Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HDR


DI RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

1.1 Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain (Yusuf, 2015). Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir,
tetapi dipelajari sebagai hasil daripengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri,
dengan orang terdekat dan dengan realita dunia.
Gangguan konsep diri adalah suatu kondisi dimana individu mengalami kondisi
pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan dirinya sendiri yang negatif. Konsep
diri terdiri atas komponen-komponen berikut:
a. Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari
terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan
tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman baru.
b. Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berprilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu. Ideal diri
dipengaruhi oleh kebudayaan, keluarga, ambisi, keinginan, dan kemampuan
individu dalam menyesuaikan diri dengan norma serta prestasi masyarakat
setempat.
c. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik prilaku seseorang sesuai dengan identitas
diri, harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri
sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan,
tetapi merasa sebagai seorang yang penting dan berharga. Harga diri diperoleh
dari diri sendiri dan orang lain.
d. Penampilan peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh
lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi diberbagai kelompok sosial.
Peranyang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan.
Peranyang di terima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.
e. Identitas personal adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan keunikan
individu. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung
sepanjang hidupnya, tetapi merupakan tugas utama pada masa remaja. Gangguan
harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap dirisendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan. Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara
kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama. Gangguan harga
diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat
kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang
negatif, membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri (Keliat, 1998).
Evaluasi dari dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dapat
secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, MC, 1998).
Penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung (Schult & Videbeck, 1998).
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara:
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu ( korban perkosaan, ditubuh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:
1) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/ sakit/ penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang yidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tanpa persetujuan. Kondisi ini
banyak ditemukan pada klien gangguan fisik.
b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.

2
Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptif. Kondisi ini dapat ditemukan
pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
1.2 Rentang Respon Konsep Diri

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Keracunan Depersonalisasi


diri positif rendah identitas

Keterangan:
a. Aktualisasi diri : Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses
dan diterima
b. Konsep diri : Apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri
c. Kerancuan identitas : Kegagalan aspek individu mengintegrasikan aspek-
aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam
kematangan aspek psikososial, kepribadian pada masa
dewasa yang harmonis.
d. Depersonalisasi : Perasaan yang tidak realistic dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan,
kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.
Menurut Maslow karakteristik aktualisasi diri meliputi:
1. Realistik
2. Cepat menyesuaikan diri dengan orang lain,
3. Persepsi yang akurat dan tegas
4. Dugaan yang benar terhadap kebenaran/kesalahan
5. Akurat dalam memperbaiki masa yang akan datang
6. Mengerti seni, musik, politik, filosofi
7. Rendah hati
8. Mempunyai dedikasi untuk bekerja
9. Kreatif, fleksibel, spontan dan mengakui kesalahan
10. Terbuka dengan ide-ide baru
11. Percaya diri dan menghargai diri

3
12. Kepribadian yang dewasa
13. Dapat mengambil keputusan
14. Berfokus pada masalah
15. Menerima diri seperti apa adanya
16. Memiliki etika yang kuat
17. Mampu memperbaiki keadilan
1.3 Penyebab
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistik.
Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal,
seperti: trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi peran situasi dengan
bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian,
serta transisi peran sehat sakit sebagai transisi dari keadaan sehat dan keadaan sakit.

1.4 Faktor Predisposisi


Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah adalah pengalaman masa kanak-
kanak merupakan suatu faktor yang dapat menyebabkan masalah atau gangguan
konsep diri. Anak-anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua,
lingkungan, sosial serta budaya. Orang tua yang kasar, membenci dan tidak
menerima akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian diri, sehingga individu
tersebut kurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan, gagal menerima tanggung
jawab terhadap dirinya sendiri, tergantung pada orang lain serta gagal
mengembangkan kemampuan diri. Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan
mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna. Sedangkan faktor biologis, anak
dengan masalah biologis juga bisa menyebabkan harga diri rendah. Misalnya anak
lahir menilai dirinya negatif.

1.5 Faktor Presipitasi


Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi
individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau stresor
dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Stresor yang mempengaruhi

4
harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua
yang berarti: pola asuh anak tidak tepat, misalnya: terlalu dilarang, dituntut, dituruti,
persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang
tidak dapat dicapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Individu yang
dituntut untuk selalu berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan berbuat
kesalahan, ia membuat standar yang tidak dapat dicapai. Sehingga sistem keluarga
disini tidak berfungsi dengan baik. (Muhith, 2015). Sepanjang kehidupan individu
sering menghadapi transisi peran yang dapat menimbulkan stres tersendiri bagi
individu. Stuart dan Sundeen, 1991 mengidentifikasi transisi peran menjadi 3
kategori, yaitu:
a. Transisi perkembangan
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap
perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaikan tugas
perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep
diri
b. Transisi peran situasi
Transisi peran situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau
berkurang orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status
sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan
perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran, yaitu konflik peran
tidak jelas atau peran berlebihan
c. Transisi peran sehat-sakit
Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat
perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen
konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri
1.6 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang dapat dikaji pada gangguan harga diri rendah adalah:
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit, misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi rontok setelah mendapat
terapi sinar pada kanker
b. Rasa bersalah pada diri sendiri, misalnya ini tidak akan terjadi jika saya segera
ke rumah sakit, menyalahkan, mengejek, dan mengkritik diri sendiri

5
c. Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya tidak
tahu apa-apa atau saya orang bodoh
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Pasien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, suka menyendiri
e. Percaya diri kurang. Pasien sukar mengambil keputusan, misalnya memilih
alternatif tindakan
f. Mencederai diri, akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien ingin mengakhiri kehidupan
g. Mengkritik diri sendiri
h. Perasaan tidak mampu
i. Pandangan hidup yang pesimis
j. Penurunan produktivitas
k. Penolakan terhadap kemampuan diri (Keliat, 2007).
Gangguan perilaku pada konsep diri dapat dibagi sebagai berikut:
a. Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah
Sepuluh cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah:
1) Mengejek dan mengkritik diri sendiri, pasien mempunyai pandangan
negatif tentang dirinya, klien sering mengatakan dirinya bodoh dan tidak
tahu apa-apa
2) Merendahkan/mengurangi martabat, pasien menghindari, mengabaikan
atau menolak kemampuan yang nyata dimiliki
3) Rasa bersalah dan khawatir, pasien menghukum dirinya sendiri, ini dapat
ditampilkan berupa: fobia, obsesi, klien menolak dirinya sendiri
4) Manifestasi fisik: tekanan darah meningkat, penyakit psikosomatis dan
penyalahgunaan obat
5) Menunda keputusan, pasien sangat ragu-ragu dalam mengambil keputusan,
rasa aman terancam, seseorang mungkin tidak melaporkan perilaku kasar
terhadap dirinya
6) Gangguan berhubungan karena ketakutan, penolakan dan harga diri
rendah, pasien menjadi kejam, merendahkan diri atau engesploitasi orang
lain, perilaku ini adalah menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan
oleh perasaan tidak berharga

6
7) Menarik diri dari realitas, bila kecemasan yang disebabkan oleh penolakan
diri sendiri mencapai tingkat berat atau panik, pasien mungkin mengalami
gangguan asosiasi, halusinasi, curiga, cemburu atau paranoid
8) Merusak diri, harga diri rendah dapat mendorong pasien mengakhiri
kehidupannya
9) Merusak atau melukai orang
10) Menolak tekanan
b. Perilaku yang berhubungan dengan kekacauan identitas terjadi karena kegagalan
mengintegrasikan berbagai identifikasi pada masa kanak-kanak secara selaras
dan harmonis. Perilaku yang berhubungan dengan identitas kabur adalah
hubungan interpersonal yang kacau atau masalah hubungan intim. Pasien
mengalami kesukaran tampil sesuai dengan jenis kelaminnya.
c. Perilaku berhubungan dengan depersonalisasi
Jika individu mengalami tingkat panik dan kecemasan maka respon mal adaptif
terhadap masalah identitas akan bertambah yang mengakibatkan klien menarik
diri dari realitas. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dimana
klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya. Ini
merupakan perasaan asing akan diri sendiri. Pasien sukar membedakan dirinya
dengan orang lain/lingkungan. Depersonalisasi adalah pengalaman subjektif
yang dapat merusak ego. Depersonalisasi dapat terjadi pada depresi, skizofrenia,
mania dan gangguan mental organik.
1.7 Proses Terjadinya Masalah
Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan gagal menerima
tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan tergantung pada orang tua
dan gagal mengembangkan kemampuan sendiri ia mengingkari kebebasan
mengekspresikan sesuatu termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi
tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri sendiri, sehingga ideal diri yang
ditetapkan tidak tercapai.
Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri rendah dan ideal diri adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola
asuh yang tidak tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan
saudara. Kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak tercapai, gagal
bertanggung jawab terhadap diri sendiri.

7
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka
disfungsional dan individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping yang
tidak konstruktif atau kopingnya maladaptive. Resiko yang dapat terjadi pada
individu dengan gangguan harga diri rendah adalah isolasi sosial: menarik diri karena
adanya perasaan malu kalau kekurangannya diketahui oleh orang lain.

1.8 Mekanisme Koping


Menurut Keliat (1998), mekanisme koping pada klien dengan gangguan konsep
diri dibagi dua yaitu:

a. Koping jangka pendek


1) Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis, misalnya:
pemakaian obat, ikut musik rok, balap motor, olah raga berat dan obsesi
nonton televisi.
2) Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas, misalnya: ikut
kelompok tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki kelompok,
memiliki kelompok tertentu, atau pengikut kelompok tertentu.
3) Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap
konsep diri atau identitas diri yang kabur, misalnya: aktivitas yang
kompetitif, olah raga, prestasi akademik, kelompok anak muda.
4) Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan, misalnya: penjelasan tentang
keisengan akan menurunnya kegairahan dan tidak berarti pada diri sendiri
dan orang lain.
b. Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka
panjang. Penyelesaian positif akan menghasilkan ego identitas dan Keunikan
individu. Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan
masyarakat. Remaja mungkin menjadi anti sosial, ini dapat disebabkan karena
ia tidak mungkin mendapatkan identitas yang positif. Mungkin remaja ini
mengatakan “saya mungkin lebih baik menjadi anak tidak baik”.
Individu dengan gangguan konsep diri pada usia lanjut dapat menggunakan
ego-oriented reaction (mekanisme pertahanan diri) yang bervariasi untuk
melindungi diri. Macam mekanisme koping yang sering digunakan adalah:

8
fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi. Dalam keadaan yang semakin berat dapat
terjadi deviasi perilaku dan kegagalan penyesuaian sebagai berikut: psikosis,
neurosis, obesitas, anoreksia, nervosa, bunuh diri criminal, persetubuhan
dengan siapa saja, kenakalan, penganiayaan.

1.9 Masalah Keperawatan


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga diri
rendah adalah:
a. Gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional atau kronik
b. Gangguan citra tubuh
c. Perubahan penampilan peran
d. Ideal diri tidak realistik
e. Ketidakberdayaan
f. Isolasi sosial: menarik diri
g. Resiko perilaku kekerasan (Muhith, 2015).
1.10 Akibat
Pasien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisa mengakibatkan
gangguan interaksi sosial: menarik diri, perubahan penampilan peran, keputusasaan
maupun munculnya perilaku kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
1.11 Pohon Masalah

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Gangguan citra tubuh

1.12 Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


a. Masalah keperawatan
1) Isolasi sosial : menarik diri
2) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3) Gangguan citra tubuh

9
b. Data yang perlu dikaji
No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif
1. Masalah utama : Gangguan - Mengungkapkan ingin - Merusak diri
konsep diri: harga diri diakui jati dirinya sendiri
rendah - Mengungkapkan tidak - Merusak orang lain
ada lagi yang peduli - Menarik diri dari
- Mengungkapkan tidak hubungan sosial
bisa apa-apa - Tampak mudah
- Mengungkapkan tersinggung
dirinya tidak berguna - Tidak mau makan
- Mengkritik diri sendiri dan tidak tidur
2. Masalah Keperawatan: - Mengkritik diri sendiri - Tampak sedih dan
Penyebab gangguan citra - Mengungkapkan tidak melakukan
tubuh perasaan main aktivitas yang
terhadap diri sendiri seharusnya dapat
- Mengungkapkan malu dilakukan
dan tidak bisa bila - Wajah tarnpak
diajak melakukan murung
sesuatu - Pasien terlihat lebih
- Perasaan tidak mampu suka sendiri
- Perasaan negatif - Bingung bila
mengenai dirinya disuruh memilih
sendiri alternatif tindakan
3. Masalah Keperawatan: - Mengungkapkan tidak - Ekspresi wajah
Akibat isolasi sosial : berdaya dan tidak kosong
menarik diri ingin hidup lagi - Tidak ada kontak
- Mengungkapkan mata ketika diajak
enggan berbicara bicara
dengan orang lain - Suara pelan dan
- Pasien malu bertemu tidak jelas
dan berhadapan
dengan orang lain

10
1.13 Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan gangguan
citra tubuh
2.2 Rencana Tindakan Keperawatan
a. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
1) Tujuan umum
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
2) Tujuan khusus
a) Pasein dapat membina hubungan saling percaya
1. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip
komunikasi terapeutik
2. Sapa pasien dengan ramah secara verbal dan nonverbal.
3. Perkenalkan diri dengan sopan
4. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai pasien
5. Jelaskan tujuan pertemuan
6. Jujur dan menepati janji
7. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
8. Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
pasien
b) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien
2. Hindarkan pemberian penilaian negatif setiap bertemu pasien
3. Utamakan memberi pujian yang realistik
c) Pasien dapat menilai kemampuan yang digunakan
1. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan
2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya
3. Pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki

11
4. Rencanakan aktivitas bersama pasien yang dapat dilakukan
setiap hari
5. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi pasien
6. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat pasien
lakukan
d) Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya
1. Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan
2. Diskusikan pelaksanaan kegiatan di rumah
e) Pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat pasien dengan harga diri rendah
2. Bantu keluarga dengan memberikan dukungan selama pasien
dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
f) Hasil yang diharapkan
1. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya terhadap penyakit
yang diderita
2. Pasien menyebutkan aspek positif dan kemampuan dirinya
(fisik, intelektual, sistem pendukung)
3. Pasien berperan serta dalam perawatan dirinya
4. Percaya diri pasien menetapkan keinginan atau tujuan yang
realistik
b. Gangguan konsep diri harga diri rendah berhubungan dengan gangguan
citra tubuh.
1) Tujuan umum
Pasien menunjukkan peningkatan harga diri
2) Tujuan khusus
a) Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling
percaya
1. Bina hubungan perawat – pasien yang terapeutik
2. Salam terapeutik
3. Komunikasi terbuka, jujur dan empati

12
4. Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien. Beri
kesempatan mengungkapkan perasaan pasien terhadap
perubahan tubuh.
5. Lakukan kontrak untuk program asuhan keperawatan
(pendidikan kesehatan, dukungan, konseling dan rujukan)
b) Pasien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh
1. Diskusikan perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
2. Observasi ekspresi pasien pada saat diskusi
c) Pasien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
(tubuh, intelektual, keluarga) oleh pasien diluar perubahan
yang terjadi
2. Beri pujian atas aspek positif dan kemampuan yang masih
dimiliki pasien
3. Pasien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk
atau fungsi tubuh.
4. Dorong pasien untuk merawat diri dan berperan serta dalam
asuhan klien secara bertahap
5. Libatkan pasien dalam kelompok klien dengan masalah
gangguan citra tubuh
6. Tingkat dukungan keluarga kepada pasien terutama
pasangan.
d) Pasien dapat menyusun rencana cara-cara menyelesaikan masalah
yang dihadapi
1. Diskusikan cara-cara (booklet, leaflet) sebagai sumber
informasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak
perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
2. Dorong paisen memilih cara yang sesuai
e) Pasien dapat melakukan tindakan pengembalian integritas tubuh
1. Membantu pasien mengurangi perubahan citra tubuh
2. Rehabilitasi bertahap bagi pasien
f) Hasil yang diharapkan
1. Pasien menerima perubahan tubuh yang terjadi

13
2. Pasien memilih beberapa cara mengatasi perubahan yang
terjadi
3. Pasien dapat beradaptasi dengan cara-cara yang dipilih dan
digunakan

14
Daftar Pustaka
1. Keliat, B.A.. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC
2. Muhith, Abdul (2015) Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Andi Offset.
3. Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku
Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Media

15

Anda mungkin juga menyukai