Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Usia lanjut dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat

mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan

keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar ia dapat

menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia

(Maryam, dkk. 2008).

Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia.

Dalam proses ini, tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut usia)

dimana pada diri manusia secara alami terjadi perubahan kondisi fisik,

psikologis maupun sosial. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan

masalah kesehatan secara fisik maupun kesehatan jiwa secara khusus pada

individu lanjut usia (Sarwono 2010, dalam Sumitra & Larasati, 2014).

Insomnia merupakan suatu keadaan seseorang sulit masuk tidur, atau

kesulitan mempertahankan tidur dalam kurun waktu tertentu, sehingga

menimbulkan penderitaan atau gangguan dalam berbagai fungsi sosial,

pekerjaan ataupun fungsi-fungsi kehidupan lainnya. Insomnia adalah

kesukaran dalam memulai dan mempertahankan tidur. Periode singkat

insomnia paling sering berhubungan dengan kecemasan, baik secara

keseluruhan terhadap pengalaman yang mencemaskan atau dalam

menghadapi pengalaman yang menimbulkan kecemasan (Erna, dkk. 2008).

1
2

Saat ini jumlah lanjut usia di seluruh dunia diperkirakan ada 500 juta

dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan

mencapai 1,2 milyar (Bandiyah, 2009). Menurut Word Health Organization

(WHO) populasi lansia yang berusia diatas 60 tahun diperkirakan menjadi

dua kali lipat dari 11% pada tahun 2000 dan akan bertambah menjadi 22%

tahun 2050. Pada tahun 2000 penduduk lansia populasinya berjumlah 605

juta jiwa dan akan bertambah menjadi 2 miliar pada tahun 2050 (WHO,

2012). Berdasarkan data UNESCAP (United Nations Economic And Social

Commission For Asia And The Pasific) tahun 2011, jumlah penduduk di

kawasan Asia mencapai sebanyak 4,22 miliar jiwa atau 60% dari penduduk

dunia. Saat ini, populasi lansia di Jepang dan Korea Selatan telah melampaui

populasi lansia negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat. Sementara itu,

populasi lansia Cina dan negara-negara berkembang lainnya akan menyusul

sekitar tahun 2050. Populasi lansia di Asia Tenggara saat ini masih di bawah

level rata-rata dunia, namun pada tahun 2040 akan jauh di atas rata-rata

populasi lansia di dunia. Di Asia Tenggara, Singapura mempunyai penduduk

lansia terbanyak. Thailand, Vietnam, dan Indonesia berada pada posisi

“segera” sedangkan negara-negara lain akan menyusul di tahun-tahun yang

akan datang, sehingga istilah baby boom pada masa lalu berganti menjadi

“ledakan penduduk lanjut usia” (Zahuwa, 2015).

Di Indonesia tahun 2010 penduduk usia lanjut di Indonesia akan

mencapai 23,9 juta atau 9, 77% dan Usia Harapan Hidup sekitar 67,4 tahun.

Pada tahun 2020, penduduk usia lanjut mencapai 28,8 juta atau 11,34%
3

dengan Usia Harapan Hidup sekitar 71,1 tahun. Berdasarkan hasil Susenas

tahun 2013, jumlah lansia di Indonesia telah mencapai 20,40 juta orang atau

sekitar 8,05% dari total penduduk Indonesia. Jumlah penduduk di Indonesia

diperkirakan akan terus bertambah menjadi sekitar 450.000 jiwa per tahun.

Dengan demikian, jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2025

akan bertambah sekitar 34,22 juta jiwa (BPS, 2013). Berdasarkan data dari

Dinas Kesehatan provinsi kalimantan selatan tahun 2011 jumlah penduduk

lansia di kalimantan selatan mencapai 239.947 jiwa. Data dari dinas

kesehatan tanah bumbu tahun 2016 jumlah lansia di Tanah bumbu berjumlah

23.034 lansia.

Lansia yang tinggal di rumah mengalami gangguan tidur (insomnia)

sebesar 50% dan lansia yang tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang

sebesar 66%. Lansia mengalami penurunan efektifitas tidur pada malam hari

sebesar 70-80% dibanding dengan usia muda (Sukarendra, 2013).

Menurut National Sleep Foundation tahun 2010 sekitar 67% dari

1.508 lansia di Amerika melaporkan mengalami insomnia dan sebanyak 7,3%

lansia mengeluhkan sulit memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia.

