Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN PERILAKU


KEKERASAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Pembelajaran Klinik


Keperawatan Jiwa Di RSJ Magelang

Disusun Oleh:
Vera Hari Widyastuti
P. 17420108037

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2010
LAPORAN PENDAHULUAN

I. MASALAH UTAMA
Perilaku kekerasan

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri
maupun orang lain (Towsend, 1982).

B. Etiologi
Gangguan kosep diri : harga diri rendah

C. Tanda Dan Gejala


 Klien mengatakan benci / kesal dengan seseorang
 Suka membentak
 Menyerang orang yang sedang mengusiknya jika sedang kesal atau kesal
 Mata merah dan wajah agak merah
 Nada suara tinggi dan keras
 Bicara menguasai
 Pandangan tajam
 Suka merampas barang milik orang lain
 Ekspresi marah saat memnicarakan orang

D. Mekanisme Sebab – Akibat


 Sebab : Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
Mekanisme : Harga diri klien yang rendah menyebabkan klien merasa
malu, dianggap tidak berharga dan berguna. Klien kesal
kemudian marah dan kemarahan tersebut diekspresikan
secara tak konstruktif, seperti memukul orang lain,
membanting-banting barang atau mencederai diri sendiri.
 Akibat : Resiko menciderai diri sendiri orang lain dan lingkungan
Mekanisme : Klien dengan perilaku kekerasan menyebabkan klien
berorientasi pada tindaakan untuk memenuhi secara listrik
tuntutan situasi stress, klien akan berperilaku menyerang,
merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
sekitar.
III. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif.
Klien mengatakan benci / kesal dengan seseorang, suka
membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang marah
atau kesal.
B. Data Obyektif.
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dan keras,
bicara menguasai, pandangan tajam, suka merampas barang milik orang
lain, ekspresi marah saat membicarakan orang lain.

IV. DAFTAR MASALAH

Data Masalah Etilogi


DO : Gangguan Masalah
- Klien tampak lebih suka konsep diri :
sendiri harga diri Stressor
- Binggung jika disuruh rendah
memilih alternatif tindakan Mekanisme koping tak
- Ingin menciderai diri / ingin efektif
mengakiri kehidupan
DS : Masalah tak
- Klien mengatakan : saya tidak terselesaikan dengan
bisa, tidak mampu, bodoh/ baik
tidak tahu apa-apa
- Klien mengkritik diri sendiri Gangguan konsep diri :
- Mengungkapkan perasaan harga diri rendah
terhadap diri sendiri
DO :
- mata merah, wajah agak Perilaku Ancaman/ kebutuhan
memerah, nada suara tinggi kekerasan
dan keras, pandangan tajam. Stress

DS : Cemas
- klien mengatakan benci dan
kesal pada seseorang Masalah
- klien suka membentak dan
menyerang orang yang Marah tak terungkap
mengusiknya jika sedang
kesal Agresif / amuk

DO :
- Klien memukul diri sendiri Resiko Marah
atau orang lain menciderai
- Klien merampas barang milik dairi sendiri, Merasa kuat
orang lain orang lain dan
- Klien membanting barang- lingkungan Menantang
barang
Masalh tak selesai
DS :
- Klien mengatakan benci dan Masalah
ingin memukul sese-orang berkepanjangan
- Klien membentak sese-orang
dan mengatakan kata - kata Muncul rasa
kasar dan kacau bermusuhan
Merusak diri sendiri,
orang lain dan
lingkungan

V. POHON MASALAH
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan akibat

Perilaku kekerasan core problem

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah penyebab

(Keliat, 1998)

VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri
rendah.

VII. FOKUS INTERVENSI


DIAGNOSA : Resiko menciderai diri sendiri, orng lain dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan.
A. Tujuan Umum
Klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

B. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi :
- Klien mau membalas salam
- Klien mau berjabat tangan
- Kllien mau menyebut nama
- Klien mau tersenyum
- Klien ada kontak mata
- Klien mau mengetahui nama perawat
- Klien mau menyediakan waktu untuk perawat

Intervensi keperawatan :
1.1 Beri salam dan panggil nama klien
1.2 Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
1.3 Jelaskan maksud hubungan interaksi
1.4 Jelaskan kontrak yang akan dibuat
1.5 Beri rasa aman dan tunjukkan sikap empati
1.6 Lakukan kontak singkat tetapi sering
Rasionalisasi :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk hubungan selanjutnya.

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan


Kriteria Evaluasi :
- Klien mengungkapkan perasaannya
- Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan marah, jengkel/
kesal ( diri sendiri, orang lain dan lingkungan)
Intervensi keperawatan :
2.1 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya
2.2 Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan marah,
jengkel/ kesal
Rasionalisasi :
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu
mengurangi stress dan penyebab marah, jengkel/ kesal dapat diketahui.

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan


Kriteria evaluasi :
- Klien dapt mengungkapkan tanda-tanda marah, jengkel/ kesal
- Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah, jengkel/ kesal yang
dialami
Intervensi keperawatan :
3.1 Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami soal marah, jengkel/
kesal.
3.2 Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien
3.3 Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami
klien.
Rasionalisasi :
- Untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel
- Untuk mengetahui tanda-tanda klien jengkel/ kesal
- Menarik kesimpulan bersama klien supaya kllien mengetahui
secara garis besar tanda- tanda marah / kesal.

