Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN Ny.

O DENGAN HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJAGANG

“Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Keperawatan Keluarga”

Disusun Oleh :
 Deni, S.Kep

Program Profesi Ners

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDILUHUR


CIMAHI

2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)
Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang sering terdapat pada
usia pertengahan atau lebih, yang ditandai dengan tekanan darah lebih dari
normal. Hipertensi menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan makin meningkatnya tekanan darah.

B. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi
a. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
 
 Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
 
 Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
 
 Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

b. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah :
 
 Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
 
 Kegemukan atau makan berlebihan
 
 Stress
 
 Merokok
 
 Minum alkohol


Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin ) 
 (Smeltzer,2001)
C. Klasifikasi
Hipertensi dibedakan atas : ( Darmojo, 1999 )
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan
rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee,
Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC – VI,
1997) sebagai berikut :
No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High Normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

Kalsifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan


menjadi 2 golongan besar yaitu :
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.

D. Manisfestasi Klinik
Manifestasi klinik pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun

E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula dari saraf simpatis, yang berkelanjutan ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis yang
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Bebagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dangan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
(Smeltzer,2001)
F. Komplikasi
Komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah :
1. Gangguan penglihatan
2. Gangguan saraf
3. Gagal jantung
4. Gangguan fungsi ginjal
5. Gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan
pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan
6. Gangguan kesadaran hingga koma

G. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan (
viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
b. Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
c. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab
) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
h. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
i. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
l. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
m. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi

H. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
tanpa obat ini meliputi :

 
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
 
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
 
 Penurunan berat badan
 
Menghentikan merokok
2. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu :

Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
 jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain

Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
 zona latihan.

 berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam
Lamanya latihan
 zona latihan

 sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
Frekuensi latihan
 perminggu
3. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
 
 Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
 yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
 
 Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
4. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi dengan Obat
Pengobatannya meliputi :
 
 Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis,
ACE inhibitor
 
 Step 2
 Alternatif yang bisa diberikan :
- Dosis obat pertama dinaikkan
- Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
- Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,
vasodilator
 
 Step 3: Alternatif yang bisa ditempuh
- Obat ke-2 diganti
- Ditambah obat ke-3 jenis lain
 
 Step 4: Alternatif pemberian obatnya
- Ditambah obat ke-3 dan ke-4
- Re-evaluasi dan konsultasi
c. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat,
dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Perubahan yang terjadi pada lansia penderita hipertensi, yaitu :
1. Perubahan Anatomis
Penebalan dinding vertikel kiri jantung kerap terjadi, meski tekanan darah
relatif normal. Pengurangan jumlah sel pada nodus sinoatrial (SA Node) yang
menyebabkan hantaran listrik jantung mengalami gangguan. Hanya sekitar
10% sel yang tersisa ketika manusia berusia 75 tahun dari pada jumlahnya pada
usia 20 tahun. Pembuluh darah terjadi kekakuan arteri sentral dan perifer akibat
proliferasi kolagen, hipertrofi otot polos, kalsifikasi, serta kehilangan jaringan
elastis.
2. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis yang paling umum terjadi seiring bertambahnya usia
adalah perubahan pada fungsi sistol ventrikel. Sebagai pemompa aliran darah
sistemik manusia, perubahan sistol ventrikel akan sangat mempengaruhi
keadaan umum pasien. Parameter utama yang terlihat adalah detak jantung,
preload dan afterload, performa otot jantung, serta regulasi neurohormonal
kardiovaskuler.
3. Perubahan Patologi Anatomis
Perubahan patologi anatomis pada jantung umumnya berupa degeneratif dan
antrofi. Perubahan ini dapat mengenai semua lapisan jantung terutama
endokard, miokard, dan pembuluh darah. Organ-organ akan terjadi akumulasi
pigmen lipofuksi didalam sel-sel otot jantung sehingga otot berwarna coklat
dan disebut brown atropy.
A. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
 
 Kelemahan
 
 Letih
 
 Napas pendek
 
 Gaya hidup monoton

Tanda :
 
 Frekuensi jantung meningkat
 
 Perubahan irama jantung
 
Takipnea

b. Sirkulasi
A. Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung koroner / katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
 
 Kenaikan TD
 
 Nadi : denyutan jelas
 
 Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
 
 Bunyi jantung : murmur
 
 Distensi vena jugularis
 
 Ekstermitas

Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ),

 pengisian kapiler mungkin lambat


c. Integritas Ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,


marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan,
pekerjaan)
Tanda :
 
 Letupan suasana hati
 
 Gelisah
 
 Penyempitan kontinue perhatian
 
 Tangisan yang meledak
 
 otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
 
 Peningkatan pola bicara

d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,
riwayat penyakit ginjal )
e. Makanan / Cairan
Gejala :

 Makanan yang disukai yang  dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol
 
 Mual
 
 Muntah
 
Riwayat penggunaan diuretik

Tanda :
 
 BB normal atau obesitas
 
 Edema
 
 Kongesti vena
 
 Peningkatan JVP
 
 glikosuria

f. Neurosensori
Gejala :
 
 Keluhan pusing / pening, sakit kepala
 
 Episode kebas
 
 Kelemahan pada satu sisi tubuh
 
 Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
 
Episode epistaksis
Tanda :

 nafas, isi bicara, afek, proses pikir
Perubahan orientasi, pola
atau memori ( ingatan )
 
 Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
 
 Perubahan retinal optik

g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
 
 nyeri hilang timbul pada tungkai
 
 sakit kepala oksipital berat
 
 nyeri abdomen

h. Pernapasan
Gejala :
 
 Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
 
 Takipnea
 
 Ortopnea
 
 Dispnea nocturnal proksimal
 
 Batuk dengan atau tanpa sputum
 
Riwayat merokok

Tanda :
 
 Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
 
 Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
 
 Sianosis

i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
j. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :

  penyakit
Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis,
jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
 
 Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
 
Penggunaan obat / alkohol
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan pembuluh darah otak.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload
vasokontriksi.
3. Resiko injuri berhubungan dengan kesadaran menurun.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh.

C. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan Rasa nyeri a. Teliti keluhan  Mengidentifikasi
rasa berkurang setelah nyeri, catat karakteristik
nyaman : dilakukan intensitasnya, nyeri merupakan
nyeri tindakan lokasinya dan faktor yang
kepala keperawatan lamanya. penting untuk
berhubung selama 2 X 8 jam menentukan
an dengan dengan KH : terapi yang cocok
peningkata - Pasien serta
n tekanan mengatakan mengevaluasi
pembuluh nyeri berkurang. kefektifan dari
darah otak. - Ekspresi wajah terapi.
klien rileks. b. Pertahankan Meminimalkan
tirah baring stimulasi/
selama fase meningkatkan
akut. relaksasi.
c. Minimalkan Aktivitas yang
aktivitas meningkatkan
vasokontriksi vasokontriksi
yang dapat menyebabkan
meningkatkan sakit kepala pada
sakit kepala. adanya
peningkatan
tekanan vaskuler
serebral.
d. Kolaborasi Menurunkan/
pemberian mengontrol nyeri.
analgetik.

2. Penurunan TD dalam rentang a. Pantau tekanan Untuk


curah normal setelah darah. mengetahui
jantung dilakukan derajat hipertensi.
berhubung tindakan b. Amati warna Adanya pucat,
an dengan keperawatan kulit, dingin, kulit
peningkata selama 2 X 24 kelembaban lembab mungkin
n afterload jam. dan suhu. berkaitan dengan
vasokontri vasokontriksi/
ksi. mencerminkan
penurunan COP.
c. Berikan Untuk
lingkungan mengetahui
tenang dan derajat hipertensi
nyaman. Menurunkan
stress dan
ketegangan yang
mempengaruhi
tekanan darah.
d. Pertahankan Mengontrol
pembatasan tekanan darah.
aktivitas.
e. Anjurkan Menurunkan
teknik resiko injuri.
relaksasi.
f. Kolaborasi  Mengetahui
pemberian respon fisiologi
obat terhadap stress
antihipertensi. aktivitas.

3. Resiko Resiko injuri a. Atur posisi Mengurangi


injuri berkurang setelah pasien agar penggunaan
berhubung dilakukan aman. energi juga
an dengan tindakan membantu
kesadaran keperawatan keseimbangan
menurun. selama 2 X 8 jam antara suplai dan
dengan KH: kebutuhan
Pasien merasa oksigen.
tenang dan tidak b. Batasi Kemajuan
takut jatuh. aktivitas. aktivitas bertahap
mencegah
peningkatan kerja
jantung tiba-tiba.
c. Bantu dalam Haluaran urine
ambulasi. mungkin sedikit
dan pekat karena
penurunan
perfusi ginjal

4. Intoleransi Setelah dilakukan a. Kaji respon Menentukan


aktivitas tindakan pasien kehilangan
berhubung keperawatan terhadap cairan tiba- tiba
an dengan selama 2 x 8 jam aktivitas, /berlebihan
kelemahan dapat peningkatan
tubuh. meningkatakan TD selama/
toleransi aktivitas sesudah
pasien dengan aktivitas.
kriteria hasil : b. Instruksikan
- Dapat memenuhi klien tentang
kebutuhan teknik
perawatan penghematan
sendiri. energi.
- Menurunnya
kelemahan dan
kelelahan.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2004. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I
Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC
Long C. Barbara. 2003. Perawatan Medikal Bedah. Bandung.Yayasan IAPK
Pajajaran. Buku Ajar Ilmu Bedah, editor R Sjamsuhidajat, Wim de Jong,
edisi Revisi, Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson. 2007. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit
alih bahasa Peter Anugerah, editor Caroline Wijaya, edisi 4, Jakarta : EGC
Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed.
8. Jakarta : EGC
Tucker, Susan Martin. 2006. Standart Perawatan Pasien : Proses Keperawatan,
Diagnosis dan Evaluasi.Edisi V. Volume 3. Jakarta. EGC
ASUHAN KEPERAWATAN

IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. Oyom Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 60 Tahun Suku : Sunda
Alamat sebelum di panti : Ds. Cijagang Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMP Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Wirausaha
Sumber Informasi : Pasien

STATUS KESEHATAN SAAT INI.


Status kesehatan utama
Klien mengatakan nyeri
Status kesehatan yang dirasakan
Klien mengatakan pusing hingga nyeri kepala. Klien mengatakan nyeri berlangsung sekitar 5-
10 menit. Klien mengatakan pernah dirawat di RSUD Cianjur akibat pusing berat hingga
muntah tidak terkontrol.
Derajat keseluruhan fungsi relatif terhadap masalah kesehatan dan diagnosa medis
Ku klien tampak baik,
Kes compose mentis
Skala nyeri 6(0-10)
TD 180/90 mmHg
N 90 x/ menit
S 36 ‘C
Rr 19-20 x/ menit
- Distribusi rambut sedikit, rambut tampak putih, kulit kepala lembab, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada lesi, Klien mengatakan mandi 1-2 x/ hari
- Mata simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, konjungtiva anemis
- Hidung simetris, tidak ada nyeri tekan, kebersihan lubang hidung kurang baik
- Telinga simetris tidak ada nyeri tekan, kebersihan telinga kurang baik
- Leher tidak ada peningkatan JVP, tidak ada defisiasi trakhea
- Dada simertis, tidak ada terikan dingding dada
- Abdomen tidak ada nyeri tekan tidak ada lesi BU > 12 x
- Exremitas atas baik kekuatan otot 5/5, kuku tampak kotor
- Exremitas bawah baik kekuatan otot 5/5, kuku tampak kotor, telapak kaki tampak
kurang kebersihan
- Genital tidak ada keluhan, di kaji secara menyeluruh

Obat-obatan
Nama Dosis
Captropil 3x1
Bagaimana/kapan menggunakannya :
Dokter yang menginstruksikan Bila terjadi Nyeri kepala, bila tensi naik.

Nutrisi
Diet, Pembatasan makanan.minuman tidak ada
Riwayat Peningkatan/Penurunan Berat badan setelah tua
Pola konsumsi makanan (misal : frekuensi, sendiri atau dengan orang lain)
Klien mengatakan makan seadanya, kadang 1 porsi sehari, bila dapat rizki lebih 2-3x/ hari
Masalah-masalah yang mempengaruhi masukan makanan (misal : pendapatan tidak adekuat,
kurang transportasi, masalah menelan/mengenyah, stres emosional)
Klien mengatakan termasuk golongan garis kemiskinan
Kebiasaan
Klien mengatakan sehari-hari ke sawah untuk bekerja, kadang- membantu tetangga yang
membutuhkan klien

4. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Penyakit masa anak-anak klien mengatakan lupa
Penyakit serius/kronika Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit berat, hanya nyeri
kepala hingga muntah-muntah saja
Trauma klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma berat, hanya jatuh d sawah
Perawatan di Rumah Sakit (alasan, tanggal, tempat, durasi, dokter)
Klien mengatakan sempat dirawat selama 3 hari akibat nyeri kepala hebat hingga muntah,
sekitar 2 tahun sebelum pengkajian
Operasi (perhatikan jenis, tanggal, alasan, dokter)
Klien mengatakan tidak pernah oprasi
5. RIWAYAT KELUARGA
Gambarkan silsilah (kakek/nenek, orang tua, paman, bibi, saudara kandung, pasangan, anak-
anak)
Klien mengatakan mempunyai 2 anak perempuan yang tinggal tidak serumah, 1 suami yang
sudah meninggal

II. Pengkajian Psikososial dan Spiritual


II.1 Psikososial :
Klien terlihat dekat dengat tetangga dan warga sekitar, terlihat tampak dikenal oleh warga dan
saling menyapa. Klien tampak ramah, sopan, santun, dalam berkomunikasi dengan keluarga.
Klen mengatakan ingin selalu hangat bersama waga sekitar hingga ajal menjemput. Klien
mengatakan sudah merasa puas dekat dengan warga sekitar.
II.2 Identifikasi Masalah Emosional :
MASALAH EMOSIONAL Negatif (-)
II.3 Spiritual
Klien mengatakan menganut agama islam, sering sholet 5 waktu, terkadang mengikuti
jadwal pengajian.
III. Pengkajian Fungsional Klien
III.1. KATZ Indeks :
Klien termasuk kategori mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB),
menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan mandi.
II.2 Modifikasi dari Barthel Indeks
Klien termasuk kategori ketergantungan sebagian

IV. Pengkajian Status Mental Gerontik


Hasil pengkajian SPSMQ, klien termasuk kategori kerusakan intelektual sedang
Hasil pengkajian MMSE, klien termasuk kategori kerusakan aspek fungsi mental berat

V. Pengkajian keseimbangan
Hasil pengkajian keseimbangan, klien termasuk kategori resiko jatuh sedang

VI. Pengkajian Kondisi Depresi


Hasil pengkajian Kondisi depresi, klien termasuk kategori suspek depresi
VII. PENGKAJIAN SOSIAL
Hasil pengkajian APGAR keluarga, klien termasuk kategori disfungsi keluarga ringan

VIII. PENGENALAN RISIKO OSTEOPOROSIS


Hasil pengkajian osteoporosis, klien termasuk kategori Beresiko osteoporosis

IX. PENGKAJIAN RISIKO ANDROPAUSE


Hasil pengkajian andropause, klien kemungkinan besar kadar testosteron menurun.

Analisa data
No Data Fokus Etiologi Masalah
1 DS : klien mengeluh nyeri kepala hipertensi, penyakit Nyeri b.d
DO : arteri koroner, aritmia peningkatan
 Kepala pusing akut, infeksi emboli pembuluh darah otak
 Nyeri kepala paru,dll
 Skala nyeri 6(0-10)

kontraksi miokard

peningkatan tekanan
pembuluh darah otak

nyeri
2 DS : klien memiliki darah tinggi Hipertensi Penurunan curah
jantung b.d
DO : peningkatan afterload
curah jantung
TTV : TD :180/90 mmHg, N : 90 vasokontriksi
x/m, RR : 19 x/m, S : 36 C

peningkatan afterload
curah jantung

penurunan curah
jantung
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri b.d peningkatan pembuluh darah otak
2. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload curah jantung

Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri b.d Setelah dilakukan 1. Kaji skala 1. Mengkaji
peningkatan tindakan keperawatan nyeri sekala nyeri
pembuluh 3x 24 jam masalah 2. Ajarkan 2. Mengajarkan
darah otak teratasi, dengan kriteria tehnik tehnik relaksasi
hasil : relaksasi distraksi
1. Nyeri tidak ada distraksi 3. Menganjurkan

2. Skala nyeri dalam 3. Pertahankan untuk

batas normal pembatasan membatasi

3. Klien tampak aktivitas aktivitas

releks berlebih

2 Penurunan Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Mengobservasi


curah jantung tindakan keperawatan TTV TTV
2. Pantau
b.d 3x 24 jam masalah 2. Memantau
warna kulit
peningkatan teratasi, dengan kriteria kelembaban warnakulit dan
afterload curah hasil : suhu tubuh kelembaban
3. Berikan
jantung 1. TTV Normal lingkungan yang
suhu tubuh
aman dan 3. Memeberikan
nyaman lingkungan
yang nyaman
tentram jauh
dari kebisingan
Implementasi
No TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF EVALUASI
1 1. Mengkaji sekala nyeri S : klien mengatakan
2. Mengajarkan tehnik nyeri berkurang
relaksasi distraksi O: skala nyeri 4(0-
3. Menganjurkan untuk 10)
membatasi aktivitas - Klien melakukan
berlebih tehnik relaksasi
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan

2 1. Mengobservasi TTV S : klien mengatakan


2. Memantau warnakulit dan pusing berkurang
kelembaban suhu tubuh O: TD : 150/90
3. Memeberikan lingkungan mmHG
yang nyaman tentram jauh Suhu : 370 C
dari kebisingan Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 20
x/menit
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai