Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Muamalah

Muamalah merupakan bagian dari hukum Islam yang mengatur hubungan antara seseorang dan orang
lain. Contoh hukum Islam yang termasuk muamalah, seperti jual beli, sewa menyewa, serta usaha
perbankan dan asuransi yang islami.

Dari pengertian muamalah tersebut ada yang berpendapat bahwa muamalah hanya menyangkut
permasalahan hak dan harta yang muncul dari transaksi antara seseorang dengan orang lain atau antara
seseorang dan badan hukum atau antara badan hukum yang satu dan badan hukum yang lain.

B. Asas-asas Transaksi Ekonomi dalam Islam

Ekonomi adalah sesuatu yang berkaitan dengan cita-cita dan usaha manusia untuk meraih kemakmuran,
yaitu untuk mendapatkan kepuasan dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

Transaksi ekonomi maksudnya perjanjian atau akad dalam bidang ekonomi, misalnya dalam jual beli,
sewa-menyewa, kerjasama di bidang pertanian dan perdagangan. Contohnya transaksi jual beli.

Dijelaskan bahwa dalam setiap transaksi ada beberapa prinsip dasar (asas-asas) yang diterapkan syara’,
yaitu:

1. Setiap transaksi pada dasarnya mengikat orang (pihak) yang melakukan transaksi, kecuali apabila
transaksi itu menyimpang dari hukum syara’, misalnya memperdagangkan barang haram. (Lihat Q. S. Al-
Ma’idah, 5: 1!)

2. Syarat-syarat transaksi dirancang dan dilaksanakan secara bebas tetapi penuh tanggung jawab, tidak
menyimpang dari hukum syara’ dan adab sopan santun.

3. Setiap transaksi dilakukan secara sukarela, tanpa ada paksaan dari pihak mana pun. (Lihat Q.S. An-
Nisa’ 4: 29!)

4. Islam mewajibkan agar setiap transaksi, dilandasi dengan niat yang baik dan ikhlas karena Allah SWT,
sehingga terhindar dari segala bentuk penipuan, dst. Hadis Nabi SAW menyebutkan: ”Nabi Muhammad
SAW melarang jual beli yang mengandung unsur penipuan.” (H.R. Muslim)

5. Adat kebiasaan atau ’urf yang tidak menyimpang dari syara’, boleh digunakan untuk menentukan
batasan atau kriteria-kriteria dalam transaksi. Misalnya, dalam akad sewa-menyewa rumah.

Insya Allah jika asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam dilaksanakan, maka tujuan filosofis yang luhur
dari sebuah transaksi, yakni memperoleh mardatillah (keridaan Allah SWT) akan terwujud.
C. Penerapan Transaksi Ekonomi dalam Islam

1. Jual Beli

a. Pengertian, Dasar Hukum, dan Hukum Jual Beli

Jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara penjual (yakni pihak yang menyerahkan/menjual
barang) dan pembeli (sebagai pihak yang membayar/membeli barang yang dijual).

Jual beli sebagai sarana tolong menolong sesama manusia, di dalam Islam mempunyai dasar hukum dari
Al-Qui’an dan Hadis. Ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang jual beli antara lain Surah Al-Baqarah, 2:
198 dan 275 serta Surah An-Nisa’ 4: 29.

b. Rukun dan Syarat Jual Beli

Rukun dan syarat jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli yang harus dipenuhi agar jual
belinya sah menurut syara’ (hukum Islam).

• Orang yang melaksanakan akad jual beli (penjual dan pembeli).

Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh penjual dan pembeli adalah:

1) Berakal

2) Balig

3) Berhak menggunakan hartanya

• Sigat atau ucapan ijab dan kabul

Ulama fiqih sepakat bahwa unsur utama dalam jual beli adalah kerelaan antara penjual dan pembeli.
Karena kerelaan itu berada dalam hati, maka harus diwujudkan melalui ucapan ijab (dari pihak penjual)
dan kabul (dari pihak pembeli).

• Barang yang diperjualbelikan

Syarat-syarat barang yang diperjualbelikan antara lain:

1) Barang yang diperjualbelikan sesuatu yang halal

2) Barang itu ada manfaatnya

3) Barang itu ada di tempat, atau tidak ada tetapi sudah tersedia di tempat lain

4) Barang itu merupakan milik si penjual atau di bawah kekuasaannya


5) Barang itu hendaklah diketahui oleh pihak penjual dan pembeli dengan jelas

• Nilai tukar barang yang dijual (pada zaman modern sekarang ini berupa uang)

Syarat-syarat bagi nilai tukar barang yang dijual adalah:

1) Harga jual yang disepakati penjual dan pembeli harus jelas jumlahnya.

2) Nilai tukar barang itu dapat diserahkan pada waktu transaksi jual beli.

3) Apabila jual beli dilakukan secara barter atau Al-Muqayadah (nilai tukar barang yang dijual bukan
berupa uang tetapi berupa barang) dan tidak boleh ditukar dengan barang haram.

c. Khiyar

Khiyar ialah hak memilih bagi si penjual dan si pembeli untuk meneruskan jual belinya atau
membatalkan karena adanya sesuatu hal, misalnya ada cacat pada barang.

d. Macam-macam jual beli

1) Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya.

2) Jual beli yang terlarang dan tidak sah (batil) yaitu jual beli yang salah satu atau seluruh rukunnya tidak
terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak disyariatkan (disesuaikan dengan ajaran Islam).

Contoh :

a) Jual beli sesuatu yang termasuk najis, seperti bangkai dan daging babi.

b) Jual beli air mani hewan ternak.

c) Jual beli hewan yang masih berada dalam perut induknya (belum lahir).

d) Jual beli yang mengandung unsur kecurangan dan penipuan.

3) Jual beli yang sah tetapi terlarang (fasid).

Karena sebab-sebab lain misalnya:

a) Merugikan si penjual, si pembeli, dan orang lain.

b) Mempersulit peredaran barang.

c) Merugikan kepentingan umum.

Contoh :

1. Mencegat para pedagang yang akan menjual barang-barangnya ke kota, dan membeli barang-barang
mereka dengan harga yang sangat murah, kemudian menjualnya di kota dengan harga yang tinggi.
2. Jual beli dengan maksud untuk ditimbun terutama terhadap barang vital.

3. Menjual barang yang akan digunakan oleh pembelinya untuk berbuat maksiat.

4) Menawar sesuatu barang dengan maksud hanya untuk memengaruhi orang lain agar mau membeli
barang yang ditawarnya, sedangkan orang yang menawar barang tersebut adalah teman si penjual
(najsyi).

5) Monopoli yaitu menimbun barang agar orang lain tidak membeli, walaupun dengan melampaui harga
pasaran.

2. Simpan Pinjam

Rukun dan syarat utang piutang atau pinjam meminjam, menurut hukum Islam adalah:

a. Yang berpiutang (yang meminjami) dan yang berutang (peminjam), syaratnya sudah balig dan berakal
sehat.

b. Barang (uang) yang diutangkan atau dipinajmakan adalah milik sah dari yang meminjamkan.

3. IJARAH

a. Pengertian

Berasal dari bahasa Arab yang artinya upah atau imbalan.

Definisi ijarah menurut ulama mazhab Syafi’i adalah transaksi tertentu terhadap suatu manfaat yang
dituju, bersifat mubah dan bisa dimanfaatkan dengan imbalan tertentu.

b. Dasar Hukum Ijarah

Al-Qur’an yang dijadikan dasar hukum ijarah ialah Q.S. Az-Zukhruf, 43: 32, At-Talaq, 65: 6 dan Q.S Al-
Qasas, 28: 26.

c. Macam-macam ijarah

1. Ijarah yang bersifat manfaat, seperti sewa-menyewa.

2. Ijarah yang bersifat pekerjaan ialah dengan cara mempekerjakan seseorang untuk melakukan suatu
pekerjaan. Ex: tukang jahit,dsb.

d. Rukun dan Syarat Ijarah

1. Kedua orang yang bertransaksi (akad) sudah balig dan berakal sehat.
2. Kedua belah pihak tsb bertransaksi dengan kerelaan (Q.S. An-Nisa’,4: 29).

3. Barang yang akan disewakan (objek ijarah) diketahui kondisi dan manfaatnya oleh penyewa.

4. Objek ijarah bisa diserahkan dan dipergunakan secara langsung dan tidak bercacat.

5. Objek ijarah merupakan sesuatu yang dihalalkan syara’.

6. Hal yang disewakan tidak termasuk suatu kewajiban bagi penyewa.

7. Objek ijarah adalah sesuatu yang biasa disewakan.

8. Upah/sewa dalam transaksi ijarah harus jelas, tertentu, dan sesuatu yang bernilai harta.

e. Sifat Akad/Transaksi Ijarah

Jumhur ulama berpendapat bahwa akad/transaksi ijarah bersifat mengikat, kecuali ada cacat, atau
barang tersebut tidak bisa dimanfaatkan.

f. Tanggung Jawab Orang yang Diupah/Digaji

Ulama fikih sepakat bila objek yang dikerjakan rusak di tangan pekerja bukan karena kelalaiannya dan
tidak ada unsur kesengajaan, maka pekerja tidak dapat dituntut ganti rugi.

Penjual jasa bila melakukan suatu kesalahan sehingga benda orang yang sedang diperbaikinya
mengalami kerusakan bukan karena kelalaian maka menurut Imam Abu Hanifah, Zufar bin Hudailbin Qais
al-Kufi (wafat 158 H/775 M), ulama Mazhab Hambali dan Syafi’i tidak dapat dituntut ganti rugi.

g. Berakhirnya Akad Ijarah

Akan berakhir apabila:

(1) Objek ijarah hilang/musnah.

(2) Habisnya tenggang waktu yang disepakati dalam akad/transaksi ijarah.

Rukun ijarah ada 4, yaitu:

a. Orang yang berakad

b. Sewa/imbalan

c. Manfaat

d. Sigat/ijab kabul
D. Kerja Sama Ekonomi dalam Islam

1. Syirkah

Syirkah berarti perseroan/persekutuan, yaitu persekutuan antara 2 orang/lebih yang bersepakat untuk
bekerjasama dalam suatu usaha, yang keuntungan/hasilnya untuk mereka bersama. (Q.S. Al-Ma’idah, 5:
2)

Syirkah dapat dibagi menjadi 2:

a. Syarikat harta (syarikat ’inan)

yaitu akad dari 2 orang/lebih untuk bersyarikat/berkongsi pada harta yang ditentukan dengan maksud
untuk memperoleh keuntungan. Ketentuan yang harus dipenuhi adalah:

• Sigat/lafal akad (ucapan perjanjian)

Dalam sistem perekonomian modern lafal itu digantikan dalam akte notaris.

• Anggota-anggota syariat

o Balig, berakal sehat, merdeka, dan dengan kehendaknya sendiri.

• Pokok atau modal dan pekerjaan

Dalam kehidupan modern bentuk syarikat harta dapat dikemukakan sbb:

+ Firma : persekutuan antara 2 orang/ lebih untuk mendirikan dan menjalankan suatu perusahaan yang
didirikan dan dimodali oleh 2 orang/lebih, yang bertanggung jawab bersama terhadap perusahaan.

+ CV (Commanditaire Venootschaf) : merupakan perluasan dari firma.

+ PT (Perseroan Terbatas) : suatu bentuk perusahaan yang modalnya terdiri dari saham-saham.

b. Syarikat kerja

adalah gabungan 2 orang atau lebih untuk bekerjasama dalam suatu jenis pekerjaan dengan ketentuan
hasil kerja dibagi ke seluruh anggota sesuai perjanjian.

Manfaat:

a. Menjalin hubungan persaudaraan.

b. Memenuhi kebutuhandan meningkatkan kesejahteraan seluruh anggota syarikat.

c. Menyelesaikan dengan baik pekerjaan besar yang tidak dapat dikerjakan sendiri.
d. Melahirkan kemajuan iptek, eko dan kebudayaan serta hankam.

2. Mudarabah

Atau qirad : pemberian modal dari pemilik modal kepada seseorang yang akan memperdagangkan modal
dengan ketentuan bahwa untung-rugi ditanggung bersama sesuai dengan perjanjian antara keduanya
pada waktu akad.

Ketentuan:

a. Muqrid (pemilik modal) dan muqtarid (yang menjalankan modal), sudah balig, akal sehat, dan jujur.

b. Uang/ barang yang dijadikan modal hendaknya diketahuijumlahnya.

c. Jenis usaha dan tempat sebaiknya disepakati bersama.

d. Besarnya keuntungan bagi muqrid dan muqtarid, hendaknya sesuai dengan kesepakatan pada akad.

e. Muqtarid hendaknya bersikap jujur dan tidak menggunakan modal tanpa izin muqrid.

Hikmah:

a. Mewujudkan persaudaraan dan persatuan.

b. Mengurangi/menghilangkan pengangguran.

c. Memberikan pertolongan pada fakir miskin untuk dapat hidup mandiri.

3. Muzara’ah, Mukharabah, dan Musaqah

Para pemilik tanah dapat memanfaatkan tanahnya sbb:

a. Ditanami untuk kepentingan keluarga dan disedekahkan

b. Meminjamkan kepada fakir miskin.

c. Digarap melalui muzara’ah, mukharabah, dan musaqah.

1) Muzara’ah dan Mukharabah

Muzara’ah: paruhan hasil sawah antara pemilik dan penggarap, benih dari pemilik.

Mukharabah: benig dari penggarap.

Ketentuan:
+ Pemilik dan penggarap balig, akal sehat, dan jujur.

+ Digarap betul-betul.

+ Ditentukan lamanya masa penggarapan.

+ Besarnya paruhan ladang untuk pemilih dan penggarap ditentukan berdasar musyawarah.

+ Pemilik dan penggarap menaati ketentuan-ketentuan.

2) Musaqah

Ialah paruhan hasil kebun antara pemilik dan penggarap.

Ketentuan:

+ Mewujudkan persaudaraan dan tolong menolong.

+ Mengurangi dan menghilangkan pengangguran.

+ Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah pertanian.

+ Usaha pencegahan terhadap lahan kritis.

+ Melestarikan keindahan alam.

4. Sistem Perbankan yang Islami

Bank Islam : lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu
lintas pembayaran disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

5. Sistem Asuransi yang Islami

Asuransi : akad antara penanggung dan yang mempertanggungkan sesuatu. (Q.S. Al-Ma’idah, 5: 2)

Anda mungkin juga menyukai