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan


Kriteria evaluasi:
- klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
klien.
- Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
- Klien mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah/
tidak
Intervensi:
4.1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan klien
4.2. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
4.3. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai.
Rasionalisasi:
- mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
- untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa klien lakukan dan
dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif
dengan destruktif
- dapat membantu klien, dapat menggunakan cara yang dapat
menyelesaikan masalah.

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan


Kriteria evaluasi:
Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.
Intervensi keperawatan:
5.1. Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang telah dilakukan klien
5.2. Bersama klien simpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.
5.3. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang
sehat.
Rasionalisasi:
- membantu klien menilai perilaku kekerasan yang dilakukan.
- Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien dapat
mengubah perilaku destruktidf menjadi konstruktif.
- Agar klien dapat mempelajari perilaku konstruktif yang lain.

6. klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap


kemarahan.
Kriteria evaluasi:
Klien dapat melakukan cara berespon terhdap kemarahan secara
konstruktif.
Intervensi:
- Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang
sehat
- Berikan pujian bila klien mengetahui cara lain yang sehat.
- Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
a. secara fisik: tarik nafas dalam saat kesal, memukul kasur/ bantal,
olah raga, melakukan pekerjaan yang penuh tenaga.
b. Secara verbal: katakan pada perawat atau orang lain
c. Secara sosial: latihan asertif, manajemen PK.
d. Secara spiritual: anjurkan klien sembahyang, berdoa,/ ibadah lain

Rasionalisasi:
- dengan mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan dapat membantu klien menemukan cara yang
baik untuk mengurangi kekesalannya sehingga klien tidak stress lagi.
- Reinforcement positif dapat memotivasi klien dan meningkatkan
harga dirinya.
- Berdiskusi dengan klien untuk memilih cara yang lain dan sesuai
dengan kemampuan klien.
7. klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
kriteria evaluasi:
- klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
a. fisik: tarik nafas dalam, olah raga, menyiram tanaman.
b. Verbal: mengatakan langsung denhan tidak menyakiti.
c. Spiritual : sembahyang, berdoa, ibadah lain
Intervensi keperawatan:
7.1. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
7.2. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
7.3. Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play).
7.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara
tersebut.
7.5. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat
marah.
Rasionalisasi:
- memberikan stimulasi kepada klien untuk menilai respon perilaku
kekerasan secara tepat.
- Membantu klien dalam membuat keputusan untuk cara yang telah
dipilihnya dengan melihat manfaatnya.
- Agar klien mengetahui cara marah yang konstruktif
- Pujian dapat meningkatkan motifasi dan harga diri klien.
- Agar klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilihnya jika sedang
kesal.
8. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku
kekerasan.
Kriteria evaluasi:
- Keluarga klien dapat:
a. menyebutkan cara merawat klien yang berperilaku kekerasan
b. mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien
Intervensi keperawatan:
8.1. Identifikasi kemampuan keluarga klien dari sikap apa yang telah
dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
8.2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
8.3. Jelaskan cara-cara merawat klien.
8.4. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.
8.5. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan
demonstrasi.
Rasionalisasi:
- kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi akan memungkinkan
keluarga untuk melakukan penilaian terhadap perilaku kekerasan
- meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien
sehingga keluarga terlibat dalam perawatan klien.
- Agar keluarga dapat klien dengan perilaku kekerasannya
- Agar keluarga mengetahui cara merawat klien melalui demonstrasi
yang dilihat keluarga secara langsung.
- Mengeksplorasi perasaan keluarga setelah melakukan demonstrasi.

9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program


pengobatan)
Kriteria evaluasi:
- klien dapat menyebutkan obat- obatan yang diminum dan kegunaan
(jenis, waktu, dosis, dan efek)
- klien dapat minum obat sesuai program terapi

Intervensi keperawatan:
9.1.jelaskan jenis- jenis obat yang diminum klien (pada klien dan
keluarga)
9.2. diskusikan menfaat minum obat dan kerugian jika berhenti minum
obat tanpa seijin dokter
9.3. jelaskan prinsip benar minum obat (nama, dosis, waktu, cara
minum).
9.4. anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.
9.5. anjurkan klien melapor kepada perawat/ dokter bila merasakan efek
yang tidak menyenangkan.
9.6. berikan pujian pada klien bila minum obat dengan benar.
Rasionalisasi:
- klien dan keluarga dapat mengetahui mana-mana obat yang diminum
oleh klien.
- Klien dan keluarga dapat mengetahui kegunaan obat yang
dikonsumsi oleh klien.
- Klien dan keluarga dapat mengetahui prinsip benar agartidak terjadi
kesalahan dalam mengkonsumsi obat.
- Klien dapat memiliki kesadaran pentingnya minum obat dan bersedia
minum obat dengan kesadaran sendiri.
- Mengetahui efek samping obat sedini mungkin sehingga tindakan
dapat dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari komplikasi.
- Reinforcement positif dapat memotivasi keluarga dan klien serta
meningkatkan harga diri.
DAFTAR PUSTAKA

Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice. 1st


edition. Lippincot- Raven Publisher: Philadelphia.
Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC:
Jakarta.
Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition.
Lippincott- Raven Publisher: philadelphia.
Keliat, Budi Anna. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.
Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC:
Jakarta.
Townsend. (1995). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for
Care Plan Construction. Edisi 3. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai