3. Penyakit lain.
PENYAKIT PERADANGAN
Adapun penyebab peradangan pada IMS yang paling sering dijumpai, adalah:
Bakteri:
1. GONORE (GO)
Gonore atau yang sering kita sebut kencing nanah adalah salah satu jenis infeksi menular
seksual (IMS) yang umum dan disebabkan oleh bakteri bernama Neisseria gonorrhoeae atau
gonococcus. Gonore dapat menyerang siapapun baik Perempuan maupun laki-laki bisa
terjangkit infeksi ini. Bakteri gonococcus biasanya ditemukan di cairan penis dan vagina dari
orang yang terinfeksi.
2.KLAMIDIA
Infeksi Klamidia adalah IMS yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis yang
terutama menyerang leher rahim.
3.VAGINOSIS BAKTERIAL
Adalah infeksi pada alat kelamin yang disebabkan oleh campuran bakteri Gardnerella
Vaginalis dan Bakteri Anaerob.
Jamur
KANDIDIASIS VAGINA
Adalah keputihan yang disebabkan oleh jamur Candida albicans. Pada keadaan normal spora jamur ini memang
terdapat di kulit maupun di dalam lubang kemaluan perempuan. Tetapi pada keadaan tertentu (penyakit
kencing manis, kehamilan, pengobatan steroid, antibiotik), jamur ini dapat meluas sedemikian rupa sehingga
menimbulkan keputihan. Penyakit ini tergolong IMS, tetapi pasangan seksual dan perempuan yang terinfeksi
jamur ini dapat mengeluh gatal dengan gejala bintik-bintik kemerahan di kulit kelamin.
Parasit
TRIKOMONIASIS
Adalah IMS yang disebabkan oleh parasit Trichomonas Vaginalis
II. HERPES
Herpes kelamin merupakan IMS yang disebabkan virus Herpes Simplek (HSV) tipe 1 dan 2
yang menimbulkan luka atau lecet pada kelamin.
PENYAKIT LAIN
I. KUTIL KELAMIN
Kutil kelamin atau Kandiloma Akuminata merupakan salah satu bentuk IMS yang disebabkan
oleh Human papilloma virus(HPV) yaitu berupa kutil di sekitar alat kelamin, bahkan sampai
kebagian dalam liang kemaluan dan leher rahim.
II. KUTU
Kutu yang muncul di bulu alat kelamin, lain dari kutu yang muncul di rambut kepala
Klasifikasi ISK secara garis besar dibagi menjadi ISK simpleks (uncomplicated) dan ISK
rumit (complicated).
ISK simpleks diartikan sebagai sistitis pada wanita yang tidak hamil, tidak memiliki
gangguan sistem imun, tidak memiliki kelainan anatomi dan fungsi dari saluran kemih, dan
tidak menunjukkan gejala adanya invasi jaringan atau infeksi sistemik.
Semua jenis ISK yang tidak termasuk ke dalam ISK simple digolongkan sebagai ISK rumit /
dengan penyulit.
ISK dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi terjadinya infeksi menjadi ISK bagian bawah
dan ISK bagian atas.
ISK bagian bawah terdiri dari sistitis (infeksi pada kandung kemih) dan urethritis (infeksi
pada uretra).
ISK bagian atas terdiri dari ureteritis (ureter), pyelitis (tubulus kolektivus bagian atas),
pyelonefritis (parenkim ginjal)
2.1 Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan bakteriuria patogen
dengan colony forming units per mL CFU/ ml urin > 105, dan lekositouria >10 per lapangan pandang besar,
disertai manifestasi klinik4 ISK akhir-akhir ini juga didefinisikan sebagai suatu respon inflamasi tubuh terhadap
invasi mikroorganisme pada urothelium.
2.2 Epidemilogi
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemukan di praktik umum. Kejadian
ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang
mengakibatkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. ISK cenderung terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai factor predisposisi.
Menurut penelitian, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya.
Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah
(School girls) 1% meningkat menjadi 5 % selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik
meningkat mencapai 30% pada laki-laki dan perempuan jika disertai faktor predisposisi .
2.3 Etiologi
Pada umumnya ISK disebabkan oleh mikroorganisme tunggal seperti:
Eschericia coli merupakan mikroorganisme yang paling sering diisolasi dari pasien dengan ISK
simtomatik maupun asimtomatik
Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus spp (33% ISK anak laki-laki berusia 5
tahun), Klebsiella spp dan Stafilokokus dengan koagulase negatif
Pseudomonas spp dan MO lainnya seperti Stafilokokus jarang dijumpai, kecuali pasca kateterisasi
2.4 Patogenesis
Patogenesis bakteriuri asimtomatik menjadi bakteriuri simtomatik tergantung dari patogenitas bakteri sebagai
agent, status pasien sebagai host dan cara bakteri masuk ke saluran kemih (bacterial entry.)
Strain bakteri E. coli hidup atau berkoloni di usus besar atau kolon manusia. Beberapa strain bakteri E.
coli dapat berkoloni di daerah periuretra dan masuk ke vesika urinaria. Strain E. coli yang masuk ke saluran
kemih dan tidak memberikan gejala klinis memiliki strain yang sama dengan strain E. coli pada usus (fecal
E.coli), sedangkan strain E. coli yang masuk ke saluran kemih manusia dan mengakibatkan timbulnya
manifestasi klinis adalah beberapa strain bakteri E. coli yang bersifat uropatogenik dan berbeda dari sebagian
besar E.coli di usus manusia (fecal E.coli). Strain bakteri E.coli ini merupakan uropatogenik E.coli (UPEC) yang
memiliki faktor virulensi8.
Peranan Perlengketan Mukosa oleh Bakteri (Bacterial attachment of mucosa)
Fimbriae atau pili memiliki ligand di permukaannya yang berfungsi untuk berikatan dengan reseptor
glikoprotein dan glikolipid pada permukaan membran sel uroepithelial. Fimbriae atau pili dibagi berdasarkan
kemampuan hemaaglutinasi dan tipe sugar yang berada pada permukaan sel. Pada umumnya P fimbriae yang
dapat menaglutinasi darah, berikatan dengan reseptor glikolipid antigen pada sel uroepithelial, eritrosit
(antigen terhadap P blood group) dan sel-sel tubulus renalis. Sedangkan fimbriae tipe 1 berikatan dengan sisa
mannoside pada sel uroepithelial3.
Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami perubahan bergantung dari respon faktor luar.
Konsep variasi MO ini menunjukkan peranan beberapa penentu virulensi yang bervariasi di antara individu dan
lokasi saluran kemih. Oleh karena itu ketahanan hidup bakteri berbeda dalam vesika urinaria dan ginjal 1.
Selain itu urin juga memiliki karakter spesifik (osmolalitas urin, konsentrasi urin, konsentrasi asam
organik dan pH) yang dapat menghambat pertumbuhan dan kolonisasi bakteri pada mukosa saluran kemih.
Menurut penelitian urin juga mengandung faktor penghambat perlekatan bakteri yakni Tamm-Horsfall
glycoprotein, dikatakan bahwa bakteriuria dan tingkat inflamasi di saluran kemih meningkat pada defisit THG.
THG membantu mengeliminasi infeksi bakteri pada saluran kemih dan berperan sebagai salah satu mekanisme
pertahanan tubuh3.
Retensi urin, stasis, dan refluks urin ke saluran cerna bagian atas juga dapat meningkatkan
pertumbuhan bakteri dan infeksi. Selain itu, abnormalitas anatomi dan fungsional saluran kemih yang dapat
menganggu aliran urin dapat meningkatkan kerentanan host terhadap ISK1,3. Keberadaan benda asing seperti
adanya batu, kateter, stent dapat membantu bakteri untuk bersembunyi dari mekanisme pertahanan host 3,9
Penelitian laboratorium mengungkapkan bahwa golongan darah dan status secretor mempunyai
kontribusi untuk kepekaan terhadap ISK. Prevalensi ISK juga meningkat terkait dengan golongan darah AB, B
dan PI (antigen terhadap tipe fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe golongan darah lewis1.
