1, (2012) 1-6 1
Abstrak— Penambahan beban listrik pada Perusahaan atau switching saluran [3]. Untuk jenis gangguan seperti
Minyak Nabati mengakibatkan adanya penambahan disebutkan di atas, terkadang memerlukan tindakan lebih
pembangkit 6.4 MW dan 10 MW, serta penambahan suplai lanjut agar sistem kembali stabil dan bekerja optimal. Salah
dari grid. Total beban pada kondisi beban puncak sebesar satu tindakan yang harus dilakukan adalah melakukan
40,852 MW dan pada kondisi ekstrim sebesar 60,088 MW.
pelepasan beban (load shedding).
Sehingga perlu dilakukan simulasi dan analisis ulang pada
sistem kelistrikan yang ada. Pada tugas akhir ini simulasi
dilakukan pada kedua kondisi pembebanan yakni peak load II. KESTABILAN SISTEM TENAGA LISTRIK
Condition dan Extreme condition pada sistem kelistrikan
tersebut. Studi dan analisis yang dilakukan adalah studi A. Definisi Kestabilan
lepasnya generator, motor starting, hubung singkat, dan suplai
grid lepas dari sistem. Dari hasil simulasi dan analisa, Stabilitas sistem tenaga dapat secara luas didefinisikan
didapatkan kesimpulan bahwa pada kasus lepas generator , sebagai properti dari sistem tenaga yang memungkinkan
apabila grid masih terhubung dengan sistem, maka frekuensi untuk tetap berada dalam keadaan seimbang dalam kondisi
sistem akan bagus, dikarenakan daya yang hilang dari lepasnya operasi dibawah normal dan dapat kembali mencapai
generator tersebut, disubstitusi oleh grid. Oleh karena itu perlu keadaan yang seimbang lagi setelah mengalami gangguan
dilakukan tindakan lebih lanjut seperti pelepasan beban, agar
trafo daya yang dilalui daya dari grid tidak kelebihan beban.
[1].
Selain itu, apabila sistem tidak terhubung dengan grid, ketika B. Analisis Kestabilan Sistem Tenaga Listrik
terjadi lepas generator, frekuensi sistem akan turun, sehingga
perlu dilakukan pelepasan beban untuk menjaga frekuensi Dalam keadaan operasi yang stabil dari sistem tenaga
sistem agar kembali normal. Seperti kasus lepasnya generator listrik, terdapat keseimbangan antara daya input mekanis
15 MW pada kondisi beban puncak, maka agar frekuensi pada prime mover dengan daya output listrik (beban listrik)
sistem kembali stabil, dilakukan pelepasan beban sebesar 9,398 pada sistem. Dalam keadaan ini semua generator berputar
MW dalam dua tahap berdasarkan standar ANSI/IEEE Std pada kecepatan sinkron.[1]
C37.106-1987. Namun sistem tidak selalu berjalan dengan stabil, dimana
sistem selalu mengalami gangguan. Gangguan tersebut dapat
Kata Kunci— Frekuensi, Kestabilan Transien, Lepas diakibatkan oleh gangguan kecil maupun besar. Gangguan
Generator, Pelepasan Beban.
kecil terjadi akibat perubahan beban secara kontinyu, dan
sistem selalu berusaha untuk bertahan pada kondisi tersebut.
I. PENDAHULUAN Sedangkan yang termasuk gangguan besar adalah hubung
singkat, hilangnya daya dari generator atau beban secara
A danya rencana pengembangan sistem kelistrikan fase 2,
mengakibatkan adanya penambahan beban dan
penambahan pembangkit listrik berupa Gas Turbine
tiba–tiba dengan kapasitas besar.