Penelitian sebelumnya juga menyebutkan di Thailand, hampir 50% lansia

mengalami insomnia (Makrumah, 2008). Kebanyakan lansia beresiko

mengalami insomnia yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti pensiunan,

kematian pasangan atau teman dekat, peningkatan obat-obatan dan penyakit

yang dialami.
4

Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Di

Indonesia insomnia menyerang sekitar 50% lansia, setiap tahun diperkirakan

sekitar 20%-50% lansia melaporkan adanya insomnia dan sekitar 17%

mengalami insomnia yang serius. Prevalensi insomnia pada lansia cukup

tinggi yaitu sekitar 67% (Sukarendra, 2013).

Insomnia juga dikenal sebagai penyebab morbiditas yang signifikan.

Ada beberapa dampak serius insomnia pada lansia misalnya mengantuk

berlebihan di siang hari, gangguan atensi dan memori, mood depresi, sering

terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak semestinya, dan penurunan kualitas

hidup. Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker lebih tinggi pada

seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari

bila dibandingkan dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per

hari. Insomnia dapat disebabkan oleh perubahan fisiologis misalnya pada

proses penuaan normal. Riwayat tentang masalah tidur, higiene tidur saat ini,

riwayat obat yang digunakan, laporan pasangan, catatan tidur, serta

polisomnogram malam hari perlu dievaluasi pada lansia yang mengeluh

gangguan tidur (Makrumah, 2008).

Penanganan insomnia dapat dilakukan secara farmakologis dan non

farmakologis. Penanganan secara farmakologis seperti obat-obatan hipnotik

sedatif seperti Zolpidem, Tradozon, Lorazepam, Fenobarbital, Diazepam,

Klonazepam, dan Amitripilin yang akan memiliki efek samping seperti

gangguan koordinasi berfikir, gangguan fungsi mental, amnesia anterograd,

ketergantungan, dan bersifat racun (Widuri, 2010). Sedangkan penanganan


5

non farmakologis termasuk penanganan yang aman, efektif, dan tanpa efek

samping seperti terapi komplementer yang termasuk terapi pengobatan

alamiah. Menurut National Institute of Health (NIH), terapi komplementer

dikategorikan menjadi 5 yaitu : (1) Biological based practice: Herbal,

vitamin dan suplemen lain, (2) Mind-body techniques: Meditasi, (3)

Manipulative and body-based practice: Pijat (massage), refleksi (4) Energy

therapies: Terapi medan magnet, (5) Ancient medical system: Obat

tradisional chinese, ayurvedic, akupuntur. Terapi komplementer bisa

dilakukan dengan cara terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif,

meditasi, terapi tertawa, akupuntur, akupressur, aromatherapy, refleksiologi,

dan hydrotherapy (Suardi, 2011).

Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang

dilakukan sebagai pendukung pengobatan medis konvensional atau sebagai

pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional. Sesuai

dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer

tradisional-alternatif adalah pengobatan non konvensional yang di tunjukan

untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektivitas yang tinggi

berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam

kedokteran konvensional (Purwanto, 2013).

Air adalah media terapi yang tepat untuk pemulihan cedera, karena

secara ilmiah air hangat berdampak fisiologis bagi tubuh. Pertama,


6

berdampak pada pembuluh darah yaitu membuat sirkulasi darah menjadi

lancar. Kedua, faktor pembebanan di dalam air akan menguatkan otot-otot

dan ligament yang mempengaruhi sendi-sendi tubuh. Selain itu, suhu air yang

hangat akan meningkatkan kelenturan jaringan. Air dimanfaatkan sebagai

pemicu untuk memperbaiki tingkat kekuatan dan ketahanan terhadap

penyakit. Pengaturan sirkulasi tubuh dengan menggunakan terapi air dapat

menyembuhkan berbagai penyakit seperti demam, radang paru-paru, sakit

kepala, dan insomnia. Terapi air adalah cara yang baik untuk meningkatkan

daya tahan tubuh, melancarkan peredaran darah dan memicu pembuangan

racun (Ningtiyas, 2014).

Air dengan suhu antara 37°C-39°C mempunyai manfaat bagi tubuh.

Manfaat air hangat antara lain, meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh

yang mengalami cedera, meningkatkan pengiriman nutrisi dan pembuangan

zat sisa, mengurangi kongesti vena di dalam jaringan yang mengalami cedera,

meningkatkan pengiriman leukosit dan antibiotik ke daerah luka,

meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau

kekakuan, meningkatkan aliran darah, memberi rasa hangat lokal (Permady,

2015).