Penyebaran secara hematogen umumnya jarang, namun dapat terjadi pada pasien dengan
immunocompromised dan neonatus. Staphylococcus aureus, Spesies Candida, dan Mycobacterium tuberculosis
adalah kuman patogen yang melakukan perjalanan melalui darah untuk menginfeksi saluran kemih 2,3,4,9.
Penyebaran limfatogenous melalui dubur, limfatik usus, dan periuterine juga dapat menyebabkan
invasi MO ke saluran kemih dan mengakibatkan ISK. Selain itu, invasi langsung bakteri dari organ yang
berdekatan ke dalam saluran kemih seperti pada abses intraperitoneal, atau fistula vesicointestinal atau
vesikovaginal dapat menyebabkan ISK3.
2.5 Klasifikasi
Berdasarkan letak anatomi, ISK digolongkan menjadi:
Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer oleh radang jaringan interstitial
sekunder mengenai tubulus dan akhirnya dapat mengenai kapiler glomerulus, disertai manifestasi klinik dan
bakteriuria tanpa ditemukan kelainan radiologik. PNA ditemukan pada semua umur dan jenis kelamin
walaupun lebih sering ditemukan pada wanita dan anak-anak. Pada laki-laki usia lanjut, PNA biasanya disertai
hipertrofi prostat.
Pielonefritis Kronik (PNK) adalah kelainan jaringan interstitial (primer) dan sekunder mengenai tubulus dan
glomerulus, mempunyai hubungan dengan infeksi bakteri (immediate atau late effect) dengan atau tanpa
bakteriuria dan selalu disertai kelainan-kelainan radiologi. PNK yang tidak disertai bakteriuria disebut PNK fase
inaktif. Bakteriuria yang ditemukan pada seorang penderita mungkin berasal dari pielonefritis kronik fase aktif
atau bakteriuria tersebut bukan penyebab dari pielonefritis tetapi berasal dari saluran kemih bagian bawah
yang sebenarnya tidak memberikan keluhan atau bakteriuria asimtomatik. Jadi diagnosis PNK harus
mempunyai dua kriteria yakni telah terbukti mempunyai kelainan-kelainan faal dan anatomi serta kelainan-
kelainan tersebut mempunyai hubungan dengan infeksi bakteri. Dari semua faktor predisposisi ISK,
nefrolithiasis dan refluks vesiko ureter lebih memegang peranan penting dalam patogenesis PNK. Pielonefritis
kronik mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Pada PNK juga
sering ditemukan pembentukan jaringan ikat parenkim 1.
Sistitis terbagi menjadi sistitis akut dan sistitis kronik. Sistitis akut adalah radang selaput mukosa kandung
kemih (vesika urinaria) yang timbulnya mendadak, biasanya ringan dan sembuh spontan ( self-limited disease)
atau berat disertai penyulit ISKA (pielonefritis akut). Sistitis akut termasuk ISK tipe sederhana ( uncomplicated
type). Sebaliknya sistitis akut yang sering kambuh (recurrent urinary tract infection) termasuk ISK tipe
berkomplikasi (complicated type), ISK jenis ini perlu perhatian khusus dalam pengelolaannya.
Sistitis kronik adalah radang kandung kemih yang menyerang berulang-ulang (recurrent attact of cystitis)
dan dapat menyebabkan kelainan-kelainan atau penyulit dari saluran kemih bagian atas dan ginjal. Sistitis
kronik merupakan ISKB tipe berkomplikas, dan memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari faktor
predisposisi4.
Sindrom uretra akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering
dinamakan sistitis abakterialis karena tidak dapat diisolasi mikroorganisme penyebabnya. Penelitian terkini
menunjukkan bahwa SUA disebabkan oleh MO anaerobik.
Lokal Sistemik
Manifestasi klinik pada infeksi saluran kemih atas dan infeksi saluran kemih bawah pada pasien dewasa
dapat dilihat pada gambar berikut:
Pada pielonefritis akut (PNA), sering ditemukan panas tinggi (39.5°C-40,5°C), disertai menggigil dan
sakit pinggang1. Pada pemeriksaan fisik diagnostik tampak sakit berat, panas intermiten disertai menggigil dan
takikardia. Frekuensi nadi pada infeksi E.coli biasanya 90 kali per menit, sedangkan infeksi oleh kuman
staphylococcus dan streptococcus dapat menyebabkan takikardia lebih dari 140 kali per menit. Ginjal sulit
teraba karena spasme otot-otot. Distensi abdomen sangat nyata dan rebound tenderness mungkin juga
ditemukan, hal ini menunjukkan adanya proses dalam perut, intra peritoneal. Pada PNA tipe sederhana
(uncomplicated) lebih sering pada wanita usia subur dengan riwayat ISKB kronik disertai nyeri pinggang ( flank
pain), panas menggigil, mual, dan muntah. Pada ISKA akut (PNA akut) tipe complicated seperti obastruksi,
refluks vesiko ureter, sisa urin banyak sering disertai komplikasi bakteriemia dan syok, kesadaran menurun,
gelisah, hipotensi hiperventilasi oleh karena alkalosis respiratorik kadang-kadang asidosis metabolik.
Pada pielonefritis kronik (PNK), manifestasi kliniknya bervariasi dari keluhan-keluhan ringan atau tanpa
keluhan dan ditemukan kebetulan pada pemeriksaan urin rutin. Presentasi klinik PNK dapat berupa proteinuria
asimtomatik, infeksi eksaserbasi akut, hipertensi, dan gagal ginjal kronik (GGK).
Manifestasi klinik pada sistitis akut dapat berupa keluhan-keluhan klasik seperti polakisuria, nokturia,
disuria, nyeri suprapubik, stranguria dan tidak jarang dengan hematuria. Keluhan sistemik seperti panas
menggigil jarang ditemukan, kecuali bila disertai penyulit PNA. Pada wanita, keluhan biasanya terjadi 36-48 jam
setelah melakukan senggama, dinamakan honeymoon cystitis. Pada laki-laki, prostatitis yang terselubung
setelah senggama atau minum alkohol dapat menyebabkan sistitis sekunder 1,4.
Pada sistitis kronik, biasanya tanpa keluhan atau keluhan ringan karena rangsangan yang berulang-
ulang dan menetap. Pada pemeriksaan fisik mungkin ditemukan nyeri tekan di daerah pinggang, atau teraba
suatu massa tumor dari hidronefrosis dan distensi vesika urinaria.
Manifestasi klinis sindrom uretra akut (SUA) sulit dibedakan dengan sistitis. Gejalanya sangat miskin,
biasanya hanya disuri dan sering kencing1.
Pemeriksaan mikroskopik urin terdiri dari sedimen urin tanpa putar (100 x) dan sedimen urin dengan
putar 2500 x/menit selama 5 menit. Pemeriksaan mikroskopik dengan pembesaran 400x ditemukan bakteriuria
>105 CFU per ml. Lekosituria (piuria) 10/LPB hanya ditemukan pada 60-85% dari pasien-pasien dengan
bakteriuria bermakna (CFU per ml >10 5). Kadang-kadang masih ditemukan 25% pasien tanpa bakteriuria. Hanya
40% pasien-pasien dengan piuria mempunyai bakteriuria dengan CFU per ml >10 5. Analisa ini menunjukkan
bahwa piuria mempunyai nilai lemah untuk prediksi ISK.
2.7.3 Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi yaitu dengan Colony Forming Unit (CFU) ml urin. Indikasi CFU per ml antara lain
pasien-pasien dengan gejala ISK, tindak lanjut selama pemberian antimikroba untuk ISK, pasca kateterisasi, uji
saring bakteriuria asimtomatik selama kehamilan, dan instrumentasi. Bahan contoh urin harus dibiakan lurang
dari 2 jam pada suhu kamar atau disimpan pada lemari pendingin. Bahan contoh urin dapat berupa urin tengah
kencing (UTK), aspirasi suprapubik selektif.
Interpretasi sesuai dengan kriteria bakteriura patogen yakni CFU per ml >10 5 (2x) berturut-turut dari UTK,
CFU per ml >105 (1x) dari UTK disertai lekositouria > 10 per ml tanpa putar, CFU per ml >10 5 (1x) dari UTK
disertai gejala klinis ISK, atau CFU per ml >10 5 dari aspirasi supra pubik. Menurut kriteria Kunin yakni CFU per
ml >105 (3x) berturut-turut dari UTK..
2.8 Terapi
2.8.1 Infeksi saluran kemih atas (ISKA)
Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut (PNA) memerlukan rawat inap untuk memelihara status
hidrasi dan terapi antibiotik parenteral minimal 48 jam. Indikasi rawat inap pada PNA antara lain kegagalan
dalam mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotik oral, pasien sakit berat, kegagalan
terapi antibiotik saat rawat jalan, diperlukan investigasi lanjutan, faktor predisposisi ISK berkomplikasi, serta
komorbiditas seperti kehamilan, diabetes mellitus dan usia lanjut.
The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga alternative terapi antibiotic IV
sebagai terapi awal selama 48-72 jam, sebelum adanya hasil kepekaan biakan yakni fluorokuinolon,
amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin dan sefalosporin spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.
Pada sistitis akut, antibiotika pilihan pertama antara lain nitrofurantoin, ampisilin, penisilin G, asam
nalidiksik dan tetrasiklin. Golongan sulfonamid cukup efektif tetapi tidak ekspansif. Pada sistitis kronik dapat
diberikan nitrofurantoin dan sulfonamid sebagai pengobatan permulaan sebelum diketahui hasil
bakteriogram4.
2.9 Komplikasi
Komplikasi ISK bergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana (uncomplicated) dan ISK tipe berkomplikasi
(complicated).
Abses perinefritik merupakan komplikasi ISK pada pasien DM (47%), nefrolitiasis (41%), dan obstruksi
ureter (20%).
2.10 Prognosis
Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan penyembuhan 100% secara klinik
maupun bakteriologi bila terapi antibiotika yang diberikan sesuai. Bila terdapat faktor predisposisi yang tidak
diketahui atau sulit dikoreksi maka 40% pasien PNA dapat menjadi kronik atau PNK. Pada pasien Pielonefritis
kronik (PNK) yang didiagnosis terlambat dan kedua ginjal telah mengisut, pengobatan konservatif hanya
semata-mata untuk mempertahankan faal jaringan ginjal yang masih utuh. Dialisis dan transplantasi dapat
merupakan pilihan utama.
Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna, kecuali bila terdapat faktor-
faktor predisposisi yang lolos dari pengamatan. Bila terdapat infeksi yang sering kambuh, harus dicari faktor-
faktor predisposisi. Prognosis sistitis kronik baik bila diberikan antibiotik yang intensif dan tepat serta faktor
predisposisi mudah dikenal dan diberantas.
Epidemiologi
ISK dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak laki-laki.
Kejadian ISK pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai 10-100
kali lebih besar dibanding bayi dengan berat lahir normal (0,1-1%).
Sebelum usia 1 tahun, ISK lebih banyak terjadi pada anak laki-laki.
Sedangkan setelahnya, sebagian besar ISK terjadi pada anak perempuan.
Rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian ISK pada anak
perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada anak laki-laki.
Dan pada anak laki-laki yang disunat, risiko ISK menurun hingga menjadi 1/5-
1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat.
Escherichia coli adalah penyebab paling umum pada anak-anak, hingga 80%. Pada
bayi baru lahir (0-28 hari), infeksi diperantarai oleh aliran darah. Sedangkan setelah
usia itu, ISK umumnya terjadi dengan naiknya bakteri ke saluran kemih.
Staphylococcus saprophyticus
Proteus mirabilis. Selain menyebabkan infeksi, bakteri ini mengeluarkan zat yang
dapat memfasilitasi pembentukan batu di saluran kemih.
Mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan ISK adalah beberapa bakteri yang
umumnya menginfeksi saluran cerna dan Candida albicans, jamur yang umumnya
menginfeksi pasien dengan kateter (kateter : semacam selang) pada saluran kemihnya,
kekebalan tubuh yang rendah, diabetes mellitus, atau pasien dalam terapi antibiotik.
Sebagian besar ISK tidak dihubungkan dengan faktor risiko tertentu. Namun pada
ISK berulang, perlu dipikirkan kemungkinan faktor risiko seperti :
Konstipasi
Setelah lahir, area periuretra, termasuk uretra bagian distal, menjadi tempat
kolonisasi mikroorganisme aerob dan anaerob yang berfungsi sebagai barier
pertahanan terhadap kolonisasi kuman patogen saluran kemih. Pada anak yang
lebih kecil, enterobacteria dan enterococcus merupakan flora normal di
saluran kemih. Eschericia coli merupakan bakteri gram negatif yang dominan
pada anak perempuan, sedangkan E coli dan Proteus sp pada anak laki-laki.
Anak balita sering terkena ISK karena kolonisasi periuretra oleh E coli,
enterococci, dan Proteus sp. Pada umumnya kuman patogen ini ditemukan
pada tahun pertama kehidupan dan jarang didapatkan setelah >5 tahun.
Hampir semua ISK menyebar secara asendens. Gangguan dari flora periuretra
normal, yang merupakan bagian dari pertahanan tubuh melawan kolonisasi
bakteri patogen, mempermudah terjadinya ISK. Bakteri dari flora periuretra
berada di distal uretra, tetapi urine normal berada dalam keadaan steril di
proksimal uretra, kandung kemih, dan bagian proksimal lainnya pada saluran
kemih. Kuman patogen saluran kencing dapat mencapai kandung kemih dan
berkembang biak bila infeksi terjadi. Bakteri patogen tersebut berada di distal
uretra dan mungkin dapat mencapai kandung kemih sebab aliran turbulen
urine pada saat berkemih yang normal atau karena ketidakmampuan berkemih.
Kolonisasi di kandung kemih yang berhasil tak terjadi bila mekanisme
pertahanannya tak terganggu karena buang air kecil normalnya dapat
membersihkan kontaminasi bakteri secara lengkap.
Manifestasi klinis
Anak baru lahir-2 bulan : sering tak ada gejala di saluran kemih. ISK
ditemukan dengan adanya sepsis neonatus, kuning berkepanjangan, gagal
tumbuh, tak mau menyusu.
Anak 2 bulan - 2 tahun :Bayi dan anak-anak pada usia ini memiliki gejala
demam yang tidak diketahui sebabnya ( >38oC). Usia ini memiliki resiko
tinggi luka pada ginjal dibanding usia yang lebih tua, karena tanda yang
kurang menyebabkan keterlambatan pengobatan dengan antibiotik. Aturan 3
hari dapat membantu untuk mencegah hal tersebut terjadi. Contohnya jangan
hanya mengawasi bayi atau anak-anak dengan febris 3 hari yang tak diketahui
sebabnya tanpa pemeriksaan urine untuk evaluasi infeksi. Bayi sering
mendapat demam dan gejala lainnya, seperti rewel, tak mau menyusu, nyeri
perut, muntah dan diare.