Bila sistem tidak dapat mengatasi gangguan besar maka
Generator (GTG) dengan kapasitas 10 MW dan 6.4 MW sistem akan kehilangan posisi sinkronnya. Dan hal ini yang
serta suplai tambahan dari grid sebesar 13 MVA. Oleh akan menyebabkan rotor dari mesin sinkron berayun karena
karena itu, perlu dilakukan analisis ulang tentang kestabilan, adanya torsi yang mengakibatkan percepatan atau
keandalan sistem kelistrikan dan kontinuitas suplai daya perlambatan pada rotor tersebut [1]. Kestabilan dibagi
listrik untuk mendukung proses produksinya. menjadi tiga yaitu :
Dalam sistem tenaga listrik, dibutuhkan keseimbangan 1. Rotor angle stability.
antara daya mekanik dan daya elektrik [6]. Daya mekanik 2. Voltage stability and Voltage Collapse.
berupa penggerak awal generator (Prime Mover) sedangkan 3. Frequency stability.
daya elektrik dipengaruhi oleh beban listrik. Setiap
perubahan beban listrik harus diikuti dengan perubahan daya C. Persamaan Ayunan [3]
mekanik berupa perubahan daya pada penggerak awal Persamaan yang mengatur gerakan rotor suatu mesin
generator. Jika daya mekanik pada poros penggerak tidak serempak didasarkan pada prinsip dasar dinamika yang
dengan segera menyesuaikan daya elektrik pada beban menyatakan bahwa momen putar percepatan (accelerating
listrik, maka frekuensi dan tegangan akan bergeser dari torque) adalah hasil kali dari momen-momen kelembaman
posisi normal dan menyebabkan sistem tidak stabil. (moment of inertia) rotor dan percepatan sudutnya. Dalam
Beberapa kondisi yang menyebabkan sistem menjadi tidak sistem unit MKS dan untuk generator serempak persamaan
stabil antara lain gangguan hubung singkat pada saluran ini dapat ditulis dalam bentuk [3]:
transmisi, generator lepas, perubahan beban secara tiba-tiba
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2
J = Momen kelembaman total dari massa rotor dalam LOAD LOAD LOAD
kg-m2
θ m = Pergeseran sudut dari rotor terhadap suatu sumbu
yang diam (stationary), dalam radian mekanis.
PWS-NGT-01 Future Gen
t = Waktu (detik)
Ta = Momen putar percepatan bersih (Nm) LOAD
98.7 %
Tabel 2.
Studi kasus Analisis Stabilitas Transien pada Kondisi Pembebanan Ekstrim
100 % 145 %
152 %
dari 12 MVA menjadi 17.46 MVA. Jika overload ini Dari grafik pada gambar 8 dapat dilihat bahwa
dibiarkan maka akan menyebabkan kerusakan pada trafo. pembebanan pada kedua trafo telah kembali normal lagi dan
Oleh karena itu perlu dilakukan pelepasan beban agar hal- tidak terjadi overload, sehingga dapt diambil kesimpulan
hal yang tidak diinginkan seperti grid Trip atau Trafo SP- bahwa sistem kembali stabil dan keadalan sistem juga
TRF-32001 dan SP-TRF-34002 rusak. terjaga.
B. Kondisi Pembebanan Puncak
Studi kasus Gen_15_LS
Pada kasus ini, dilakukan load shedding sebesar 12.31 Kasus yang terdapat pada kondisi pembebanan puncak
MW saat t=1.3 detik atau 0.3 detik setelah generator trip. dijelaskan pada tabel 4 dibawah ini.
Berikut ini adalah respon frekuensi dan tegangan setelah Sedangkan berdasarkan studi aliran daya yang dilakukan
terjadi pelepasan beban. pada kondisi pembebanan ekstrim didapatkan data seperti
pada tabel 5.
Tabel 5.
Total pembangkitan, pembebanan dan kebutuhan beban kondisi beban
puncak
MW Mvar MVA % PF
Source (Swing
25.752 5.683 26.371 97.65 Lagging
Buses):
100 % Source (Non-
15.100 6.911 16.606 90.93 Lagging
Swing Buses):
Total Demand: 40.852 12.594 42.749 95.56 Lagging
Total Motor Load: 34.027 22.354 40.713 83.58 Lagging
-
Total Static Load: 6.534 12.777 51.14 Leading
10.980
Gambar 6. Frekuensi sistem setelah Load Shedding (kasus Gen_15_LS) Tabel 4.