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Pratika (2012) tentang

pengaruh rendam kaki menggunakan air hangat terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi, didapatkan hasil bahwa pemberian terapi

rendam kaki air hangat dapat menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi, hal tersebut disebabkan karena dengan melakukan rendam kaki air
7

hangat dapat menghasilkan energi kalor yang bersifat mendilatasi pembuluh

darah pada kaki dan merangsang syaraf kaki yang dapat memicu penurunan

denyut jantung dan daya kontraktilitas jantung. Ada enam keuntungan dari air

hangat yaitu mengurangi stres, mendetoksifikasi, membuat tidur nyenyak,

merelaksasi otot, meredakan nyeri diotot dan sendi serta meredakan

kesesakan.

Berdasarkan studi pendahuluan didapatkan data dari sub bagian

pencatatan medik di Puskesmas Darul Azhar Kecamatan Simpang Empat

Kabupaten Tanah Bumbu pada tanggal 28 Februari 2016 didapatkan jumlah

keseluruhan lansia adalah 447. Dari hasil wawancara dengan 10 orang lansia

di Wilayah Kerja Puskesmas Darul Azhar didapatkan 8 orang lansia

mengeluhkan susah tidur saat malam hari, sering terbangun pada malam hari

dan sulit kembali tidur setelah terbangun. Pada umumnya lansia di wilayah

Kerja Puskesmas Darul Azhar belum menggunakan intervensi secara non

farmakologis untuk mengatasi insomnia. Mereka hanya mengkonsumsi obat-

obatan yang diresepkan oleh dokter.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik meneliti

tentang “Pengaruh Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap

Penurunan Insomnia Pada Lansia Usia 45-59 Tahun Di Wilayah Kerja

Puskesmas Darul Azhar Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah

Bumbu Tahun 2017”.


8

1.2 Rumusan Masalah

Lansia rentan mengalami masalah kesehatan karena adanya penurunan

fungsi pada tubuh lansia, salah satu masalah yang sering terjadi adalah

gangguan tidur insomnia. Prevalensi insomnia pada lansia cukup tinggi

yaitu sekitar 67%. Insomnia juga dikenal sebagai penyebab morbiditas yang

signifikan. Ada beberapa dampak serius insomnia pada lansia misalnya

mengantuk berlebihan disiang hari, gangguan atensi dan memori, mood

depresi, sering terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak semestinya,

penurunan kualitas hidup dan peningkatan resiko sakit jantung dan kanker.

Salah satu terapi non-pharmacology untuk mengobati insomnia adalah

terapi rendam kaki dengan air hangat. Diharapkan setelah dilakukan terapi

rendam kaki dengan air hangat terdapat penurunan insomnia pada lansia.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka didapatkan rumusan masalah

sebagai berikut “ adakah Pengaruh Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat

Terhadap Penurunan Insomnia Pada Lansia Usia 45-59 Tahun Di Wilayah

Kerja Puskesmas Darul Azhar Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah

Bumbu tahun 2017?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui Pengaruh Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat

Terhadap Penurunan Insomnia Pada Lansia Usia 45-59 Tahun Di Wilayah


9

Kerja Puskesmas Darul Azhar Kecamatan Simpang Empat Kabupaten

Tanah Bumbu tahun 2017.

1.3.2 Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Teridentifikasi kejadian insomnia pada lansia Usia 45-59 Tahun

sebelum diberikan terapi rendam kaki air hangat di Wilayah Kerja

Puskesmas Darul Azhar Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah

Bumbu tahun 2017.

2. Teridentifikasi kejadian insomnia pada lansia Usia 45-59 Tahun

sesudah diberikan terapi rendam kaki air hangat di Wilayah Kerja

Puskesmas Darul Azhar Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah

Bumbu tahun 2017.

3. Teranalisis Pengaruh Rendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap

Penurunan Insomnia Pada Lansia Usia 45-59 Tahun Di Wilayah Kerja

Puskesmas Darul Azhar Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah

Bumbu tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan kedepannya dapat menambah

wawasan mengenai manfaat terapi rendam kaki air hangat terhadap

kejadian insomnia pada lansia.


10

1.4.2 Bagi Ilmu Keperawatan

Penelitian ini diharapkan kedepannya dapat memperkaya ilmu

pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya terapi non

farmakologis terhadap kejadian insomnia pada lansia.

1.4.3 Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan memberi masukan pada pelayanan

kesehatan seperti di Puskesmas, Posyandu Lansia untuk membuat program

pengobatan terapi non farmakologis terapi rendam kaki air hangat pada

lansia.

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai salah satu media pembelajaran, sumber informasi, wacana

kepustakaan terkait terapi non farmakologis kejadian insomnia pada lansia

dengan menggunakan terapi rendam kaki air hangat.

