NPM : 213108043
TRAUMA URETRA
Pengertian
Trauma uretra adalah trauma yang terjadi sepanjang uretra dan biasanya berhubungan dengan
”straddle injur” adalah trauma yang terjadi bila pasien jatuh atau terkena trauma benda keras
uretra bulbosa, uretra pars dulum atau penis. (Purnawan junadi , Atiek S Soesmanto, Husna
Amelz, 1982)
Etiologi
1. trauma uretra terjadi akibat cedera yan gberasal dari luar dan cedera iatrtogenik akibat
intrumentasi pada uretra.
2. trauma tumpul yang menimbulkan fraktur tulang pelvis,menyebabkan ruptur uretra pars
membranasea,sedangkan trauma tumpul pada selangkangan atau ”straddle injury” dapat
menyebabkan ruptur utetra para bulbosa.
3. pemasangan kateter pada uretra yan gkurang hati-hati dapat menimbulkan robekan uretra
karena salah jalan (false route)
Patofisiologi
a. lokasi
1
penis
bulbar
membranosa
ureta bulbar
kuasa
a. terjatuh mengangkang (missal pada stang sepeda, kecelakaan lau lintas ,penutup lubang
selokan ,dsb).
Kuasa
- rudapaksa menggilas
mekanisme
regangan uretra akibat pergeseran posisi struktur fiksasinya ,ligamenta puboprostatik dan
perlekatan kospus karvenosum ke rami isio pubik.
Klasifikasi :
- ringan (grade 1 )
- berat (gradeIII)
- ringan
2
- sedang
- Berat
a. ruptura uretra
- ringan
gejala kliniknya adalah perdarahan per uretra yang bukan suatu hematuria tetapi darah
langsung keluar dari uretra .
- sedang
gejala kliniknya adalah adanya hematom yang besar tapi tidak progresif karena hematom
tetap dalam bulbus karvenosus.
- berat
gejala kliniknya darah akan mengalir keluar dan terus menjular kebawah kulit (subkutis)
oleh karena itu terbentuk hematom progresif , mula-mula didaerah perinium , terus ke
skrotum ,daerah ingunal,suprapubik sampai di penis .
bila dari anamnesis diketahui ada trauma dan pada peadaan klinik ditemukan hematom
progresif demikian ini jeals ”straddle injury” berat tidak perlu foto rontgen lagi bila tidak
segera diobati penderita dapat meninggal akibat perdarahan atau urosepsis.
Penatalaksanan
- ringan
3
selalu konservativ ,lakukan sistostomi dan antibiotika untuk profilaksi ada bahaya
striktura dikemudian hari .
- sedang
a. bila hematom kecil dilakukan terapi konservatif, yaitu kateter dover selama 1-2 minggu
dan antibiotika untuk profilaksis
b. bila hematom besar , dilakukan prosedur yang sama dengan yan gberat , karena kadang-
kadang dalam hematom terjadi infeksi sekunder sehingga terbentuksuatu lubang dan
kateter terlihat dari luar .sebelum terjadi kerusakan demikian lebih baik dilakukan
operasi.
- berat
dilakukan operasi peneotomi (dari kuit samapi daerah yang robek atau hematom) dan :
b. kateter dipasang di uretra ,akan tampak ujung kateter menonjol kedaerah operasi dan
kateter akan dibelokkan masuk uretra bagian proksimal .
c. hemostatis sebaik-baiknya.
d. Dinding uretra dijahit ”interrupted” dengan ”catgut” dan ”non traumatic neddle”
Kemungkin trauma uretra dapat diminimalkan dengan menggunakan kateter yang ukurannya
tepat. Kateter terlebih dahulu dilumasi secara adekuat sehingga dapat dimasukan kedalam uretra
dengan mudah dan lancar.penyisipan kateter ini dilakukan sejauh mungkin kedalam kandung
kemih untuk mencegah trauma jaringan uretra pada saat balon retensi pada kateter
dikembangkan.manipulasi kateter paling sering menjadi penyebab kerusakan mukosa kandung
kemih pada pasien yang mendapat kateterisasi.Dengan demikian infeksi akan terjadi tanpa
terelakan ketika urin mengenai mukosa yang rusak itu.Kateter harus difiksasi dengan tepat untuk
mencegahgerakan kateteryang menyebabkan regangan atau tarikan pada uretra atau yang
membuat kateter terlepas tanpa sngaha.perhatianharus diberikan untuk memastikan agar setiap
pasien yang berada dalam kondisi kebingungan tidak melepaskan kateter tanpa disadari pada saat
balon retensi masih mengembang karena kejadian ini akan menyebabkan perdarahan dan trauma
yang cukup luas pada uretra.
