Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-6 1

Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban


di Perusahaan Minyak Nabati
Wijaya Khisbulloh, Ardyono Priyadi, dan Ontoseno Penangsang
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: wijaya_q@elect-eng.its.ac.id, priyadi@ee.its.ac.id, ontosenop@ee.its.ac.id

Abstrak— Penambahan beban listrik pada Perusahaan atau switching saluran [3]. Untuk jenis gangguan seperti
Minyak Nabati mengakibatkan adanya penambahan disebutkan di atas, terkadang memerlukan tindakan lebih
pembangkit 6.4 MW dan 10 MW, serta penambahan suplai lanjut agar sistem kembali stabil dan bekerja optimal. Salah
dari grid. Total beban pada kondisi beban puncak sebesar satu tindakan yang harus dilakukan adalah melakukan
40,852 MW dan pada kondisi ekstrim sebesar 60,088 MW.
pelepasan beban (load shedding).
Sehingga perlu dilakukan simulasi dan analisis ulang pada
sistem kelistrikan yang ada. Pada tugas akhir ini simulasi
dilakukan pada kedua kondisi pembebanan yakni peak load II. KESTABILAN SISTEM TENAGA LISTRIK
Condition dan Extreme condition pada sistem kelistrikan
tersebut. Studi dan analisis yang dilakukan adalah studi A. Definisi Kestabilan
lepasnya generator, motor starting, hubung singkat, dan suplai
grid lepas dari sistem. Dari hasil simulasi dan analisa, Stabilitas sistem tenaga dapat secara luas didefinisikan
didapatkan kesimpulan bahwa pada kasus lepas generator , sebagai properti dari sistem tenaga yang memungkinkan
apabila grid masih terhubung dengan sistem, maka frekuensi untuk tetap berada dalam keadaan seimbang dalam kondisi
sistem akan bagus, dikarenakan daya yang hilang dari lepasnya operasi dibawah normal dan dapat kembali mencapai
generator tersebut, disubstitusi oleh grid. Oleh karena itu perlu keadaan yang seimbang lagi setelah mengalami gangguan
dilakukan tindakan lebih lanjut seperti pelepasan beban, agar
trafo daya yang dilalui daya dari grid tidak kelebihan beban.
[1].
Selain itu, apabila sistem tidak terhubung dengan grid, ketika B. Analisis Kestabilan Sistem Tenaga Listrik
terjadi lepas generator, frekuensi sistem akan turun, sehingga
perlu dilakukan pelepasan beban untuk menjaga frekuensi Dalam keadaan operasi yang stabil dari sistem tenaga
sistem agar kembali normal. Seperti kasus lepasnya generator listrik, terdapat keseimbangan antara daya input mekanis
15 MW pada kondisi beban puncak, maka agar frekuensi pada prime mover dengan daya output listrik (beban listrik)
sistem kembali stabil, dilakukan pelepasan beban sebesar 9,398 pada sistem. Dalam keadaan ini semua generator berputar
MW dalam dua tahap berdasarkan standar ANSI/IEEE Std pada kecepatan sinkron.[1]
C37.106-1987. Namun sistem tidak selalu berjalan dengan stabil, dimana
sistem selalu mengalami gangguan. Gangguan tersebut dapat
Kata Kunci— Frekuensi, Kestabilan Transien, Lepas diakibatkan oleh gangguan kecil maupun besar. Gangguan
Generator, Pelepasan Beban.
kecil terjadi akibat perubahan beban secara kontinyu, dan
sistem selalu berusaha untuk bertahan pada kondisi tersebut.
I. PENDAHULUAN Sedangkan yang termasuk gangguan besar adalah hubung
singkat, hilangnya daya dari generator atau beban secara
A danya rencana pengembangan sistem kelistrikan fase 2,
mengakibatkan adanya penambahan beban dan
penambahan pembangkit listrik berupa Gas Turbine
tiba–tiba dengan kapasitas besar.
Bila sistem tidak dapat mengatasi gangguan besar maka
Generator (GTG) dengan kapasitas 10 MW dan 6.4 MW sistem akan kehilangan posisi sinkronnya. Dan hal ini yang
serta suplai tambahan dari grid sebesar 13 MVA. Oleh akan menyebabkan rotor dari mesin sinkron berayun karena
karena itu, perlu dilakukan analisis ulang tentang kestabilan, adanya torsi yang mengakibatkan percepatan atau
keandalan sistem kelistrikan dan kontinuitas suplai daya perlambatan pada rotor tersebut [1]. Kestabilan dibagi
listrik untuk mendukung proses produksinya. menjadi tiga yaitu :
Dalam sistem tenaga listrik, dibutuhkan keseimbangan 1. Rotor angle stability.
antara daya mekanik dan daya elektrik [6]. Daya mekanik 2. Voltage stability and Voltage Collapse.
berupa penggerak awal generator (Prime Mover) sedangkan 3. Frequency stability.
daya elektrik dipengaruhi oleh beban listrik. Setiap
perubahan beban listrik harus diikuti dengan perubahan daya C. Persamaan Ayunan [3]
mekanik berupa perubahan daya pada penggerak awal Persamaan yang mengatur gerakan rotor suatu mesin
generator. Jika daya mekanik pada poros penggerak tidak serempak didasarkan pada prinsip dasar dinamika yang
dengan segera menyesuaikan daya elektrik pada beban menyatakan bahwa momen putar percepatan (accelerating
listrik, maka frekuensi dan tegangan akan bergeser dari torque) adalah hasil kali dari momen-momen kelembaman
posisi normal dan menyebabkan sistem tidak stabil. (moment of inertia) rotor dan percepatan sudutnya. Dalam
Beberapa kondisi yang menyebabkan sistem menjadi tidak sistem unit MKS dan untuk generator serempak persamaan
stabil antara lain gangguan hubung singkat pada saluran ini dapat ditulis dalam bentuk [3]:
transmisi, generator lepas, perubahan beban secara tiba-tiba
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2

d 2θ m III. SISTEM KELISTRIKAN PERUSAHAAN MINYAK


J = Ta = Tm − Te (1) NABATI
dt 2
Penjelasan simbol-simbol dari rumus diatas antara lain: PWS-STG-01 (15 MW) PWS-STG-02 (15 MW)

J = Momen kelembaman total dari massa rotor dalam LOAD LOAD LOAD

kg-m2
θ m = Pergeseran sudut dari rotor terhadap suatu sumbu
yang diam (stationary), dalam radian mekanis.
PWS-NGT-01 Future Gen
t = Waktu (detik)
Ta = Momen putar percepatan bersih (Nm) LOAD

T = Momen putar mekanis atau poros (penggerak) yang LOAD

diberikan oleh penggerak mula dikurangi dengan


PWS-DG-01 PWS-DG-02 LOAD
momen putar perlambatan (retarding) yang
disebabkan oleh rugi-rugi perputaran (Nm). LOAD LOAD

Te = Momen putar elektris atau elektromagnetis bersih


(Nm) GRID (13 MVA)
LOAD
Momen putar mekanis Tm dan momen putaran elektris Gambar. 1. Diagram Satu Garis (Single Line Diagram)
Te dianggap positif untuk mesin sinkron. Ini berarti bahwa
Tm adalah resultan momen putar poros yang mempunyai Gambar 1 diatas menunjukkan diagram satu garis (Single
kecenderungan untuk mempercepat rotor dalam arah putaran Line Diagram) sistem kelistrikan di Perusahaan Minyak
yang positif. Untuk generator yang bekerja dalam Nabati. Pada sistem kelistrikan di Perusahaan Minyak
keadaan tetap Tm dan Te adalah sama sehingga momen putar Nabati, terdapat 7 sumber utama suplai daya listrik. Adapun
Ta bernilai sama dengan nol. Dalam keadaan ini tidak ada ketujuh suplai tersebut dapat dilihat pada tabel 1 dibawah
percepatan atau perlambatan yang terjadi terhadap massa ini.
rotor dan kecepatan tetap resultan merupakan kecepatan Tabel 1.
sinkron. Massa yang berputar, meliputi rotor dari generator Data generator dan GRID
dan prime mover, dikatakan bekerja dalam keadaan
ID Jenis Rating Daya
serempak dengan mesin-mesin lainnya yang bekerja pada
kecepatan sinkron dalam sistem daya tersebut. BKR-GRID Grid GRID 13 MVA
Dalam data mesin untuk kestabilan transien terdapat PWS-STG-01 STG 15 MW
PWS-STG-02 STG 15 MW
suatu konstanta yang sering dijumpai yang inersia mesin (H) PWS-NGT-01 GTG 6.4 MW
yang satunya adalah kW.s/kVA. Konstanta H dapat Future Generator GTG 10 MW
didefinisikan sebagai. PWS-DG-01 DG 1.5 MW
1 PWS-DG-02 DG 1.5 MW
Jω 2 × 10 −3
H= 2 (2)
kVA
dimana ω = 2πn dan n adalah kecepatan dari mesin IV. SIMULASI DAN ANALISIS
Sistem kelistrikan di Perusahaan minyak Nabati
D. Gangguan yang Dapat Mempengaruhi Kestabilan dimodelkan dengan menggunakan software dan dibuat
Sistem menyerupai kondisi riil di lapangan. Hal ini dilakukan agar
Terdapat beberapa gangguan yang dapat hasil perhitungan dan analisis dapat memberikan nilai yang
mempengaruhi suatu sistem tenaga listrik. Gangguan sesungguhnya agar bisa dijadikan rekomendasi di lapangan.
tersebut antara lain: Setelah didapatkan pemodelan sistem kelistrikannya dengan
1. Gangguan Hubung Singkat. menggunakan software, maka selanjutnya akan dilakukan
2. Starting Motor simulasi stabilitas transien pada sistem kelistrikan di
3. Penambahan beban secara tiba-tiba. Perusahaan Minyak Nabati sesuai dengan studi kasus yang
4. Lepas Generator. ada.
Adapun untuk studi kelistrikan di Perusahaan minyak
nabati akan disimulasikan dalam dua kondisi. Kedua kondisi
tersebut antara lain:
1. Kondisi Beban ekstrim (Extreme Load Condition )
2. Kondisi Beban puncak (Peak Load Condition)
Pada setiap kondisi pembebanan dilakukan simulasi
dengan kasus yang berbeda beda.
A. Kondisi Pembebanan Ekstrim
Kasus yang terdapat pada kondisi pembebanan ekstrim
dijelaskan pada tabel 2 dibawah ini.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3

98.7 %
Tabel 2.
Studi kasus Analisis Stabilitas Transien pada Kondisi Pembebanan Ekstrim

Nama Kasus Keterangan

Gen_Trip_15 Generator PWS-STG-02 (15 MW) Trip


Gen_15_LS Gen_Trip_15 dan Pelepasan beban
Gen_Trip_10 Generator Future Generator (10 MW) Trip 88.3 %
Gen_10_LS Gen_Trip_10 dan Pelepasan beban
Gen_Trip_6.4 Generator PWS-NGT-01 (6.4 MW) Trip
Gen_6.4_LS Gen_Trip_6.4 dan Pelepasan beban
GRID_Trip Suplai GRID (13 MVA) Trip
GRID_Trip_LS1 GRID_Trip dan Pelepasan beban Tahap 1
GRID_Trip_LS2 GRID_Trip_LS1 dan Pelepasan beban Tahap 2
SC_10.5_kV Hubung Singkat di Bus 10.5 kV
SC_10.5_LS Open CB Proteksi arus Lebih Gambar. 3. Respon Tegangan beberapa bus saat kasus Gen_Trip_15
SC_3.3_kV Hubung Singkat di Bus 3.3 kV
MS_1 Motor Starting 1600 kw dengan starter
MS_2 Motor Starting 355 kw secara DOL