1.4.5 Bagi Peneliti

Merupakan bentuk pengaplikasian ilmu selama perkuliahan dan

memperoleh pengetahuan serta wawasan mengenai keefektifan terapi

rendam kaki air hangat terhadap kejadian insomnia pada lansia. Bagi

peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai referensi serta dapat

mengembangkan apa yang telah dilakukan dalam penelitian ini. Seperti

menambah jumlah responden maupun mengembangkan terapi rendam kaki

air hangat yang tidak hanya bermanfaat untuk penyembuhan insomnia

tetapi dapat berguna untuk penyembuhan penyakit lainnya.


11

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian tentang pengaruh terapi rendam kaki dengan air hangat

terhadap kejadian insomnia pada lansia, penelitian yang berhubungan dengan

penelitian ini antara lain:

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Persamaan Perbedaan
(Metode: Desain, Sampel, (Metode: Desain, Sampel,
Judul, Penulis dan
No Variabel, Instrumen, Variabel, Instrumen,
Tahun Penelitian
Analisis Dan Hasil Analisis Dan Hasil
Penelitian) Penelitian)
1 Pengaruh rendam kaki 1. Variabel independen: 1. Variabel dependen:
menggunakan air hangat Rendam kaki dengan air penurunan tekanan darah
terhadap penurunan hangat 2. Desain penelitian: pra
tekanan darah pada 2. Tehnik pengambilan eksperimental
penderita hipertensi di sempel: purposive 3. Rancangan: the one group
Desa Bendungan sampling pre-test-post-test design
Kecamatan Kraton 4. Sampel: penderita
Pasuruan. hipertensi sebanyak 76
Intan Pratika M, (2012) responden
5. Uji statistik: paired T-test
6. Hasil penelitian: ada
pengaruh terapi rendam
kaki air hangat terhadap
penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi

2 Efektivitas senam kaki dan 1. Variabel independen: 1. Variabel dependen: sirkulasi


rendam air hangat terhadap Rendam kaki dengan air darah perifer
sirkulasi darah perifer pada hangat 2. Tehnik pengambilan
pasien lansia diabetes 2. Desain: quasi sampel: total sampling
mellitus di Wilayah kerja eksperiment 3. Sampel: lansia dengan
Puskesmas Purwokerto diabetes mellitus sebanyak
Selatan dan Timur 38 responden
Purwokerto. 4. Tehnik pengambilan
Dwi Maryani, (2013) sampel: total sampling
5. Uji statistik: independent T-
test
6. Rancangan: two group pre
test and post test without
control
7. Hasil: ada perbedaan
efektivitas antara olah raga
kaki dan perendaman air
hangat untuk sirkulasi darah
perifer pada lansia penderita
diabetes mellitus
12

3 Pengaruh hidroterapi 1. Variabel independen: 1. Variabel dependen:


rendam kaki air hangat Rendam kaki dengan air penurunan nyeri pasien post
terhadap penurunan nyeri hangat operasi
pasien post operasi di 2. Desain penelitian: quasi 2. Tehnik pengambilan
Rumah Sakit Islam Sultan eksperimen sampel: consecutive
Agung Semarang. 3. Rancangan: pre and post sampling
Lilik Tri Widiastuti, test without control 3. Sampel: pasien post operasi
(2015) 4. Uji statistik: wilcoxon sebanyak 17 responden
4. Instrumen: numeric rating
scale (NRS)
5. Hasil: terdapat pengaruh
hidroterapi rendam kaki air
hangat terhadap penurunan
nyeri pasien post operasi

4 Non-Pharmacological 1. Variabel dependen: 1. Variabel independen:


management of insomnia insomnia Non-Pharmacological
Umesh Kumar vyas, management
(2013) 2. Jenis penelitian:
Systematica rivew
3. Metode: pencarian
pubmed.gov dengan kata
kunci insomnia
4. Hasil: terapi psikologis
dan perilaku menghasilkan
perubahan yang baik pada
kejadian insomnia

5 Insomnia and relationship 1. Variabel dependen: 1. Variabel independen:


with anxiety in University insomnia anxiety
students 2. Jenis penelitian: cross
Nour Choueiry, et al, sectional
(2016) 3. Instrumen: insomnia
severity index (ISI),
pittsburgh sleep quality
index (PSQI), epworth
sleepinees scale (ESS),
generalized anxity
disorder 7-item scale
(GAD-7)
4. Hasil: insomnia lebih
sering terjadi pada siswa
tahun pertama dengan
kecemasan yang
signifikan

Anda mungkin juga menyukai