Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

HAL

BAB I PENDAHULUAN 1

1. Latar Belakang...................................................... 1

2. Tujuan Pedoman.................................................. 2

3. Ruang Lingkup Pelayanan.................................. 2

4. Batasan Operasional............................................ 2

5. Landasan Hukum.............................................. 3

BAB II STANDAR KETENAGAAN............................................ 5

1. Kualifikasi sumber daya manusia

BAB III STANDAR FASILITAS................................................... 7

1. Denah ruang

2. Standar fasilitas

BAB IV TATA LAKSANAN PELAYANAN.............................. 8

BAB V LOGISTIK.......................................................................... 20

BAB VI PENGENDALIAN MUTU................................................ 22

BAB VII PENUTUP.......................................................................... 23

1
PEDOMAN PELAYANAN UNIT P K R S
RS TINGKAT III O3.06.01 CIREMAI CIREBON
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Rumah Sakit yaitu institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada pasien secara paripurna
yang terdiri dari pelayanan rawat inap,rawat jalan, penunjang medis dan
gawat darurat.
Promosi kesehatan Rumah Sakit adalah upaya rumah sakit
untuk meningkatkan kemampuan pasien,dan kelompok masyarakat dapat
mandiri dalam mempercepat proses kesembuhan dan rehabilitasinya,
Promosi Kesehatan Rumah Sakit diselenggarakan dalam bentuk kegiatan
dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan,
adapun pelayanan kesehatan meliputi peningkatan pencegahan,
pengobatan dan pemulihan.Upaya kesehatan ditujukan untuk mencapai
sasaran pembangunan kesehatan utamanya penduduk rentan, antara lain
ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut, dan keluarga miskin.
Mengacu kepada peraturan menteri kesehatan No. 004 tahun 2012
tentang petunjuk teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit bahwa di Rumah
Sakit TK III 03.06.01 Ciremai Cirebon juga harus melaksanakan upaya
peningkatan kesehatan, salah satunya melalui kegiatan Promosi
Kesehatan Rumah Sakit, Untuk dapat terlaksananya program Promosi
Kesehatan Rumah Sakit dengan baik diperlukan pedoman pelayanan
PKRS Rumah Sakit TK III 03.06.01 Ciremai Cirebon, pedoman ini akan
digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan PKRS.
yang bertujuan untuk mengendalikan semua kegiatan PKRS di Rumah
Sakit TK III 03.06.01 Ciremai Cirebon agar tepat guna, terarah dan dapat
dievaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

2
2. Tujuan Pedoman
a. Menjadi acuan dalam memberikan pelayanan PKRS di RS
Ciremai .
b. Menjadi acuan dalam melaksanakan PKRS individu maupun
kelompok.
c. Peningkatan mutu pelayanan secara menyeluruh yang berfokus
pada keselamatan pasien, petugas dan lingkungan rumah sakit

3. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan PKRS meliputi seluruh area di RS Ciremai
a. Di dalam gedung : PKRS di ruang pendaftaran, poliklinik,
ruang rawat inap, ruang pemeriksaan penunjang, ruang
pembayaran, PKRS bagi klien (orang sehat)
b. Di luar gedung : Kantin, tempat parkir, dinding luar rumah
sakit, tempat-tempat umum , mushola, kios, toko-toko sekitar
rumah sakit.

4. Batasan Operasional
a. Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk,
dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
b. Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu menghadapi
berbagai masalah kesehatan potensial (yang mengancam)
dengan cara mencegahnya, dan mengatasi masalah kesehatan
yang sudah terjadi dengan cara menanganinya secara efektif
serta efisien. Dengan kata lain, masyarakat mampu berperilaku

3
hidup bersih dan sehat dalam rangka memecahkan masalah
kesehatan yang dihadapinya (problem solving), baik masalah
kesehatan yang sudah diderita maupun yang potensial
(mengancam), secara mandiri (dalam batas-batas tertentu).
c. Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah upaya rumah sakit
untuk meningkatkan kemampuan pasien, dan kelompok
masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat
kesembuhan dan rehabilitasinya, pasien dan kelompok
masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan,
mencegah berbagai masalah kesehatan, dan mengembangkan
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai
sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.

5. Landasan Hukum
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
c. Kepmenkes no 1114 tahun 2005 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di daerah .
d. Permenkes RI Nomor 004 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis
PKRS

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Semua petugas rumah sakit yang melayani pasien hendaknya
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam konseling. Jika
keterampilan ini ternyata belum dimiliki oleh para petugas rumah sakit,
maka harus diselenggarakan program pelatihan/kursus. Standar tenaga
khusus promosi kesehatan untuk rumah sakit adalah sebagai berikut.

a. Ketua PKRS
Dokter/ S1 kesehatan masyarakat/promkes
pengalaman kerja minimal 5 tahun
b. Sekertaris
S1 Kesekertarisan,S1 administrasi,SMA yang
mempunyai pengalaman kerja minimal 5 tahun
di bidang kesekertarisan
c. Ppk
S1 kesehatan masyarakat,S1 Keperawatan/
S1 pendidikan yang mempunyai basic promosi
kesehatan dan berpengalaman kerja minimal 5 tahun
d. Humas
S1 komunikasi,S1 Kesehatan,D3/SMA yang
mempunyai pengalaman kerja dibidang kesehatan
dan berpengalaman kerja minimal 5 tahun

e. Promkes /marketing
S1 Akutansi,S1 ekonomi/SMA yang telah berpengalaman
di bidang marketing/manajemen selama minimal 5 tahun

5
f. Pemberdayaan medis
Dokter,S1 kesehatan ,S1 Keperawatan, atau
Sarjana lainnya yang mempunyai pengalaman
dibidang kesehatan minimal 5 tahun
g. Pemberdayaan SDM,pemberdayaan individu, Pemberdayaan
kelompok.
S1 manajemen sumber daya/Sarjana lain dengan
masa kerja minimal 5 tahun
h. Kemitraan,internal,eksternal.
Semua sarjana yang mempunyai pengelaman
kerja minimal 5 tahun
i. Media elektronik & media cetak
S1 komputer,S1 Komunikasi

6
BAB III
STANDAR FASILITAS
1. Denah ruang PKRS

westafle
l
meja meja meja e
m
a
kursi kursi kursi ri

2. Standar fasilitas

a. Ruang Unit PKRS : berfungsi sebagai kantor dengan dilengkapi


: Komputer beserta printernya, lemari file, meja kantor, kursi,
white board,aiphone dan perlengkapan kantor lainnya.
b. Beberapa sarana/peralatan yang dipakai dalam kegiatan
promosi kesehatan rumah sakit di antaranya:
a. TV, LCD
b. Amplifire dan Wireless Microphone

c. Computer dan laptop


d. Pointer

e. Plypchart Kecil
f. Kamera foto
g. Papan informasi

7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Pelaksanaan PKRS di RS Ciremai dilaksanakan sebagai berikut :
A. Strategi PKRS
1. Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah ujung tombak dari upaya Promosi
Kesehatan di rumah sakit. Pada hakikatnya pemberdayaan adalah
upaya membantu atau memfasilitasi pasien/klien, sehingga memiliki
pengetahuan, kemauan, dan kemampuan untuk mencegah dan
atau mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya. Karena itu,
pemberdayaan hanya dapat dilakukan terhadap pasien/klien.
2. Bina suasana
Pemberdayaan akan lebih cepat berhasil bila didukung dengan
kegiatan menciptakan suasana atau lingkungan yang kondusif.
Tentu saja lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang
diperhitungkan memiliki pengaruh terhadap pasien yang sedang
diberdayakan. Kegiatan menciptakan suasana atau lingkungan
yang kondusif ini disebut bina suasana.
3. Advokasi.
Advokasi perlu dilakukan, bila dalam upaya memberdayakan
pasien dan klien, rumah sakit membutuhkan dukungan dari pihak-
pihak lain. Misalnya dalam rangka mengupayakan lingkungan
rumah sakit yang tanpa asap rokok, rumah sakit perlu melakukan
advokasi kepada wakil-wakil rakyat dan pimpinan daerah untuk
diterbitkannya peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
yang mencakup di rumah sakit. Advokasi merupakan proses yang
tidak sederhana. Sasaran advokasi hendaknya diarahkan/dipandu
untuk menempuh tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Memahami/menyadari persoalan yang diajukan
b. Tertarik untuk ikut berperan dalam persoalan yang diajukan

8
c. Mempertimbangkan sejumlah pilihan kemungkinan dalam
berperan
d. Menyepakati satu pilihan kemungkinan dalam berperan
e. Menyampaikan langkah tindak lanjut
4. Kemitraan
Prinsip-prinsip kemitraan harus ditegakkan. Kemitraan
dikembangkan antara petugas rumah sakit dengan sasarannya
(para pasien/kliennya atau pihak lain) dalam pelaksanaan
pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi. Di samping itu,
kemitraan juga dikembangkan karena kesadaran bahwa untuk
meningkatkan efektivitas PKRS, petugas rumah sakit harus
bekerjasama dengan berbagai pihak terkait, seperti misalnya
kelompok profesi, pemuka agama, Lembaga Swadaya Masyarakat,
media massa, dan lain-lain. Tiga prinsip dasar kemitraan yang
harus diperhatikan adalah:
a. kesetaraan
b. keterbukaan
c. saling menguntungkan
B. Dukungan Manajemen
Dukungan yang diberikan oleh manajemen berupa :
a. Penerbitan Surat Keputusan Kepala Rumah Sakit terkait PKRS
b. Anggaran atau dana untuk kegiatan
 Pendidikan dan Pelatihan PKRS
 Pengadaan fasilitas pelayanan penunjang.
 Untuk pelaksanaan program, monitoring, evaluasi, laporan
dan rapat rutin.
 Insentif/ tunjangan untuk Unit PKRS

9
C. Standar Pelaksanaan manajamen komunikasi dan edukasi
1. Standar MKE 1
Rumah sakit berkomunikasi dengan masyarakat untuk memfasilitasi
akses masyarakat ke pelayanan di rumah sakit dan informasi tentang
pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit
a. Maksud
Rumah sakit mengenali komunitas dan populasi pasiennya,serta
merencanakan komunikasi berkelanjuan dengan kelompok
kunci ( keygroup) tersebut. Komunikasi dapat dilakukan kepada
individu secara langsung atau melalui media publik dan agen
yang ada di komunitas atau pihak ketiga melalui komunikasi
efektif .
b. Tujuan
Tujuan komunikasi efektif dengan masyarakat adalah
memfasilitasi akses masyarakat ke pelayanan dirumah
sakit,dalam memenuhi kebutuhan pelayanan dirumah sakit
maka rumah sakit juga harus mengembangkan pendekatan
untuk meningkatkan komunikasi efektif pada pasien dan
keluarga.komunikasi efektif harus tepat waktu, akurat, lengkap,
jelas, dan dipahami oleh penerima.
2. Standar MKE 2
Rumah sakit memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang jenis asuhan dan pelayanan,serta akses untuk mendapatkan
pelayanan.
a. Maksud
Pasien dan keluarga membutuhkan informasi lengkap mengenai
asuhan dan pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit, serta
bagaimana untuk mengakses pelayanan tersebut.
b. Tujuan

10
Informasi yang diberikan untuk membangun komunikasi yang
terbuka dan terpercaya antara pasien, keluarga, dan rumah
sakit.informasi membantu mencocokan harapan pasien dengan
kemampuan rumah sakit,informasi sumber alternatif asuhan dan
pelayanan diberikan jika rumah sakit tidak dapat menyediakan
asuha serta pelayanan yang dibutuhkan pasien diluar misi dan
kemapuan rumah sakit.
3. Standar MKE 3
Komunikasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga diberikan dalam
format serta bahasa yang mudah dimengerti.
a. Maksud
Pasien hanya dapat membuat keputusan yang dikemukakan
dan berpartisipasi dalam proses asuhan pabila mereka
memahami informasi yang diberika kepada mereka,perhatian
khusus perlu diberikan terhadap format dan bahasa yang
digunakan dalam berkomunikasi serta pemberian edukasi
kepada pasien dan keluarga.
b. Tujuan
Respon pasien akan berbeda terhadap format edukasi berupa
instruksi lisan,materi tertulis, video, demonstrasi/peragaan, dan
lain-lain. Mengerti bahasa yang dipilih, anggota keluarga atau
penerjemah mungkin dibutuhkan untuk membantu dalam
edukasi atau menerjemahkan materi
4. Standar MKE 4
Terdapat komunikasi efektif untuk menyampaikan informasi yang
akurat dan tepat waktu diseluruh rumah sakit termasuk yang “ urgent”.
a. Maksud dan tujuan
Adakalanya rumah sakit memerlukan penyampain informasi
yang akurat dan tepat waktu,khususnya keadaan yang urgent
seperti code blue, code red, dan perintah evakuasi

11
5. Standar MKE 5
Informasi asuhan pasien dan hasil asuhan dikomunikasikan antar staf
klinis selama bekerja dalam sif atau antar siff
a. Maksud
Komunikasi dan pertukaran informasi diantara staf klinis selama
bekerja dalam siff atau antar siff penting untuk berjalan
mulusnya proses asuhan, informasi penting dapat
dikomunikasikan dengan cara lisan, tertulis, atau elektronik
b. Tujuan
Setiap rumah sakit dapat menetukan informasi yang akan
dikomunikasikan dengan cara dari satu staf klinis kepada staf
klinis lainnya,meliputi:
1. Status kesehatan pasien antara lain catatan perkembangan
pasien terintegrasi (CPPT).
2. Rinkasan asuhan yang diberikan ( ringkasan pulang dan
ringkasan rawat jalan )
3. Informasi klinis pasien saat ditransfer dan rujukan
4. Serah terima
6. Standar MKE 6
Rumah sakit menyediakan edukasi untuk menunjang partispasi pasien
dan keluarga dalam proses asuhan.
a. Maksud
Rumah sakit melaksanakan edukasi terhadap pasien dan
keluarganya sehingga mereka mendapat pengetahuan serta
keterampilan untuk berpartisipasi dalam proses dan
pengambilan keputusan asuhan pasien. Rumah sakit
mengembangkan /memasukan edukasi kedalam proses asuhan
sesuai dengan misi, jenis pelayanan yang diberikan,dan
populasi pasien diberikan.

12
b. Tujuan
Edukasi direncanakan untuk menjamin bahwa setiap pasien
diberikan edukasi sesuai dengan kebutuhan,Rumah sakit dapat
menetapkan pengorganisasian sumber daya edukasi secara
efektif dan efisien,oleh karena itu rumah sakit perku
menetapkan organisasi promosi kesehatan rumah sakit
(PKRS),menciptakan pelayanan edukasi dan dapat mengatur
penugasan seluruh staf yang memberikan edukasi secara
terkoordinasi.
7. Standar MKE 7
Profesional pemberi asuhan (PPA) yang memberi edukasi harus
mampu memberikan edukasi secara efektif.
a. Maksud
Profesional pemberi asuhan ( PPA ) yang dapat dibantu oleh
staf klinis lainnya yang memberi asuhan memahami
kontribusinysmasing-masing dalam pemberian edukasi
pasien,informasi yang diterima pasien dan keluarga adalah
komprehensif, konsisten, dan efektif.
b. Tujuan
Agar profesional pemberi asuhan (PPA) mampu memberikan
edukasi secara efektif maka harus dilakukan pelatihan sehingga
terampil melaksanakan komunikasi efektif ,pengetahuan tentang
materi yang diberikan dan kemampuan berkomuniksai secara
efektif adalah pertimbangan penting dalam edukasi yang efektif.
8. Standar MKE 8
Agar edukasi pasien dan keluarga dapat efektif maka staf harus
melaksanakan asesmen kemampuan,kemauan belajar, dan kebutuhan
edukasi yang dicatat dalam rekam medis.

13
a. Maksud
Edukasi berfokus pada pengetahuan dan keterampilan spesifik
yang dibutuhkan pasien dan keluarga dalam pengambilan
keputusan, serta berpartisipasi dalam asuhan dan asuhan yang
berkelanjutan dirumah.
b. Tujuan
Pengetahuan dan keterampilan yang menjadi kekuatan dan
kekurangan diidentifikasi serta digunakan untuk membuat
rencana edukasi ,untuk merencanakan edukasi dilakukan
asasmen:
1. Keyakinan serta nilai-nilai pasien dan keluarga
2. Kemampuan membaca,tingkat pendidikan, dan bahasa yang
digunakan
3. Hambatan emosional dan motivasi
4. Keterbatasan fisik dan kognitif
5. Kesediaan pasien untuk menerima informasi
Setiap pasien dan keluarganya dibutuhkan proses asasmen
untuk identifikasi jenis operasi, prosedur ivasif lainnya, rencana
tindakan lain, kebutuhan perawatannya, dan kesinambungan
asuhan setelah keluar dari rumah sakit,assamen ini
memungkinkan PPA merencanakan dan melaksanakan edukasi
yang dibutuhkan.
9. Standar MKE 9
Pemberian edukasi merupakan bagian penting dalam proses asuhan
kepada pasien
a. Maksud
Edukasi difokuskan pada pengetahuan dan keterampilan
spesifik yang dibutuhkan pasien dalam rangka memberdayakan
pasien dalam proses asuhan dengan memahami diagnosis dan
perkembangan kondisi kesehatannya serta dapat melanjutkan
asuhan dirumah.

14
b. Tujuan
Agar pasien dan keluarganya dapat memperoleh informed
consent untuk pengobatan (misal pembedahan dan anastesi)
dan didokumentasikan di rekam meedis pasien,dan agr pasien
dan keluarga dapat berpartisipasi dalam pemberian pelayanan
seperti mengganti balutan, menyuapi pasien, memberikan obat,
dan tindaknan pengobatan.
10. Standar MKE 10
Pendidikan pasien dan keluarga termasuk topik berikut ini, terkait
dengan pelayanan pasien : penggunaan obat yang aman, penggunaan
peralatan medis yang aman, potensi interaksi antara obat dengan
makanan, pedoman nutrisi, manajemen nyeri dan teknik rehabilitasi
a. Pendidikan Kesehatan Pengobatan
1) Pengertian.
Pendidikan Kesehatan pengobatan adalah menyiapkan
pasien untuk mendapatkan pengobatan yang aman dan
memonitor pemberian pengobatan.
2) Tujuan
 Mencegah terjadi kesalahan obat
 Menjaga keamanan pemakaian obat
3) Panduan
 Memberikan untuk mengenali perbedaan karakteristik
dari pengobatan dengan tepat
 Berikan informasi tentang nama generik dan merk
dagang setiap obat
 Berikan penjelasan tentang tujuan dan aksi setiap
obat
 Berikan penjelasan kepada pasien tentang dosis,
lokasi dan lama pemberian setiap obat
 Berikan penjelasan kepada pasien tentang
penggunaan obat yang tepat
15
 Evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan
pengobatan
 Instruksikan pasien untuk mengikuti prosedur
sebelum pengobatan dengan tepat
 Berikan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan
jika dosis obat hilang

 Berikan penjelasan kepada pasien tenang kriteria


memilih obat pengganti, dosis dan waktu dengan
benar.
 Berikan penjelasan kepada pasien akibat yang akan
terjadi jika mengehentikan pengobatan
 Berikan penjelasan kepada pasien tentang efek
samping yang mungkin ada dari masing-masing obat
 Berikan penjelasan tentang tanda dan gejala jika
dosis berlebih ataupun kurang
 Berikan penjelasan tentang interaksi obat dan
makanan yang mungkin terjadi
 Berikan penjelasan tentang bagaimana cara
menyimpan obat dengan tepat
 Berikan penjelasan tentang perawatan alat bantu
yang digunakan dalam pemberian obat
 Berikan penjelasan tentang cara membuang jarum
dan syringe dengan benar di rumah
 Peringatkan pasien tentang bahaya menggunkan obat
kadaluarsa
 Peringatkan pasien untuk tidak memberikan obat
yang diresepkan kepada orang lain
 Berikan informasi tentang penggantian obat

16
 Berikan penguatan terhadap informasi yang diberikan
anggota tim kesehatan lain
 Libatkan keluarga / orang terdekat
b. Pendidikan kesehatan Penggunaan Alat Medis
1) Pengertian
Menyiapkan pasien untuk menggunakan peralatan medis

2) Tujuan
 Mencegah terjadinya kesalahan penggunaan peralatan
medis
 Menjaga keamanan dan keselamatan dalam penggunaan
peralatan medis
3) Panduan
 Memberikan informasi tentang peralatan medis yang
digunakan
 Berikan penjelasan tentang tujuan penggunaan peralatan
medis
 Berikan penjelasan kepada pasien tentang bagaimana
penggunaan peralatan medis yang tepat
 Evaluasi kemampuan pasien dalam menggunakan
peralatan medis tersebut
 Berikan pejelasan kepada pasien akibat yang akan terjadi
jika mengehentikan pengunaan peralatan medis sebelum
selesai program
 Berikan penjelasan kepada pasien tentang efek samping
yang mungkin ada dari pemakaian peralatan medis
 Berikan penguatan terhadap informasi yang diberikan
anggota tim kesehatan lain
 Libatkan keluarga/orang terdekat

17
c. Pendidikan Kesehatan Diet
1) Pengertian
Menyiapkan pasien untuk mengikuti diet yang dianjurkan
dengan benar
2) Tujuan
Menyiapkan pasien agar mau bekerjasama dalam program
diet yang telah ditetapkan

3) Panduan
 Kaji pengetahuan pasien saat ini tentang diet yang
dianjurkan
 Tentukan persepsi pasien tentang diet dan harapan
tentang tingkat pemenuhan diet
 Berikan penjelasan tentang diet yang ditentukan
 Jelaskan tujuan diet
 Berikan penjelasn tentang berapa lama diet harus
dilakukan
 Berikan penjelasan kepada pasien tentang bagaimana
membuat agenda makan secara tepat
 Instruksikan pasien untuk mengikuti diet yang dianjurkan
dan menghindari makanan yang merupakan pantangan
 Berikan penjelasan tentang interaksi obat dan makanan
yang mungkin terjadi
 Bantu pasien untuk mengakomodasi pilihan makanan
dalam diet yang ditentukan
 Bantu pasien dalam melakukan penggantian bahan
makanan untuk mendapatkan resep favorit sesuai
dengan diet yang dianjurkan

18
 Berikan penjelasan kepada pasien cara membaca label
makanan dan memilih makanan dengan tepat
 Observasi kemampuan pasien memilih makanan sesuai
dengan diet yang telah ditentukan
 Berikan penjelasan tentang bagaimana cara
mendapatkan waktu makan yang sesuai
 Berikan secara tertulis waktu makan pasien
 Rekomendasikan buku masak yang mencantumkan
resep sesuai dengan diet
 Berikan penguatan terhadap informasi yang diberikan
oleh tim kesehatan lain
 Rujuk pasien ke ahli gizi
 Libatkan keluarga klien

d. Pendidikan Kesehatan manajemen Nyeri


1) Pengertian.
Menyiapkan pasien dan keluarga tentang strategi
mengurangi nyeri atau menurunkan nyeri ke level
kenyamanan yang diterima oleh pasien
2) Tujuan.
Memfasilitasi pasien untuk tindakan pengurangan nyeri
3) Panduan
 Lakukan pengkajian yang komprehensif tentang nyeri,
termasuk lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan faktor
presipitasi
 Amati perlakuan non verbal yang menunjukkan
ketidaknyamanan,khususnya ketidak mampuan
komunikasi efektif
 Pastikan pasien menerima analgesik yang tepat

19
 Gunakan strategi komunikasi terapeutik yang dapat
diterima tentang pengalaman nyeri dan merasa
menerima respon pasien terhadap nyeri
 Identifikasi dampak pengalaman nyeri terhadap kualitas
hidup
 Evaluasi pasca mengalami nyeri termasuk riwayat
individu dan keluarga mengalami nyeri kronik atau yang
menimbulkan ketidakmampuan

 Evaluasi bersama klien tentang efektifitas pengukuran


kontrol paska nyeri yang dapat digunakan
 Bantu pasien dan keluarga untuk memperoleh dukungan
 Bersama keluarga mengidentifikasi kebutuhan untuk
mengkaji kenyamanan pasien dan merencanakan
monitoring tindakan
 Beri informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama berakhir, antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
 Ajarkan kepada pasien untuk mengontrol faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
mengalami ketidaknyamanan (misal: temperature
ruangan, cahaya, kebisingan)
 Mengajarkan pada pasien bagaimana mengurangi atau
menghilangkan faktor yang menjadi presipitasi atau
meningkatkan pengalaman nyeri (misal: ketakutan,
kelemahan, monoton, dan rendahnya pengetahuan)
 Pilih dan implementasikan berbagai pengukuran (misal:
farmakologi, nonfarmakologi, dan interpersonal) untuk
memfasilitasi penurun nyeri
20
 Mengajarkan kepada pasien untuk mempertimbangkan
jenis dan sumber nyeri ketika memilih strategi penurun
nyeri
 Anjurkan pasien untuk memantau nyerinya sendiri dan
intervensi segera
 Ajarkan teknik penggunaan nonfarmakologi (misal:
biofeedback, TENS, hypnosis, relaksasi, guided imagery,
terapi musik, distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas,
acupressure, terapi dingin/panas, dan pijatan)

 Jelaskan tentang penggunaan analgetik untuk penurun


nyeri yang optimal
 Gunakan pengukuran control nyeri sebelum nyeri
meningkat
 Lakukan verifikasi tingkat ketidaknyamanan dengan
pasien, catat perubahan pada rekam medik.
 Evaluasi keefektifan pengukuran kontrol nyeri yang
dilakukan dengan pengkajian terus-menerus terhadap
pengalaman nyeri
 Modifikasi pengukuran kontrol nyeri pada respon pasien
 Dorong istirahat yang adekuat/tidur untuk memfasilitasi
penurunan nyeri
 Anjurkan pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyeri,
sesuai keperluan
 Beri informasi yang akurat untuk mendukung
pengetahuan keluarga dan respon untuk pengalaman
nyeri
 Melibatkan keluarga dalam modalitas penurun nyeri, jika
mungkin

21
 Pantau kepuasan pasien dengan manajemen nyeri pada
rentang spesifik

22
BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan logistik untuk pelaksanaan program PKRS adalah :

1. Media informasi yang dibutuhkan berupa poster dalam bentuk neon


box yang memuat daftar layanan yang tersedia di RS Ciremai. Media
yang lain yang dapat disiapkan misalnya leaflet, dan TV.

2. Media lain yang dibutuhkan untuk pendidikan pasien adalah lembar


balik (flash cards), gambar-gambar atau model-model anatomi, dan
tayangan menggunakan OHP atau laptop dan LCD

3. Di setiap poliklinik, khususnya di ruang tunggu, perlu dipasang poster-


poster, disediakan selebaran (leaflet), atau dipasang televisi dan
VCD/DVD player yang dirancang untuk secara terus menerus
menayangkan informasi tentang penyakit sesuai dengan poliklinik
yang bersangkutan.

4. Peluang PKRS di luar gedung rumah sakit pada hakikatnya berupa


pemanfaatan media luar ruang dan pemanfaatan sarana-sarana di
luar gedung rumah sakit untuk promosi kesehatan. Pemanfaatan
media luar ruang dapat berupa pemasangan spanduk, pemasangan
baliho/billboard, pemasangan neon box, pembuatan taman obat
keluarga, dan lain-lain.

5. Konseling kelompok lebih baik digunakan media yang lebih besar


seperti flipchart, poster, atau standing banner. Jika konseling
kelompok dilakukan di ruangan, dapat digunakan laptop, LCD

23
projector dan layarnya untuk menayangkan gambar-gambar atau
bahkan film.

6. Pada dinding ruang tunggu dapat dipasang berbagai poster cetakan


atau poster dalam neon box. Juga dapat disediakan boks berisi
selebaran atau leaflet yang boleh diambil secara gratis. Akan lebih
baik lagi jika di ruang tunggu itu juga disediakan televisi yang
menayangkan berbagai pesan kesehatan dari VCD/DVD player.

24
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU
Pemantauan dan evaluasi dilakukan berdasarkan standar promosi
kesehatan di rumah sakit. Pemantauan dilakukan terhadap perkembangan
dari masukan (input), proses, dan keluaran (out put). Evaluasi dilakukan
terhadap dampak dari PKRS yang telah diselenggarakan.

1. Indikator masukan (Input)


Masukan yang perlu diperhatikan adalah yang berupa komitmen,
sumberdaya manusia, sarana/peralatan, dan dana.

2. Indikator proses
Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan PKRS yang
meliputi PKRS untuk pasien, PKRS untuk klien sehat, dan PKRS di
luar gedung.

3. Indikator keluaran (Out put)


Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan baik secara umum maupun secara khusus.

4. Indikator dampak
Indikator dampak mengacu kepada tujuan dilaksanakannya PKRS
yaitu berbahayanya pengetahuan, sikap dan perilaku pasien/klien
rumah sakit, serta terpeliharanya lingkungan rumah sakit dan
dimanfaatkannya dengan baik semua pelayanan yang disediakan
rumah sakit. Oleh sebab itu kondisi ini sebaiknya dinilai setelah
PKRS berjalan beberapa lama yaitu melalui upaya evaluasi.

25
BAB VII
PENUTUP
Buku pedoman pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit ini
semoga dapat menjadi acuan dalam menjalankan dan pelaksanaan
kegiatan PKRS di RS Ciremai . Sekalipun sudah disusun sedemikian rupa
namun kami yakin, masih banyak kekurangan, kekeliruan atau bahkan
kesalahan bahkan ketidaksempurnaan, oleh karenanya masukan-
masukan, saran dan kritikan yang membangun sangat kami harapkan,
guna perbaikan dan keberhasilan Program PKRS yang akan datang.

26

Anda mungkin juga menyukai