Anak dengan usia 1-2 tahun datang dengan gejala sugestif sistitis akut. Gejala
biasanya menangis saat berkemih atau kencing yang berbau busuk tanpa
adanya demam (suhu <38oc).
Anak usia 2-6 tahun :Pada kelompok dengan demam ISK sering memiliki
gejala sistemik yaitu tak nafsu makan; rewel dan nyeri pada perut, panggul
dan punggung dengan atau tanpa kelainan berkemih.Pasien dengan sistitis akut
memiliki gejala berkemih dengan sedikit atau tanpa peningkatan suhu.
Disfungsi berkemih termasuk urgensi, frekuensi, hesistensi, disuria dan
inkontinensia urine.Nyeri suprapubis atau perut dapat ditemukan dan adanya
bau busuk pada urine.
Anak usia lebih tua dan adolesen: Sering mengenai saluran bagian bawah,
tetapi pyelonefritis akut masih mungkin. Gejalanya mirip pada anak usia 2-6
tahun.
Pemeriksaan penunjang
Kultur urine dilakukan dengan wadah yang steril yang melekat di daerah
perineal, yang tak menunjukkan pertumbuhan atau sangat sedikit (<10000
style="">Colony-forming unit[CFU]/ml), menjadi bukti yang kuat tak adanya
ISK.
penatalaksanaan
Pyelonefritis akut :
anak dengan pyeloneritis akut umumnya memerlukan cairan oral atau parenteral
dan antipiretik, sesegera terapi antibakteri. Asupan yang sesuai adalah 1-1,5X
kebutuhan rumatan biasa. Pada penyakit yang lebih ringan dapat diberikan
ccairan parenteral, pemberian antibakteri dan dapat dirawat di rumah. Pada
keadaan yang lebih berat seringnya perlu perawatan lebih.
Kultur urine dan tes sensitivitas dapat dilakukan pada 48 jam. Bila kuman
pathogen sensitif terhadap antibiotik yang digunakan, lanjutkan terapi dengan
rute parenteral hingga ada perbaikan klinis dan afebril setelah 24-36 jam.
Antibiotik oral yang efektif melawan organisme yang menginfeksi kemudian
digantikan dengan antiobiotik parenteral. Lanjutan terapi antibiotik oral kira-
kira untuk 10 hari setelah terapi parenteral berakhir. Lalu dilanjutkan dengan
terapi antibiotik untuk mencegah reinfeksi, diteruskan minimal hingga
dilakukan VCUG.
Anak dengan sistitis akut biasanya tidak memerlukan perawatan medis khusus,
selain terapi antibiotik yang sesuai dan menilai kembali frekuensi urine dan
masalah inkontinensia. Pada keadaan tertentu, analgesik diperlukan untuk
disuria atau spasme kandung kemih yang berat.
Bila respon klinis tak bagus setelah 2-3 hari, penggantian terapi mungkin
diperlukan. Dan bila memuaskan, terapi tak perlu diganti, walaupun data
laboratorium menunjukkan bahwa bakteri tak sesuai dengan antibiotik yang
digunakan.
Diikuti selama 5-7 hari untuk mengikuti gejala klinis dan mengevaluasi ulang
urinenya. Secara umum, terapi antibiotik selama 5-7 hari cukup untuk anak
dengan sistitis akut. Dosis tunggal dapat digunakan pada perempuan remaja
dengan sistitis akut. Terapi dosis tungal biasanya dapat menggunakan
amoxicillin (3gr) atau trimethroprim/sulfamethoxazole (320mg/1600mg, 2
tablet kekuatan ganda).
Berendam di air hangat selama 20-30 menit, 3-4 x per hari, sering meringankan
gejala. Dan penggunaan analgesik sistemik dengan asetaminofen atau
analgesik di kandung kemih dengan phenazopyridine hydrochloride
(Pyridium) dapat sangat membantu, dan tak boleh digunakan lebih dari 48 jam
because resiko methemoglobinemi, anemia hemolitik, dan efek samping lain.
Pada anak 2 bulan – 2 tahun dengan kecurigaan ISK dan tampak sakit berat, antibiotik
dapat diberikan secara parenteral. Perawatan di rumah sakit diindikasikan jika ada gejala
sepsis atau bakteremia. Sebagian pihak mengindikasikan perawatan di rumah sakit dan
pemberian antibiotik parenteral pada anak di bawah 6 bulan.
Sedangkan pada anak yang tidak tampak sakit berat, antibiotik yang diberikan
umumnya per oral (diminum). Beberapa antibiotik yang dapat digunakan adalah :
Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Sekitar 50% bakteri penyebab ISK
resisten terhadap amoxicillin. Namun obat ini masih dapat diberikan pada ISK
dengan bakteri yang sensitif terhadapnya.
Lama pemberian antibiotik pada ISK umumnya adalah 7 hari pada infeksi akut.
Walaupun ada pihak yang menganjurkan 10-14 hari, namun pemberian dalam waktu
sepanjang itu memberikan kemungkinan lebih besar untuk terjadinya resistensi, gangguan
bakteri normal di usus dan vagina, dan menyebabkan candidiasis.
Jika tidak ada perbaikan dalam 2 hari setelah pengobatan, contoh urin harus kembali
diambil dan diperiksa ulang. Kultur ulang setelah 2 hari pengobatan umumnya tidak
diperlukan jika diperoleh perbaikan dan bakteri yang dikultur sebelumnya sensitif terhadap
antibiotik yang diberikan. Jika sensitivitas bakteri terhadap antibiotik yang diberikan atau
tidak dilakukan tes sensitivitas/resistensi sebelumnya, maka kultur ulang dilakukan setelah 2
hari pengobatan.
Pencegahan:
Atasi konstipasi bila pasien terdapat disfungsi berkemih yang terkait dengan
pelebaran kronik rektum dengan feses.
Bila disfungsi berkemih menjadi faktor pencetus, perintahkan pasien untuk
kencing secara teratur.
Komplikasi:
Anak dengan pielonefritis akut dapat berkembang menjadi inflamasi lobus ginjal
atau abses ginjal.
Komplikasi jangka panjang dari pielonefritis akut adalah hipertensi, fungsi ginjal
terganggu, ESRD dan komplikasi terhadap kehamilan (cth. ISK, hipertensi pada
kehamilan, BBLR).
Prognosis:
Kerusakan ginjal pada komplikasi jangka panjang sebagai konsekuensi dari ISK
kadang-kadang ditemukan di awal abad ke-20, ketika pielonefritis akut menjadi sebab
sering hipertensi dan ESRD pada perempuan muda. Hipertensi, fungsi ginjal
terganggu, ESRD sekarang sering didapatkan pada bayi dengan kerusakan ginjal
intrauterine. Anak dengan resiko komplikasi ini biasanya ditemukan dengan USG
saluran kemih yang menunjukkan hidronefrosis. Penelitian pada neonatus
menyebutkan bahwa kerusakan ginjal terkait dengan obstruksi di saluran keluar
kandung kemih atau hidronefrosis non obstruktif karena VUR yang berat. Anak ini
mungkin mendapat tambahan kerusakan ginjal sebagai hasil dari infeksi, tetapi ISK
bukan faktor utama penyebab komplikasi renal.