4
Pada pasien laki-laki ,selang drainase (bukab kateter) diplester disebelah lateral pada pasien
untuk mencegah penekanan uretra pada sambungan penoskrotal yang akhirnya dapat
menyebabkan pembentukan fistula uretrokutaneus.
Pada pasien wanita, selang drainase yang dihubungkan dengan kateter diplester pada paha pasien
untuk mencegah tekanan dan tarikan pada kandung kemih.
(Bruner and suddarth, 2002)
Komplikasi
Gambaran klinis
Tertdapat perdarahan per-uretram yaitu darah yang keluar dari meatus uretra eksternum setelah
mengalami terauma (harus di bedakan dengan hematuri,yaitu urine bercampur darah )
Pada trauma uretre yang berat,pasien tidak dapat miksi sehingga terjadi retensi urine.
Prosedur diagnostic.
Diagnosis ditegakan melalui foto oretrografi dengan memasukan kontras melalui uretra,sehingga
dapat diketahui adanya ruftur uretra dan lokasinya.
Pemeriksaan rectal untuk mengetahui hematoma pada kandung kemih yang tinggi.
Infus urography untuk mengevaluasi status renal dan level dari bladder
Asuhan keperawatan
1. pengkajian
5
a. identitas pasien :
1. nama
2. umur
3. jenis kelamin
4. agama
5. pendidikan
6. pekerjaan
7. status perkawinan
8. alamat
b. riwayat kesehatan umum meliputi berbagai ganguan penyakit yang lalu ,berhubungan
dengan atau yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang.
1. poliuri
2. oliguri
4. urgensi
5. nocturi
9 inkontinentia urine.
6
1. disuri
3. hematuri
4. piuri
5 lithuri
e. adakah ras sakit terdapat pada daerah setempat atay secara umum
- data fisik
Inpeksi
Palpasi :
o tingkat kesdaran
- data psikologis
7
Tingkat adaptasi pasien terhadap penyakit
Penanggulangan masalah .
Diagnosa keperawatan 1
Intervensi 1
- dorong pasien menyatakan masalah ,mendengar dengan aktif pada masalah ini dan
berikan dukungan dengan menerima , tinggal dengan pasien dan memberikan informasi
yang tepat .
- dorong penggunaan teknik relaksasi contoh pedoman imajinasi dan visualisasi aktivitas
terapeutik.selidiki dan laporkan kekuatan otot abdomen melindungi daerah mana yang
sakit dan nyeri lepas .
- kolaborasi
Evaluasi 1
2. pasien tenang
8
diagnosa keperawatan 2 :
perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan bedah diversi ,trauma jaringan ,edema
pasca operasi .
- kehilangan kontinen
Pasien akan menunjukan aliran urine terus menerus dengan haluaran urine adekuat untuk situasi
individu.
Intervensi 2 :
- Kaji adanya kateter uretral beri label ” kanan” dan ”kiri” dan observasi aliran urine pada
tiap saluran
- Posisi selang dan drainase kantung ,sehingga memungkinkan tidak terhambatnya aliran
urine, awasi / lindungi letak selang .
- Awasi tanda vital , kaji nadi perifer, turgor kulit, pengisian kapiler, dan mukosa mulut,
timbang tiap hari.
- Kolaborasi
Evaluasi 2 :
9
Diagnosa keperawatan 3 :
Potensial terjadinyainfeksi sekunder sehubungan dengan keluarnya cairan yang keluar terus
menerus dari kemaluan
Intervensi keperawatan 3 :
Evaluasi 3 :
10
Daftar pustaka :
1 Bruner and suddarth, keperawatan medikal bedah vol. 2, jakarta, EGC, 2002.
2. Purnawan junadi , Atiek S Soesmanto, Husna Amelz, Kapita selekta kedokteran edisi II,
therapy, 1982.
11