Anda di halaman 1dari 33

TUGAS EKONOMI PANGAN

“PENDAPATAN NASIONAL & PERKAPITA, INFLASI, DISTRIBUSI


PENDAPATAN”

Dosen Pembimbing : Rahmani, STP., MP

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1. Akhmad Jayadi : P07131116085
2. Dilla Mahjujah : P07131116092
3. Khatimah Husna : P07131116104
4. Mahmudah : P07131116110
5. Muhammad Ainorridho : P07131116112
6. Muhammad Irfan Nurrahim : P07131116114
7. Rika Oktafia : P07131116123
8. Selvy Febriana : P07131116124
9. Siti Maisarah : P07131116127
10. Shifa Hildania Arifah : P07131116126

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM DIPLOMA III JURUSAN GIZI
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu
meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan seluruh rakyatnya melalui peningkatan
pembangunan ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi merupakan suatu
keharusan jika suatu negara ingin meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
rakyatnya. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi merupakan upaya sadar dan
terarah dari suatu bangsa untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui
pemanfaatan sumberdaya yang ada. Peningkatan kesejahtaraan ini antara lain dapat
diukur dari kenaikan tingkat pendapatan nasional atau laju pertumbuhan ekonomi
yang tinggi setiap tahunnya (Sukirno, 2006).
Untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu negara salah satunya
dapat dilihat dari angka pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan
ekonomi (economic growth) dapat diukur dari kenaikan besarnya pendapatan
nasional (produksi nasional) pada periode tertentu. Oleh karena itu, nilai dari
pendapatan nasional (national income) ini merupakan gambaran dari aktivitas
ekonomi secara nasional pada periode tertentu. Tingginya tingkat pendapatan
nasional dapat mencerminkan besarnya barang dan jasa yang dapat diproduksi.
Besarnya kapasitas produksi tersebut dapat menunjukkan tingginya tingkat
kemakmuran masyarakat dalam suatu negara. Baik negara yang sedang berkembang
maupun negara-negara maju, semua mengiginkan tingkat pertumbuhan ekonomi
yang tinggi.
Pendapatan Nasional (national income) merupakan tolak ukur yang paling
baik untuk menunjukkan keberhasilan dan kegagalan perekonomian suatu negara,
dari tingkat kesempatan kerja, tingkat harga barang, dan posisi neraca pembayaran
luar negeri, serta pendapatan per kapitanya. Jika faktor-faktor yang memengaruhi
tersebut menunjukkan posisi yang sangat menguntungkan atau positif, maka tingkat
keberhasilan atau tingkat kemajuan ekonomi suatu negara akan mudah tercapai, dan
begitu pula sebaliknya.
Pendapatan nasional merupakan salah satu indikator perekonomian, dimana
pendapatan nasional ini sebagai tolak ukur penyesuaian upah dan gaji serta pensiun
agar selalu bisa mengikuti perkembangan harga, yang secara tidak langsung
berhubungan dengan laju pertumbuhan uang beredar yang sering dikaitkan dengan
tingkat inflasi (Widodo, 1990: 54).
Suatu perekonomian dapat dikatakan berkembang apabila pendapatan
perkapita dalam jangka panjang cenderung naik. Namun bukan berarti bahwa
pendapatan perkapita akan selalu mengalami kenaikan. Adanya resesi ekonomi,
kekacauan politik dan penurunan ekspor dapat mengakibatkan menurunnya tingkat
kegiatan perekonomian suatu negara. Jika keadaan demikian hanya bersifat
sementara dan kegiatan ekonomi secara rata -rata meningkat dari tahun ke tahun,
maka masyarakat tersebut dapatlah dikatakan menjalankan pembangunan ekonomi
(Arsyad, 92:16 ).
Pendapatan perkapita merupakan indikator yang digunakan secara luas untuk
mengukur tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Walaupun demikian harus diakui
bahwa tingkat kesejahteraan suatu masyarakat yang diukur menggunakan indikator
pendapatan per kapita mengandung beberapa kelemahan karena hanya memberi
indikator rata – rata.
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan
pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.
Definisi ini mengandung tiga unsur, yaitu : (1) pembangunan ekonomi sebagai suatu
proses berarti perubahan yang terus menerus yang di dalamnya telah mengandung
unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru (2) usaha meningkatkan
pendapatan perkapita (3) kenaikan pendapatan per kapita harus berlangsung dalam
jangka panjang (Suryana:2000).
Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua
negara didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan
meningkatnya tingkat pengangguran, sedangkan tingkat pengangguran adalah salah
satu simbol dari rendahnya produksi nasional yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi (Maknun, 1995).
Secara umum penyebab inflasi di Indonesia terjadi karena adanya tekanan
dari sisi permintaan (Demand Pull Inflation) maupun dari sisi penawaran (Cost Push
Inflation). Dari sisi permintaan Menurut teori moneter, ekses permintaan ini
disebabkan terlalu banyaknya uang beredar di masyarakat, sedangkan jumlah barang
di pasar sedikit. Dari sisi penawaran (Cost Push Inflation), inflasi yang 2 disebabkan
oleh kenaikan biaya produksi. Adanya kenaikan biaya produksi, asumsi dengan
modal yang sama, maka jumlah produk yang dihasilkan lebih sedikit dari yang
sebelumnya. Pengurangan produksi ini, menyebabkan kelangkaan yang berakibat
peningkatan harga barang.
Dua masalah besar yang umumnya dihadapi oleh negara-negara berkembang
termasuk Indonesia adalah kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi
pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok
masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang
berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) (Tambunan, 2001). Permasalahan
pokok dalam pembangunan ekonomi adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi,
distribusi pendapatan dan penghapusan kemiskinan. Di beberapa negara tujuan
tersebut kadang-kadang menjadi sebuah dilema antara mementingkan pertumbuhan
ekonomi atau mengurangi ketidakmerataan distribusi pendapatan (Deininger dan
Olinto, 2000).
Masalah distribusi pendapatan adalah suatu ukuran atas pendapatan yang
diterima oleh setiap masyarakat. Salah satu cara dalam meningkatkan distribusi
pendapatan adalah dengan adanya pelaksanaan pembangunan ekonomi.
(Suryono,2000). Menyatakan bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu
proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk atau suatu masyarakat
meningkat dalam jangka panjang. Oleh karena itu perlu adanya pelaksanaan
pembangunan ekonomi secara berkelanjutan dan dilakukan dengan baik, sebab
dengan pelaksanaan pembangunan ekonomi, akan mendorong pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan distribusi pendapatan bagi masyarakat.
Masalah utama dalam distribusi pendapatan adalah terjadinya ketimpangan
distribusi pendapatan. Hal ini bisa terjadi akibat perbedaan produktivitas yang
dimiliki oleh setiap individu dimana satu individu/kelompok mempunyai
produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan individu/kelompok lain, sehingga
ketimpangan distribusi pendapatan tidak hanya terjadi di Indonesia saja tetapi juga
terjadi di beberapa negara di dunia. Tidak meratanya distribusi pendapatan memicu
terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah
kemiskinan. Membiarkan kedua masalah tersebut berlarut-larut akan semakin
memperparah keadaan, dan tidak jarang menimbulkan konsekuensi negatif terhadap
kondisi sosisal dan politik. Ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan
merupakan sebuah realita yang ada di tengah-tengah masyarakat dunia ini baik di
negara maju maupun negara berkembang, Perbedaannya terletak pada proporsi
tingkat ketimpangan dan angka kemiskinan yang terjadi, serta tingkat kesulitan
mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas wilayah dan jumlah penduduk suatu
negara. Distribusi pendapatan nasional yang tidak merata, tidak akan menciptakan
kemakmuran bagi masyarakat secara umum. Sistem distribusi yang tidak pro poor
hanya akan menciptakan kemakmuran bagi golongan tertentu saja, sehingga ini
menjadi isu sangat penting dalam menyikapi angka kemiskinan hingga saat ini.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian pendapatan nasional?
b. Bagaimana konsep pendapatan nasional?
c. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional?
d. Apa yang dimaksud dengan pendapatan perkapita?
e. Apa saja jenis-jenis pendapatan?
f. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan perkapita?
g. Apa fungsi pendapatan perkapita?
h. Apa yang dimaksud dengan inflasi?
i. Apa saja jenis-jenis inflasi?
j. Apa saja efek yang ditimbulkan dari inflasi?
k. Kebijakan apa yang diambil pemerintah untuk menghadapi inflasi?
l. Apa yang dimaksud dengan distribusi pendapatan?
m. Bagaimana konsep distribusi pendapatan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang pendapatan nasional, pendapatan perkapita, inflasi,
dan distribusi pendapatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Memahami pengertian pendapatan nasional.
b. Memahami konsep pendapatan nasional
c. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan nasional
d. Memahami pengertian pendapatan perkapita
e. Memahami jenis-jenis pendapatan
f. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan perkapita
g. Memahami pengertian inflasi
h. Memahami jenis-jenis inflasi
i. Memahami efek yang ditimbulkan dari inflasi
j. Memahami kebijakan yang diambil pemerintah untuk menghadapi inflasi
k. Memahami pengertian distribusi pendapatan
l. Memahami konsep distribusi pendapatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendapatan Nasional


Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu
negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB).
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah
tangga keluarga di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu
periode, biasanya selama satu tahun. Dalam pengertian lain, pendapatan nasional
adalah ukuran nilai output berupa barang dan jasa yang dihasilkan suatu Negara
dalam periode tertentu atau jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh
masyarakat dalam suatu Negara dalam satu tahun.
Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William
Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya
(Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan
bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi)
selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi
modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah
satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat
utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto
(Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar
pada suatu negara (Azani, 2017).
2.1.1 Pengertian Pendapatan Nasional menurut Para Ahli
Menurut Sadono Sukirno dalam bukunya “Teori Pengantar
Makroekonomi” Pendapatan nasional menggambarkan tingkat produksi
negara yang dicapai dalam suatu tahun tertentu dan perubahannya dari
tahun ke tahun (Azani, 2017).
Menurut Soediyono Reksopryitno dalam bukunya “Pengantar
Ekonomi Makro” Pendapatan nasional adalah jumlah barang-barang dan
jasa-jasa yang dihasilkan oleh perekonomian suatu negara (Azani, 2017).
Menurut N. Gregory Mankiw Pendapatan nasional adalah total
pendapatan yang diperoleh penduduk suatu negara dalam produksi barang
dan jasa. Pendapatan nasional tidak menghitung pajak usaha tidak lansung
(seperti pajak penjualan) dan tidak menghitung subsidi usaha(Azani,
2017).
Menurut Karl E & Ray C (2007:29) Pendapatan nasional adalah
pendapatan total yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki
oleh warga suatu negara.
2.1.2 Konsep Pendapatan nasional
Sebelum mengukur/menghitung pendapatan nasional suatu negara
kita harus mengetahui konsep-konsepnya. Berikut ini adalah beberapa
konsep pendapatan nasional :
1. Produk Domestik Bruto / Gross Domestic Product (GDP)
Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan
jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit
produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu
tahun, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan
oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang
tersebut. Konsep ini sering disebut sebagai konsep kewilayahan.
Dalam perhitungan GDP ini, Barang-barang yang dihasilkan termasuk
barang modal belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah
yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor. Penghitungan
nilai GDP dapat dilakukan atas dua macam dasar harga yaitu GDP
nominal merupakan GDP yang dihitung dengan dasar harga yang
berlaku pada tahun tersebut. GDP atas dasar harga berlaku berfungsi
untuk melihat dinamika/ perkembangan struktur ekonomi yang riil
pada tahun tersebut.
GDP riil, merupakan GDP yang dihitung dengan dasar harga
yang berlaku pada tahun tertentu. GDP atas dasar harga konstan
berfungsi untuk melihat pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Deflator GDP disebut dengan deflator harga implisit untuk GDP,
didefinisikan sebagai rasio GDP nominal terhadap GDP riil. Deflator
GDP mencerminkan apa yang terjadi pada seluruh tingkat harga dalam
perekonomian. Deflator GDP mengukur harga otuput relatif terhadap
harganya pada tahun dasar.
2. Produk Nasional Bruto (PNB)/Gross National Product (GNP)
Produk Nasional Bruto (PNB)/Gross National Product (GNP)
adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor
produksi milik warga negara baik yang tinggal di dalam negeri maupun
di luar negeri, tetapi tidak termasuk warga negara asing yang tinggal di
negara tersebut, atau dengan kata lain PNB/GNP adalah jumlah Produk
Domestik Bruto ditambah dengan pendapatan neto dari luar negeri
(penghasilan neto) adalah penghasilan dari warga negara yang bekerja
di luar negeri dikurangi penghasilan warga negara lain yang bekerja di
dalam negeri). Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
- PNB = PDB + Pendapatan Neto dari luar
- PNB = Produk Nasional Bruto/Gross National Product (GNP).
- PDB = Produk Domestic Bruto/Gross Domestic Product (GDP).
- Pendapatan Neto = Pendapatan dari warga negara yang tinggal di
luar negeri dikurangi pendapatan warga negara asing yang bekerja di
dalam negeri.
3. Produk Nasional Neto (PNN)/ Net National Product (NNP)
Sering disebut juga Net National atas dasar harga pasar, yakni
GNP dikurangi depresiasi/penyusutan atas barang modal dalam proses
produksi selama satu tahun. Jika dirumuskan maka:
NNP = GNP – Depresiasi
4. Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah
pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima
oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat
diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud
pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan
kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll. NNI dapat
dirumuskan sebagai berikut:
NNI = NNP – Pajak tak langsung
5. Pendapatan Perseorangan/ Personal Income (PI)
Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah
pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat,
termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan
apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran
transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-
penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini,
melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu,
contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para
pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan
sebagainya. Pendapatan nasional dapat dirumuskan sebagai berikut:
PI = NNI – (Laba ditahan + iuran jaminan social + pajak perseorangan
+ transfer payment)
6. Pendapatan Disposible/ Disposible Income (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income)
adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli
barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang
disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh
daripersonal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak
langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat
dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh
wajib pajak, contohnya pajak pendapatan. Disposible income dapat
dirumuskan sebagai berikut:
DI = PI – Pajak langsung