Definisi
Epidemiologi
yang paling sering pada wanita yang aktif melakukan hubungan seksual,
penyakit ini dialami pada 15% wanita yang mendatangi klinik ginekologi, 10-
11,12
25% wanita hamil dan 33-37% wanita yang mendatangi klinik IMS.
prevalensi VB sebesar 29, 2% dan ditemukan prevalensi 3,13 kali lebih tinggi
pada Afro Amerika, Afrika dan Afro karibia dibandingkan dengan kulit
1. Aktivitas seksual
2. Douching
3. Merokok
Merokok dikatakan berkaitan dengan VB dan penyakit IMS lainnya,
dari penelitian yang dilakukan di Inggris dan Swedia, dikatakan merokok
dapat menekan sistem imun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi
serta dapat menekan pertumbuhan laktobasilus yang menghasilkan
14,15
hidrogen peroksidase. Mekanisme lain yang menghubungkan antara
merokok dan VB adalah, dikatakan rokok mengandung berbagai zat kimia,
nikotin, kotinin, dan benzopirenediolepoxide, yang mana zat – zat kimia ini
ada pada cairan mukosa servik perokok dan secara langsung dapat
merubah mikroflora vagina atau merusak sel langerhan pada epitel servik
yang menyebabkan terjadinya imunosupresi lokal.
4. Pengunaan AKDR
Etiologi
1. G. vaginalis
G. vaginalis merupakan bakteri berbentuk batang gram negatif,
tidak berkapsul dan nonmotile. Selama 30 tahun terakhir, berbagai
literatur menyatakan G. vaginalis berkaitan dengan VB. Dengan
media kultur yang lebih sensitif G. vaginalis dapat diisolasi pada
wanita tanpa tanda- tanda infeksi vagina. G.vaginalis diisolasi sekitar
>90 % pada wanita dengan VB. Saat ini dipercaya G.vaginalis
berinteraksi dengan bakteri anaerob dan M.hominis menyebabkan
VB. Gardner dan Duke juga mengisolasi organisme lain dan
berkesimpulan bahwa G.vaginalis bukan merupakan penyebab satu
– satunya VB.
2. Bakteri anaerob
3. Mycoplasma genital
4. Mikroorganisme lainnya
Wanita dengan VB tidak mempunyai peningkatan streptokokus
grup B, stafilokokus koagulase negatif, tetapi mempunyai peningkatan
yang bermakna dari bakteri yang merupakan karier vagina yaitu
kelompok spesies streptococcus viridians, streptococcus asidominimus,
dan stresptocccus morbilorum. Suatu analisis multivariat menemukan
hubungan antara VB dengan empat kategori bakteri vagina yaitu ;
Mobiluncus spesies, kuman batang gram negatif anaerob, G.vaginalis dan
M.hominis. Prevalensi masing – masing mikroorganisme meningkat pada
wanita dengan VB. Selain itu organisme – organisme tersebut ditemukan
pada konsentrasi 100 – 1000 lebih besar pada wanita dengan VB
dibandingkan pada wanita normal, sedangkan konsentrasi laktobasilus
menurun pada wanita pasien VB.
Patogenesis
Gambaran klinik
Diagnosis
1. Kriteria Amsel
a. Sekret vagina
2. Kultur
3.Pewarnaan gram
Dengan tujuan untuk mendiagnosis VB secara objektif ,
Spiegel dan kawan – kawan memperkenalkan pewarnaan gram
untuk diagnosis VB. Sistem skoring pewarnaan gram dipakai untuk
metode standar untuk diagnosis VB berdasarkan tiga morfotipe ,
yaitu kuman batang gram positif besar (laktobasilus), kuman
batang gram negatif kecil atau bervariasi (Gardnerella) dan kuman
batang anaerob
(Mobiluncus).
Diagnosis banding
Pengobatan
Komplikasi
2.1. PENGERTIAN
Vulvovaginitis adalah peradangan atau infeksi pada vulva dan vagina. Vulvovaginal
kandidiasis adalah nama yang sering diberikan untuk Candida albicans vagina infeksi
berhubungan dengan dermatitis dari vulva (gatal ruam). 'Vaginal thrush', dan 'monilia' juga
nama-nama untuk Candida albicans infeksi.
Candida albicans adalah jamur ragi biasanya bertanggung jawab atas vulva gatal dan
pengosongan. Hal ini umumnya pelaku bahwa perempuan selalu merujuk pada setiap
Vulvovaginal gatal sebagai "infeksi jamur," tapi perlu diketahui bahwa semua tidak selalu
gatal disebabkan oleh ragi.
2.2. ETIOLOGI
Vulvovaginitis dapat mempengaruhi perempuan dari segala usia dan sangat umum. Hal ini
dapat disebabkan oleh bakteri, ragi, virus, dan parasit lain. Beberapa penyakit menular
seksual juga dapat menyebabkan vulvovaginitis, seperti yang bisa ditemukan berbagai bahan
kimia gelembung mandi, sabun, dan parfum. Faktor-faktor lingkungan seperti kebersihan
yang buruk dan alergen juga dapat menyebabkan kondisi ini.
Candida albicans, yang menyebabkan infeksi jamur, adalah salah satu penyebab paling
umum vulvovaginitis perempuan dari segala usia. Penggunaan antibiotik dapat menyebabkan
infeksi jamur dengan membunuh antijamur normal bakteri yang hidup di vagina. Infeksi
jamur kelamin biasanya menyebabkan gatal-gatal dan tebal, putih discharg vagina, dan gejala
lain. Untuk informasi lebih lanjut, lihat: ragi infeksi vagina. Penyebab lain adalah
vulvovaginitis bakteri vaginosis, suatu pertumbuhan berlebih dari jenis bakteri tertentu dalam
vagina. Bakteri vaginosis dapat menyebabkan tipis, warna abu-abu vagina dan bau amis.
Sebuah penyakit menular seksual yang disebut Trichomonas vaginitis infeksi adalah
penyebab umum lain. Infeksi ini mengarah ke kelamin gatal, bau vagina, dan vagina yang
berat, yang mungkin kuning-abu atau warna hijau.Gelembung mandi, sabun, vagina
kontrasepsi, feminin semprotan, dan parfum dapat menyebabkan iritasi ruam gatal di daerah
genital, sedangkan nonabsorbent ketat atau pakaian kadang-kadang menyebabkan ruam
panas.
Jengkel jaringan lebih rentan terhadap infeksi daripada jaringan normal, dan banyak
organisme penyebab infeksi berkembang dalam lingkungan yang hangat, lembab, dan gelap.
Tidak hanya faktor-faktor ini dapat berkontribusi pada penyebab vulvovaginitis, mereka
sering memperpanjang periode pemulihan.
Kurangnya estrogen pada wanita postmenopause dapat menyebabkan kekeringan vagina
dan penipisan kulit vagina dan vulva, yang juga dapat menyebabkan atau memperburuk
kelamin gatal dan terbakar.
Nonspesifik vulvovaginitis (di mana penyebab dapat diidentifikasi) dapat dilihat dalam
semua kelompok usia, tetapi paling sering terjadi pada anak gadis sebelum pubertas. Setelah
pubertas dimulai, vagina menjadi lebih asam, yang cenderung untuk membantu mencegah
infeksi.
Vulvovaginitis nonspesifik dapat terjadi pada anak perempuan dengan genital miskin
kebersihan dan ditandai oleh berbau busuk, coklat-hijau pelepasan dan iritasi labia dan
vagina. Kondisi ini sering dikaitkan dengan pertumbuhan berlebih dari suatu jenis bakteri
yang biasanya ditemukan di dalam tinja. Bakteri ini kadang-kadang menyebar dari anus ke
area vagina dengan mengusap dari belakang ke depan setelah menggunakan kamar mandi.
Pelecehan seksual harus dipertimbangkan pada anak-anak dengan infeksi yang tidak biasa
dan berulang episode dijelaskan vulvovaginitis. Neisseria gonorrhoeae, organisme yang
menyebabkan gonore, menghasilkan gonokokal vulvovaginitis di gadis-gadis muda.
Gonocorrhea vaginitis terkait dianggap sebagai penyakit menular seksual. Jika tes
laboratorium mengkonfirmasi diagnosis ini, gadis-gadis muda harus dievaluasi untuk
pelecehan seksual.
Sekitar 20% dari non-hamil wanita usia 15-55 pelabuhan Candida albicans dalam vagina.
Sebagian besar tidak mempunyai gejala dan itu berbahaya bagi mereka. Pertumbuhan yang
berlebihan dari Candida albicans menyebabkan berat dadih putih seperti vagina, rasa panas di
vagina dan vulva dan / atau ruam gatal di vulva dan kulit di sekitarnya.
Estrogen menyebabkan lapisan vagina untuk dewasa dan mengandung glikogen, sebuah
substrat yang Candida albicans berkembang. Kurangnya estrogen pada wanita yang lebih
muda dan lebih tua membuat kandidiasis Vulvovaginal jarang terjadi.
Pertumbuhan yang berlebihan dari Candida albicans terjadi paling sering dengan:
Kehamilan
Dosis tinggi pil KB kombinasi dan estrogen berbasis terapi penggantian hormon
Sebuah rangkaian antibiotik spektrum luas seperti tetracycline atau amoxiclav
Diabetes mellitus
Anemia kekurangan zat besi
Defisiensi imunologis misalnya, infeksi HIV
Di atas kondisi kulit yang lain, sering psorias , Planus lumut atau lumut sclerosus.
Penyakit lain
2.3. PATOFISIOLOGI
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida sp. pada sel epitel vagina.
Kemampuan melekat ini lebih baik pada C.albicans daripada spesies Candida lainnya.
Kemudian, Candida sp. mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan
ikatan-ikatan protein sel pejamu sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu, Candida sp.
juga mengeluarkan mikotoksin –diantaranya gliotoksin– yang mampu menghambat aktivitas
fagositosis dan menekan sistem imun lokal. Terbentuknya kolonisasi Candida sp.
memudahkan proses invasi tersebut berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada pejamu.
2.5. KOMPLIKASI
Ketidaknyamanan yang tidak hilang
Infeksi kulit (dari garukan)
Komplikasi karena penyebab kondisi (seperti gonore dan infeksi kandida)
2.6. PENCEHAGAHAN
Untuk mencegah infeksi jamur, mengenakan pakaian katun agar udara dapat bersirkulasi.
Walaupun sejumlah obat untuk mengobati infeksi jamur baru-baru ini akan tersedia over-the-
counter, berhati-hati dalam membuat diagnosis diri terburu-buru.
Penggunaan kondom selama hubungan seksual bisa mencegah sebagian besar infeksi
menular seksual vagina. Tepat pas dan memadai penyerap pakaian, dikombinasikan dengan
baik kebersihan daerah genital juga mencegah banyak kasus infeksi non-vulvovaginitis.
Anak-anak harus diajarkan bagaimana cara benar membersihkan daerah genital saat
memandikan atau mandi. Tepat menyeka setelah menggunakan toilet juga akan membantu
(anak harus selalu menyeka dari depan ke belakang untuk menghindari memperkenalkan
bakteri dari anus ke vagina).Tangan harus dicuci bersih sebelum dan setelah menggunakan
kamar mandi.
2.7. PERAWATAN
Kadang-kadang Candida albicans infeksi tetap ada meski terapi konvensional yang
memadai. Pada beberapa wanita hal ini mungkin merupakan tanda kekurangan zat besi ,
diabetes melitus atau masalah imun, dan tes yang sesuai harus dilakukan.
Perempuan yang mengalami berulang Vulvovaginal Candida albicans melakukannya
karena infeksi persisten, daripada infeksi ulang. Tujuan dari perawatan dalam situasi ini
adalah untuk menghindari pertumbuhan berlebih dari kandida yang mengarah ke gejala,
daripada harus mampu mencapai pemberantasan menyelesaikan atau menyembuhkan.
Ada beberapa bukti bahwa langkah-langkah berikut dapat membantu:
Kapas atau uap air-wicking pakaian dalam dan pakaian longgar - menghindari stoking nilon.
Perendaman dalam garam mandi. Hindari sabun - menggunakan pembersih non-sabun atau
krim untuk mencuci berair.
Terapkan hidrokortison krim untuk mengurangi gatal dan mengobati sekunder dermatitis
mempengaruhi vulva.
Perlakukan dengan krim antijamur sebelum setiap periode menstruasi dan sebelum terapi
antibiotik untuk mencegah kambuh.
Sebuah perjalanan panjang sebuah antijamur topikal agen kadang-kadang diperlukan (tapi
hal ini mungkin sendiri menyebabkan dermatitis atau hasil dalam non-proliferasi candida
albicans).
Antijamur oral obat-obatan (itrakonazol atau flukonazol) dapat diambil secara teratur dan
sebentar-sebentar (misalnya sekali sebulan). Dosis dan frekuensi yang cukup bervariasi,
tergantung pada keparahan gejala. Oral agen antijamur mungkin tidak sesuai pada kehamilan.
Mereka membutuhkan resep.
Asam borat (boraks) 600mg sebagai supositoria pada malam hari dapat membantu untuk
mengasamkan vagina dan mengurangi kehadiran khamir (albicans dan non-candida albicans).
Langkah-langkah berikut belum ditunjukkan untuk membantu.
Perawatan pasangan seksual - laki-laki mungkin mendapatkan singkat reaksi kulit pada
penis, yang membersihkan cepat dengan krim antijamur. Memperlakukan laki-laki tidak
mengurangi jumlah episode kandidiasis pada pasangan wanita mereka.
Khusus gula rendah, rendah ragi atau yoghurt tinggi diet
Menempatkan yoghurt dalam vagina
Obat alami (dengan pengecualian asam borat)
2.1 Gonore
2.1.1 Definisi
kuman Neiserria gonorrhoeae. Kuman ini hanya mempunyai satu host, yaitu
manusia dan dapat menginfeksi pria maupun wanita. Penularannya melalui kontak
2,13,14
seksual antar manusia (vaginal, anal, atau oral).
2.1.2 Epidemiologi
15
dunia. Menurut data CDC, kasus gonore di Amerika mengalami peningkatan
dari tahun 2013 dengan 333.004 kasus menjadi 350.062 kasus di tahun 2014,
dimana jumlah kasus pria 186/.943 kasus sedangkan kasus wanita yaitu 162.608
kasus. Tidak semua kasus gonore bisa tercatat dengan baik di tiap negara salah
16,17
pada usia 20-24 tahun untuk pria maupun wanita.
terdapat 59 kasus gonore dan 21 kasus gonore yang mengalami ko-infeksi dengan
klamidia dari total 250 kasus. Meskipun demikian, kemungkinan kasus yang
7
8
2.1.3 Etiologi
diplokokus gram negatif, dengan sisi cekung berdekatan sehingga seperti bentuk
14
ginjal. Ukuran diameter dari kuman ini adalah 0,6-1,0 µm serta tidak bergerak,
tidak membentuk spora, dan berada di dalam dan/ luar sel lekosit
15
polimorfonuklear (PMN) dan fastidius. Selain itu, kuman ini tidak dapat
bertahan lama untuk hidup di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak
tahan suhu diatas 39ºC. Pada suhu 35-37ºC, pH 7,2-7,6 dapat tumbuh secara
19,20
optimal serta membutuhkan CO2 dengan konsentrasi 2-10%.
Kuman ini terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili pada
14
mempunyai pili, lebih besar, tidak berpigmen dan tidak virulen. Fungsi dari pili
21
atau menyebabkan resistensi terhadap pengobatan gonore. Membran luar dari
19
kuman ini tersusun atas protein, fosfolipid, dan lipooligosakarida (LOS).