Sedangkan berdasarkan studi aliran daya yang dilakukan


pada kondisi pembebanan ekstrim didapatkan data seperti 212.5 %
pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.
Total pembangkitan, pembebanan dan kebutuhan beban kondisi beban
ekstrim
MW Mvar MVA % PF
Source (Swing
14.388 9.998 17.520 82.12 Lagging
Buses):
Source (Non- Gambar. 4. Arus yang diserap sistem dari GRID
45.700 20.101 49.926 91.54 Lagging
Swing Buses):
Total Demand: 60.088 30.099 67.205 89.41 Lagging Berikut ini adalah spesifikasi setting rele overload yang
Total Motor Load: 49.696 33.050 59.683 83.27 Lagging dimiliki oleh Grid.
Total Static Load: 9.656 -8.239 12.694 76.07 Leading 1. 1.05 x In (Trip dalam waktu : > 60 menit)
2. 1.20 x In (Trip dalam waktu : < 20 menit)
Studi kasus Gen_Trip_15 3. 1.50 x In (Trip dalam waktu : < 10 menit)
Pada saat dilakukan studi kasus Gen_Trip_15 dengan 4. 4.00 x In (Trip dalam waktu : koord dengan setting
software ETAP didapatkan respon frekuensi seperti pada OCR trafo).
gambar 2 dan respon tegangan seperti yang terlihat pada Dari grafik diatas didapatkan data arus yang mengalir di
gambar 3. kabel sgr.madu-wilmar naik dari 382 A menjadi 812 A atau
Dari kedua gambar dapat dilihat bahwa frekuensi sistem naik sebesar 212.5 %. Jika ini terus dibiarkan maka GRID
masih stabil dan memenuhi standar. Namun ketika dilihat akan Trip. Sehingga sistem kelistrikan akan kehilangan daya
arus dan daya yang diserap dari GRID, ternyata melebihi lebih besar lagi.
batas daya dan arus yang diizinkan atau melebihi kontrak. Selain itu yang perlu diperhatikan juga adalah kapasitas
Sehingga perlu dilakukan tindakan lebih lanjut agar daya trafo. Trafo SP-TRF-32001 dan SP-TRF-34002 milik
kelebihan arus dan daya ini dapat ditanggulangi dan diatasi. perusahaan yang berhubungan langsung dengan kabel dari
Grid GRID mengalami overload. Gambar 5 dibawah ini
menunjukkan grafik daya yang mealui kedua trafo tersebut.

100 % 145 %

152 %

Gambar. 2. Respon Frekuensi saat kasus Gen_Trip_15

Gambar 5. Grafik daya yang melalui Trafo saat case Gen_Trip_15

Dari grafik diatas didapat keterangan bahwa, trafo SP-


TRF-32001 yang berkapasitas 6.5 MVA mengalami
overload sebesar 152 % menjadi 9.92 MVA, sedangkan
trafo SP-TRF-34002 mengalami overload sebesar 145 %
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4

dari 12 MVA menjadi 17.46 MVA. Jika overload ini Dari grafik pada gambar 8 dapat dilihat bahwa
dibiarkan maka akan menyebabkan kerusakan pada trafo. pembebanan pada kedua trafo telah kembali normal lagi dan
Oleh karena itu perlu dilakukan pelepasan beban agar hal- tidak terjadi overload, sehingga dapt diambil kesimpulan
hal yang tidak diinginkan seperti grid Trip atau Trafo SP- bahwa sistem kembali stabil dan keadalan sistem juga
TRF-32001 dan SP-TRF-34002 rusak. terjaga.
B. Kondisi Pembebanan Puncak
Studi kasus Gen_15_LS
Pada kasus ini, dilakukan load shedding sebesar 12.31 Kasus yang terdapat pada kondisi pembebanan puncak
MW saat t=1.3 detik atau 0.3 detik setelah generator trip. dijelaskan pada tabel 4 dibawah ini.
Berikut ini adalah respon frekuensi dan tegangan setelah Sedangkan berdasarkan studi aliran daya yang dilakukan
terjadi pelepasan beban. pada kondisi pembebanan ekstrim didapatkan data seperti
pada tabel 5.
Tabel 5.
Total pembangkitan, pembebanan dan kebutuhan beban kondisi beban
puncak
MW Mvar MVA % PF
Source (Swing
25.752 5.683 26.371 97.65 Lagging
Buses):
100 % Source (Non-
15.100 6.911 16.606 90.93 Lagging
Swing Buses):
Total Demand: 40.852 12.594 42.749 95.56 Lagging
Total Motor Load: 34.027 22.354 40.713 83.58 Lagging
-
Total Static Load: 6.534 12.777 51.14 Leading
10.980
Gambar 6. Frekuensi sistem setelah Load Shedding (kasus Gen_15_LS) Tabel 4.
Studi kasus Analisis Stabilitas Transien pada Kondisi Pembebanan Puncak

