Anda di halaman 1dari 8

PROSEDUR PEMASANGAN KATETER PADA

PRIA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Klinik II

Okta Selviani

213108042

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL AHMAD YANI

CIMAHI

2010
PROSEDUR PEMASANGAN KATETER PADA PRIA

1. Pengertian
Katerterisasi kandung kemih/pemasangan kateter adalah memasukkan selang
karet atau plastik melalui uretra dan kedalam kandung kemih. Yang bertujuan untuk
segera menghilangkan distensi kandung kemih, penatalaksanaan kandung kemih
inkompeten, mendapatkan spesimen urine steril dan pengkajian residu urine setelah
berkemih.

( Sumber: Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar EGC )

2. Etiologi
Kateter

Gerak naik bakteri distensi Distensi Manipulasi :


Kolonisasi bakteri - Penggantian kateter
Bakteriuria permanen - Irigasi
- Pencabutan

Invasi bakteri Mukosa yang rusak

Pemasangan kateter akan menurunkan sebagian besar daya tahan alami traktus
urinarius inferior dengan menyumbat periuretralis.mengiritasi mukosa kandung kemih
dan menimbulakn jalur artifisial untuk masuknya kuman kedalam kandung kemih.

( Sumber : Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan Suddarth )


3. Klasifikasi
Tipe kateter yang dipakai untuk mengusahakan drainase pada terjadinya obstruksi
tergantung kepada lokasi dan sumbatan. Jenis-jenis kateter :
 Catheter Whistle-tip
 Catheter Robinson bermata banyak
 Catheter Foley
 Catheter Coude
Cateter foley lebih banyak di pakai karena mudah untuk dipasang dalam waktu
lama guna drainase terus menerus. Kateter Foley berllumlen dua yang dilengkapi balon
pada ujung distal. (Sumber Perawatan Medikal Bedah Barbara C.Long)

4. Patofisiologi

Infeksi kandung kemih

Mukosa yang rusak dan mengalami inflamasi

Iritasi detrusor Pelepasan

Spasme detrusor - sel-sel inflamasi

- sel-sel darah merah


- fibrin
- produk glutinus lainnya

Perembesan

Pelekatan pada kateter analisis urine :

Tanda-tanda klinis: - Leukosit

- Pembentukan krusta - Eritrosit


- Obstruksi
- Distensi - sel-urotelial
- perembesan

( Sumber : Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan Suddarth )


5. Tanda dan Gejala

Pada pasien yang menggunaka kateter indwelling harus diobservasi untuk


mendeteksi adanya tanda-tanda dan gejala infeksi traktus urinariusyang berupa :

1. Urin yang keruh


2. Hematuria
3. Panas
4. Menggigil
5. Anoreksia
6. Malaise

( Sumber : Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan Suddarth )

6. Prosedur Diagnostik
Prosedur diagnostik harus mancakup evaluasi faal ginjal. Dapat dilakukan melalui
urinalisis, kultur urin, elektrolit urin, urea nitrogen darah, kreatinin serumdan kratinin
clearance.
Sebelum kateterisasi harus berkonsultasi dulu kepada dokter tentang drainase air
kemih selanjutnya. Bila diduga terdapat jumlah besar dari urin residu, biasanya dokter
memasangkan kateter dauer. Untuk mencegah tidak terjangkaunya volume urin residu
oleh kateter, perlu dilaksakan potret x-ray air kencing residu. Tiap urin yang bertahan
pada kandung kemih akan dapat divisualisasi pada radiografi. Ini berarti bahwa
penentuan jumlah volume urin residu diperlukan dengna berkaitan visualisasi studi
saluran kemih dari saluran kemih.
Pemeriksaan cystometric dilaksanakan untuk evaluasi tonus kandung kemih. Pada
umumnya pemeriksaan dilakukan bila terjadi inkontinen atau bila ditemukan data bahwa
terjadi disfungsi kandung kemih yang neurologik. Prosedur Pemasangan kateter pada
pria:
a. Persiapan pasien:
 Mengucapkan salam terapeutik
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan
yang akan dilaksanakan.
 Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
 Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam.
 Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
 Privasi klien selama komunikasi dihargai.
 Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta
respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
 Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
b. Persiapan alat:

1. Bak instrumen berisi :

 Poly kateter sesuai ukuran 1 buah (klien dewasa yang pertama kali
dipasang kateter biasanya dipakai no. 16)
 Urine bag steril 1 buah
 Pinset anatomi 2 buah
 Duk steril
 Kassa steril yang diberi jelly

2. Sarung tangan steril


3. Kapas sublimat dalam kom tertutup
4. Perlak dan pengalasnya 1 buah
5. Sampiran
6. Cairan aquades atau Nacl
7. Plester
8. Gunting verband
9. Bengkok 1 buah
10. Korentang pada tempatnya

