DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1. Akhmad Jayadi : P07131116085
2. Dilla Mahjujah : P07131116092
3. Khatimah Husna : P07131116104
4. Mahmudah : P07131116110
5. Muhammad Ainorridho : P07131116112
6. Muhammad Irfan Nurrahim : P07131116114
7. Rika Oktafia : P07131116123
8. Selvy Febriana : P07131116124
9. Siti Maisarah : P07131116127
10. Shifa Hildania Arifah : P07131116126
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang pendapatan nasional, pendapatan perkapita, inflasi,
dan distribusi pendapatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Memahami pengertian pendapatan nasional.
b. Memahami konsep pendapatan nasional
c. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan nasional
d. Memahami pengertian pendapatan perkapita
e. Memahami jenis-jenis pendapatan
f. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan perkapita
g. Memahami pengertian inflasi
h. Memahami jenis-jenis inflasi
i. Memahami efek yang ditimbulkan dari inflasi
j. Memahami kebijakan yang diambil pemerintah untuk menghadapi inflasi
k. Memahami pengertian distribusi pendapatan
l. Memahami konsep distribusi pendapatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Inflasi
2.3.1 Pengertian Inflasi
Adalah proses kenaikan harga-harga umum batang-barang secara
terus-menerus. Ini tidak bearti bahwa harga-harga berbagai macam barang
itu nik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan
tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum
batang secara terus – menerus selama satu periode tertent. Kenaikan yang
terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar)
bukanlah merupakan inflasi Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan
indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mngukur
inflasi antara lain :
1. Indeks Biaya Hidup (Consumer Price Index)
Indeks biaya hidup mengukur biaya atau pengeluran untuk
membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk
keperluan hidup.
2. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Pirce Index)
Indeks perdangangan besar meniti beratkan pada sejumlah barang
pada tingkat pedangangan besar.
3. GNP deflator
GNP deflator adalah jenis indeks yang lain. Berbeda dengan dua
indeks di atas, dalam cakupan barangnya. GNP deflator mencakup
jumlah barang dan jasa yang mencangkup dalam perhitungan GNP, jadi
lebih banyak jumlahnya bila dibanding dengan dua indeks di atas GNP
deflator diperoleh dengn membagi GNP nominal (diatas harga Berlaku)
dengan GNP rill (atas dasar harga konstans)
GNP deflator = GNP Nominal x 100
GNP rill
2.3.2 Jenis-Jenis Inflasi
a. Jenis Inflasi Menurut Sifatnya
Laju Inflasi dapat berbeda antara satu negara dengan negara lain
atau dalam satu negara dalam waktu yang berbeda. Atas dasar besarnya
laju inflasi maka dapta dibagi ke dalam tiga kategori yaitu
1) Merayap (creeping inflation)
Ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10%
pertahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan persentase
yang kecit serta dalam jangka yang relatif lama.
2) Inflasi menengah (galloping inflation)
Ditantai dengan kenaikanharga yang cukup besar dalam waktu
yang relatif pendek serta mempunyai siat akselarasi (harga dalam
waktu mingguan atau bulanan) efeknya terhadap perekonomian lebih
besar dari pada inflasi yang merayap (creeping inflation)
3) Inflasi tinggi (hyper inflation)
Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya harga – harga
naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk
menyimpan uang sebab nilai uang merosot dengan tajam seingga
ingin ditukarkan dengan uang sehingga perputaran uang semakin
cepat dan harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul
apa bila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja yang
dibelanjakan dan ditutupi dengan mencetak uang.
b. Jenis Inflasi Menurut Sebabnya
1) Demand-pull inflation
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan pemintaan total
(agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan
kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja
penuh. Dalam keadaan hampir kesempatan kerja penuh, kenaikan
permintaan total disamping kenaikan harga dapt juga menaikkan
hasil produksi (output).
2) Cost-push inflation
Berbeda dengan demand-pull inflation, cost-push inflation
biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi.
Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul
biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total
(aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan
biaya produksi ini dapat timbul karena beberapa factor diantaranya :
a) Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntu kenaikan
upah
b) Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat
menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga
(yang lebih tinggi).
c) Kenaikan harga bahan baku industri.
c. Berdasarkan Sumber atau Penyebab Kenaikan Harga Inflasi
1) Inflasi Tarikan Permintaan : kenaikan harga-harga yang disebabkan
oleh pertambahan pengeluaran yang besar yang tidak dapat dipenuhi
oleh kemampuan memproduksi yang tersedia.
2) Inflasi Desakan Biaya : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh
kenaikan dalam biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan
mentah atau kenaikan upah.
3) Inflasi Diimpor : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh
kenaikan harga barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah
produksi dalam negeri.
2.3.3 Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
a. Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan
tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang
memperoleh endapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi.
Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00
per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian
penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp.
50.000,00.
b. Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi.
Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai
macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan
dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan
alokasi factor produksi menjadi tidak efisien.
c. Efek terhadap Output (Output Effects)
Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency
Effects) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan
supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan
efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
d. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan
perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan
kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal
biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi.
Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti
tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka
menjalankan kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi
produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun.
Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan wujud.
e. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara,
inflasi juga akan menimbulkan efek-efek yang berikut kepada individu
kepada masyarakat :
1) Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang
berpendapatan tetap.
2) Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
3) Memperburuk pembagian kekayaan.
2.3.4 Cara Mencegah Inflasi
Dengan menggunakan Irving Fisher MV = PT, dapat dijelaskan
bahwa inflasi timbul karena MV naik lebih cepat daripada T. Oleh karena itu
maka untuk mencegah terjadinya inflasi maka salah satu variabel (M atau V)
harus dikendalikan. Cara mengatur variabel M,V dan T tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal atau
kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan produksi.
a. Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan
jumlah uang beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang adalah uang
giral (demand deposito). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara
pertama apabila seseorag memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk
giro kemudian yang kedua apabila seseorang memperoleh pinjaman dari
bank tidak diterima kas tetapi dalam bentuk giro. Instrumen lain yang
dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasart terbuka
(jual/beli surat berharga). Dengan cara menjual surat berharga bank
sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju
inflasi dapat lebih rendah.
b. Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang
pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat
mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan
mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan
permintaan total. Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi
permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
c. Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah
output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea
masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya
jumlah barang didalam negeri cenderung menurunkan harga.
d. Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga,serta medasarkan
pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian
gaji / upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik maka gaji / upah
juga dinaikan.
2.3.5 Inflasi dan Pengangguran
Indea tentang adanya hubungan antara inflasi dan pengangguran itu
relatif baru, kira – kira pada akhir tahun 1950an. Secara sistematik hubungan
ini baru mulai diperkenalkan oleh AW Phillips pada tahun 1958 dari hasil
studi lapangan tentang hubungan antara kenaikan tingkat upah dengan
pengangguran di inggris pada tahun 1861 – 1957.
Kurva yang menunjukkan adanya hubungan negatif ini sering disebut
kurva Phillips (sesuai dengan nama penemunya). Kurva tersebut sejalan
dengan keadaan yang terjadi di Inggris pada periode 1861 – 1957. Tahun di
mana tingkat pengganguran rendah adalah juga tahun dalam mana tingkat
kenaikan upah tinggi, dan sebaliknya tahun dalam mana pengangguran
tinggi, tingkat kenaikan upah rendah.
a. Implikasi Kebijaksanaan
Sampai pada akhir tahun 1950an masalah pokok kebijaksanaan
makro ekonomi adalah mencapai secara serentakkesetabilan harga serta
kesempatan kerja yang tinggi. Namun beberapa pemikiran pada waktu
itu meragukan tercapainya kedua tujuan tersebut secara bersama – sama.
Kurva Phillips dapat menjelaskan keadaan pesimis ini. Kesetabilan harga
dan kesempatan kerja yang tinggi adalah dua hal yang tidak bisa terjadi
bersama – sama.
b. Dasar Teori
Kurva Phillips diperoleh semata – mata atas dasar studi empirik,
tidak ada dasar teorinya. Lipsey pada tahun 1960 mencoba untuk mengisi
dasar teorinya. Untuk tujuan ini dia menggunakan sebagai dasar
penjelasannya adalah teori pasar tenaga kerja. Dengan demikian, natural
rate of unemployment (UN) merupakan suatu tingkat pengangguran
dalam mana terdapat kesetabilan upah (W = 0). Ada beberapa pernyataan
Lipsey tentang kurva Phillips dengan menggunakan teori pasar tenaga
kerja menjadi dua yaitu pertama, penawaran dan permintaan akan tenaga
kerja menentukan tingkat upah, kedua tingkat / laju perubahan tingkat
upah ditentukan oleh besarnya kelebihan permintaan (excess demand)
akan tenaga kerja.
c. Perkiraan (Expectation)
Masalah perkiraan atau ekspektasi ini muncul pada pertengahan
tahun 1970an dan merupakan angin segar pada perkembangan ekonomi
makro. Adanya trade-offantara inflasi dan unemployment dipertanyakan.
Krisis minyak yang terjadi pada pertengahan tahun 1970an menimbulkan
apa yang disebut stagflasi (stagnasidan inflasi), inflasi dan
unemployment naik secara bersama – sama.
d. Perkiraan Adaptive (adaptive expectation)
Sebelum pertengahan tahun 1970an teori yang dominan dalam
penyusutan ekspektasi ini adalah adaptive. Menurut teori ini harga yang
diperkirakan akan terjadi (expected price) didasarkan pada harga yang
telah lalu. Apabila harga perkiraan sekarang tidak sama dengan harga
yang betul – betul terjadi (actual price) saat ini, maka individu akan
menggunakan kesalahan dalam perkiraan ini untuk memperbaiki
perkiraannya di masa yang akan datang.
2.3.6 Kebijakan Pemerintah Dalam Menghadapi Inflasi
a. Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah
uang beredar (M). salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral
(demand deposit). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara, pertama
apabila seseorang memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro.
Kedua, apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima
kas tetapi dalam bentuk giro. Deposito yang timbul dengan cara kedua
sifatnya lebih inflatoir dari cara pertama. Sebab cara pertama hanyalah
mengalihkan bentuk saja dari uang kas ke uang giral
b. Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan ini menyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerintah serta perpajakan yang secara lagsung dapat mempengaruhi
permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi
dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijaksanaan ini
yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak
akan dapat mengurangi permintaan total. Sehingga inflasi dapat ditekan.
c. Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil kenaikan laju inflasi.
Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan
penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat.
Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan
harga.
d. Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan
pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian
gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji/upah juga
dinaikkan.
3.1 Kesimpulan
Pendapatan nasional menggambarkan tingkat produksi negara yang dicapai
dalam suatu tahun tertentu dan perubahannya dari tahun ke tahun.
Konsep pendapatan nasional yaitu :
1. Produk Domestik Bruto / Gross Domestic Product (GDP)
2. Produk Nasiona
3. l Bruto (PNB)/Gross National Product (GNP)
4. Produk Nasional Neto (PNN)/ Net National Product (NNP)
5. Pendapatan Nasional Neto (NNI)
6. Pendapatan Perseorangan/ Personal Income (PI)
7. Pendapatan Disposible/ Disposible Income (DI)
8. Pendapatan Per Kapita / Income Per Capita
9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan nasional yaitu kualitas SDM.
potensi SDA, jumlah modal yang digunakan, kebijakan pemerintah, dan keadaan
geografis dan geologis
Pendapatan perkapita adalah jumlah pendapatan rat-rata penduduk dalam sebuah
negara pada suatu periode tertentu. Biasanya, dihitung setiap periode satu tahun,
untuk mendapatkan jumlah pendapatan rata-rata penduduk, pendapatan nasional
dihitung dari jumlah seluruh pendapatan penduduk negara tersebut.
Pendapatan perkapita terbagi menjadi 2 jenis yaitu pendapatan pribadai dan
pendapatan disposebel.
Faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan perkapita yaitu permintaan agregat
dan penawaran agregat, konsumsi dan tabungan, serta investasi.
Fungsi pendapatan perkapita adalah membandingkan kesejahteraan atau standar
hidup suatu negara dari tahun ke tahun.
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum batang-barang secara terus-
menerus. Ini tidak bearti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu nik
dengan persentase yang sama.
Jenis inflasi menurut sifatnya yaitu inflasi merayap, inflasi menengah, inflasi
tinggi. Jenis inflasi menurut sebabnya yaitu demand-pull inflation dan cost-push
inflation. Jenis inflasi menurut penyebab kenaikan harga yaitu inflasi tarikan
permintaan, inflasi desakan biaya, dan inflasi diimpor.
Efek yang ditimbulkan dari inflasi berhubungan langsung dengan pendapatan,
efisiensi produksi, output, perkembangan ekonomi, dan kemakmuran
masyarakat.
Kebijaksanaan yang diambil pemerintah untuk menghadapi inflasi yaitu
kebijaksanaan moneter, fiskal atau kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan
produksi.
Distribusi pendapatan adalah bagaimana tingkat penyebaran pendapatan disuatu
wilayah atau daerah. . Tolok ukur untuk menilai kemerataan distribusi terdapat
tiga tolok ukur yang lazim digunakan, yaitu kurva Lorenz, indeks atau rasio
Gini, dan kriteria bank dunia.
3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal
ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk
perbaikan ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bendatu. 2013. Trade Off antara Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan.
Pada http://e-journal.uajy.ac.id/3955/2/1EP16445.pdf. (Akses tanggal 15
September 2018).
Fasaiful. 2017. Pendapatan Nasional. Pada
http://fasaiful.blogspot.com/2017/06/makalah-tentang-pendapatan-nasional.html
(Akses tanggal 15 September 2018)
Gunawan, Arif. 2015. Makalah Distribusi Pendapatan Dan Pemerataan Pembangunan.
Pada http://pakguruhonorer.blogspot.com/2015/06/makalah-distribusi-
pendapatan-dan.html?m=1 (Akses tanggal 15 September 2018)
Matahari. 2014. Makalah distribusi pendapatan. Pada
https://www.scribd.com/doc/250247454/MAKALAH-Distribusi-Pendapatan.
(Akses tanggal 15 September 2018)
Noona, Ika. 2017. Pendapatan Nasional. Pada
http://ikachan22.blogspot.com/2017/09/makalah- pendapatan-
nasional.html?m=1. (Akses tanggal 15 September 2018)
Olvi, Verdian, Abdillah. 2012. Distribusi Pendapatan, Ketimpangan, Kemerataan Dan
Kesejateraan Sosial. Pada http://Block-
Blockblog.Blogspot.Com/2012/03/Distribusi-Pendapatan-ketimpangan.html
(Akses tanggal 15 September 2018)
Romlan. 2007. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi PDB Di Indonesia Tahun
1978-2004. Pada http://eprints.ums.ac.id/12448/3/2._BAB_I.pdf. (Akses tanggal
15 September 2018)
Silpiintansuseno. 2016. Masalah Perekonomian Distribusi Pendapatan. Pada
https://silpiintansuseno7.wordpress.com/2016/05/03/masalah-perekonomian-