Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

1. Pengertian perilaku kekerasan


Patricia D. Barry (1998: 140), menyatakan:
Agression: an emotion compounded of frustrasion and hate or rage. It is an
emotion deeply rooted in every one of us, a vital part of our emotional being that must be
either projected outward on the environment or inward, destructively, on the self.
Suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau
marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian
penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, ke dalam
diri atau secara destruktif.
Agresi berkaitan dengan trauma pada masa anak pada saat merasa lapar,kedinginan,
basah atau merasa tidak nyaman. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi secara terus
menerus, maka ia akan menampakkan reaksi berupa menangis, kejang, atau kontraksi otot,
perubahan ekspresi warna kulit, bahkan mencoba menahan nafasnya.
Setelah anak berkembang dewassa ia menampakkan reaksi yang lebih keras pada
saat kebutuhan-kebutuhannya tidak terpenuhi. Seperti tempertantrum,melempar,menjerit,
menahanan nafas, mencakar,merusak atau bersikap agresif pada bonekanya. Bila reward
and punishmen tidak dilakukan maka ia cenderung menganggap perbuatan tersebut benar.
Bila kontrol lingkungan seputar anak tidak berfungsi, maka reaksi agresi tersebut
bertambah kuat sampai dewasa. Sehingga pabila ia merasa benci atau frustasi dslam
mencapai tujuanya ia akan bertindak agresif. Hal ini akan bertambah apabila ia merasa
kehilangan orang-orang yang dicintai dan orang yang beraarti. Tetapi pelan-pelan ia akan
belajar mengontrol dirinya dengan norma dan etika dari dalam diriny yang dia adopsi dari
oendidikan dan lingkungan sekitarnya. Ia akan belajar mana yang baik dan mana yang
tidak baik. Sehingga pola asuh dan orang-orang terdekat sekitar lingkungan akan sangat
berarti.
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ejstrim dari marah atau
ketakutan (panik). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dioandang
sebagai suatu retang, dimana gresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di
sisi yang lain.
2. Rentang respon marah
Adaptif Maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif Amuk/Pk

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan


yang dapat membahayakan secara fisik,bsik kepada diri sendiri maupun orang lain. Ser4ing
disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu
stressor dengan gerakan motorik ysng tidak terkontrol.
3. Faktor predisposisi
Ada bebrapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan
a. Faktor psikologis
Psychoanalycal theory; teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan
akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhin
oleh dua insting. Kesatu insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas dan kedua,
insting kematian yang di ekspresikan dengan agresivitas.
Frustation-aggresion theory; teori yang dikembangkan oleh pengikut freud ini
berawal dari asumsi, bahwa bila uasaha seseoranf untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan maka akan timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi
perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek yang menyebababkan frusrasi.
Jadi hampir semua orang yang melakukan tindakan agresif riwayat perilaku agresif.
Pandangan psikologi lainnya mengenai perilaku agresif, mendukung pentingnya
peran dari perkembangannya predisposisi atau pengalaman hidup. Ini menggunakan
pendekatan bahwa manusia mampu memilih mekanisme koping yang sifatnya tidak
merusak. Beberapa contoh dari pengalaman tersebut:
1. Kerusakan otak organik, retardasi mental, sehingga tidak mampu untuk
menyrlelsaikan secara efektif.
2. Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan pada masa kanak-
kanak,atau seduction parental, yang mungkin telah merusak hubungan saling percaya
dan harga diri.
3. Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk child abuse atau
mengibservasi kekerasan dalam keluarga, sehingga membentuk pola pertahanan atau
koping.
b. Faktor sosial budaya
Social-learning theory, teori yang dikembangkan oleh bandura (1997) ini
mengemukakan bahwa agresi tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi dapat
dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka
semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap
keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya.
Pembelajaran ini bisa internal maupun eksternal. Contoh internal : orang yang mengalami
keterbangkitan seksual karena menonton film erotis menjadi lebih agresif dibandingkan
mereka yang tidak menonton film tersebut,seorang anak yang marah karena tidak boleh
beli escream kemudian ibunya memberikan esz agar anaknya tidak marah. Anak tersebut
akan belajar bahwa bila ia marah maka ia akan mendapatkan apa yang dia inginkan.
Contoh eksternal: seorang anak menunjukkan perilaku agresif setelah melihat seorang
dewasa mengepresikan berbagaio bentuk perilaky agresif terhadap sebuah boneka.
Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat
membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang dapat diterima atau tidak dapat
diterima. Sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara
yg asertif.
c. Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar
biologis.Penelitian neurobiologi mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris
ringan pada hipotalamus (yang berada di tengah sistem limbik) binatang ternyata
menimbulkan perilaku agresif. Perangsangan yang diberikan terutama pada nukleus
periforniks hipotalamus dapat menyebabkan seekor kucing mengeluarkan cakarnya,
mengangkat ekornya, mendesis, bulunya berdiri, menggeram, matanya terbuka lebar, pupil
dilatasi dan hendak menerkam tikus atau objeki yang ada di sekitarnya. Jadi kerusakan
fungsi sistem limbik (untuk emosi perilaku), lobusfrontal (untuk pemikirn rasional), dan
lobus temporal (untuk interpretasi indefa penciuman dan memori).
Neurotransmitter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif:
serotonin,dopamin,norepineprin,acetilkolin, dan asm amino GABA.
Faktor-faktor yang mendukung :
1. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
2. Sering mengalami kegagalan
3. Kehidupan yang penuh tindakan agresif
4. Lingkungan yang tidak kondusif
Secara umum,seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya
terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan
adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang. Ketika seseorang merasa terancam,
mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh
karena itu, baik perawat maupun klien harus bersama-sama mengidentifikasinya. Ancaman
dapat berupa internal ataupun eksternal. Contoh stressor eksternal: serangan psikis,
kehilangan hubungan di anggap bermakna, dan adanya kritikan dari orang lain. Sedangkan
contoh dari streesor internal: merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan orang yang
dicintai, dan ketakitan terhadap pe yakit yang di derita.
d. Bila dilihat dari sudut perawat-klien, maka faktor yang mencetuskan terjadinya perilaku
kekerasan terbagi dua,yaitu:
1. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan,ketidakberdayaan, kurang percaya diri.
2. Lingkungan: ribut,kehilangan orang/objek yang berharga,konflik interaksi sosial.
4. Asuhan keperawatan pada pasien Resiko perilaku kekerasan
a. Pengkajian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (CMHN : 180). Berdasarkan definisi ini maka
perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam 2 bentuk yaitu saat sedang
berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan.
Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara
tentang perilaku berikut ini:
1) Muka merah dan tegang.
2) Pandangan tajam
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Jalan mondar-mandir
5) Bicara kasar
6) Suara tinggi , menjerit atau berteriak
7) Melempar atau memukul
8) Merusak benda
9) Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan
Seorang perawarat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agitasi pada
klien, hirarki perilaku agresif dan kekerasan. Disamping itu,perawat harus mengkaji pula
afek klien yang berhubungan dengan perilaku agresif.
a) Kelengkapan pengkajian dapat membantu perawat
b) Membantu hubungan yang terapeutik dengan klien
c) Mengkaji perilaku klien yang berpotensi kekerasan
d) Mengembangkan suatu perencanaan
e) Mengimplementasikan perencanaan
f) Mencegah perilaku agresif dan kekerasan dengan terapi milleu. Dan bila klien dianggap
hendak melakukan kekerasan,maka perawat harus:
1. Melaksanakan prosedur klinik yang sesuai untuk melindungi klien dan tenaga
kesehatan.
2. Beri tau ketua tim
3. Bila perlu, minta bantuan kemanan.
4. Kaji lingkungan dan perubahan yang perlu
5. Beriahu dokter dan kaji PRN untuk pemberian obat.
Perilaku yang berhubungan dengan agresi:
a. Agitasi motorik: bergerak cepat, tidak mampu duduk diam, memukul dengan tinju
kuat,mengapit kuat,respirasi meningkat,membentuk aktivitas motoprik tibas-tiba
(katatonia)
b. Verbal: mengancam pada objek yang tidak nyata, mengacu minta perhatian,bicara
keras-keras,menunjukkn adanya delusi atau pikiran paranoid.
c. Afek:marah,permusuhan,kecemasan yang ejstrim, mudah terangsang,euphoria tidak
sesuai atau berlebihan, afek labil.
d. Tingkat kesadaran:bingung, status mental berubah tiba-tioba,disorientasi,kerusakan
memori,tidak mampu dialihkan.
b. Pohon masalah
Isolasi sosial (Effek)

Resiko perilaku kekekarasan (Co-Problem)

Harga Diri Rendah (Etiologi)


c. Intervensi dan tindakan keperawatan
1) Tindakan keperawatan
Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah dan
memenejemen perilaku agresif. Intervensi dapat melalui rentang intervensi
keperawatan.
a) Kesadaran diri
Perawat harus menyadari bahwa stres yang dihadapinya dapat
mempengaruhi komunikasinya dengan klien. Bila perawat tersebut merasa letih,
cemas, marah, atau apatis maka akan sulit baginya untuk membuat klien tertarik.
Oleh karenanys, bils perawat itu sendiri dipenuhi masalah,maka energi yang
dimilikinya bagi klien menjadi berkurang. Untuk mencegah semua itu, maka perawat
harus terus menerus meningkatkan kesadarannya dan melakukan supervii dengan
memisahkan antara masalah pribadi dan masalah klien.
b) Pendidikan klien
Pendidikan ysng diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara
mengekspesikan marah yang tepat. Banyak klien yang mengalami kesulitan
mengekepresikan perasaannya, kebutuhan, hasrat dan bahkan kesulitan komunikasi
dengan orang lain. Jadi perawat bwrkomunikasi diharapkan agar klien mau
mengekspresikan perasannya,lalu perawat menilai apakah respon yang diberikab
klien adaptif atau maladaptif.
a) Latihan asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat:
1. Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang.
2. Mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan
3. Sanggup melakukan komplein.
4. Mengekspresikan penghargaan dengan tepat.
b) Komunikasi
Strategi berkomunikasi dengan klien perilaku agresif:
1. Bersikap tenang
2. Bicara lembut
3. Bicara tidak dengan cara menghakimi
4. Bicara netral dan dengan cara yang konkrit
5. Tunjukkan respek pada klien
6. Hindari intensitas kontak mata langsung
7. Demontrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan
8. Fasilitasi pembicaraan klien
9. Dengarkan klien
10. Jangan terburu-buru menginterpretasikan
11. Jangan buat janji yang tidak dapat perawat tepati.
c) Perubahan linkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti:
membaca,group yang dapat mengurangi klien yang tidak sesuai dan meningkatkan
adaptasi sosialnya.
d) Tindakan perilaku
Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku yang
dapat diterima dan yang tidak dapat diterima,konsekunsi yang didapat bila kontrak
dilanggar, dan apa saja kontribusi selama perawatan.
e) Psikofarmakologi
Antianxiety dan sedative-hipnotic. Obat-obatan ini dapat mengendalikan
agitasi yang akut. Benzodiazepines seperti lorazepam dan clonazepam,sering
digunakan dalam kedaruratan klien psikiatrik untuk menenangkan perlawanan
klien. Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan dalam waktu lama
karena dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantungan,juga bisa
memperburuk simptom depresi. Selanjutnya, pada beberapa klien yang
mengalami disinhibiting effect dari benzodiazepines, dapat mengakibatkan
peningkatan perilaku agresif. Buspirone obat antianxie, efektif dalam
mengendalikan perilaku kekerasan yang berkaitan dengan kevemasan dan depresi.
Ini ditunjukkan dengan menurunnya perilaku agresif dan agitasi bklien dengan
cedera kepala,dememsia, dan developmental disability.
Antidrepressant, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsifr dan
perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood. Amitriptyline dan
trazodone efektif untuk menghilangkan agresivitas yang berhubunganh dengan
cedera kepala dan gangguan mental organik.
Mood stabilizer, penelitian menunjukkan bahwa pemberian lithium efektif
untuk agresif karena panik. Pada beberapa kasus, pemberiannya untuk
menurunkan perilaku agresif yang disebabkan oleh gangguan lain seperti RM,
cedera kepala, skizofrenia, gangguan kepribadian. Pada klien dengan epilepsi
lobus temporalbisa meningkartkan perilaku agresif.
Pemberian carbamazepines dapat mengendalikan perilaku agresif pada
klien dengan kelainan EEGs (electroenphalograms)
Antipsychotic: obat-obatan ini biasanya dipergunakan untuk perawatan
perilaku agresif. Bila agitasi terjadi karena delusi, halusinasi, atau perilaku
psikotok lainnya,maka pemberian obat ini dapat membantu, namun diberikan
hanya untuk 1-2 minggu sebelum efeknya dirasakan.
Medikasi lainya: banyak kasus menunjukkan bahwa pemberian Naltrexone
(antagonis opiat), dapat menurunkan perilaku mencederai diri. Betablokers sepeeti
propanolol dapat menurunkan perilaku kekerasan pada anak dan pada klien
dengan gangguan mental organik.
f) Managemen klinis
Bila pada waktu intervensi awal tidak berhasil, maka diperlukan intervensi yang
lebih aktif.prosedur penanganan kedaruratan psikiatrik :
1. Identifikadi pemimpin tim krisis. Sebaiknya dari perawat karena yang
bertanggung jawab selama 24 jam.
2. Bentuk tim krisis. Meliputi dokter,perawat dan konselor.
3. Beritahu petugas keamanan jika perlu. Ketua tim harus menjelaskan apa saja
yang menjadi tugasnya selama penanganan klien.’
4. Jauhkan klien lain dari lingkungan.
5. Lakukan pengekangan, jika memungkinkan
6. Pikirkan suatu rencana penanganan krisis dan beritahu tim.
7. Jelaskan perlunya intervensi tersebut kepada klien dan upayakan untuk
kerjaama.
8. Tugaskan anggota tim untuk mengamankan anggota tubuh.
9. Pengekangan klien jika diminta oleh ketua tim krisis. Ketua tim harus segera
mengkaji situasi lingkungan sekitar untuk tetap melindungi keselamatan klien
dan timnya.
10. Berikan obat jika diinstruksikan.
11. Pertahankan pendekatan yang tenang dan konsisten terhadap klien.
12. Tinjau kembali intervensi penanganan krisis dengan tim krisis.
13. Proses kejadian dengan klien lain dan staf harus tepat.
14. Secara bertahap mengintegrasikan kembali klien dengan lingkungan.
g) Seclusion
1. Pengekangan fisik
Merupakan tindakan keperawatan yang terakhir. Ada dua macam,
pengekangan fisik secara mekanik (menggunakan manset,sprei pengekang)
atau isolasi (menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien tidakdapat
keluar atas kemauannya sendiri).
A. Jenis pengekangan mekanik:
a. Camisoles (jaket pengekang).
b. Manset untuk pergelangan tangan.
c. Manset untuk pergelangan kaki dan menggunakan sprei.
B. Indikasi pengekangan:
1. Perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri atau orang lain.
2. Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan.
3. Ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan penolakan
klien untuk beristirahat, makan, dan minum.
4. Permintaan klien untuk pengendalian perilaku eksternal. Pastikan
tindakan ini telah dikaji dan berindikasi terapeutik.
Pengekangan dengan sprei basah atau dingin : Klien dapat
dimobilisasi dengan membalutnya seperti mummi dalam lapiusan sprei dan
selimut. Lapisan paling dalam terdiri atas sprei yang telah direndam dalam air
es. Walaupun mula-mula terasa dingin, balutan segera menjadi hangat dan
menenangkan. Hal ini dilakukan pada perilaku amuk atau agitasi yang tidak
dapat dikendalikan dengan obat. Tindakan :
a. Baringkan klien dengan pakaian rumah sakit di atas tempat tidur yang
tahan air.
b. Balutkan sprei pada tubuh klien dengan rapi dan pastikan bahwa
permukaan kulit tidak saling bersentuhan.
c. Tutupi sprei basah dengan selapis selimut.
d. Amati klien dengan konstan.
e. Pantau suhu, nadi, dan pernapasan. Jika tampak sesuatu yang bermakna
buka pengekangan.
f. Berikan cairan sesering mungkin.
g. Pertahankan suasana lingkungan yang tenang.
h. Kontak verbal dengan suara yang menenangkan.
i. Lepaskan balutan setelah lebih kurang 2 jam
j. Lakukan perawatan kulit sebelum membantu klien berpakaian.
2. Restrains
Tujuan tindakan keperawatan telah memonitor alat restains
mekanik atau restrains manual terhadap pergerakan klien. Dapatkan ijin dokter
bila diharuskan karena kebijakan institusi.
3. Isolasi
Adalah menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien tidak
dapat keluar atas kemauannya sendiri. Tingkatan pengisolasian dapat berkisar
dari penempatan dalam ruangan yang tetutup tapi tidak terkunci sampaiu pada
penempatan daloam ruangan terkunci dengan kasur tanpa sprei di lantai,karena
kesempatan berkomunikasi yang dibatasai, dan klien memakai pakaian RS atau
kain terpal yang berat.
1. Indikasi penggunaan :
a. Pengendalian perilaku amuk yang potensial membahayakan klien atau
orang lain dan tidak dapat dikendalikan oleh orang lain dengan
i8ntervensi pengendalian yang longgar, seperti kontak interpersona; atau
pengobatan.
b. Reduksi stimulus lingkungan,terutama jika diminta oleh klien.
2. Kontraindikasi
a. Kebutuhan untuk pengamatan masalah medik.
b. Risiko tinggi untuk bunuh diri.
c. Potensial tidak dapat mentoleransi deprivasi sensori.
5. Srategi pelaksanaan
a. Strategi pelaksanaan pada pasien
1) Sp 1 ( Bina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah,
tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerassan yang dilakukan,
akibatnya serta mengontrol secara fisik ke-1)
Orientasi:
“selamat pagi Pak, perkenalkan nama saya A.K panggil saya A, saya
perawat yang dinas di puskesmas ... nama bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini? Masih adakah perasaan kesal atau
marah?”“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentangt perasaan marah
Bapak.” “Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang?” bagaimana kalau 20
menit?.”“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, Pak? Bagaimana
kalau di ruang tamu?”
Kerja :
“Apa yang menyebabkan Bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? O..iya, jadi ada 2
penyebab marah bapak.” “ Pada saat penyebab marah itu ada seperti Bapak pulang
kerumah dan istri belum menyediakan makanan (mis.,ini penyebab marah pasien),
apa yang Bapak rasakan?” (tunggu respon pasien)”. “Apakah Bapak merasakan kesal
kemudian dada Bapak berdebar-debar,mata melotot, rahang terkatup rapat dan
tangan mengepal?” “Setelah itu apa yang Bapak lakukan? O..iya, jadi Bapak
memukul istri Bapak dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan
terhidang? Iya,tentu tidak. Apa kerugian cara yang Bapak lakukan? Betul, istri jadi
sakit dan takut, piring-pirng pecah. Menurut Bapak adakah cara lain yang lebih baik?
Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Pak. Salah satunya
adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rassa marah.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?” “Begini Pak,kalau tanda-tanda marah
tadi sudah Bapak rasakan maka Bapak berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan
sebentar,lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus...,tahan, dan tiup melalui mulut.
Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, Bapak sudah dapat melakukannya. Bagaimana
perasaanya?” “Nah, sebaiknya latihan ini bapaki lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak sudah terbiasa melakukannya.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
bapak?”.“Iya jadi ada 2 penyebab Bapak marah ... (sebutkan) dan yang Bapak
rasakan ... (sebutkan) dan yang Bapak lakukan ... (sebutkan) serta akibatnya ...
(sebutkan)”.“Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah Bapak
yang lalu. Jangan lupa latihan napas dalamnya ya Pak, berapa kali sehari Bapak mau
latihan napas dalam? Jam berapa saja Pak?”
“Baik, bagaimana kalau 2 hari lagi saya datang dan kita latihan cara lain
untuk mencegah/mengontrol marah? Tempatnya di rumah bapak saja ya, Selamat
Pagi!”
2) Sp 2 (Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2)
1. Evaluasi latihan nafas dalam
2. Latihan cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
3. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
Orientasi:
“Selamat pagi, Pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang
saya datang lagi.”.“Bagaimana perasaan Bapak saat ini, adakah hal yang
menyebabkan Bapak marah? Apakah latihan napas dalamnya sudah dilakukan? Coba
saya lihat jadwal kegiatannya. Bagus sekali,Bapak telah lakukan dengan baik.”“Baik,
sekarangb kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik
untuk cara yang kedua”.“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”.“Dimana
kita bicara? Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Kerja:
“Kalau ada yang menyebabkan Bapak marah dan muncul perasaan
kesal,dada berdebar-debar,mata melotot,selain napas dalam Bapak dapat melakukan
pukul kasur dan bantal.”
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar Bapak? Jadi
kalau nanti Bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah coca bapak lakukan,
pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali Bapak melakukannya.”
“Lampiaskan kekesalan ke kasur dan bantal.” “Nah cara inipun dapat
dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapikan
tempat tidurnya.”
Terminasi:
“Bagaimna perasaan Bapak setelah latihan cara menyalurkan marah
tadi?”“Ada berapa cara yang sudah kita latih? Coba Bapak sebutkan lagi
Bagus!”.”Mari kita masukkan ke dalam jadwalnkegiatan Bapak sehari-hari. Pukul
kasur dan bantal mau pukul berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur?”
“Baik, jadi pukul 5 pagi dan pukul 3 sore. Lalu kalau ada keinginan marah
sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya, Pak. Sekarang kita masukkan di jadwal
kegiatan Bapak.”“Bagaimana kalau dua hari lagi kita ketemu untuk latihan cara
mengontrol marah dengan belajar yang baik. Mau pukul berapa, Pak? Baik,pukul 10
pagi ya. Sampai jumpa!”.
3) Sp 3 (Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal)
1. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik.
2. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
3. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
Orientasi:
“Selamat pagi, Pak, sesuai janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi.”
“Bagaimana,Pak. Sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal?
Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?” “Coba saya lihat
jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik napas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya
mandiri; kalau setelah diingatkan suster atau Ibu baru dilakukan maka tulis B, artinya
dibantu atau diingatkan. Nahn kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum dapat
melakukan.”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah?” “Di mana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat
yang sama?” “Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
20 menit?”
Kerja:
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau
marah sudah disalurkan melalui tarik napas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan
sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga
caranya Pak, Yaitu: Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang
rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab
marahnya karena minta uang sama istri tidak diberi. Coba Bapak minta dengan baik:
Bu,saya perlu uang untuk membeli rokok. Nanti dapat dicoba disini untuk meminta
baju, minta obat dan laian-lain. Coba Bapak praktikkan. Bagus Pak.
Menolak dengan baik,jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: Maaf saya tidak dapat melakukannya karena sedang ada
kerjaan. Coba Bapak praktikkan. Bagus pak!. Mengungkapkan perasaan kesal, jika
ada perlakuan orang lain yang membuat kesal, Bapak dapat mengatakan : saya jadi
ingin marah karena perkataanmu itu. Coba praktikkan. Bagus!”.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?” “Coba bapak sebutkan lagi cara bicara
yang baik yang telah kita pelajari.” “Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan ke
dalam jadwal. Berapa kali sehari Bapak mau latihan bicara yang baik? Dapat kita
buat jadwalnya?” “Coba masukkan kedalam jadwal latihan sehari-hari, mis: meminta
obat, uang,dll. Bagus nanti dicoba ya, Pak! Nah, sudah berapa cara yang Bapak
pelajari? Bagus, betul sekali % cara yaitu 2 cara fisik dan 3 cara bicara yang baik.”
“Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu lagi?” “Nantinkita akan
membicarakan cara ketiga untuk mengatasi rasa marah Bapak yaitu dengan cara
ibadah, Bapak setuju? Mau di mana Pak? Disini lagi? Baik sampai nanti ya!”
4. Sp 4 (Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual.)
1. Diskusikan hasil mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan sosial/verbal.
2. Latihan sholat/berdoa
3. Buat jadwal latihan sholad/berdoa.
Orientasi:
“Selamat pagi Pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu nsekarang
saya datang lagi. Baik yang mana yang mau dicoba?”.“Bagaimana Pak, Latihan apa
yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?
Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya?”.“Bagaimana kalau sekarang kita latihan
cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempst
tadi?” “Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”
Kerja:
“Coba ceritakan kegiatan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus
Baik, yang mana yang mau dicoba?” “Nah, kalau Bapak sedang marah coba Bapak
langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya, rebahkan
badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat. Bapak
dapat melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.’“Coba Bapak
sebutkan sholat 5 waktu! Bagus. Mau coba yang mana? Coba sebutkan caranya.’
(untuk yang muslim).
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
ketiga ini?”. “Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus.”
“Mari kita masukkan kegiatan ibada pada jadwal kegiatan Bapak. Mau berapa kali
Bapak sholad? Baik kita masukkan sholat ... dan ... (sesuai kesepakatan pasien).
“Coba Bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat Bapak lakukan bila
Bapak merasa marah!” “Setelah ini coba Bapak lakukan jadwal sholat sesuai jadwal
yang telah kita buat tadi!”
“Besok kita ketemu lagi ya Pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat. Mau pukul berapa pak? Seperti sekarang
saja, pukul 10 ya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara menggunakan obat yang beanr untuk
mengontrol rasa marah Bapak, setuju Pak?”
5. Sp 5 (Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat)
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah
dilatih.
2. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama
pasien,benar nama obat,benar cara minum obat,benar obat dan benar dosis obat)
disertai penjelasan kegunaan obat dan akibat berhenti minum obat.
3. Susun jadwal minum obat secara teratur.
Orientasi:
“Selamat pagi, Pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu
lagi.”. “Bagaimana Pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur
bantal, bicara yang baik serta sholat? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur? Coba kita lihat cek kegiatannya. Jadi rasa marah sudah berkurang.”
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang
benar untuk mengontrol rasa marah?”.
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat
kemarin?” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?”
Kerja: (Perawat membawa obat pasien)
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?” Berapa macam obat yang Bapak
minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak minum? Bagus!” “Obatnya
ada tiga macam Pak, yang warnanya orange namanya CPZ gunanya agar pikiran
tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tenang, dan yang merah jambu
ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semua ini harus
Bapak minum 3 kali sehari8 pada pukul 7 pago, 1 siang dan 7 malam.
“Bila nanti setelah meminum obst mulut Bapak terasa kering,untuk
membantu mengatasinya Bapak dapat mengisap-isap es batu.”“Bila mata bapak
terasa berkunang-kunang, Bapak sebaiknya istirahat vdan jangan beraktivitas dulu.”
“Sebelum minum obat ini Bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar
nama Bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, pukul berapa saja
harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Disini minta obatnya
pada suster kemudian cek lagi apakah benat obatnya!”“Jangan pernah menghentikan
minum obat sebelum konsultasi dengan dokter ya, Pak. Karena dapat terjadi
kekambuhan.!”“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya ke dalam jadwal ya,
pak.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap0cakap tentang cara
minum obat yang benar?” “Coba Bapak sebutkan lagi jenis obat yang Bapak minum!
Bagaimana cara minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratyr ya.”
“Baik, dua Hari lagi kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana bapak
melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah. Sampai
jumpa!”
b. Strategi pelaksanaan untuk keluarga
1. Sp 1 keluarga (Tujuan tindakan keperawatan adalah keluarga dapat merawat
pasien di rumah.)
Tindakan keperawatan:
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,tanda dan
gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut).
3. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan
kepada perawat,seperti melempar atau memukul benda/orang lain.
4. Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan.
a. Anjukjan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah
diajarkan oleh perawat.
b. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
c. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
5. Buat perawatan lanjutan.
2. Sp 2 keluarga (Berikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat
klien perilaku kekerasan di rumah)
1. Diskusikan masalah yang di hadapi keluarga dalam merawat pasien.
2. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,tanda dan
gejala,perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut).
3. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan
kepada peprapwat,seperti melempar atau memukul benda/orang lain.
Orientasi:
“Selamat pagi, Bu, perkenalkan nama saya A K, saya perawat dari ruang
Soka ini, saya yang akan merawat Bapak (pasien). Nama ibu siapa,senangnya
dipanggil apa?” “Dapat kita berbincang-bincang sekarang tentang maslah yang ibu
hadapi?” “Berapa lama ibu kitra berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
“Dimana anaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Kerja:
“Bu, apa masalah yang ibu hadapi dalam merawat bapak? Apa yang ibu
lakukan? Baik, Bu, saya akan coba jelaskan tentang marah Bapak dan hal-hal yang
perlu diperhatikan.” “Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tetapi dapat tidak
disalurkan dengan benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan
lingkungannya.” “Yang menyebasbkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau
dia merasa direndahkan dan keinnginan tidak terpenuhi. Kalau Bapak apa
penyebabnya, bu?” “Kalau nanti wajah suami ibuk tampak tegang dan merah, lalu
kelihatan gelisah, itu artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setalah itu ia
akan melampiaskan dengan membanting-banting perabot rumah tangga atau
memukul atau biacara kasar? Perubahan terjadi jika apa Bu? Lalu apa yang bosa
dilakukan?” “Bila bapak masih marah dan ngamuk segera bawa ke puskesmas atau
RSJ setelah sebelumnya diikat dulu (ajarkan pada keluarga). Jangan lupa minta
bantuan orang lain saat mengikat bapak ya, Bu, lakukan dengan tidak menyakiti
Bapak dan dijelaskan alasan mengikat yaitu agar bapak tidak mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan.”
“Nah Bu, Ibu sudah lihat kan apa saja yang saya ajarkan kepada bapak bila
tanda-tanda kemarahan muncul. Ibu dapat bantu bapak dengan cara mengingatlkan
jadwal latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secra fisik, verbal,
spiritualdan minum obat teratur.” “Kalau Bapak dapat melakukan latihanya dengan
baik jangan lupa dipuji nya Bu.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat
Bapak?” “Coba ibu sebutkan lagi cara merawat Bapak!”
“Setelah ini coba ibu ingatkan jadwal yang telah dibuat untuk Bapak ya,
Bu!”“Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang telah kita
bicarakan tadi langsung kepada bapak?” “Tempatnya di sisni saja lagi ya ,Bu?”
3. Sp 3 keluarga (latihan keluarga melakukan cara-cara mengontrol kemarahan)
1. Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah.
2. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah
diajarkan oleh perawat.
3. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
4. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
Orientasi:
“Selamat pagi, bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita
ketemu lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah Bapak. Apakah sudah
berkurang rasa marah Bapak?” “Bagaimana, Bu? Masih inget diskusi kita yang lalu?
Ada yang mau Ibu tanyakan?” “Berapa lama waktu yang ibu inginkan untuk
latihan?” “Bagaimana kalau kita latihan di sini saja? Sebentar saya panggilkan Bapak
suoaya dapat berlatih bersama.’
Kerja:
“Nah Pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yng sudah Bapak lakukan.
Bagus sekali. Coba perlihatkan kepada ibu jadwal harian Bapak! Bagus !’ “Nanti ibu
dapat membantu Bapak latihan mengiontrol kemarahan Bapak.” “Sekarang kita akan
coba latihan bersama-sama ya, Pak.” “Masih ingat pak, Bu, kalau tanda-tandamarah
sudah Bapak rasakan maka yang harus dilakukan Bapak adalah....?” “Ya ... betul,
Bapak berdiri, lalu tarik nafas dari hidung,tahan sebentar lalu keluarkan/tiup
perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahannya. Ayo coba lagi,
tarik dari hidung, bagus... , tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba
ibu temani dan bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5 kali.” “bagus sekali,
Bapak dan ibu sudah dapat melakukannya dengan baik.” “Cara yang kedua masih
ingat Pak, Bu?” “Ya..benar,kalau ada yang menyebabkan Bapak marah dan muncul
perasaan kesal, dada berdebar-debar,mata melotot,selain napas dalam Bapak dapat
melakukan pukul kasur dan bantal.” “Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan
bantal. Mana kamar Bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung
ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul bantal.
Nah coba Bapak lakukan sambil didampingi Ibu, berikan Bapak semangat
ya Bu. Ya, bagus sekali bapak melakukannya.” “Cara yang ketiga adalah bicara yang
baik bila sedang marah. Ada tiga caranya Pak, coba praktikkan langsung kepada Ibu
cara bicara ini:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar, mis: Bu, Saya perlu uang untuk beli rokok! Coba
Bapak praktikkan. Bagus Pak!
2. Menolak dengan baik,jika ada menyuruh dan bapak tidak ingin melakukan,
katakan: maaf saya tidak dapat melakukannya karena sedang ada kerjaan. Coba
Bapak praktikkan. Bagus Pak!
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat
kesal bapak dan mengatakan: Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu.
Coba praktikkan. Bagus!
4. Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang bharus dilakukan.
“Baik sekali, Bapak coba langsung duduk dsn tarik napas dalam. Jika tidak
reda juga marahnya rebahkan bdan agar rileks. Jika tidak reda juga ambil air wudhu
kemudian sholat.’ “Bapak dapat melakukan sholat secara teratur dengan didampingi
Ibu untuk meredakan kemarahan. “ (UNTUK MUSLIM) “Cara terakhir adalah
minum obat secara teratur ya Pak, Bu, agar pikiran Bapak jadi tenag,tidurnya juga
tenang tidak ada rasa marah.” “Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus.
jam berapa minum obat? Bagus. Apa guna obat? Bagus. Apakah boleh mengurangi
atau menghentikan obat? Wah bagus sekali.” “Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan
terapi pengobatan yang bapak dapatkan, ibu tolong ingatkan bapak untuk
meminumnya secra teratur dan jangan dihentikan tanpa sepengetahuan dokter.”
Terminasi:
“Baiklah, Bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah
kita latihan cara-cara mengontrol marah langsung kepada bapak?” “Dapat ibu
sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?: “Selanjutnyabtolong pantau dan
motivasi Bapak melaksanakan jadwal latihan yang telah dibuat. Jangan lupa berikan
pujian untuk bapak bila dapat melakukan dengan benar ya bu.” “Baik 2 hari lagi ibu
dan bapak bertemu saya untuk melihat manfaat kegiatan yang tekah bdisusun”
“pukul 10 seperti hari ini ya bu, sampai jumpa”
4. Sp 4 keluarga (Jelaskan perawatan bersama keluarga)
Orientasi:
“Selamat pagi, pak, ni, karena kunjungan saya sudah akan berakhir,
bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perawtan lanjutan untuk keluarga
bapak/ibu. Apakah sudah dipuji keberhasilanya?” “Nah sekarang bagaimana kalau
bicarakan jadwal kegiatan dan manfaat kegiatan yang telah dilakukan?” “Berapa
lama waktunya yang bapak dan ibu inginkan untuk kita berbicara? Bagaimana kalau
30 menit.”
Kerja:
“Pak , Bu jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan,baik jadwal aktivitas
maupun jadwal minum obatnya. Mari nkita lihat jadwal bapak!”
“hal-hal yang perluy diperhatikan lebih lanjut adalah oerilaku yang
ditampilkan oleh bapak. Kalau ,is,, bapak menolak minum obat arau memperlihatkan
perlikaku mambahayakan orang lain segera hubungi puskesmas..”
Terminasi:
“Bagaimana, Bu? Ada yang ingin ditanykan? Coba ibu sebutkan apa saja
yang perlu diperhatikan(jadwal kegiatan. Tanda atau gejala ,tindakan lanjut
puskesmas). Baik, sekali seminggu akan kami pantau kondisi bapak. Sampai jumpa”
6. Evaluasi
Mengukur apakah tujuan dan kriteria sudah tercapai. Perawat dapat
mengobservasi perilaku klien. Dibawah ini beberapa perilaku yang dapat
mengindikasikan evaluasi yang positif:
1. Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan klien.
2. Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut.
3. Sudahkah klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada yang lain.
4. Buatlah komentar yang kritikal.
5. Apakah klien sudah mampu mengekpresikan sesuatu yang berbeda
6. Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi perasaan
marahnya.
7. Mampu mentoleransi rasa marahnya.
8. Konsep diri klihatan sudah meningkat
9. Kemandirian dalam berfikir dan aktivitas meningkat.

Anda mungkin juga menyukai