c. Prosedur

 Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, kemudian


alat-alat didekatkan ke klien
 Pasang sampiran
 Cuci tangan
 Pasang pengalas/perlak dibawah bokong klien
 Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas, dengan posisi klien
terlentang. Kaki sedikit dibuka. Bengkok diletakkan didekat bokong klien
 Buka bak instrumen, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril, lalu
bersihkan alat genitalia dengan kapas sublimat dengan menggunakan pinset.
 Bersihkan genitalia dengan cara : Penis dipegang dengan tangan non
dominan penis dibersihkan dengan menggunakan kapas sublimat oleh
tangan dominan dengan gerakan memutar dari meatus keluar. Tindakan bisa
dilakukan beberapa kali hingga bersih. Letakkan pinset dalam bengkok
 Ambil kateter kemudian olesi dengan jelly. Masukkan kateter kedalam
uretra kira-kira 10 cm secara perlahan-lahan dengan menggunakan pinset
sampai urine keluar. Masukkan cairan Nacl/aquades 20-30 cc atau sesuai
ukuran yang tertulis. Tarik sedikit kateter. Apabila pada saat ditarik kateter
terasa tertahan berarti kateter sudah masuk pada kandung kemih
 Lepaskan duk, sambungkan kateter dengan urine bag. Lalu ikat disisi
tempat tidur
 Fiksasi kateter
 Lepaskan sarung tangan
 Klien dirapikan kembali
 Alat dirapikan kembali
 Mencuci tangan
 Melaksanakan dokumentasi :

- Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar
catatan klien

- Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang
melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien

7. Kompliksi
Adanya kateter dalam traktus urinarius dapat menimbulkan komplikasi atau
infeksi. Kolonisasi bakteri (bakteriuria) akan terjadi dalam waktu 2minggu pada separuh
dari pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, dan dalam waktu 4-6 minggu sesudah
pemasangan kateter pada hampir semua pasien meskipun rekomendasikan untuk
pengendalian infeksi dan perawatan kateter telah diikuti dengan cermat. Mikroorganisme
patogen yang menyebabkan infeksi traktus urinarius yang verkaitan dengan kateter
mencakup: Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, Enterobacter, Serratia
dan Candida. Mikroorganisasi ini merupakan bagian dari flora endogenus atau flora usus
normal, atau didapat melalui kontaminasi-silang oleh pasien atau petugas rymah sakit
atau melalui kontak dengan peralatan yang tidak steril. Komplikasi lain yang dapat
timbul akibat pemasangan kateterisasi yaitu:
 Alergi atau sensitivitas terhadap lateks
 Batu kandung kemih
 Infeksi darah (septicaemia)
 Darah dalam urin (hematuria)
 Kerusakan ginjal (biasanya hanya dengan jangka panjang, gunakan kateter
berdiamnya)
 Uretra cedera
 Saluran kencing atau infeksi ginjal

8. Terapi dan Panatalaksanaan Keperawatan


Latihan perineum dapat menolong pada inkontinen stres ringan. Latihan terdiri
dari mengencangkan dan mengendurkan perineum dan otot glutimus dan dapat dilakukan
dalam berbagai cara. Banyak masalah inkontinen disebabakan oleh relaksasi perineum
telah diajarkan sebelum melahirkan anak. Latihan-latihan tersebut dapat dimasukkan
sebagai bagian dari bahan penyuluhan setiap kaum ibu. Berikut adalah berbagai
caralatihan perineum:
 Kencangkan otot perineum seperti mencegah berkemih. Tahan dalam hitungan 10
kemudian kendurkan.
 Tarik nafas sambil bibir dilipat bagaikan dompet pada waktu mengencangkan
otot-otot perineum.
 Berjongkok seperti akan bab kendurkan dan kemudian kencangkan otot perineum.
 Letakkan sebuah pensi diantara lipatan patat dan paha.
 Duduk pada toilet dengan dengkul direntangkan kesamping. Alurkan dan hentikan
berkemih.
9. Askep
a. Pengkajian
Pasien dengan kateter indwelling harus diobservasi untuk mendeteksi adanya
tanda-tanda dan gejala infeksi traktus urinarius yang berupa: urin yang keruh,
hematuria, panas, menggigil, anoreksia dan malaise. Observasi daerah sekitar
orifisium uretra dilakukan untuk mengamati drainase dan ekskoriasi. Pemeriksaan
kultur urin merupakan cara yang paling akurat untuk mangkaji kemungkinan infeksi.
Warna, bau dan volume urin juga harus dipantau.
Pengkajian sistem dreinase dilakukan untuk memastikan bahwa sistem tersebut
menghasilkan drainase urin yang adekuat. Kondidi kateter sendiri harus diobservasi
untuk memastikan agar kateter tersebut terpasang dan terfiksasi dengan baik sehingga
tidak terjadi penekanan uretra pada sambungan penoskrotal pasien laki-laki, dan tidak
menimbulkan tekanan serta regangan pada kandung kemih pasien laki-laki.
b. Diangnosa Keperawatan
Resiko tinggi terhadap infeksi b.d prosedur invasif/alat
c. Perencanaan:
 Tujuan : pasien tidak mengalami tanda/gejala infeksi
 Rencana Tindakan:
- Hindari prosedur invasif, instrumen, dan manipulasi keteter tak menetap,
kapanpun mungkin gunakan teknik aseptikbila merawat/memanipilasi
IV/area invasif. Ubah sisi balutan per protokol. Perhatika ada edema atau
tidak, dan drainase purulen.
- Berikan perawatan keteter rutin dan tingkatkan perawatan perinial.
Pertahankan sistem drainase urin tertutup dan lepaskan kateter tak menetap
sesegera mungkin.
 Implementasi
d. Evaluasi
e. Daftar pustaka

 Potter, perry. Keterampilan dan prosedur dasar, edisi 3, Jakarta:EGC, 2000


 Suddart, brunner. Keperawatan medikal-bedah, edisi 8, Jakarta: EGC, 2001
 Doenges, E Marilynn. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, Jakarta: EGC,
1999

Anda mungkin juga menyukai