IV. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
V. Media
1. Flipchart/lembar balik
2. Leaflet
Uraian Kegiatan
No. Kegiatan
Penyuluh Audience
1. Evaluasi Struktural
a. SAP dan media telah dikonsultasikan kepada pembimbing sebelum pelaksanaan
b. Pemberi materi telah menguasai seluruh materi
c. Tempat dipersiapkan H-3 sebelum pelaksanaan
d. Mahasiswa, pasien berada di tempat sesuai kontrak waktu yang telah disepakati
2. Evaluasi Proses
a. Proses pelaksanaan sesuai rencana
b. Peserta aktif dalam diskusi dan tanya jawab
c. Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
a. 60% peserta dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, cara pencegahan,
cara penanganan di rumah pada penyakit Diare
Lampiran
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian
Diare adalah pengeluaran feses yang lunak dan cair disertai sensasi ingin defekasi yang
tidak dapat ditunda. Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi sekresi.
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
dengan bagian feses tidak terbentuk. Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit
melalui tinja
Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah gejala kelainan sistem
pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana pasien mengalami kehilangan cairan
dan elektrolit melalui tinja dengan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada
bayi dan lebih dari tiga kali pada anak dengan konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau
bercampur lendir atau darah, atau lendir saja.
2. Penyebab
2. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut ini:
a. Sindrom malabsorpsi
b. Defek anatomis
c. Reaksi alergik
d. Intoleransi laktosa
e. Respons inflamasi
f. Imunodefisiensi
g. Gangguan motilitas
h. Gangguan endokrin
i. Parasit
j. Diare nonspesifik kronis
3. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi, penyakit
kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitasi atau higiene buruk,
pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat.
Ciri – ciri anak yang menderita diare adalah buang air besar lebih dari 5 kali, badan
lemas, tidak nafsu makan, turgor kulit jelak, membrane mukosa bibir kering, didalam
fesses bias terdapat darah maupun lender, pada anak dapat terlihat mata cekung. Menurut
Melwan (2014) diare dapat bersifat inflamasi atau non inflamasi. Diare non inflamasi
bersifat sekrotik (watery) bias mencapai lebih dari 1 liter perhari. Biasanya tidak disertai
dengan nyeri abdomen yang hebat dan tidak disertai denagn darah atau lender pada
fesses. Demam bisa dijumpai bisa juga tidak. Gejala mual dan muntah bisa di jumpai.
Pada diare ini penting diperhatikan kecukupan cairan karena pada kondisi yang tidak
terpantau dapat terjadi kehilangan cairan yang menyebabkan syok hipovolemik. Diare
yang bersifat inflamasi bisa berupa sekretori atau disentri, biasanya disebabkan oleh
pathogen yang bersifat invasive. Gejala mual, muntah, disertai dengan demam, nyeri
perut yang hebat, dan tenesmus, serta feses berdarah dn berlendir merupak tanda dan
gejala yang dapat dijumpai.
4. Klasifikasi Diare
Klasifikasi diare menurut Wong (2009) adalah
1. Diare akut
Diare akut adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak – anak balita.
Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba
frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus
GI. Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran nafas atas atau saluran kemih,
terapi antibiotik dan pemberian obat pencahar (laktasif). Diare akut biasanya
sembuh sendiri ( lama sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi
yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
2. Diare Kronik
Diare kronik didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan
kandungan air dalam feses dengan lamanya sedikit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare
kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflasi
usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi laktosa atau diare nonspesifik
yang kronis atau sebagai akibat dari pelaksanaan diare akut yang memadai.
5. Komplikasi
Menurut suraatmaja (2007), kebanyakan penderita sembuh tanda adanya komplikasi,
tetapi sebagian kasus mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau
pengobatan yang diberikan. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu hypernatremia,
hiponatremia, demam, edema, asidosis, hypokalemia, ileus paralitikum, kejang,
intoleransi laktosa, muntah dan gagal ginjal.
6. Pencegahan
Kebersihan perorangan pada anak.
Mencuci tangan sebelum makan dan setiap habis bermain, memakai alas kaki jika
bermain di tanah.
Membiasakan anak defekasi di jamban dan jamban harus selalu bersih agar tidak ada
lalat.
Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan adanya lalat.
Makanan harus selalu tertutup
Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri agar diajarkan untuk tidak
membeli makanan di jalanan terbuka
Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang terjangkit penyakit diare selain air
harus bersih juga harus dimasak
Pada anak yang minum dari botol (dot), botol harus dicuci dan dimasak setiap mau
digunakan
Pada ibu menyusui sebelum menyusui bayinya mncuci tangan terlebih dahulu
Bulecchek, Gloria. M. dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). sixth edition.
St. Louis: Mosby, Inc.
Moorhead, Sue. dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). fifth edition. St. Louis :
Mosby, Inc.
Contact Us
Northwind Traders
4567 Main Street
Raleigh, NC 02134-0000
(555) 555-0123
email@sample.com