Anda di halaman 1dari 16

BAB I

IKHTISAR KASUS

I IDENTITAS
Pasien Suami
Nama Ny. M Tn I
Umur 24 th 33 th
Agama Islam Islam
Pendidikan SMP D3
Pekerjaan IRT Pegawai Swasta
Suku Jawa Jawa
Alamat Setia Budi Setia Budi
Masuk RS 24 September 2006 (Pk 07.00) VK

II ANAMNESIS
Autoanamnesis tgl 24 September 2006, pukul 07.00
A. Keluhan Utama
Keluar darah dari kemaluan sejak 1 jam SMRS

B Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak 1 jam
SMRS. Darah berwarna kehitaman sebanyak 1 pembalut. Keluar
gumpalan daging disangkal. Pasien tidak mengeluh nyeri perut dan
mules. Riwayat trauma dan coitus sebelumnya disangkal. Keputihan
tidak ada. Pasien mengaku hamil 3 bulan. ANC di bidan.

C. Riwayat menstruasi
Menarche 12 th, siklus haid teratur 28 hari lamanya 5/6 hari,
banyaknya 2 x ganti pembalut/hari, nyeri haid (+).
HPHT 3-7-06 TP : 10-4-07

1
D. Riwayat perkawinan
Menikah pertama kali, pada umur 24 th, lamanya perkawinan 9 bulan

E. Riwayat kehamilan dan kelahiran sebelumnya :


1. Ini

F. Riwayat kehamilan sekarang


- mual-mual (-), muntah (-)

G. Riwayat KB
Tidak pernah KB

H. Riwayat penyakit
Disangkal

I. Riwayat operasi
Tidak pernah

J. Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada

K. Riwayat kebiasaan diri pribadi


Merokok,alkohol,jamu dan narkoba disangkal

III PEMERIKSAAN FISIK


A. Status generalis
KU/kes : sakit sedang / Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg
FN : 90 x/menit
FP : 24 X/m
S : afebris
TB/BB skrg : 162 cm/ 57 kg
Kepala : normocephali, rambut hitam, tidak mudah

2
dicabut
Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Mulut : tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis, gigi geligi dbN
Leher : KGB dan kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Toraks : mammae : simetris, hiperpigmentasi pada kedua
Areola retraksi putting (-)
Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN vesikuler, rhonki dan wheezing tidak
ada
Abdomen : lihat status ginekologis
Anogenital : lihat status ginekologis
Extremitas : akral hangat, edema tungkai (-)

B, STATUS GINEKOLOGIS
Abdomen:
Inspeksi : sedikit membuncit
Palpasi : Nyeri perut bawah (-), kontraksi (+),
defans muscular (-)
Perkusi : Nyeri Ketok (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal, DJJ sulit dinilai

Anogenital
I : vulva/uretra tenang.
Io : portio licin, livide, ostium tertutup, fluor(-), fluxus(+),
perdarahan akut (-)
VT : CUT sebesar telur angsa, Adnexa massa -/-,
Nyeri goyang portio (-)

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium
Darah : Ht : 36 vol % Hb : 13 g/dl
Leuko : 7.700 ul Trombo : 185.000 ul

3
GDS : 90 mg/dl

USG: Hamil intrauterine, janin gemelli hidup keduanya, sekat (+)


Bayi I: CRL 4,9 BJJ (+)
Bayi II: CRL 4,6 BJJ (+)
Kesan: Hamil 12 minggu, gemelli hidup keduanya
Abortus Imminens
ß-HCG : (+)

IV. RESUME
Pasien Ny.M, 24 thn, datang dengan keluhan perdarahan dari
kemaluan sejak 1 jam SMRS. Darah berwarna kehitaman sebanyak 1
pembalut. Keluar gumpalan daging disangkal. Pasien tidak mengeluh
nyeri perut dan mules. Riwayat trauma dan coitus sebelumnya
disangkal. Keputihan tidak ada. Pasien mengaku hamil 3 bulan. ANC di
bidan.
HPHT : 03-7-2006
TP : 10-4-2007

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :


Status generalis : dbN
Status ginekologis :
Abdomen :
Inspeksi : sedikit membuncit
Palpasi : Nyeri perut bawah (-), kontraksi (+),
defans muscular (-)
Perkusi : Nyeri Ketok (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal, DJJ sulit dinilai
Anogenital
I : vulva/uretra tenang.
Io : portio licin, livide, ostium tertutup, fluor(-), fluxus(+),
perdarahan akut (-)
VT : CUT sebesar telur angsa, Adnexa massa -/-, nyeri
goyang portio(-)

4
Pemeriksaan penunjang :
LAB : Darah : DBN
USG : Hamil 12 minggu, gemelli hidup keduanya
Abortus Imminens
ß- HCG : (+)

V. DIAGNOSIS
Ibu :G1P0A0 Hamil 12 mgg dengan Abortus Imminens
Janin : janin gemelli hidup keduanya

VI. PROGNOSIS
Ibu : Dubia
Janin : Dubia

VII. PENATALAKSANAAN
1. Observasi perdarahan, USG
2. Bedrest
3. Duphaston 2x1 tablet
4. Duvadillan 2x1 tablet

VIII. Follow up
25/9/06
S: jantung berdebar-debar setelah minum Duvadillan
O: Status generalis
KU/Kes: sakit sedang/Compos Mentis
T: 110/70 N: 84 X/menit
RR: 20 x/menit S: 36,6 oC
Tanda akut abdomen (-)

Status ginekologi
I: v/u tenang, perdarahan (-)
A: Abortus imminens pada G1 Hamil 12 minggu
P: Duphaston 2x1

5
Duvadillan 2x1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENDAHULUAN

Abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum mencapai berat 500


gram atau kurang dari 20 minggu yang berlangsung tanpa tindakan disebut
abortus spontan. Sedangkan pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu
akibat tindakan disebut abortus buatan. Dan abortus buatan yang dilakukan
atas indikasi medik disebut abortus terapeutik. Diperkirakan frekwensi abortus
spontan berkisar 10-15%.1,2,3
Secara klinik dapat dibedakan antara abortus imminens, abortus
insipiens, abortus inkomplit dan abortus komplet. Dan dikenal pula abortus
servikalis, missed abortion, abortus habitualis, abortus infektious, dan abortus
septik.
Abortus imminens ditandai dengan terjadinya perdarahan dari uterus
pada masa kehamilan kurang dari 20 minggu, hasil konsepsi masih dalam
uterus , belum didapati adanya pembukaan serviks, disertai atau tidak dengan
adanya rasa mules. Abortus ini sifatnya adalah baru mengancam dan masih
ada harapan untuk mempertahankan janin.
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi
mengeluh perdarahan pervaginam setelah mengalami keterlambatan haid,
sering terdapat rasa mules. Sehingga untuk mendiagnosa suatu keadaan
abortus imminens, penting bagi kita untuk mengetahui etiologi, patofisiologi,
dan gejala klinis dari abortus imminens yaitu untuk menjadi salah satu dasar
pertimbangan, penatalaksanaan, apakah suatu kehamilan akan terus
dipertahankan atau tidak, dan juga untuk mengetahui prognosisnya. Dan
untuk mengetahui apakah perdarahan yang terjadi itu keluar jaringan fetal
atau jaringan maternal. Dan bagaimana dengan kualitas hidup hasil konsepsi
yang telah mengalami cedera akibat perdarahan pada usia kehamilan muda
tersebut.

6
B. DEFINISI1
Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan kurang dari 20 minggu dengan berat badan janin kurang dari
500 gr tanpa disertai dengan adanya pembukaan serviks.

Abortus dapat digolongkan atas dasar


1. Abortus spontan
 Abortus imminens
 Abortus insipiens
 Abortus inkompletus
 Abortus kompletus
2. Abortus provokatus
 Abortus medicalis
 Abortus kriminalis

Abortus imminens diperkirakan terjadi pada setiap pengeluaran sekret


vagina yang mengandung darah atau setiap perdarahan pervaginam yang
tampak pada awal trimester kehamilan. Perdarahan yang terjadi umumnya
ringan dan hasil konsepsi masih berada dalam uterus, sehingga sebagian
besar kehamilan dapat dipertahankan. Mengakibatkan gangguan terhadap
hasil konsepsi berupa persalinan preterm, berat badan lahir rendah serta
kematian prenatal.5

C. ETIOLOGI1,3,4
Umumnya pada kehamilan muda, abortus selalu didahului oleh
kematian janin. Adapun faktor-faktor itu adalah :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, meliputi :
- kelainan kromosom ( trisomi dan poliploidi) ditemukan sekitar
75% pada kehamilan trimester 1
- > 90% kelainan sitogenik dan morfologik mengakibatkan
abortus.
- Lingkungan endometrium kurang sempurna, misal karena
infeksi

7
- Pengaruh dari luar, contoh: radiasi, virus dan obat-obat
2. Kelainan pada plasenta, contoh: endarteritis
3. Penyakit ibu, seperti: pneumonia,tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria
4. Kelainan traktus genitalis
- anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis)
- retrofleksi uteri fiksata, retroversio uteri gravidi inkarserata
- mioma submukosa
- uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
- distorsio uterus
5. Kelainan ovum
6. Antagonis Rhesus
7. Faktor paternal

C. PATOFISIOLOGI1,2,3
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti dengan adanya nekrosis jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi
terlepas dan dianggap sebagai benda asing di dalam uterus, kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan, 8
minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8-14 minggu
villi korialis menembus desidua secara mendalam, sehingga umumnya
plasenta tidak dapat dikeluarkan dengan sempurna dan perdarahan lebih
banyak. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu biasanya abortus didahului
dengan ketuban pecah, diikuti dengan keluarnya hasil konsepsi, kemudian
disusul dengan plasenta.

D. DIAGNOSIS1
Abortus imminens dapat ditegakkan yaitu :
a. Anamnesis
- Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu
( merah segar )
- Jumlah tidak terlalu banyak
- Mules (+)

8
b. Pemeriksaan Fisik
- Uterus : Bentuk dan ukuran sesuai masa gestasi
Kontraksi uterus +/+
Lunak ( isthmus )
c. Pemeriksaan Ginekologik
Inspekulo : Perdarahan melalui OUE (+)
Serviks masih menutup
Tidak tampak jaringan pada servix.
VT : Servix lunak, CUT sesuai usia kehamilan, Adnexa
massa - / -, nyeri goyang portio (-)
d. Pemeriksaan Penunjang :2
1. - HCG
2. Pemeriksaan kadar Hb dan Ht
3. Pemeriksaan golongan darah dan skrining antibodi
4. Pemeriksaan kadar progesteron serum
5. USG

E. DIAGNOSA BANDING 5
1. Kehamilan ektopik terganggu ( KET )
Pada KET ditemukan amenore, perdarahan pervaginam,
biasanya sedikit sedangkan pada abortus biasanya perdarahan cukup
banyak, nyeri bagian bawah perut dan pembesaran di belakang uterus. Tetapi
nyeri pada KET biasanya lebih hebat. Pemeriksaan seperti kuldosintesis dan
USG dapat dikerjakan untuk menyingkirkan diagnosis banding ini. Sebelum
timbul KET, suatu kehamilan ektopik hanya berupa kehamilan ektopik yang
belum terganggu. Pada keadaan ini yang ditemui berupa gejala – gejala hamil
muda atau abortus imminens.
2 Mola Hidatidosa
Pada mola hidatidosa, uterus biasanya membesar lebih cepat
dibandingkan dengan masa kehamilannya, dan kadang disertai dengan
adanya hiperemis gravidarum. Ini disebabkan oleh adanya kadar  HCG yang
tinggi di dalam darah. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan gambaran
seperti badai salju ( snowform like appearance )

9
3. Kelainan serviks
Karsinoma serviks uteri, polipus serviks dan sebagainya.
Perdarahan yang disebabkan oleh hal ini dapat menyerupai abortus
imminens. Pemeriksaan dengan spekulum , pemeriksaan sitologik dan biopsi
dapat membantu dalam menegakan diagnosis.

F. PROGNOSIS5
Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis kelangsungan
kehamilan. Prognosisnya menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung
lama, mules – mules disertai dengan perdarahan dan pembukaan serviks.
Jika kehamilan terus berlanjut, maka sering diikuti dengan persalinan
preterm, plasenta previa, dan IUGR.

G. PENATALAKSANAAN 2,4

Penanganan abortus iminens terdiri atas :


1. Istirahat tirah baring, tujuannya agar aliran darah ke uterus lebih lancar dan
berkurangnya rangsangan mekanik sehingga perdarahan berhenti, dilarang
untuk koitus selama 2 minggu . Pemberian sedatif juga bisa diberikan, dan
tidak melakukan aktifitas fisik yang berlebihan.
2. Pemeriksaan USG perlu untuk menentukan viabilitas janin
3. Pemberian Progesteron pada abortus imminens belum ada penyesuaian
faham. Sebagian ahli tidak menyetujuinya dan mereka yang menyetujuinya
menyatakan harus ditentukan dulu adanya kekurangan hormon progesteron.
Apabila dipikirkan bahwa sebagian besar abortus didahului oleh kematian
hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, maka
pemberian hoemon progesteron memang tidak banyak manfaatnya.

H. KOMPLIKASI1,3
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah :
1. Perdarahan masif
Dapat diatasi dengan membersihkan uterus dari sisa – sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah

10
2. Perforasi
Perforasi uterus dapat terjadi terutama pada uterus dalam
hiperetrofleksi . Jika ditemukan tanda – tanda abdomen akut
perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung luas dan
bentuk perforasi, penjahitan luka operasi atau perlu dilakukan
histerektomi.
3. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada abortus.
Dapat menyebar ke miometrium, tuba, parametrium dan
peritonium. Apabila terjadi peritonitis umum atau sepsis dapat
disertai dengan terjadinya syok. Penanganan bisa diberikan
antibiotik pilihan dan dilakukan laparotomi.
4. Syok
Syok pada abortus biasanya bisa terjadi karena perdarahan
( syok hemoragik ) dan karena infeksi berat ( syok septik )

11
BAB III
ANALISA KASUS

Kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan penunjang.
Keluhan utama pada abortus adalah perdarahan pervaginan, dimana
pada pasien ini. Ny M , 24 th datang dengan keluhan perdarahan pervaginam
sejak 1 jam SMRS, tetapi tidak disertai dengan keluhan tambahan berupa
rasa mules dan nyeri perut. Darah berwarna kehitaman. HPHT 3-7-06 dan
pasien mengaku hamil 3 bulan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Status generalis : DBN
Status Ginekologis :
Abdomen : Sedikit membuncit, nyeri tekan perut bawah (-),
Bunyi jantung janin sulit dinilai.
Anogenital
I : vulva/uretra tenang.
Io : portio licin, livide, ostium tertutup, fluor(-), fluxus(+),
perdarahan akut (-)
Vt : CUT sebesar telur angsa, Adnexa massa -/-,
nyeri goyang portio(-)
Pemeriksaan Penunjang : Darah : DBN
USG : Kesan Hamil 12 minggu, gemelli
hidup keduanya
Abortus Imminens
ß-HCG : (+)

Pada pasien ini dapat didiagnosis banding dengan abortus inkomplit,


komplit, insipiens, dilihat dari adanya perdarahan pervaginam pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu. Pada pemeriksaan Anogenital ditemukan
portio yang licin dan masih tertutup dan tidak dijumpai adanya jaringan,
sehingga abortus yang lain dapat disingkirkan.

12
Selain itu perlu dicurigai adanya KET ataupun Mola sebagai diagnosis
banding lainnya.
KET, gejala awalnya berupa amenore seperti pada kehamilan biasa
dan kemudian terjadi perdarahan pervaginam, Tetapi hal ini dapat
disingkirkan sebab tidak terdapatnya tanda-tanda akut abdomen yang
merupakan tanda klasik pada KET dan pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan nyeri goyang portio dan pada pemeriksaan USG didapati bahwa
hasil konsepsi berada dalam kavum uteri sehingga diagnosis banding KET
dapat disingkirkan
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar
di mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami
perubahan hidropik. Pada awalnya gejala yang timbul mirip pada kehamilan
biasa, terjadi perdarahan. Tetapi diagnosa ini dapat disangkal, karena pada
pasien ini terdapat tanda-tanda kehamilan pasti, seperti terdapatnya gerakan
janin dan adanya BJJ, serta tidak ditemukannya snow flake pattern pada
pemeriksaan USG
Penangan abortus imminens yang utama adalah tirah baring (bed rest)
dan dilakukan sampai perdarahan berhenti. Diberikan pula obat-obatan yang
dapat menguatkan plasenta, sehingga diharapkan aliran darah ke janin lebih
lancar dan kehamilan dapat dipertahankan. Pemberian hormon progesteron
pada abortus imminens masih merupakan kontroversi sebab ‘keberhasilan’
dalam penggunaan obat ini sering mengakibatkan tidak lebih dari keadaan
missed abortion.

13
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Pada kasus perdarahan pada masa kehamilan, dengan usia
kehamilan dibawah 20 minggu. Selain dicurigai sebagai abortus tapi perlu
juga dipikirkan adanya KET dan mola hodatidosa.
Pada abortus imminens, perlu penanganan yang adekuat, dimana
proses kehamilan dapat dipertahankan, dan sebisa mungkin dapat dicegah
menjadi berlanjut. Masih perlu juga dicari penyebab abortusnya, supaya
dapat mencegah terjadinya abortus habitualis pada kehamilan selanjutnya.

SARAN
Penanganan yang adekuat dari para tenaga medis (bidan/dokter)
dalam melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
penunjang sehingga dapat memberikan penatalaksanaan yang adekuat
sehingga dapat mempengaruhi prognosanya.

14
DAFTAR PUSTAKA

1.Wiknjosastro, Hanifa. Prof.dr. DSOG. Ilmu Kebidanan, yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawihardjo. Jakarta. 1997 : 302-312
2.Cunningham, Macdonald. William Obstetrics. 21 st edition. Appleton and
Lange. Stanford Connecticut. 2001:856-877
3.Mochtar, Rustam, Prof. Dr. Sinopsis Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. 1998 : 209-217
4. Safuddin, Abdul bari. Prof. Dr. DSOG. Buku Acuan Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta. 2001:146-147
5. Perdarahan dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas
http://srobgyn.www3.50megs.com/mnh/Obs4.html

15
ABORTUS IMMINENS
PEMBIMBING

Dr. Aswin Wisaksono Sastrowardoyo, SpOG

PRESENTAN

ANTON
030.00.041

OPONEN

OLIVIA P.
DWI EVAYATI
ARI MURWANI

KEPANITERAAN KLINIK KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 11 SEPTEMBER – 18 NOVEMBER 2006
RSUP FATMAWATI
JAKARTA

16

Anda mungkin juga menyukai