7. Pendapatan Per Kapita / Income Per Capita
Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk
suatu Negara pada periode tertentu, yang biasanya satu tahun.
Pendapatan per kapita juga diartikan sebagai jumlah barang dan jasa
rata-rata yang ada atau tersedia bagi setiap penduduk suatu negara
pada suatu periode tertentu. Pendapatan per kapita dapat diperoleh
dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah
penduduk suatu negara pada tahun tersebut. Personal income dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Income Per Capita = GDP/ Jumlah penduduk
8. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu
indicator ekonomi makro yang digunakan untuk mengevaluasi
seluruh hasil pembangunan di suatu daerah dalam lingkup kota dan
kabupaten. Produk domestik regional bruto merupakan jumlah nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit-unit produksi
dalam suatu daerah pada satu tahun tertentu.
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pendapatan Nasional
Ada beragam faktor yang akan memengaruhi Pendapatan nasional
dalam suatu negara, antara lain adalah :
1. Kualitas Sumber Daya Manusia
Negara yang memiliki sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas tinggi tentu akan memiliki pendapatan nasional yang tinggi
pula. Jepang dikenal sebagai negara yang memiliki kualitas SDM yang
tinggi. Walaupun Jepangtidak memiliki banyak potensi sumber daya
alam jika dibandingkan dengan Indonesia, tetapi karena kualitas SDM-
nya tinggi maka Jepang mampu menghasilkan pendapatan nasional
yang tinggi pula sehingga tergolong sebagai negara maju.
Ciri-ciri SDM yang memiliki kualitas tinggi adalah :
a. Memiliki bekal ilmu pengetahuan yang tinggi
b. Memiliki etos kerja yang baik (rajin, disiplin, jujur, tepat waktu,
dan lainlain);
c. Memiliki tingkat keterampilan yang baik;
d. Menguasai teknologi dan informasi (seperti teknologi komputer,
internet, dan bioteknologi).
e. Menyukai tantangan dan perubahan.
Jika dibandingkan dengan faktor-faktor lain yang bisa
memengaruhi besar kecilnya pendapatan nasional, faktor kualitas SDM
memiliki peranan yang paling besar dalam menentukan besar kecilnya
pendapatan nasional. Karena, jika kualitas SDM baik maka dapat
dipastikan pengelolaan dan pengendalian faktor-faktor lain untuk
mencapai kemakmuran dapat terlaksana dengan baik.
2. Potensi Sumber Daya Alam
Negara yang memiliki potensi sumber daya alam yang
melimpah jika dikelola dengan baik akan menghasilkan pendapatan
nasional yang tinggi. Seperti halnya Indonesia, sebagai negara yang
kaya akan sumber daya alam tentu akan memiliki pendapatan nasional
yang tinggi, seandainya potensi sumber daya alam dikelola dengan
baik dan bertanggung jawab.
3. Jumlah Modal yang Digunakan
Jika suatu negara memiliki modal yang cukup untuk mengolah
sumber daya alam yang tersedia, tentu pendapatan nasional negara
tersebut akan meningkat. Sebaliknya, jika suatu negara kekurangan
modal maka pendapatan nasional negara tersebut tidak optimal. Pada
umumnya, jika suatu negara kekurangan modal (baik modal barang
seperti mesin, maupun modal uang) maka negara tersebut akan
mengundang investor asing untuk menanamkan modalnya, biasanya
dalam bentuk pendirian perusahaan-perusahaan. Akan tetapi, jika suatu
negara memiliki banyak modal (terutama negaranegara maju) maka
negara tersebut akan menanamkan sebagian modalnya ke negara lain
yang diinginkannya.
Negara yang dijadikan tujuan penanaman modal oleh investor
asing umumnya memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Mempunyai SDA (Sumber Daya Alam) yang memadai;
b. Keamanan dalam negeri terjamin;
c. Memiliki undang-undang ketenagakerjaan yang kondusif;
d. Lebih disukai yang memiliki tenaga kerja dengan upah yang
murah;
e. Memiliki pemerintahan yang baik dan kuat (stabil);
f. Penegakan hukum berjalan lancar; dan
g. Birokrasi yang tidak bertele-tele dalam penanaman modal asing.
4. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah sangat berpengaruh terhadap pencapaian
pendapatan nasional. Jika suatu negara memiliki pemerintahan yang
bersih, berwibawa, dan berkualitas maka pemerintah negara tersebut
pasti akan membuat kebijakan-kebijakan yang tepat, baik kebijakan di
bidang politik maupun ekonomi. Kebijakan-kebijakan yang tepat dan
disertai pelaksanaan yang bertanggung jawab tentu akan berpengaruh
pada naiknya pendapatan nasional.
5. Keadaan Geografis dan Geologis
Suatu negara dengan letak geografis dan geologis tertentu,
berisiko mengalami bencana alam yang berulang setiap tahunnya.
Bencana alam seperti gempa bumi, topan, dan banjir, yang terjadi
berulang-ulang akan merusak sarana dan prasarana yang ada.
Kerusakan tersebut tentu berdampak pada berkurangnya pencapaian
pendapatan nasional. Sebaliknya, negara yang tidak pernah (jarang)
tertimpa bencana alam, tidak akan mengalami kerusakan-kerusakan
yang berakibat pada berkurangnya pendapatan nasional.
6. Manfaat Mengetahui Pendapatan nasional
Dalam menentukan pendapatan nasional suatu negara,
Penghitungannya relatif sulit dikatakan tepat atau akurat, karena sangat
dipengaruhi oleh data statistik yang dikumpulkan setiap tahunnya.
Walaupun tidak bisa tepat dalam penghitungannya, namun tetap
sebagai salah satu tolok ukur untuk menunjukkan keberhasilan
ekonomi suatu negara. Adapun manfaat mempelajari pendapatan
nasional antara lain sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui struktur perekonomian suatu negara, apakah
agraris, industri, atau yang lainnya.
b. Untuk mengetahui kemajuan ekonomi atau perkembangan
perekonomian dari tahun ke tahun, apakah mengalami kemajuan,
kemunduran, atau tetap.
c. Untuk mengetahui tingkat kemakmuran masyarakat setelah
dibandingkan dengan jumlah penduduk, yaitu tentang pendapatan
perkapitanya.
d. Untuk membandingkan perekonomian antarnegara di dunia.
e. Sebagai pedoman bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan
yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan ekonomi
nasional.
f. Untuk mengetahui penggunaan pendapatan masyarakat.
g. Sebagai pedoman untuk melaksanakan pembangunan.
Penghitungan pendapatan nasional (PN) yang dilakukan oleh
suatu negara dapat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi negara
tersebut. Dan dengan mengamati tingkat pertumbuhan ekonomi suatu
negara dapat menilai perkembangan negara tersebut dalam
mengendalikan kegiatan ekonominya, baik dalam jangka pendek dan
jangka panjang. Dengan demikian tolok ukur yang paling baik untuk
menunjukkan kemakmuran suatu negara adalah dengan menentukan
Pendapatan Nasional Bruto (PNB) riil.

2.2 Pendapatan Perkapita


2.2.1 Pengertian pendapatan perkapita
Pendapatan adalah suatu aliran penerimaan yang dapat
dikonsumsikan tanpa mengurangi jumlah atau nilai sumber yang
menciptakan aliran penerimaan tersebut. Pendapatan perkapita menurut
Sadono Sukirno adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu
negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan
nasional suatu negara pada satu tahun tertentu dengan jumlah penduduk
negara pada tahun tersebut.
Menurut Muana Nanga Pendapatan perkapita adalah merupakan
pendapatan agregat (yang berasal dari bebagai sumber) yang secara actual
diterima oleh seseorang atau rumah tangga.10 Untuk mengukur kondisi
seseorang atau rumah tangga, salah satu pokok paling sering digunakan yaitu
melalui tingkat pendapatnnya. Pendapatan menunjukan seluruh uang
diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu
pada suatu kegiatan ekonomi.
Dari beberapa pendapat diatas bahwa yang dimaksud dengan
pendapatan kapita adalah jumlah pendapatan yang diperoleh oleh seseorang
atau rumah tangga dalam suatu periode tertentu, setelah dikurangi dengan
biaya-biaya.
Telah diterangkan, tingkat pertumbuhan ekonomi menggambarkan
tentang kenaikan rill dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
suatu negara dalam suatu tahun tertentu pertumbuhan ekonomi yang berlaku
belum tentu melahirkan pembangunan ekonomi dan peningkatkan dalam
kesejahteraan (pendapatan) masyarakat, walaupun terjadi secara berlanjut
dalam jangka panjang, hal tersebut disebabkan karena bersamaan dengan
terjadinya pertumbuhan ekonomi akan berlaku pada pertumbuhan penduduk.
Apabila tingkat pertumbuhan ekonomi selalu rendah dan tidak melebihi
tingkat jumlah penduduk, pendapatan rata-rata masyarakat (pendapatan
perkapita) akan mengalami penurunan. Apabila dalam jangka panjang
pertumbuhan ekonomi sama dengan pertumbuhan penduduk , maka
perekonomian negara tersebut tidak mengalami perkembangan dan tingkat
kemakmuran masyarakat tidak mengalami kemajuan.
Fungsi lain pendapatan perkapita dalam analisis pembangunan
ekonomi adalah.Menggambarkan jurang tingkat kemakmuran diberbagai
negara. Dalam konteks ini diasumsikan tingkat kemakmuran suatu negara
direfleksikan oleh pendapatan rata-rata yang diterima penduduknya.
Semakintinggi pendapatan tersebut semakin tinggi daya beli penduduk, dan
daya beli bertambah ini meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.2.2 Jenis-jenis Pendapatan
Pada bagian sebelumnya kita dapat memahami pendapatan perkapita,
maka disini juga terdapat jenis-jenis dari pendapatan tersebut adapun
diantaranya sebagai berikut :
1. Pendapatan Pribadi
Pendapatan pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan
termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan
apapun, yang diterima oleh penduduk suatu negara. Dari arti istilah
pendapatan pribadi ini dapatkanlah disimpulkan bahwa dalam pendapatan
pribadi telah termasuk juga pembayaran pindahan. Pembayaran tersebut
merupakan pemberian-pemberian yang dilakukan oleh pemerintah kepada
berbagai golongan masyarakat dimana para penerimanya tidak perlu
memberikan suatu balas jasa atau usaha apapun sebagai imbalan.
2. Pendapatan Disposebel
Apabila pendapatan pribadi dikurangi oleh pajak yang harus dibayar
oleh para penerima pendapatan, nilai yang tersisa dinamakan pendapatan
disposebel. Dengan demikian pada hakikatnya pendapatan disposebel adalah
pendapatan yang dapat digunakan oleh para penerimanya, yaitu semua
rumah tangga yang ada dalam perekonomian, untuk membeli barang-barang
dan jasa-jasa yang mereka ingin.
2.2.3 Metode Penghitungan Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita adalah jumlah pendapatan rat-rata penduduk
dalam sebuah negara pada suatu periode tertentu. Biasanya, dihitung setiap
periode satu tahun, untuk mendapatkan jumlah pendapatan rata-rata
penduduk, pendapatan nasional dihitung dari jumlah seluruh pendapatan
penduduk negara tersebut.
Oleh sebab itu, jumlah penduduk praktis akan mempengaruhi jumlah
pendapatan perkapita suatu negara. Pendapatan perkapita dapat juga
diartikan sebagai jumlah nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi
setiap penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu (biasanya 1 tahun).
Cara menghitung pendapatan perkapita adalah menjumlahkan
pendapatan seluruh penduduk suatu negara pada tahun tertentu. Kemudian,
dibagi dengan jumlah penduduk negara yang bersangkutan pada periode
tahun yang sama. Jika di formulakan sebagai berikut :
GDP Perkapita = PDB (Produc Domestic Bruto) : Jumlah Penduduk
2.2.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Perkapita
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan perkapita adalah
sebagai berikut :
1. Permintaan agregat dan penawaran agregat
Permintaan agregat menunjukan hubungan antara keseluruhan
permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga.
Permintaan agregat adalah seluruh barang dan jasa yang akan dibeli oleh
sektor-sektor ekonomi pada tingkat harga, sedangkan penawaran agregat
menunjukan hubungan antara keseluruhan penawaran barang-barang dan
jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dalam tingkat harga.
2. Konsumsi dan tabungan
Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-
barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam satu tahun. Sedangkan
tabungan bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk
konsumsi. Tabungan, konsumsi, dan pendapatan sangat erat
hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapatan keynes
yangdikenal dengan psyclogical consumtion yang membahas tingkah
laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan.
3. Investasi
Pengeluaran untuk investasi merupakan salah satu komponen
penting pengeluaran agrerat.
2.2.5 Fungsi Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita dapat digunakan untuk membandingkan
kesejahteraan atau standar hidup suatu negara dari tahun ke tahun. Dengan
melakukan perbandingan seperti itu kita dapat mengamati apakah
kesejahteraan masyarakat suatu negara secara rata-rata telah meningkat.
Pendapatan perkapita meningkatkan merupakan salah satu tanda
bahwa rata-rata kesejahteraan penduduk telah meningkat. Pendapatan
perkapita telah menunjukan pula apakah pembangunan yang telah
dilaksanakan pemerintah telah berhasil, seberapa keberhasilan tersebut, dan
akibat yang telah ditimbulkan oleh peningkatan tersebut.19
2.2.6 Manfaat Penghitungan Pendapatan Perkapita
Kemampuaan pendapatan perkapita dalam mengukur tingkat
kesejahteraan negara dan sebagai indikator kehidupan negara dapat dijadikan
sebagai salah satu analisis ekonomi bagi pemerintah maupu organisasi
ekonomi untuk mengambil kebijakan ekonomi.
Secara ringkas kita dapat menyimpulkan beberapa manfaat dari perhitungan
pendapatan perkapita yaitu :
1. Mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat suatu Negara dari waktu ke
waktu.
2. Membandingkan tingkat kesejahteraan antar negara satu dengan yang
lainnya.
3. Sebagai pedoman bagi pemerintah dan membuat kebijakan ekonomi.
4. Mengelompokan sebagai negara ke beberapa tingkat pendapatan.