Sedangkan tegangan bus setelah pelepasan beban Nama Kasus Keterangan


dapat dilihat pada gambar 7 dibawah ini
Gen _15 Generator PWS-STG-02 (15 MW) Trip
Gen_15+LS1 Gen_Trip_15 dan Pelepasan beban tahap 1
97.8 % Gen_15+LS2 Gen_Trip_15 dan Pelepasan beban tahap 2
Gen _10 Generator Future Generator (10 MW) Trip
Gen_10+LS1 Gen_Trip_10 dan Pelepasan beban
Gen_6.4 Generator PWS-NGT-01 (6.4 MW) Trip
Gen_6.4+LS Gen_Trip_6.4 dan Pelepasan beban
97.8 % SC_10.5kV Hubung Singkat di Bus 10.5 kV
SC_10.5+LS Open CB Proteksi arus Lebih
SC_3.3kV Hubung Singkat di Bus 3.3 kV
MS_1 Motor Starting 1600 kw dengan starter
MS_2 Motor Starting 355 kw secara DOL

Studi kasus Gen _15


Gambar 7. Tegangan sistem setelah Load Shedding (kasus Gen_15_LS) Pada studi kasus ini, dilakukan simulasi lepasnya
generator PWS-STG-02 sebesar 15 MW dari sistem. Akibat
Setelah dilakukan pelepasan beban maka tegangan bus adanya gangguan tersebut, maka frekuensi dan tegangan
telah kembali ke standar yang diizinkan. Sehingga dapat sistem terganggu. Pada gambar 9 dan 10 di bawah ini dapat
dikatakan tegangan telah stabil dan memenuhi standar. dilihat gambar respon frekuensi dan tegangan sistem saat
Sedangkan untuk pembebanan trafo SP-TRF-32001 dan terjadi gangguan.
SP-TRF-34002 yang mengalami overload, setelah dilakukan
pelepasan beban maka grafik pembebanannya setelah
pelepasan beban dapat dilihat di Gambar 8 dibawah ini.

8.3 MW 26.5%

4.58MW Gambar 9. Grafik frekuensi saat kasus Gen_15

Gambar 8. Grafik daya yang melalui Trafo saat case Gen_15_LS


JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 5

C37.106-1987 maka rele underfrequency bekerja saat t =


1,662 sekon saat frekuensi menyentuh angka 98.16 % atau
kurang. Setelah dilakukan pelepasan beban tahap dua, maka
frekuensi sistem menjadi seperti pada gambar 12 di bawah
ini.

79.4%

99.57%
Gambar 10. Grafik Tegangan saat kasus Gen_15

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa frekuensi tegangan


dan sistem mengalami kondisi tidak stabil. Frekuensi sistem
mengalami penurunan terus menerus dan tidak stabil, bahkan
frekuensi sempat menyentuh angka 26.5 %. Begitu juga
tegangan mengalami penurunan sampai menyentuh angka
78.5 %. Berdasarkan hasil simulasi, dapat diketahui bahwa Gambar 12. Grafik Frekuensi saat kasus Gen_15+LS 2
sistem mengalami ketidakstabilan, sehingga perlu dilakukan
tindakan lebih lanjut agar sistem dapat stabil kembali. Setelah dilakukan pelepasan beban tahap dua, frekuensi
Perlu diketahui bahwa pada kondisi pembebanan puncak, sistem kembali ke kondisi yang diizinkan, yakni pada
suplai hanya dari STG dan NGT saja, tanpa adanya suplai frekuensi 99.57 %. Kemudian ditinjau tegangan sistem.
grid dan DG. Berdasarkan gambar 13, teganagn pada setiap sistem masih
dalam kondisi yang diizinkan dan masih memenuhi standart
Studi kasus Gen_15+LS1 yang diizinkan di Perusahaan Minyak Nabati. Dapat dilihat
Berdasarkan hasil simulasi saat generator PWS-STG-02 bahwa tegangan stabil di titik 100.18 % pada bus Future
trip, maka terjadi penurunan frekuensi seperti yang ada pada Flour Mill, bus SP-BUS-12000 pada titik 99.56 % dan
gambar 4.43. Berdasarkan standar ANSI/IEEE Std C37.106- 101.33 % pada bus SP-BUS-56003.
1987, maka apabila terjadi penurunan frekuensi, maka rele
underfreuency akan bekerja dan melakukan pelepasan beban
agar frekuensi kembali stabil. Pada tahap pertama, dilakukan 101%
pelepasan beban saat frekuensi sistem menyentuh 98.8 %
atau kurang pada saat t = 1.321 sekon. Dilakukan pelepasan
beban tahap satu yakni sebesar 4,461 MW. Sehingga
100%
didapatkan respon frekuensi seperti yang terlihat pada
gambar 4.45 di bawah ini.

Gambar 12. Grafik Tegangan saat kasus Gen_15+LS 2

V. KESIMPULAN/RINGKASAN
Kesimpulan yang bisa diambil dari simulasi dan analisis
pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Pada kasus generator 15 MW lepas dari sistem pada
Gambar 11. Grafik frekuensi saat kasus Gen_15 saat kondisi pembebanan ekstrim, perlu dilakukan
pelepasan beban sebesar 12.31 MW dan pada saat
Ternyata, setelah dilakukan pelepasan beban tahap satu, kondisi beban puncak (tanpa grid), rele under
frekuensi sistem masih belum stabil dan terus menerus turun. frequency melakukan pelepasan beban dalam dua tahap
Oleh karena perlu dilakukan pelepasan beban tahap dua agar sebesar 9,398 MW.
sistem kembali stabil. 2. Pada saat terjadi kasus hubung singkat tegangan di SP-
BUS-56003 jatuh sampai dengan 0.2%.
Studi kasus Gen_15+LS2 3. Pada kasus motor start, tegangan jatuh menjadi 88.04
Dikarenakan pelepasan beban tahap satu tidak dapat % selama 3 detik.
mengembalikan frekuensi sistem kembali ke kondisi yang
diizinkan, maka dilakukanlah pelepasan tahap dua. Pada
pelepasan beban tahap dua, dilakukan pelepasan beban
sebesar 4,937 MW. Berdasarkan standar ANSI/IEEE Std
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih kepada pihak Laboratorium simulasi
sistem tenaga listrik kepada penulis dalam mengerjakan riset
ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Kundur, Prabha. “Power System Stability and
Control”, McGraw-Hill, Inc, 1994.
[2] Nugroho, Aryo, “Analisa Transient Stability dan
Pelepasan Beban Pengembangan Sistem Integrasi 33
kV di PT. Pertamina RU IV Cilacap”, Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya, Bab II,2011
[3] John J. Grainger and Stevenson, William D, Jr.,”
Power System Analysis”, McGraw Hill, Inc, 1990.
[4] Harwati, Ririn, “Analisis Stabilitas Transien Dan
Perancangan Pelepasan Beban Pada Sistem
Kelistrikkan Pabrik 1 Pt. Petrokimia Gresik”, Jurusan
Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Bab II,
2010.
[5] Saadat, Hadi, “Power System Analysis (Second
Edition)”, McGraw-Hill Education (Asia), Singapore,
2004.
[6] Penangsang, Ontoseno. “Diktat Kuliah Analisis Sistem
Tenaga Listrik 2”, Jurusan Teknik Elektro, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 2006
[7] Kartika, Dewi. “Analisis Stabilitas Transien dan
Pelepasan Beban pada Sistem Kelistrikan PT Wilmar
Gresik dengan Pembangkit Listrik Steam Turbine
Generator (STG) 2x15 MW” Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya, 2012.
[8] Penangsang, Ontoseno. “Diktat Mata Kuliah
Peningkatan Kualitas Daya Listrik”, Jurusan Teknik
Elektro ITS, Surabaya, 2008.
[9] ANSI/IEEE C37.106-1987, “IEEE Guide for
Abnormal Frequency Protection for Power Generating
Plants”.
[10] ANSI/IEEE C37.106-2003, “IEEE Guide for
Abnormal Frequency Protection for Power Generating
Plants”.
[11] IEEE Std. 1250-1995, “IEEE Guide for Service to
Equipment Sensitive to Momentary Voltage
Disturbances”.
[12] IEEE Std. C.37.117-2007, “IEEE Guide for The
Application of Protective Relays Used for Abnormal
Frequency Load Shedding and Restoration”.
[13] Patriandari, “Analisis Pengoperasian Speed Droop
Governor Sebagai Pengaturan Frekuensi Pada Sistem
Kelistrikan PLTU Gresik”, Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya. 2010.
[14] SEMI F47-0200, “Specification for Semiconductor
Processing Equipment Voltage Sag Immunity”. 2007

Anda mungkin juga menyukai