BMC –Era manusia super mungkin bakal segera terwujud. Dunia tidak akan kekurangan stok
manusia-manusia super genius sekelas Albert Einsten atau Stephen Hawking, atau atlet handal
sekelas Carl Lewis atau aktris sensual Jennifer Lopez. Manusia-manusia super itu bakalan tetap
lestari di muka bumi. 100% sama persis, yang beda hanya generasinya. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang rekayasa genetika telah menghilangkan
ketidakniscayaan itu. Melalui teknologi cloning, siapapun bisa diduplikasi.
Clonaid adalah sebuah perusahaan yang didirikan sekte keagamaan Raelians tahun 1997.
Mereka mempercayai kehidupan di bumi diciptakan mahluk angkasa luar melalui rekayasa
genetika.
Brigitte Boisselier
Brigitte Boisselier menambahkan, bukti ilmiah akan diajukan segera, agar mereka tidak
dianggap telah mengarang cerita. Jadi satu-satunya cara adalah mengundang seorang pakar
independen ke tempat orang tua bayi itu. Di sana ia bisa mengambil contoh sel dari bayi dan
ibunya, untuk kemudian membandingkannya.
Raelian sejauh ini dikenal sebagai sekte agama yang percaya bahwa kehidupan di luar angkasa
telah menciptakan kehidupan di bumi. Kelompok yang mendapat pengakuan resmi pemerintah
negara bagian Quebec, Kanada, sebagai gerakan agama di tahun 1990-an ini mengklaim
memiliki 55 ribu anggota di berbagai penjuru dunia, termsuk Amerika. Kelompok ini memilki
sebuah taman yang terbuka untuk umum bernama UFOland, dekat Montreal.
Kloning manusia pertama (Eve) merupakan sebuah keberhasilan para ilmuwan Barat dalam
memanfaatkan sains yang akhirnya mampu membuat sebuah kemajuan pesat yang telah
melampaui seluruh ramalan manusia. Betapa tidak, cara ini dianggap sebagai jalan untuk
memperbaiki kualitas keturunan: lebih cerdas, kuat, rupawan, ataupun untuk memperbanyak
keturunan tanpa membutuhkan proses reproduksi konvensional.
Penelitian cloning pada manusia sebenarnya juga memberikan harapan bagi masa depan dunia
kedokteran. Teknik cloning memungkinkan dokter mengidentifikasi penyebab keguguran
spontan, memberikan pemahaman pertumbuhan cepat sel kanker, penggunaan sel stem untuk
meregenerasi jaringan syaraf, kemajuan dalam penelitian masalah penuaan, genetika dan
pengobatan.
Sisi gelap Cloning
Ilmuwan Roslin’s Institute, Ian Wilmut yang berperan dalam kelahiran Dolly menegaskan,
kloning manusia pertama amat mengejutkan karena jumlah kegagalan yang tinggi dan
kematian pada bayi yang baru lahir. cloning pada binatang menunjukkan adanya kelemahan.
Dolly, mamalia pertama yang berhasil dicloning terbukti menderita arthritis pada usianya yang
masih muda.
Domba betina ini dicloning dengan teknik cloning transfer inti sel somatik (sel tubuh). DNA
Dolly berasal dari sel tunggal yang diambil dari sel telur induknya yang kemudian difusikan
dengan sel ‘mammary’ (sel kelenjar susu). Sel yang telah bergabung berkembang menjadi
embryo yang kemudian ditanamkan pada rahim domba pengganti induk. Walau dikatakan
berhasil, prosedur cloning ini tidaklah sempurna. Diperlukan 227 percobaan sebelum akhirnya
tercipta Dolly.
Resiko buruk juga mengintai para wanita yang memutuskan mengandung bayi cloning.
Menurut ahli perkembangan embryo pada mamalia, Prof. Richard Gardner, para wanita
tersebut beresiko terkena satu jenis kanker yang tidak biasa dan unik pada manusia, yang
menyerang rahim, yaitu choriocarcinoma (kanker korion).
Mengacu pada berbagai resiko ini banyak negara melarang dilakukannya riset-riset cloning
pada manusia. Presiden AS kala itu Bill Clinton mengeluarkan rekomendasi moratorium atau
penghentian riset cloning manusia selama 5 tahun. Hampir semua agama juga melarang
teknologi cloning pada manusia.
Bertolak dari kelebihan dan kekurangan teknologi cloning ini, agamawan, ahli politik, ahli
hukum dan pakar kemasyarakatan perlu segera merumuskan aturan mengenai penerapan
teknologi cloning. Sebab ditangan ilmuwan ‘hitam’, cloning bisa menjadi malapetaka.