Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN GAWATDARURAT I

PRINSIP VENTILATOR & OBAT – OBATAN

OLEH :

NI PUTU CANDRA DEWI (P07120215028)


VERANITA NINDI PROBO UTAMI (P07120215029)
NI MADE WHASU PRAMESTI (P07120215030)
KADEK AYU NINA LUSIA ARIANDINI (P07120215031)
NI LUH NILAM SHANTI CAHYANI (P07120215033)
NI WAYAN YUSKAMITA KARSAENI (P07120215034)
NI KOMANG DINI KESUMA PUTRI (P07120215035)
I GUSTI AYU REGITA PRAMESTI CAHYANI (P07120215036)
I GEDE PERI ARISTA (P07120215037)
IDA AYU MADE UTARI (P07120215039)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
PRINSIP VENTILATOR

I. Pengertian.
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.

II. Indikasi Pemasangan Ventilator


1. Pasien dengan respiratory failure (gagal napas)
2. Pasien dengan operasi tekhik hemodilusi.
3. Post Trepanasi dengan black out.
4. Respiratory Arrest.

III. Penyebab Gagal Napas


1. Penyebab sentral
a. Trauma kepala : Contusio cerebri.
b. Radang otak : Encepalitis.
c. Gangguan vaskuler : Perdarahan otak, infark otak.
d. Obat-obatan : Narkotika, Obat anestesi.

2. Penyebab perifer
a. Kelaian Neuromuskuler:
- Guillian Bare symdrom
- Tetanus
- Trauma servikal.
- Obat pelemas otot.
b. Kelainan jalan napas.
- Obstruksi jalan napas.
- Asma broncheal.
c. Kelainan di paru.
- Edema paru, atlektasis, ARDS
d. Kelainan tulang iga / thorak.
- Fraktur costae, pneumothorak, haemathorak.
e. Kelainan jantung.
- Kegagalan jantung kiri.

2
IV. Kriteria Pemasangan Ventilator
Menurut Pontopidan seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik
(ventilator) bila :

- Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.


- Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
- PaCO2 lebih dari 60 mmHg
- AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
- Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

V. Macam-macam Ventilator.
Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga type yaitu:

1. Volume Cycled Ventilator.


Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang
ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.

2. Pressure Cycled Ventilator


Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan
yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan
ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan
komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga
pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe
ini tidak dianjurkan.

3. Time Cycled Ventilator


Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan wamtu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit)

Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2

3
VI. Mode-Mode Ventilator.
Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dengan menggunakan
ventilator tidak selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin ventilator, tetapi tergantung
dari mode yang kita setting. Mode mode tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mode Control.
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien.
Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah
sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien,
pernafasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah
ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk
mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas
tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa
terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam
paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumothorax.
Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled Respiration), CMV
(Controlled Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten Positive Pressure
Ventilation)

2. Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized


Intermitten Mandatory Ventilation.
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling
dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory
diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada
saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala
akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya
disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron
dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah
bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih memerlukan bantuan.

3. Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport


Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien
yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena
nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk
bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara
pernafasan tidak diberikan.

4. CPAP : Continous Positive Air Pressure.

4
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada
pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat.

Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih
otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.

VII. Sistem Alarm


Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah
menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien),
sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan,
misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. Alarm volume
rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap
dan harus dipasang dalam kondisi siap.

VIII. Pelembaban dan suhu.


Ventilasi mekanis yang melewati jalan nafas buatan meniadakan mekanisme
pertahanan tubuh unmtuk pelembaban dan penghangatan. Dua proses ini harus
digantikan dengan suatu alat yang disebut humidifier. Semua udara yang
dialirkan dari ventilator melalui air dalam humidifier dihangatkan dan
dijenuhkan. Suhu udara diatur kurang lebih sama dengan suhu tubuh. Pada
kasus hipotermi berat, pengaturan suhu udara dapat ditingkatkan. Suhu yang
terlalu itnggi dapat menyebabkan luka bakar pada trachea dan bila suhu terlalu
rendah bisa mengakibatkan kekeringan jalan nafas dan sekresi menjadi kental
sehingga sulit dilakukan penghisapan

IX. Fisiologi Pernapasan Ventilasi Mekanik


Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis
berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga
aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.

Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan


memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi adalah positif
dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan
dalam rongga thorax paling positif.

X. Efek Ventilasi mekanik


Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung
terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila
kondisi penurunan respon simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan usia

5
lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi. Darah yang lewat paru juga
berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat tekanan positif sehingga
darah yang menuju atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output juga
berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu
bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih
besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output (curah jantung)
tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.

Efek pada organ lain:


Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ lainpun menurun seperti
hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga thorax
darah yang kembali dari otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.

XI. Komplikasi Ventilasi Mekanik (Ventilator)


Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya
tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:

1. Pada paru
a. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli
udara vaskuler.
b. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
c. Infeksi paru
d. Keracunan oksigen
e. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
f. Aspirasi cairan lambung
g. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
h. Kerusakan jalan nafas bagian atas
2. Pada sistem kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran
balik vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian
ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.

3. Pada sistem saraf pusat


a. Vasokonstriksi cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah
normal akibat dari hiperventilasi.

b. Oedema cerebral

6
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat
dari hipoventilasi.

c. Peningkatan tekanan intra kranial


d. Gangguan kesadaran
e. Gangguan tidur.
4. Pada sistem gastrointestinal
a. Distensi lambung, illeus
b. Perdarahan lambung.
5. Gangguan psikologi

XII. Prosedur Pemberian Ventilator


Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator
untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan
awal adalah sebagai berikut:

1. Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%


2. Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB
3. Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit
4. Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
5. PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir
ekspirasi: 0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema
paru dan untuk mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan
oleh tujuan terapi dan perubahan pengesetan ditentukan oleh respon
pasien yang ditujunkan oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas)

XIII. Kriteria Penyapihan


Pasien yang mendapat bantuan ventilasi mekanik dapat dilakukan penyapihan
bila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Kapasitas vital 10-15 ml/kg BB


2. Volume tidal 4-5 ml/kg BB
3. Kekuatan inspirasi 20 cm H2O atau lebih besar
4. Frekwensi pernafasan kurang dari 20 kali/menit.

7
FISIOLOGI PERNAPASAN VENTILASI MEKANIK

1. Napas Spontan
- diafragma dan otot intercostalis berkontraksi  rongga dada mengembang
terjadi tekanan (-)  aliran udara masuk ke paru dan berhenti pada akhir
inspirasi
- fase ekspirasi berjalan secara pasif
2. Pernapasan dengan ventilasi mekanik
- udara masuk ke dalam paru karena ditiup, sehingga tekanan rongga thorax
(+)
- pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling positif
- ekspirasi berjalan pasif.

EFEK VENTILASI MEKANIK

1. Pada Kardiovaskuler
- Akibat dari tekanan posistif pada rongga thorax  darah yang kembali
ke jantung terhambat  venous return menurun maka cardiac out put
menurun.
- Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi
microvaskuler akibat tekanan (+)  sehingga darah berkurang 
cardiac out put menurun.
- Bila tekanan terlalu tinggi  bisa terjadi ex oksigenasi.

2. Pada organ Lain


- Akibat cardiac out put menurun  perfusi ke organ lainpun akan
menurun seperti, hepar, ginjal, otak dan segala akibatnya.
- Akibat tekanan (+) di rongga thorax darah yang kembali dari otak
terhambat  TIK meningkat.

TERAPI OXIGEN
Setelah jalan nafas bebas, maka selanjutnya tergantung dari derajat hipoksia atau
hiperkabinya serta keadaan penderita.
Pontiopidan memberi batasan mekanik, oksigenasi dan ventilasi untuk
menentukan tindakan selanjutnya (lihat tabel)

8
PARAMETER ACCAPTABLE FISIOTERAPI INTUBASI
RANGE (TIDAK DADA, TERAPI TRACHEOSTOMI
PERLU TERAPI OKSIGEN, VENTILASI
KHUSUS) MONITORING MEKANIK.
KETAT
1. MEKANIK
- Frekwensi nafas
12 - 25 25 - 35 > 35
- Vital capacity
70 - 30
(ml/kg) 30 - 15 < 15
- Inspiratori force,
CmH2O 100 - 50
2. OKSIGENASI 50 - 25 < 25
- A - aDO2 100%
O2 mmHg
- PaO2 mmHg
50 - 200
200 - 350 > 350
3. VENTILASI
100 - 75
- VD / VT
(Air)
- PaCO2 200 - 70 < 70

( O2 Mask) ( O2 Mask )
0,3 - 0,4

35 - 45
0,4 - 0,6 0,6

5 - 60 60

9
OBAT – OBATAN PADA SALURAN PERNAFASAN
1. Antihistaminika.
Semua antihistamin memberikan manfaat potensial pada terapi alergi
nasal, rhinitis alergik. Sifat antikolinergik pada kebanyakan antihistamiin
menyebabkan mulut kering dan pengurangan sekresi, membuat zat ini berguna
untuk mengobati rhinitis yang ditimbulkan oleh flu. Antihistamin juga
mengurangi rasa gatal pada hidung yang menyebabkan penderita bersin banyak
obat-obat flu yang dapat dibeli bebas mengandung antihistamin, yang dapat
menimbulkan rasa mengantuk.

Contoh obat antihistamin

Nama obat dosis

Anti histamin
Difenhidramin D : PO : 25-50 mg, setiap 4-6 jam
( Benadryl ) D : PO, IM, IV : 5 mg/kg/h dalam 4 dosis terbagi, tidak lebih
dari 300 mg/hari
D : IM:IV: 10-50 mg dosis tumggal

Kloerfenilamen D: PO : 2-4 mg, setiap 4-6 jam


maleat A: 6-12 thn: 2 mg, setiap 4-6 jam
A: 2-6 thn: PO, 1 mg, setiap 4-6 jam
Fenotiasin
(aksi
antihistamin) D: PO: IM: 12,5-25 mg, setiap 4-6 jam
Prometazine D: PO: 2,5 mg (4 x sehari)
Timeprazine A: 3-12 thn: O: 2,5 (3x sehari)

Turunan
piperazine D: PO: 25-100 mg
(aksi A: (<6thn):>
antihistamin)
hydroxyzine

Keterangan:
D: Dewasa, A: anak-anak, PO: per oral, IM: intramuscular, IV: intravena

10
2. Mukolitik
Mukolitik berkerja sebagai deterjen dengan mencairkan dan
mengencerkan secret mukosayang kental sehingga dapat dikeluarkan. Efek
samping yang paling sering terjadi adalah mual dan muntah, maka penderita
tukak lambung perlu waspada. Wanita hamil dan selama laktasi boleh
menggunakan obat ini.
Contoh obat : ambroxol, bromheksin.
Dosis:
* ambroksol: dewasa dan anak-anak >12 thn, sehari 3 x 30 mg untuk 2-3 hari
pertama. Kemudian sehari 3 x 15 mg.
Anak-anak 5-12 thn, sehari 2-3 x 15 mg
Anak 2-5 thn, sehari 3 x 7,5 mg (2,5 ml sirop)
Anak <2>
* bromheksin: oral 3-4 dd 8-16 mg (klorida)
anak-anak 3 dd 1,6-8 mg.

3. Inhalasi
Inhalasi adalah suatu cara penggunaan adrenergika dan korrtikosteroida
yang memberikan beberapa keuntungan dibandingkan pengobatan per oral.
Efeknya lebih cepat, dosisnya jauh lebih rendah dan tidak diresorpsi ke dalam
darah sehingga resiko efek sampingnya ringan sekali. Dalam sediaaninhalasi,
obat dihisap sebagai aerosol (nebuhaler) atau sebagai serbuk halusv
(turbuhaler).
Inhalasi dilakukan 3-4 kali sehari 2 semprotan, sebaiknya pada saat-saat
tertentu, seperti sebelum atau sesudah mengelularkan ternaga, setelah
bersentuhan dengan zat-zat yang merangsang (asap rokok, kabut, alergan, dan
saat sesak napas).
Contoh obat :
minyak angin (aromatis), Metaproterenol
dosis: isoproterenol atau isuprel: 10-20 mg setiap 6-8 jam (dewasa). 5-10 mg
setiap 6-8 jam.

4. Kromoglikat
Kromoglikat sangat efektif sebagai obat pencegah serangan asma dan
bronchitis yang bersifat alergis, serta konjungtivitis atau rhinitis alergica dan
alergi akibat bahan makanan. Efek samping berupa rangsangan lokal pada
selaput lender tenggorok dan trachea, dengan gejala perasaan kering, batuk-

11
batuk, kadang-kadang kejang bronchi dan serangan asma selewat. Wanita
hamil dapat menggunakan obat ini.
Contoh obat :
Natrium kromoglikat dipakai untuk pengobatan, pencegahan pada asma
bronchial dan tidak dipakai untuk serangan asma akut. Metode pemberiannya
adalah secara inhalasi dan obat ini dapat dipakai bersama dengan adrenergic
beta dan derivate santin. Obai ini tidak boleh dihentikan secara mendadak
karena dapat menimbulkan serangan asma.,

5. Kortikosteroid
Kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti peradangan
dan gatal-gatal. Penggunaannya terutama bermanfaat pada serangan asma
akibat infeksi virus, selian itu juga pada infeksi bakteri untuk melawan reaksi
peradangan. Untuk mengurangi hiperreaktivitas bronchi, zat-zat ini dapat
diberikan per inhalasi atau peroral. Penggunaan oral untuk jangka waktu lama
hendaknya dihindari, karena menekan fungsi anak ginjal dan dapat
mengakibatkan osteoporosis.
Contoh obat : hidrokortison, deksamethason, beklometason, budesonid.

6. Antiasma dan Bronkodilator


Contoh Obat : Teofilin
Terdapat bersama kofein pada daun the dan memiliki sejumlah khasiat
antara lain spamolitis terhadap otot polos khususnya pada bronchi, menstimuli
jantung dan mendilatasinya serta menstimulasi SSP dan pernapasan.
Reabsorpsi nya di usus tidak teratur. Efek sampingnya yang terpenting berupa
mual dan muntah baik pada penggunaan oral maupun parienteral. Pada
overdosis terjadi efek sentral (sukar tidur, tremor, dan kompulsi) serta
gangguan pernapasan juga efek kardiovaskuler.
Dosis: 3-4 dd 125-250 mg microfine (retard)
Teofilin dapat diberikan dengan cara injeksi dalam bentuk aminofilin, suatu
campuran teofilin dengan etilendiamin.
Stimulan adrenoseptor, contoh obat salbutamol, terbutalin sulfat, efedrin
hidroklorida.

12
7. Obat-obat batuk
Antitussiva (L . tussis = batuk) digunakan untuk pengobatan batuk
sebagai gejala dan dapat di bagi dalam sejumlah kelompok dengan mekanisme
kerja yang sangat beraneka ragam, yaitu :
1) Zat pelunak batuk (emolliensia, L . mollis = lunak ), yang memperlunak
rangsangan batuk, melumas tenggorokan agar tidak kering, dan
melunakkan mukosa yang teriritasi. Banyak digunakan syrup (thyme dan
althea), zat-zat lender (infus carrageen)
2) Ekspoktoransia (L . ex = keluar, pectus = dada) : minyak terbang,
gualakol, radix ipeca (dalam tablet / pelvis doveri) dan ammonium klorida
(dalam obat batuk hitam) zat-zat ini memperbanyak produksi dahak ( yang
encer). Sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk.
3) Mukolotika : asetilsistein, mesna, bromheksin, dan ambroksol, zat-zat ini
berdaya merombak dan melarutkan dahak ( L . mucus = lender, lysis =
melarutkan), sehingga viskositasnya dikunrangi dan pengeluarannya
dipermudah.
4) Zat pereda : kodein, naskapin, dekstometorfan, dan pentoksiverin
(tucklase), obat-obat dengan kerja sentral ini ampuh sekali pada batuk
kering yang mengelitik.
5) Antihistaminika : prometazin, oksomomazin, difenhidramin, dan
alklorfeniaramin. Obat ini dapat menekan perasaan mengelitik di
tenggorokan.
6) Anastetika local : pentoksiverin. Obat ini menghambat penerusan
rangsangan batuk ke pusat batuk.
Penggolongan lain dari antitussiva menurut titik kerjanya, yaitu :
a) Zat-zat sentral SSP
Menekan rangsangan batuk di pusat batuk (modula), dan mungkin
juga bekerja terhadap pusat saraf lebih tinggi (di otak) dengan efek
menenangkan.
- Zat adiktif : doveri , kodein, hidrokodon dan normetadon.
- Zat nonadiktif : noskopin, dekstrometorfan, pentosiverin.
b) Zat-zat perifer di luar SSP
Emollionsia, ekspektoransia, mukolitika, anestetika local dan zat-zat
pereda.

13
DAFTAR PUSTAKA

Joyce L. Kee dan Evelyn R. Hayes.1996.Farmakologi Pendekatan Proses


Keperawatan.Terjemahan : dr. Peter Anugrah. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
http://growupclinic.com/2013/08/06daftar-lengkap-obat-anti-alergi-antihistamin-dan-
efek-sampingnya/

14

Anda mungkin juga menyukai