .menyatakan rasa nyaman lampau
setelah nyeri berkurang 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat
memperngaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri\
10. Pilih dan lakukan penangananan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervesi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analhetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
15. Tingkatkan istrirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan NIC
Nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 Nutrition management
kebutuhan tubuh jam nutrisi klien terpenuhi a. Kaji adanya alergi makanan dan
dengan criteria hasil : observasi TTV klien.
a. Adanya peningkatan b. Anjurkan pasien ntk
berat badan meningkatukan intake fe
b. Berat badan Klien ideal c. Anjurkuanu pasien untk
sesuai dengan tinggi meningkatkan proteiun dan
badan vitamin c
c. Tidak ada malnutrisi d. Erikan subtansi gula
d. Mennugjukan e. Monitor jumlahu nutrisi dan
peningkatan fngsiuuu kandungan kalori
puengecapan dariu f. Dorong klien untuk makan
menelan makanannya sedikit demi sedikit.
e. Tanda vital dalam batas g. Berikan makan sedikit tapi sering
normal sesuai indikasi pasien.
h. Kolaborasi dengan tim gizi dalam
pemberian diit.
Nutrition monitoring
a. Bb pasien dalam batas normal
b. Monitor trgour kulit
c. Monitor mual dan muntah
d. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
e. Monitor klit kering dan
perubahuan pigmen klit
f. Monitor kadar albmin ,Hb, Kadar
ht
g. Catat adanya edema
3 Gangguan kebutuhan Setelah dilakukan tindakan Sleep enhancement
istirahat dan tidur keperawatan selama 3x24 1. Determinasi efek-efek medikasi
jam nutrisi klien terpenuhi terhadap pola tidur
dengan 2. Jalankan pentingnya tidur ,yang
NOC adekuat
Anxiety reductuion 3. Fasilitas untuk mempertahankan
Comfot level aktivitas sebelum tidur
Pain level (membaca)
Rest : extent and pattern 4. Ciptakan lingkungan yg nyaman
Sleep : extent ang pattern 5. Kolaborasi pemberian obat tidur
kriteria hasil; 6. Diskusikan dengan pasien dan
1. Jumlah jam tidur dalam keluarga tentang teknik tidur
batas normal 6-8 pasien
jam/hari 7. Instruksikan untuk memonitor
2. Pola tidur, kualitas tidur pasien
dalam batas normal 8. Monitor waktu makan dan
3. Perasaan segar setelah minum dengan waktu tidur
atau istirahat 9. Monitor/catat kebutuhan tidur
4. Mampu pasien setiap hari dan jam
mengidentifikasi hal-hal
yang mampu
meningkatkan tidur
DAFTAR PUSTAKA

Nettina, Sandra M. 2014. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1.
Jakarta : EGC

Reeves, Charlene J et al. 2013. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika

Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC.

Slamet Suyono. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Prof. Dr. SpPD. KE., FKUI
Jakarta.

Smeltzer Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC

Syaifuddin Drs. B.Ac, 2013. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai