ABSTRACT
The rejection load causes the phenomena of transients over voltage, and this could cause damaged to
the electrical power system. In order to know how much the voltage arase by the load rejection in SUTT 150 kV,
an appropriate way to predict possible voltage is needed. The research studies the problem of transients over
voltages that occur as a result of rejection load in SUTT 150 kV and 20 kV. The result of simulation shows,
transients over voltage at the time of the rejection load still exist with in a safe condition are 90% and 105%, if
rejection load UPB Sub Bengkulu under is 61,6 MW and UPB Sub Lampung is 132,4 MW.
71
POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010 ISSN : 1858-3709
lebih yang terjadi pada GI dan SUTT diatas beban yang terpasang.
Sumbagsel. Penelitian ini dilakukan dengan
batasan-batasan sebagai berikut:
Urgensi (keutamaan) Penelitian • Konfigurasi menara di sepanjang
Penelitian ini akan menghasilkan saluran menggunakan sirkuit
suatu perencanaan pola pembebanan yang tunggal dan ganda (bersadarkan
optimal dan tidak membahayakan sistem data lapangan).
maupun peralatan yang berkaitan dengan • Resistivitas tanah adalah sama
penghantar tersebut. Hasil penelitian ini disepanjang saluran adalah sama
dapat dijadikan referensi dalam • Pelepasan beban terjadi pada sisi
perencanaan system tenaga listrik oleh PLN 150 kV dan sisi 20 kV.
untuk pengembangan system kepada
tingkat tegangan system yang lebih tinggi Warmi Y. (2000) telah melakukan
seperti 275 kV dan 500 kV, sehingga penelitian tentang Pengaruh Pelepasan
kontinyuitas penyediaan tenaga listrik akan Beban terhadap Tegangan Lebih Transien
menjadi handal. Berikut ini beberapa Pada SUTET 500kV dengan Menggunakan
keutamaan di dalam penelitian ini: Electromagnetic Transients Program
a. Menitik beratkan pada beberapa aspek (EMTP). Dari hasil penelitian didapatkan
persoalan operasionalisasi sistem bahwa pembebanan maksimum dapat
tenaga listrik, yakni terjadinya ditentukan oleh level kenaikan tegangan
kenaikan tegangan pada terminal lebih transien yang disebabkan oleh
sistem saat pelepasan beban. Adanya pertambahan beban saat pelepasan beban.
kenaikan tegangan tersebut akan Warmi Y. (2007) telah melakukan
menyebabkan gangguan pada sistem, penelitian tentang Pengaruh Surja Hubung
karena lonjakan tegangan yang tinggi terhadap Tegangan Lebih Transien pada
juga dapat merusak peralatan atau SUTT 150 kV Menggunakan
beban. Untuk melakukan pendekatan Electromagnetic Transients Program
analisis terhadap persoalan ini, maka (EMTP). Operasi pensaklaran yang
perlu diketahui level kenaikan disebabkan oleh Pembangkit akan
tegangan yang disebabkan oleh menimbulkan gejala transien kelistrikan,
pelepasan beban sehingga dapat hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada
ditentukan karakteristik pembenanan sistem tenaga listrik karena dengan
pada sistem transmisi, dengan terlepasnya pembangkit secara tiba-tiba
mensimulasikan keadaan sistem akan terjadinya kenaikan tegangan pada
terhadap variasi pelepasan beban. sistem. Maka untuk mengetahui level
Simulasi ini dilakukan dengan kenaikan tegangan yang disebabkan oleh
menggunakan perangkat lunak pembangkit ini, dapat ditentukan pola
komputer yang sudah dikenal sebagai pembebanan pembangkit secara optimal
standar untuk mensimulasikan yang masih diperbolehkan, sehingga
keadaan transien sistem AC yaitu tegangan yang timbul tidak akan merusak
EMTP (Electromagnetic Transients peralatan atau beban.
Progam). Salah satu operasi pensaklaran yang
b. Untuk melihat keamanan dan menyebabkan tegangan lebih adalah
keandalan sistem SUTT Sumbagsel, pelepasan beban. Untuk mengimbangi
maka akan dilihat pengaruh terhadap berkurangnya pembangkitan tenaga listrik
tegangan lebih di GI 150 kV, jika yang disebabkan oleh adanya gangguan dari
beban maksimum yang terpasang suatu sistem maka sebagian beban sistem
pada salah satu GI lepas secara tiba- harus dilepaskan supaya pembangkit yang
tiba. Pelepasan beban juga dilakukan masih bekerja tidak mengalami beban lebih
jika pembebanan di GI dibawah dan
72
POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010 ISSN : 1858-3709
dan frequensi sistem tidak turun dibawah dan beban-beban yang sangat peka dengan
harga yang diijinkan. frequensi. Beban-beban yang penting dan
Apabila berkurangnya daya yang perlu dilayani secara kontinyu
pembangkit hanya berkisar 10% sampai diharapkan dapat tetap dilayani meskipun
15% dari kapasitas pembangkitan yang ada ada sebagian pembangkit yang terganggu
maka dalam hal ini penurunan frequensi (Hutauruk, 1998).
akan terjadi secara perlahan sehingga tidak Tegangan lebih karena pelepasan
akan menyebankan hal-hal yang serius pada beban berarti pelepasan karena adanya
sistem. Hal ini disebabkan karena gangguan. Tegangan lebih ini juga
governoor pembangkit-pembangkit masih termasuk tegangan lebih sementara
sempat bekerja dan daya cadangan panas (temporary over voltage). Kenaikan
yang ada atau spinning reserve (kira-kira tegangan yang terjadi pada waktu pelepasan
10% sampai 15%) dapat digunakan. beban, yang mana besarnya kenaikan
Umumnya dalam hal ini turunnya frequensi tegangannya tergantung dari besarnya
masih dapat ditahan dan dikembalikan ke kapasitas dan impedansi beban (Naidu,
keadaan normal karena bekerjanya 1995).
governoor, tanpa melakukan pelepasan f ⎡⎛ f ⎞x ⎤
beban. v = .E ⎢⎜⎜1 − ⎟⎟ s ⎥
f 0 ⎣⎝ f 0 ⎠ xc ⎦
Tetapi apabila terjadinya gangguan
yang lebih besar lagi maka turunnya dengan: v = kenaikan tegangan pada ujung
frequensi akan makin cepat sehingga dapat saluran, f = frequensi pada saat tegangan
mencapai harga yang relatif rendah hanya maksimum, f0 = frequensi dasar 50 Hz, E =
dalam waktu singkat. Governoor dan daya tegangan subtransien generator, Xs=
cadangan panas yang ada tidak sempat reaktansi sumber, Xc= reaktansi kapasitif
bekerja sehingga tidak dapat membantu saluran
memperbaiki keadaan sistem. Gejala surja hubung pada saluran
Untuk menjaga sistem dari transmisi dapat diselesaikan dengan
kegagalan atau kerusakan dikarenakan membuat rangkaian ekivalen satu fasa.
makin turunnya frequensi maka sebagian Sehingga tiap fasa diasumsikan dapat
beban harus dilepaskan. Setelah sebagian berdiri sendiri, hal tersebut berlaku jika
beban dilepaskan, beban-beban yang pemutusan tenaga pada masing-masing fasa
dipikul oleh pembangkit-pembangkit yang menutup secara serentak (simultaneous).
masih bekerja akan berkurang dan frequensi Gangguan tegangan lebih pada
akan kembali ke keadaan normal segera transmisi dan distribusi sistem tenaga listrik
setelah terjadinya keseimbangan antara sisa biasanya disebabkan oleh dua macan
pembangkit dan sisa beban. Pelepasan tegangan surja yaitu surja petir dan surja
beban harus dilakukan sesegera mungkin hubung yang mempunyai amplitudo lebih
pada saat frekuensi sistem mulai menurun. besar dari nilai puncak tegangan
Dengan pelepasan sebagian beban nominalnya. Salah satu sumber tegangan
pembangkit-pembangkit yang masih lebih surja hubung adalah peristiwa
bekerja dapat terhindar dari kerusakan dan pembukaan dan penutupan pemutus tenaga.
juga pelayanan terhadap beban yang tinggal Besarnya amplitudo tegangan saat
(tidak dilepas) masih dapat tetap pelepasan beban selalu berkorelasi dengan
dilaksanakan. tegangan sistem dan frekuensi osilasi yang
Didalam perencanaan pelepasan dipengaruhi oleh impedansi sistem.
beban dapat ditentukan terlebih dahulu Surja Hubung adalah gejala transien
beban-beban yang akan dilepaskan apabila yang disebabkan oleh pemasukan
terjadi penurunan frequensi yang sangat energi(energization), pemutusan energi(de-
cepat. Beban-beban yang akan dilepaskan energization) dan pemutusan disertai
dipilih beban-beban yang kurang penting pemasukan kembali energi(re-energization)
73
POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010 ISSN : 1858-3709
74
POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010 ISSN : 1858-3709
75
POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010 ISSN : 1858-3709
Gambar 4. Tegangan Lebih Pelepasan Beban PLTA Tess – Pekalongan 12, 75 MW sampai dengan
Lubuk Linggau – Lahat Line 1 Pada Waktu 0,03 detik
Untuk sisi bus 150 kV bus Besai 144,639 Juaro 61,588 kV, Sungai Kedudukan
kV, Bukit Asam 144,322 kV, Bukit 61,654 kV, Sukamerindu 77,529 kV. Dan
Kemuning 144,266 kV, Borang 143,031 untuk Bus 20 kV tegangan yang terjadi
kV, Betung 143,020 kV, Batu Raja 144,072 masih berada pada batas aman > 22 kV.
kV, Batu Tegi 144,585 kV, Kalidia 144,416 Pola operasi pelepasan beban
kV, Keramasan 143,330 kV, Kota Bumi dilakukan pada sisi SUTT 150 kV Bukit
144,525 kV, Lubuk Linggau 144,568 kV, Kemuning – Besai line 1 dan line 2 sebesar
Lahat 144,455 kV, dan untuk bus 150 kV 63 MW, diikuti dengan SUTT 150 kV Batu
lainnya dapat dilihat pada tabel 4.8. Pada Raja – Bukit Kemuning line 1 dan line 2
sisi bus 70 kV, Bugaran 61,692 kV, Bukit sebesar 51 MW, sedangkan pembangkit dan
Siguntan 61,563 kV, Bom Baru 61,478, saluran yang lain dalam keadaan terhubung,
Borang 61,536 kV, PLTA TESS 75,682 maka hasil simulasi dapat dilihat seperti
kV, Seduduk Putih 61,478 kV, Sungai pada gambar berikut
76
POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010 ISSN : 1858-3709
Gambar 5. Tegangan Lebih Pelepasan Beban SUTT 150 kV Bukit Kemuning – Besai
Line 1 dan Line 2 dan Bukit Keminig – Batu Raja Line 1 dan Line 2 Pada Waktu 0,03
detik
Terlihat bahwa bila adanya penurunan yang diijinkan > 73,5 kV. Dan tegangan
tegangan pada bus Besai menjadi 144,310 yang terjadi pada bus 20 kV, masih berada
kV, sedangkan pada bus sisi 150 kV pada batas yang diijinkan yakni < 22 kV.
lainnya mengalami kenaikan seperti Bukit Pola operasi pelepasan beban
Asam 143,953 kV, Bumi Kemuning 144,57 dilakukan pada sisi SUTT 150 kV Bukit
kV, Borang 143,035 kV, dan bus 150 kV Kemuning – Besai line 1 dan line 2 sebesar
lainnya. Untuk bus 70 kV, semua nilai 63 MW, SUTT 150 kV Batu Raja – Bukit
tegangan yang terjadi mengalami kenaikan Kemuning line 1 dan line 2 sebesar 51 MW,
dan sudah dalam keadaan kondisi kritis SUTT 150 kV Simpang Tiga – Keramasan
seperti Bugaran 61,637 kV, Bukit 30,6 MW, SUTT 150 kV Simpang Tiga –
Siguntang 61,508 kV, Bom Baru 61,424 Prabumulih sebesar 29,75 MW, diikuti
kV, Borang 611,481 kV, PLTA TESS dengan SUTT 150 kV Prabumulih – Bukit
71,686 kV, Sungai Juaro 61,531 kV, Sungai Asam line 1 line, line 2, line 3, line 4
Kedudukan 61,596 kV, sedangkan untuk sebesar 12,75 MW, sedangkan pembangkit
bus PLTA TESS pada fasa C 76,208 kV, dan saluran yang lain dalam keadaan
dan Sukamerindu 76,585 kV sudah dalam terhubung, maka hasil simulasi dapat dilihat
keadaan Blac Out, karena tegangan yang seperti pada gambar berikut;
terjadi sudah melebihi dari batas tegangan
Gambar 6. Tegangan Lebih Pelepasan Beban SUTT 150 kV Bukit Kemuning – Besai
Line 1 dan Line 2, Sampai Prabumulih – Bukit Asam Line 1, 2, 3, 4 Pada Waktu 0,03 detik
77
POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010 ISSN : 1858-3709
Pola operasi pelepasan beban dilakukan MW, sampai dengan Bukit Asam – Lahat
pada sisi SUTT 150 kV Bukit Kemuning – line 1 sedangkan pembangkit dan saluran
Besai line 1 dan line 2 sebesar 63 MW, yang lain dalam keadaan terhubung, maka
SUTT 150 kV Batu Raja – Bukit Kemuning hasil simulasi dapat dilihat seperti pada
line 1 dan line 2 sebesar 51 MW, SUTT gambar berikut;
150 kV Simpang Tiga – Keramasan 30,6
Gambar 7. Tegangan Lebih Pelepasan Beban SUTT 150 kV Bukit Kemuning – Besai
Line 1 dan Line 2, sampai Bukit Asam – Lahat Line 1 0,03 detik
78
POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010 ISSN : 1858-3709
79