2.3 Inflasi
2.3.1 Pengertian Inflasi
Adalah proses kenaikan harga-harga umum batang-barang secara
terus-menerus. Ini tidak bearti bahwa harga-harga berbagai macam barang
itu nik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan
tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum
batang secara terus – menerus selama satu periode tertent. Kenaikan yang
terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar)
bukanlah merupakan inflasi Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan
indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mngukur
inflasi antara lain :
1. Indeks Biaya Hidup (Consumer Price Index)
Indeks biaya hidup mengukur biaya atau pengeluran untuk
membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk
keperluan hidup.
2. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Pirce Index)
Indeks perdangangan besar meniti beratkan pada sejumlah barang
pada tingkat pedangangan besar.
3. GNP deflator
GNP deflator adalah jenis indeks yang lain. Berbeda dengan dua
indeks di atas, dalam cakupan barangnya. GNP deflator mencakup
jumlah barang dan jasa yang mencangkup dalam perhitungan GNP, jadi
lebih banyak jumlahnya bila dibanding dengan dua indeks di atas GNP
deflator diperoleh dengn membagi GNP nominal (diatas harga Berlaku)
dengan GNP rill (atas dasar harga konstans)
GNP deflator = GNP Nominal x 100
GNP rill
2.3.2 Jenis-Jenis Inflasi
a. Jenis Inflasi Menurut Sifatnya
Laju Inflasi dapat berbeda antara satu negara dengan negara lain
atau dalam satu negara dalam waktu yang berbeda. Atas dasar besarnya
laju inflasi maka dapta dibagi ke dalam tiga kategori yaitu
1) Merayap (creeping inflation)
Ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10%
pertahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan persentase
yang kecit serta dalam jangka yang relatif lama.
2) Inflasi menengah (galloping inflation)
Ditantai dengan kenaikanharga yang cukup besar dalam waktu
yang relatif pendek serta mempunyai siat akselarasi (harga dalam
waktu mingguan atau bulanan) efeknya terhadap perekonomian lebih
besar dari pada inflasi yang merayap (creeping inflation)
3) Inflasi tinggi (hyper inflation)
Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya harga – harga
naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk
menyimpan uang sebab nilai uang merosot dengan tajam seingga
ingin ditukarkan dengan uang sehingga perputaran uang semakin
cepat dan harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul
apa bila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja yang
dibelanjakan dan ditutupi dengan mencetak uang.
b. Jenis Inflasi Menurut Sebabnya
1) Demand-pull inflation
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan pemintaan total
(agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan
kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja
penuh. Dalam keadaan hampir kesempatan kerja penuh, kenaikan
permintaan total disamping kenaikan harga dapt juga menaikkan
hasil produksi (output).
2) Cost-push inflation
Berbeda dengan demand-pull inflation, cost-push inflation
biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi.
Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul
biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total
(aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan
biaya produksi ini dapat timbul karena beberapa factor diantaranya :
a) Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntu kenaikan
upah
b) Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat
menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga
(yang lebih tinggi).
c) Kenaikan harga bahan baku industri.
c. Berdasarkan Sumber atau Penyebab Kenaikan Harga Inflasi
1) Inflasi Tarikan Permintaan : kenaikan harga-harga yang disebabkan
oleh pertambahan pengeluaran yang besar yang tidak dapat dipenuhi
oleh kemampuan memproduksi yang tersedia.
2) Inflasi Desakan Biaya : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh
kenaikan dalam biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan
mentah atau kenaikan upah.
3) Inflasi Diimpor : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh
kenaikan harga barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah
produksi dalam negeri.
2.3.3 Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
a. Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan
tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang
memperoleh endapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi.
Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00
per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian
penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp.
50.000,00.
b. Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi.
Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai
macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan
dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan
alokasi factor produksi menjadi tidak efisien.
c. Efek terhadap Output (Output Effects)
Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency
Effects) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan
supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan
efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
d. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan
perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan
kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal
biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi.
Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti
tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka
menjalankan kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi
produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun.
Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan wujud.
e. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara,
inflasi juga akan menimbulkan efek-efek yang berikut kepada individu
kepada masyarakat :
1) Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang
berpendapatan tetap.
2) Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
3) Memperburuk pembagian kekayaan.
2.3.4 Cara Mencegah Inflasi
Dengan menggunakan Irving Fisher MV = PT, dapat dijelaskan
bahwa inflasi timbul karena MV naik lebih cepat daripada T. Oleh karena itu
maka untuk mencegah terjadinya inflasi maka salah satu variabel (M atau V)
harus dikendalikan. Cara mengatur variabel M,V dan T tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal atau
kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan produksi.
a. Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan
jumlah uang beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang adalah uang
giral (demand deposito). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara
pertama apabila seseorag memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk
giro kemudian yang kedua apabila seseorang memperoleh pinjaman dari
bank tidak diterima kas tetapi dalam bentuk giro. Instrumen lain yang
dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasart terbuka
(jual/beli surat berharga). Dengan cara menjual surat berharga bank
sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju
inflasi dapat lebih rendah.
b. Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang
pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat
mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan
mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan
permintaan total. Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi
permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
c. Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah
output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea
masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya
jumlah barang didalam negeri cenderung menurunkan harga.
d. Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga,serta medasarkan
pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian
gaji / upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik maka gaji / upah
juga dinaikan.
2.3.5 Inflasi dan Pengangguran
Indea tentang adanya hubungan antara inflasi dan pengangguran itu
relatif baru, kira – kira pada akhir tahun 1950an. Secara sistematik hubungan
ini baru mulai diperkenalkan oleh AW Phillips pada tahun 1958 dari hasil
studi lapangan tentang hubungan antara kenaikan tingkat upah dengan
pengangguran di inggris pada tahun 1861 – 1957.
Kurva yang menunjukkan adanya hubungan negatif ini sering disebut
kurva Phillips (sesuai dengan nama penemunya). Kurva tersebut sejalan
dengan keadaan yang terjadi di Inggris pada periode 1861 – 1957. Tahun di
mana tingkat pengganguran rendah adalah juga tahun dalam mana tingkat
kenaikan upah tinggi, dan sebaliknya tahun dalam mana pengangguran
tinggi, tingkat kenaikan upah rendah.
a. Implikasi Kebijaksanaan
Sampai pada akhir tahun 1950an masalah pokok kebijaksanaan
makro ekonomi adalah mencapai secara serentakkesetabilan harga serta
kesempatan kerja yang tinggi. Namun beberapa pemikiran pada waktu
itu meragukan tercapainya kedua tujuan tersebut secara bersama – sama.
Kurva Phillips dapat menjelaskan keadaan pesimis ini. Kesetabilan harga
dan kesempatan kerja yang tinggi adalah dua hal yang tidak bisa terjadi
bersama – sama.
b. Dasar Teori
Kurva Phillips diperoleh semata – mata atas dasar studi empirik,
tidak ada dasar teorinya. Lipsey pada tahun 1960 mencoba untuk mengisi
dasar teorinya. Untuk tujuan ini dia menggunakan sebagai dasar
penjelasannya adalah teori pasar tenaga kerja. Dengan demikian, natural
rate of unemployment (UN) merupakan suatu tingkat pengangguran
dalam mana terdapat kesetabilan upah (W = 0). Ada beberapa pernyataan
Lipsey tentang kurva Phillips dengan menggunakan teori pasar tenaga
kerja menjadi dua yaitu pertama, penawaran dan permintaan akan tenaga
kerja menentukan tingkat upah, kedua tingkat / laju perubahan tingkat
upah ditentukan oleh besarnya kelebihan permintaan (excess demand)
akan tenaga kerja.
c. Perkiraan (Expectation)
Masalah perkiraan atau ekspektasi ini muncul pada pertengahan
tahun 1970an dan merupakan angin segar pada perkembangan ekonomi
makro. Adanya trade-offantara inflasi dan unemployment dipertanyakan.
Krisis minyak yang terjadi pada pertengahan tahun 1970an menimbulkan
apa yang disebut stagflasi (stagnasidan inflasi), inflasi dan
unemployment naik secara bersama – sama.
d. Perkiraan Adaptive (adaptive expectation)
Sebelum pertengahan tahun 1970an teori yang dominan dalam
penyusutan ekspektasi ini adalah adaptive. Menurut teori ini harga yang
diperkirakan akan terjadi (expected price) didasarkan pada harga yang
telah lalu. Apabila harga perkiraan sekarang tidak sama dengan harga
yang betul – betul terjadi (actual price) saat ini, maka individu akan
menggunakan kesalahan dalam perkiraan ini untuk memperbaiki
perkiraannya di masa yang akan datang.
2.3.6 Kebijakan Pemerintah Dalam Menghadapi Inflasi
a. Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah
uang beredar (M). salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral
(demand deposit). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara, pertama
apabila seseorang memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro.
Kedua, apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima
kas tetapi dalam bentuk giro. Deposito yang timbul dengan cara kedua
sifatnya lebih inflatoir dari cara pertama. Sebab cara pertama hanyalah
mengalihkan bentuk saja dari uang kas ke uang giral
b. Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan ini menyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerintah serta perpajakan yang secara lagsung dapat mempengaruhi
permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi
dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijaksanaan ini
yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak
akan dapat mengurangi permintaan total. Sehingga inflasi dapat ditekan.
c. Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil kenaikan laju inflasi.
Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan
penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat.
Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan
harga.
d. Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan
pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian
gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji/upah juga
dinaikkan.

2.4 Distribusi pendapatan


Distribusi pendapatan adalah bagaimana tingkat penyebaran pendapatan
disuatu wilayah atau daerah. Permasalahan ekonomi yang umum dalam ekonomi
adalah kemiskinan, pengangguran dan penyediaan kesempatan kerja, serta inflasi
dan lain-lainnya. Di indonesia, kemiskinan merupakan salah satu masalah yang
paling sulit dibenahi, bahkan dari tahun ke tahun angka nominal kesmiskinan di
Indonesia cendrung meningkat. Ada banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya
kemiskinan, salah satunya adalah tidak meratanya distribusi pendapatan. Tolok ukur
untuk menilai kemerataan distribusi terdapat tiga tolok ukur yang lazim digunakan,
yaitu:
1. Kurva Lorenz
2. Indeks atau rasio Gini
3. Kriteria Bank Dunia
2.4.1 Konsep Distribusi Pendapatan
a. Kurva Lorenz
Kurva Lorenz menggambarkan distribusi komulatif pendapatan
nasional dikalangan lapisan – lapisan penduduk, secara kumulatif pula.
Kurva Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus)
menyiratkan distribusi pendapatan nasional yang semakin merata.
Sebaliknya, jika kurva Lorenz semakin jauh dari diagonal (semakin
lengkung), maka ia mencerminkan keadaan yang semakin buruk,
distribusi pendapatan nasional semakin timpang atau tidak merata.

Gambar menunjukkan bagaimana cara membuat kurva Lorenz


tersebut. Jumlah penerima pendapatan digambarkan pada sumbu
horizontal, tidak dalam angka mutlak tetapi dalam persentase kumulatif.
Misalnya, titik 20 menunjukkan 20 persen penduduk temiskin (paling
rendah pendapatannya), dan pada titik 60 menunjukkan 60 persen
penduduk terbawah pendapatannya, dan pada ujung sumbu horizontal
menunjukkan jumlah 100 persen penduduk yang dihitung
pendapatannya.
Sumbu vertikal menunjukkan pangsa pendapatan yang diterima
oleh masing-masing persentase jumlah penduduk. Jumlah ini juga
kumulatif sampai 100 persen, dengan demikian kedua sumbu nitu sama
panjangnya dan akhirnya membentuk bujur sangkar.
Sebuah garis diagonal kemudian digambarkan melalui titik origin
menuju sudut kanan atas dari bujur sangkat tersebut. Setiap titik pada
garis diagonal tersebut menunjukkan bahwa persentase pendapatan yang
diterima sama persis dengan persentase penerima pendapatan tersebut.
Sebagai contoh, titik tengah dari diagonal tersebut betul-betul
menunjukkan bahwa 50 persen pendapatan diterima.
b. Indeks atau Rasio Gini
Suatu ukuran yang singkat mengenai derajat ketidakmerataan
distribusi pendapatan dalam suatu Negara bisa diperoleh dengan
menghitung luas daerah antara garis diagonal (kemerataan sempurna)
dengan kurva Lorenz dibandingkan dengan luas total dan separuh bujur
sangkar di mana terdapat kurva lorenz tersebut.
Indeks atau Rasio Gini adalah suatu koefisien yang berkisar dari
angka 0 hingga 1, menjelaskan kadar kemerataan (ketimpangan)
distribusi pendapatan nasional.
c. Kriteria Bank Dunia
Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi
pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni
40% penduduk berpendapatan terendah(penduduk termiskin), 40%
penduduk berpendapatan menengah, serta 20% penduduk berpendapatan
tertinggi (penduduk terkaya). Kemerataan distribusi pendapatan nasional
bukan semata – mata “pendamping” pertumpuhan ekonomi dalam
menilai keberhasilan pembangunan.
Isu kemerataan dan pertumbuhan hingga kini masih menjadi debat
tak berkesudahan dalam konteks pembangunan. Kedua hal ini berkaitan
dengan dua hal lain yang juga setara kadar perdebatannya, yaitu
efektivitas dan efisiensi.
2.4.2 Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan
Penghapusan kemiskinan dan berkembangnya ketidakmerataan
distribusi pendapatan merupakan inti permasalahan pembangunan.
Walaupun titik perhatian utama kita pada ketidakmerataan distribusi
pendapatan dan harta kekayaan (asset) namhn hal tersebut hanya;ah
merupakan sebagian kecil dari masalah ketidakmerataan yang lebih luas di
NSB. Misalnya ketidakmerataan kekuasaan, prestise, status, kepuasan kerja,
kondisi kerja, tingkat partisipasi, kebebasan untuk memilih, dan lain-lain.
Pemahaman yang mendalam akan masalah ketidakmerataan dari
kemiskinan ini memberikan dasar yang baik untuk menganalisis masalah
pembangunan yang lebih khusus seperti pertumbuhan penduduk,
pengangguran, pembangunan pedesaan, pendidikan, perdagangan
internasional dan sebagainya.
Sebuah cara yang sederhana untuk mendeteksi masalah distribusi
pendapatan dan kemiskinan adalah dengan menggunakan kerangka
kemungkinan produksi, seperti yang telah disinggung pada bagian di muka.
Untuk menggambarkan analisis tersebut, produksi barang dalam
sebuah perekonomian dibagi menjadi dua macam barang. Pertama adalah
barang-barang kebutuhan pokok (necessary goods) seperti makanan pokok,
pakaian, perumahan sederhana, dan sebagainya. Kedua, adalah barang-
barang mewah seperti : mobil mewah, video, televisi, pakaian mewah dan
sebagainya. Yang menyebabkan ketidakmerataan distribusi pendapatan di
NSB. Irma Adelman dan Cynthia Taft Morris (1973) mengemukakan 8
sebab yaitu :
1. Pertambahan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya
pendapat per kapita.
2. Infasi di mana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara
proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang.
3. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.
4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal
(capital intensive) sehingga presentase pendapatan modal dari harta
tambahan besar dibandingkan dengan presentase pendapatan yang
berasal dari kerja sehingga pengangguran bertambah.
5. Rendahnya mobilitas sosial
6. Pelaksanaan kebijaksanaan industri subtitusi impor yang mengakibatkan
kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha –
usaha golongan kapitalis
7. Memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi NSB dalam perdagangan
dengan Negara-negara maju, sebagai akibat ketidakelastisan permintaan
Negara-negara terhadap barang-barang ekspor NSB.
8. Hancurnya industri-industri kerajinan rakyat seperti pertukangan,
industri rumah tangga, dan lain-lain.
Upaya untuk memerataan pembangunan dan hasil-hasilnya baru
tampak nyata sejak pelita III, manakala strategi pembangunan secara
eksplisit diubah dengan menempatkan pemerataan sebagai aspek pertama
dalam trilogi pembangunan. Semenjak itu dikenal kebijaksanaan delapan
jalur pemerataan, meliputi :
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan rakyat banyak khususnya sandang,
pangan, dan papan
2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan
kesehatan
3. Pemerataan pembagian pendapatan
4. Pemerataan kesempatan kerja
5. Pemerataan kesempatan berusaha
6. Pemerataan kesempatan berpatisipasi dalam pembangunan khususnya
bagi generasi muda dan kaum wanita
7. Pemerataan penyebaran pembangunan diseluruh tanah air
8. Pemerataaan kesempatan memperoleh keadilan
Dalam kaitan khusus dalam pemerataan pembagian pendapatan,kita
dapat memilih tinjauan permasalahannya dari 3 segi,yaitu:
1. Pembagian pendapatan antar lapisan pendapatan masyarakat
2. Pembagian pendapata antar daerahdalam hal ini antar wilayahperkotaan
dan pedesaan.
3. Pembagian pendapatan antar wilayah dalam hal ini antar propinsi dan
antar Kawasan (barat,tengah,timur)
2.4.3 Ketimpangan Pembangunan
Ketimpangan pembangunan di Indonesia selama ini berlangsung dan
berwujud dalam berbagai bentuk, aspek, atau dimensi. Bukan saja berupa
ketimpangan hasil – hasilnya. Misalnya, dalam hal pendapatan per kapita,
tetapi juga ketimpangan kegiatan atau proses pembangunan itu sendiri.
Bermunculannya kawasan – kawasan kumuh di tengah beberapa kota besar,
serta (sebaliknya dilain pihak) hadirnya kantong – kantong pemukiman
mewah ditepian kota atau bahkan didaerah pedesaa, adalah satu bukti nyata
ketimpangan yang berlangsung dapat kita saksikan dan rasakan.
Upaya untuk mengatasi ketimpangan – ketimpangan yang terjadi,
menurut penilaian beberapa kalangan, sebetulnya sudah mulai dirintis sejak
awal pelita III. Ketika itu urutan trilogy pembangunan dirasionalisasikan
dengan menempatkan pemerataan sebagai prioritas pertama, bahkan
dipertahankan hingga pelita IV.
Ketimpangan sektoral dan ketimpangan regional dalam
pembangunan dapat ditengarai antara lain dengan menelaah perbedaan
mencolok dalam aspek – aspek seperti penyerapan tenaga kerja, alokasi dana
perbankan, investasi dan pertumbuhan. Ketimpangan pertumbuhan antar
sektor bukan saja terjadi pada masa lalu sejak pelita I hingga pelita V. akan
tetapi juga memang “direncanakan” untuk masa-masa yang akan datang.
Ketimpangan pertumbuhan antarsektor, khususnya antarsektor
pertanian dan sektor industri pengolahan, harus dipahami secara arif.
Ketimpangan pertumbuhan sektoral ini bukanlah “kecelakaan” atau akses
pembangunan. Ketimpangan ini lebih merupakan ini lebih merupakan
sesuatu yang disengaja atau memang terencana. Hal itu terkait dengan cita-
cita nasional atau setidak-tidaknya selaras dengan kehendak para perencana
pembangunan untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara industri.
2.4.4 Kesenjangan Sosial
Ketimpangan atau kesenjangan sosial diukur dengan berbagai
variable serta dalam berbagai dimensi. Ketimpangan – ketimpangan yang
ada bersifat majemuk dan beskala nasional. Ada dua faktor yang layak
dikemukakan untuk menerangkan mengapa ketimpangan pembangunan dan
hasil-hasilnya dapat terjadi. Faktor pertama ialah karena ketidaksetaraan
anugrah awal (initial indowment) diantara pelaku-pelaku ekonomii.
Sedangkan faktor kedua karena strategi pembangunan dalam era PJP I lebih
bertumpu pada aspek pertumbuhan (growth)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Pendapatan nasional menggambarkan tingkat produksi negara yang dicapai
dalam suatu tahun tertentu dan perubahannya dari tahun ke tahun.
 Konsep pendapatan nasional yaitu :
1. Produk Domestik Bruto / Gross Domestic Product (GDP)
2. Produk Nasiona
3. l Bruto (PNB)/Gross National Product (GNP)
4. Produk Nasional Neto (PNN)/ Net National Product (NNP)
5. Pendapatan Nasional Neto (NNI)
6. Pendapatan Perseorangan/ Personal Income (PI)
7. Pendapatan Disposible/ Disposible Income (DI)
8. Pendapatan Per Kapita / Income Per Capita
9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
 Faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan nasional yaitu kualitas SDM.
potensi SDA, jumlah modal yang digunakan, kebijakan pemerintah, dan keadaan
geografis dan geologis
 Pendapatan perkapita adalah jumlah pendapatan rat-rata penduduk dalam sebuah
negara pada suatu periode tertentu. Biasanya, dihitung setiap periode satu tahun,
untuk mendapatkan jumlah pendapatan rata-rata penduduk, pendapatan nasional
dihitung dari jumlah seluruh pendapatan penduduk negara tersebut.
 Pendapatan perkapita terbagi menjadi 2 jenis yaitu pendapatan pribadai dan
pendapatan disposebel.
 Faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan perkapita yaitu permintaan agregat
dan penawaran agregat, konsumsi dan tabungan, serta investasi.
 Fungsi pendapatan perkapita adalah membandingkan kesejahteraan atau standar
hidup suatu negara dari tahun ke tahun.
 Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum batang-barang secara terus-
menerus. Ini tidak bearti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu nik
dengan persentase yang sama.
 Jenis inflasi menurut sifatnya yaitu inflasi merayap, inflasi menengah, inflasi
tinggi. Jenis inflasi menurut sebabnya yaitu demand-pull inflation dan cost-push
inflation. Jenis inflasi menurut penyebab kenaikan harga yaitu inflasi tarikan
permintaan, inflasi desakan biaya, dan inflasi diimpor.
 Efek yang ditimbulkan dari inflasi berhubungan langsung dengan pendapatan,
efisiensi produksi, output, perkembangan ekonomi, dan kemakmuran
masyarakat.
 Kebijaksanaan yang diambil pemerintah untuk menghadapi inflasi yaitu
kebijaksanaan moneter, fiskal atau kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan
produksi.
 Distribusi pendapatan adalah bagaimana tingkat penyebaran pendapatan disuatu
wilayah atau daerah. . Tolok ukur untuk menilai kemerataan distribusi terdapat
tiga tolok ukur yang lazim digunakan, yaitu kurva Lorenz, indeks atau rasio
Gini, dan kriteria bank dunia.

3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal
ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk
perbaikan ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA

Bendatu. 2013. Trade Off antara Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan.
Pada http://e-journal.uajy.ac.id/3955/2/1EP16445.pdf. (Akses tanggal 15
September 2018).
Fasaiful. 2017. Pendapatan Nasional. Pada
http://fasaiful.blogspot.com/2017/06/makalah-tentang-pendapatan-nasional.html
(Akses tanggal 15 September 2018)
Gunawan, Arif. 2015. Makalah Distribusi Pendapatan Dan Pemerataan Pembangunan.
Pada http://pakguruhonorer.blogspot.com/2015/06/makalah-distribusi-
pendapatan-dan.html?m=1 (Akses tanggal 15 September 2018)
Matahari. 2014. Makalah distribusi pendapatan. Pada
https://www.scribd.com/doc/250247454/MAKALAH-Distribusi-Pendapatan.
(Akses tanggal 15 September 2018)
Noona, Ika. 2017. Pendapatan Nasional. Pada
http://ikachan22.blogspot.com/2017/09/makalah- pendapatan-
nasional.html?m=1. (Akses tanggal 15 September 2018)
Olvi, Verdian, Abdillah. 2012. Distribusi Pendapatan, Ketimpangan, Kemerataan Dan
Kesejateraan Sosial. Pada http://Block-
Blockblog.Blogspot.Com/2012/03/Distribusi-Pendapatan-ketimpangan.html
(Akses tanggal 15 September 2018)
Romlan. 2007. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi PDB Di Indonesia Tahun
1978-2004. Pada http://eprints.ums.ac.id/12448/3/2._BAB_I.pdf. (Akses tanggal
15 September 2018)
Silpiintansuseno. 2016. Masalah Perekonomian Distribusi Pendapatan. Pada
https://silpiintansuseno7.wordpress.com/2016/05/03/masalah-perekonomian-

distribusi-pendapatan/. (Akses tanggal 15 September 2018)

Anda mungkin juga menyukai