9
19
Gambar 1. Kuman Neisseria gonorrhoeae
Gonore dapat terjadi pada semua manusia. Tetapi tidak semua manusia
mempunyai risiko tinggi untuk terinfeksi kuman penyebab gonore ini. Faktor-
adalah:
pertama kali
3. Penggunaan obat-obatan terutama secara injeksi, peminum alkohol
terinfeksi)
15,22,23
9. Sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah.
10
2.1.5 Patogenesis
membunuh kuman
6. Protein por (protein I): mencegah fusi dari fagolisosom pada netrofil
7. Protein opa (protein II): membantu penempelan kuman pada kuman lain
supaya bisa masuk ke dalam sel dalam waktu 24-48 jam. Dengan adanya
dan menyebabkan kerusakan sel epitel mukosa dan lapisan submukosa secara
progresif dan menyebabkan terbentuknya eksudat. Selanjutnya netrofil segera
masih dapat bertahan hidup di dalam netrofil sampai netrofil yang memakan
24,25
Tetapi hal tersebut masih belum diketahui penyebabnya.
1
1
paling sering menyerang permukaan mukosa dengan epitel kolumner yaitu organ
genital (utama). Selain itu, faring dan rektum juga dapat terinfeksi baik pada pria
maupun wanita. Infeksi yang terjadi pada endoserviks, faring, dan rektum
biasanya asimptomatik. Seorang ibu yang akan melahirkan secara normal namun
26
yang dilahirkan.
26
Infeksi kuman ini pada pria menyebabkan uretritis. Masa inkubasi rata-
rata 2-5 hari. Gejala tersering untuk uretritis adalah urethral discharge (kencing
menjadi bengkak, merah, perabaan hangat, dan terasa nyeri. Pada saat berkemih,
penderita akan merasakan nyeri dan rasa seperti terbakar yang berlebih. Uretritis
yang tidak segera diterapi, akan menyebabkan tanda dan gejala yang muncul
15,24
bertambah berat dan memuncak dalam waktu 2 minggu.
26
dan menyebabkan servisitis pada wanita. Gejala yang muncul adalah vaginal
discharge (cairan purulen dengan bau tidak sedap), disuria, nyeri saat
ringan. Gejala-gejala ini muncul 10 hari setelah pajanan. Namun umumnya infeksi
15,24
pada endoservik adalah asimptomatik (60-80%).
1
2
2.1.7.1 Spesimen
konjungtiva, cairan tubuh yang steril (cairan sinovial / cairan pleura / peritoneum).
Namun bergantung pada usia, dan jenis kelamin penderita gonore yang akan
Sedangkan pada wanita, swab pada endoservik dan diputar selama 10 detik.
15,27
gram, kultur, dan uji sensitivitas antibiotik.
2.1.7.2 Apusan
uretra dan endoservik dengan pewarnaan Gram. Hasil dikatakan positif bila
ditemukan adanya diplokokus gram negatif dengan bentuk seperti ginjal di dalam
dan atau diluar sel lekosit PMN. Apusan dengan spesimen eksudat uretra memiliki
spesifisitas (>99%) dan sensitivitas (>95%) lebih tinggi daripada eksudat
15
endoservik dengan spesifisitas (95%) dan sensitivitas (50%).
13
28
Gambar 2. Apusan Neisseria gonorrhoeae
2.1.7.3 Kultur
oleskan dengan segera sampel pada media untuk kultur kuman ini. Media yang
digunakan adalah media selektif yang diperkaya salah satunya Thayer Martin
Agar. Selanjumtnya harus di inkubasi pada suhu 35º-37ºC, dengan atmosfer yang
mengandung 5%-10% CO2 selama 18-24 jam. Dalam waktu tersebut akan tumbuh
dengan permukaan yang lebih kasar dan mengkilat. Namun tidak diperbolehkan
inkubasi lebih dari 48 jam dikarenakan koloni tidak dapat bertahan dan dapat
15,27,29
terjadi autolisis.
Tes oksidase merupakan suatu tes untuk mengetahui apakah suatu bakteri
dengan reagen oksidase akan menghasilkan warna biru dalam 10-30 detik dan itu
30
berarti positif tes oksidase.
31
Gambar 3. Tes Oksidase positif
untuk kuman Neisseria species yang sudah sering digunakan. Tes ini diuji
menggunakan media TCA (Cystine Trypticase Agar) yang mengandung glukosa,
maltosa, sukrosa, laktosa, dan fruktosa serta phenol red sebagai indikatornya.
Tidak semua spesies kuman ini dapat memfermentasi semua kandungan bahan.
32
memfermentasi glukosa.
31
Gambar 4. Tes Fermentasi positif
15
menggunakan 2 metode untuk uji sensitivitas antibiotik yaitu metode dilusi dan
difusi. Metode difusi merupakan cara yang sering digunakan untuk uji sensitivitas
antibiotik. Cakram kertas atau tablet yang mengandung antibiotik diletakan pada
media yang sudah ditanami kuman. Maka akan terbentuk zona jernih disekitar
adalah sensitif atau resisten. Hasil sensitif pada antibiotik levofloksasin dengan uji
difusi bila didapatkan diameter ≥31 mm, sedangkan antibiotik tiamfenikol bila
33,34
didapatkan diameter ≥18 mm.
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada wanita adalah PID (15%). PID dapat menyebabkan
infertilitas, nyeri panggul kronik, dan kehamilan ektopik. Pada pria dan wanita
8
memiliki risiko tinggi tertular HIV.
1
6
2.1.9 Terapi
Sefiksim 400 mg, dosis tunggal, per Tiamfenikol 3,5 g, dosis tunggal, per
oral oral
Levofloksasin 500 mg, dosis tunggal, Ofloksasin 400 mg, dosis tunggal, per
6
pertamapun berbeda.
17
2.2 Levofloksasin
fluor pada cincin kuinolon, yang baru dipublikasikan tahun 1980. Penambahan
atom fluor ini membuat perubahan yang signifikan, seperti daya antibakterinya
35
meningkat, dan spektrum semakin luas.
36
Gambar 5. Struktur kimia levofloksasin
18
2.2.1 Farmakokinetik
Pemberian secara oral dapat diserap dengan baik pada saluran cerna.
antibiotik ini baik pada berbagai organ tubuh. Waktu paruh levofloksasin 5-7 jam.
Antibiotik ini diberikan cukup 1 kali 1 hari. Kadar puncak di serum adalah 5,7
µg/mL dalam waktu 1-2 jam dengan dosis 500 mg. Dapat masuk ke jaringan dan
membunuh kuman yang ada di dalam sel jaringan. Metabolisme di hati dan
diekskresikan 87% melalui urin dalam waktu 48 jam dan sisanya melalui feses
35
dalam waktu 72 jam.
2.2.2 Farmakodinamik
Sifat dari levofloksasin adalah bakterisidal. Cara kerja dari antibiotik ini
adalah memblok sintesis DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) kuman dengan cara
menghambat topoisomerase II (DNA girase) dan IV pada kuman. Selain itu, daya
bunuh levofloksasin baik terhadap kuman gram positif dan sangat baik untuk
37
kuman aerob gram negatif.
2.2.3 Sediaan Obat
oral menggunakan tablet 250 mg, 500 mg,dan 750 mg. Namun untuk kasus
36
gonore menggunakan tablet 500 mg, dosis tunggal, per oral.
19
perut, diare
2.3 Tiamfenikol
Antibiotik ini dapat digunakan untuk melawan kuman gram positif maupun gram
2.3.1 Farmakokinetik
Antibiotik ini dapat masuk ke dalam cairan serebrospinal, tulang, dan sputum
serta memiliki waktu paruh yang panjang. Ekskresi nya melalui urin secara utuh,
35
sehingga dosis harus dikurangi pada pasien payah ginjal.
2.3.2 Farmakodinamik
menghambat sintesis protein kuman dengan menembus dinding sel dan mengikat
2
1
ribosom subunit 50s, dan menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan
35,38
peptida tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman.
Tiamfenikol memiliki sediaan kapsul 250 dan 500 mg untuk dewasa serta
suspensi 125mg/ 5ml. Sediaan yang digunakan untuk gonore adalah sediaan
35
kapsul dengan dosis 3,5 g, dosis tunggal, dan per oral.
Depresi eritropoesis
35
Lekopeni, trombositopeni.
2.4 Resistensi
Mekanisme resistensi antibiotik terhadap kuman Neisseria gonorrhoeae
ini terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu terbatasnya akses antibiotik menuju target
(kuman) dan resistensi yang berhubungan dengan kuman itu sendiri. Akses
berinteraksi dengan target, dan adanya ekspor aktif antibiotik dari sel. Afinitas
dari antibiotik akan berkurang bila terjadi perubahan pada kuman. Perubahan yang
antibiotik, terlalu sering menggunakan antibiotik, dan beberapa faktor lain, salah
satunya adalah perilaku seksual. Terjadinya resistensi pada suatu kuman, dapat
diberikan kepada kuman lain dengan cara mutasi, transduksi, transformasi, dan
35
konjugasi.
dari antibiotik ini karena adanya perubahan permeabilitas dan terjadinya efluk dari
sel. Selain itu juga terjadi mutasi pada gyrA, gen parC yang mengkode produksi
40
topoisomerase IV. Resistensi yang terjadi diperantarai oleh kromosom.
pH
Suhu
gonorrhoeae Neisseria gonorrhoeae
Konsentrasi
CO2
Kebiasaan hubungan
Host
Frekuensi Lama Rasionalitas
seksual
tubuh
dan pendidikan
Pilihan antibiotik
Levofloksasin
Sensitivitas Kuman
Neisseria gonorrhoeae
Tiamfenikol
2.7 Hipotesis
secara in vitro.
secara in vitro.
SIFILIS
Adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum yang bersifat akut dan
kronis ditandai dengan lesi primer diikuti dengan erupsi sekunder pada kulit dan selaput lendir.
A. Klasifikasi
Secara umum dapat dibagi menjadi dua
1.Kongenital
Sifilis stadium I (Sifilis primer), timbul 10-90 hari setelah terjadi infeksi. Lesi
pertama berupa makula atau papula merah yang kemudian menjadi ulkus (chancre),
dengan pinggir keras, dasar ulkus biasanya merah dan tidak sakit bila dipalpasi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas berupa chancre
serta ditemui Treponema pallidum pada pemeriksaan stadium langsung dengan
mikroskop lapangan gelap.
Laten Dini
Gejala klinis tidak tampak, tetapi hasil pemeriksaan tes serologi untuk sifilis positif.
Laten Lanjut
Ditemukan sikatrik bekas stadium 1 pada genitalia atau makula atrofi bekas papul
papul stadium 2.Tes serologi positif. Telah diderita selama lebih dari 1 tahun.
Tersier (Stadium 3)
Lesi pertama timbul 3-10 tahun setelah stadium 1 berupa gumma yang sirkumsip.
Dapat pula dijumpai kelainan pada tulang. Pada pemeriksaan radiologi terlihat
kelainan pada tibia, fibula, hunerus dan tengkorak berupa periostitis. Pemeriksaan
TSS positif.
Kardiovaskular
Timbul 10-40 tahun setelah infeksi primer dan terdapat pada sekitar 10% kasus
lanjut dan 40% dapat bersama neurosifilis. Dibagi dalam tiga tipe : pada jantung,
pembuluh darah dan pembuluh darah sedang.
B. Epidemiologi
Penyebab sifilis adalah bakteri dari famili Sprochaetaceae, ordo Spirochaetales dan
genus Treponema spesies Treponema Pallidum
D. Faktor Resiko
Sifilis kardiovaskular terjadi 3 kali lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita setelah
15-30 tahun setelah infeksi.
E. Manifestasi Klinis
F.
Diagnosis
Secara umum, tes serologi sifilis terdiri atas dua jenis, yaitu:
1. Tes non-treponema
Termasuk dalam kategori ini adalah tes RPR (Rapid Plasma Reagin) dan VDRL
(Venereal Disease Research Laboratory).Tes serologis yang termasuk dalam
kelompok ini mendeteksi imunoglobulin yang merupakan antibodi terhadap bahan-
bahan lipid sel-sel T. Pallidum yang hancur.
Tes serologis yang termasuk dalam kelompok ini mendeteksi antibodi yang
bersifat spesifik terhadap treponema. Oleh karena itu, tes ini jarang
B. Asam Jengkolat
Asam jengkolat atau jengkolic acid (S,S’-methylenebicysteine) merupakan
senyawa sejenis asam amino non-protein yang mengandung unsur sulfur. Adanya
unsur sulfur ini menyebabkan asam jengkolat dapat menghasilkan bau yang kurang
sedap.
Kandungan asam jengkolat dalam biji jengkol bervariasi, tergantung varietas
dan usia bijinya. Biji jengkol muda mengandung asam jengkolat relatif lebih sedikit
daripada biji yang sudah tua. Pada biji jengkol tua terkandung asam jengkolat 1-2%
dari berat bijinya. Sebutir biji jengkol mentah dengan berat 15 gram dapat
mengandung sekitar 0,15 – 0,30 gram asam jengkolat.
B. Berat (oliguria, hematuria, anuria atau tidak dapat minum maka penderita perlu
dirujuk ke rumah sakit. Tindakan yang dilakukan di rumah sakit :
1. Bantuan hidup dasar (ABCs of Life Support)
2. Pemantauan ketat status cairan dan elektrolit pasien karena kondisi pasien dapat
memburuk secara tiba-tiba dan berat
3. Pemberikan cairan intravena dan elektrolit jika diperlukan untuk mengembalikan
dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Pemantauan fungsi ginjal dan alkalinasi urin untuk mengeluarkan kristal asam
jengkolat.
5. Jika terjadi gagal ginjal akut maka diberikan natrium bikarbonat melalui infus
dengan dosis yang disesuaikan hasil analisis gas darah.
1. Hindari mengkonsumsi jengkol pada saat perut kosong (sebelum makan) dan/atau
jangan disertai makanan/ minuman lain yang besifat asam.
2. Hindari mengkonsumsi jengkol dalam keadaan mentah. Sebaiknya jengkol dimasak
terlebih dahulu sebelum dikonsumsi agar kandungan asam jengkolatnya dapat
berkurang. Jengkol mentah mengandung asam jengkolat lebih banyak daripada
jengkol yang sudah dimasak.
3. Biji jengkol dapat dipendam dahulu di dalam tanah sebelum dimasak agar
kandungan asam jengkolatnya dapat berkurang.
4. Jangan mengkonsumsi jengkol secara berlebihan, terutama bagi individu yang
mengalami gangguan ginjal.
12 jam setelah seseorang mengkonsumsi jengkol. Gejala yang timbul dapat berupa
nyeri perut yang kadang-kadang disertai muntah, serangan kolik dan nyeri saat
berkemih, disuria (gangguan berkemih), dan hematuria (darah di dalam urin). Adanya
darah dalam urin disebabkan oleh adanya luka pada lambung, saluran kemih, bahkan
ginjal akibat terkena kristal asam jengkolat yang tajam.
Jika berlanjut, dapat terjadi gagal ginjal akut yang ditandai dengan fase oliguri-anuria
(pengeluaran urin yang sangat sedikit hingga tidak dapat keluar), yang kemudian
diikuti dengan fase poliuria (volume urin yang sangat besar dalam periode tertentu).
Pada pemeriksaan urin dengan mikroskop di laboratorium, dapat ditemukan hablur
asam jengkolat berupa jarum runcing yang kadang-kadang bergumpal menjadi ikatan
atau berupa roset.