Studi kasus Analisis Stabilitas Transien pada Kondisi Pembebanan Puncak
8.3 MW 26.5%
79.4%
99.57%
Gambar 10. Grafik Tegangan saat kasus Gen_15
V. KESIMPULAN/RINGKASAN
Kesimpulan yang bisa diambil dari simulasi dan analisis
pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Pada kasus generator 15 MW lepas dari sistem pada
Gambar 11. Grafik frekuensi saat kasus Gen_15 saat kondisi pembebanan ekstrim, perlu dilakukan
pelepasan beban sebesar 12.31 MW dan pada saat
Ternyata, setelah dilakukan pelepasan beban tahap satu, kondisi beban puncak (tanpa grid), rele under
frekuensi sistem masih belum stabil dan terus menerus turun. frequency melakukan pelepasan beban dalam dua tahap
Oleh karena perlu dilakukan pelepasan beban tahap dua agar sebesar 9,398 MW.
sistem kembali stabil. 2. Pada saat terjadi kasus hubung singkat tegangan di SP-
BUS-56003 jatuh sampai dengan 0.2%.
Studi kasus Gen_15+LS2 3. Pada kasus motor start, tegangan jatuh menjadi 88.04
Dikarenakan pelepasan beban tahap satu tidak dapat % selama 3 detik.
mengembalikan frekuensi sistem kembali ke kondisi yang
diizinkan, maka dilakukanlah pelepasan tahap dua. Pada
pelepasan beban tahap dua, dilakukan pelepasan beban
sebesar 4,937 MW. Berdasarkan standar ANSI/IEEE Std
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kundur, Prabha. “Power System Stability and
Control”, McGraw-Hill, Inc, 1994.
[2] Nugroho, Aryo, “Analisa Transient Stability dan
Pelepasan Beban Pengembangan Sistem Integrasi 33
kV di PT. Pertamina RU IV Cilacap”, Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya, Bab II,2011
[3] John J. Grainger and Stevenson, William D, Jr.,”
Power System Analysis”, McGraw Hill, Inc, 1990.
[4] Harwati, Ririn, “Analisis Stabilitas Transien Dan
Perancangan Pelepasan Beban Pada Sistem
Kelistrikkan Pabrik 1 Pt. Petrokimia Gresik”, Jurusan
Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Bab II,
2010.
[5] Saadat, Hadi, “Power System Analysis (Second
Edition)”, McGraw-Hill Education (Asia), Singapore,
2004.
[6] Penangsang, Ontoseno. “Diktat Kuliah Analisis Sistem
Tenaga Listrik 2”, Jurusan Teknik Elektro, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 2006
[7] Kartika, Dewi. “Analisis Stabilitas Transien dan
Pelepasan Beban pada Sistem Kelistrikan PT Wilmar
Gresik dengan Pembangkit Listrik Steam Turbine
Generator (STG) 2x15 MW” Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya, 2012.
[8] Penangsang, Ontoseno. “Diktat Mata Kuliah
Peningkatan Kualitas Daya Listrik”, Jurusan Teknik
Elektro ITS, Surabaya, 2008.
[9] ANSI/IEEE C37.106-1987, “IEEE Guide for
Abnormal Frequency Protection for Power Generating
Plants”.
[10] ANSI/IEEE C37.106-2003, “IEEE Guide for
Abnormal Frequency Protection for Power Generating
Plants”.
[11] IEEE Std. 1250-1995, “IEEE Guide for Service to
Equipment Sensitive to Momentary Voltage
Disturbances”.
[12] IEEE Std. C.37.117-2007, “IEEE Guide for The
Application of Protective Relays Used for Abnormal
Frequency Load Shedding and Restoration”.
[13] Patriandari, “Analisis Pengoperasian Speed Droop
Governor Sebagai Pengaturan Frekuensi Pada Sistem
Kelistrikan PLTU Gresik”, Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya. 2010.
[14] SEMI F47-0200, “Specification for Semiconductor
Processing Equipment Voltage Sag Immunity”. 2007