Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk
tinggal yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk
melepaskan lelah, tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan
diantara anggota keluarga, tempat berlindung dan menyimpan barang
berharga, dan rumah juga merupakan status lambang sosial (Azwar,
1996; Mukono, 2000). Perumahan yang sehat tidak lepas dari
ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait, seperti penyediaan
air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya
pelayanan sosial (Krieger and Higgins, 2002).
Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk
tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan
jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan
keluarga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan
Lingkungan, 2001). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah
sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta
sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan
sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota
keluarga dapat bekerja secara produktif.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan
prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan,
misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, listrik, telepon,
jalan, yang memungkinkan lingkungan pemukiman berfungsi
sebagaimana mestinya; dan sarana lingkungan yaitu fasilitas
penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan serta
pengembangankehidupan ekonomi, sosial dan budaya, seperti fasilitas

1 Laporan Penyehatan Pemukiman


tamanbermain, olahraga, pendidikan, pertokoan, sarana perhubungan,
keamanan, serta fasilitas umum lainnya.
Berdasarkan hasil Prosiding Lokakarya Nasional Bidang
Perumahan dan Permukiman tahun 2002, terdapat lebih kurang 21
jutarumah tangga tinggal di daerah perkotaan dengan laju
pertumbuhankebutuhan rumah per tahun mencapai 800.000 unit.
Sebanyak 16,7 jutarumah tangga memiliki rumah tinggal, dari jumlah
tersebut sebanyak 13 juta rumah tangga menempati rumah yang tidak
layak huni; sedangkan4,3 juta rumah tangga tidak memiliki rumah
tinggal, ini artinya masihbanyak permasalahan tentang perumahan di
Indonesia, tak terkecuali di Kota Ambon yang merupakan ibu kota
Provinsi Maluku.
Permasalahan pemukiman di Kota Maluku banyak timbul
khususnya pemukiman padat penduduk yang berefek negatif terhadap
kesehatan, keamanan, dan kenyamanan.Pembangunan
perumahanataupun pemukiman dapat memberi gambaran terhadap
aspek kesehatanlingkungan dalam hal peningkatan kesehatan
keluarga dan masyarakat.
Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan
hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan,
dan pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah RI No 14
Tahun 2016 tentang penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman. Selain itu salah satu dari kurikulum Jurusan Kesehatan
Lingkungan adalah mengadakan Praktek Lapangan Mata Kuliah
Penyehatan Pemukiman. Praktek lapangan kali ini dilaksanakan di
Kampung Kolam, Desa Nania Jln. Laksadaya Leo Watimena kec.T.A
Baguala.
Pada praktek lapangan ini, lokasi pemukiman pada Desa Nania
Kampung Kolam, yang kami ambil yaitu pada RT 006 dengan jumlah
rumah yang diambil datanya yaitu sebanyak 20 rumah .

2 Laporan Penyehatan Pemukiman


B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sanitasi rumah sehat di di Kampung Kolam RT
006/RW 002 Desa Nania kec.T.A Baguala
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Komponen rumah yang ada di Kampung
Kolam RT 006/RW 002 Desa Nania kec.T.A Baguala.
b. Untuk mengetahui sarana sanitasi yang ada di Kampung
Kolam RT 006/RW 002 Desa Nania kec.T.A Baguala.
c. Untuk mengetahui perilaku penghuni di Kampung Kolam RT
006/RW 002 Desa Nania kec.T.A Baguala.

C. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sanitasi rumah sehat pada kompleks RT 006/002
Kampung Kolam Desa Nania kec.T.A Baguala.?
b. Apa Kategori Komponen penilaian rumah rumah yang ada di Nania
Kampung Kolam RT 006/RW 002 Desa Nania kec.T.A Baguala.?
c. Apa Kategori Komponen sarana sanitasi yang ada di Kampung
Nania Kolam RT 006/RW 002 Desa Nania kec.T.A Baguala.?
d. Apa Kategori Komponen perilaku penghuni di RT 029 RW 008
Nania Kampung Kolam RT 006/RW 002 Desa Nania kec.T.A
Baguala. ?

3 Laporan Penyehatan Pemukiman


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kesehatan Lingkungan


Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup
kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan,
pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, pembuangan sampah,
pembuangan air kotoran atau limbah dan sebagianya. Adapun yang
dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha
memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar
merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang
optimum bagi manusia yang hidup didalamnya (Azwar, 1979).
Al Slamet Riyadi mengemukakan bahwa defenisi lingkungan
adalah tempat pemukiman segala sesuatunya dimana mikroorganisme
itu hidup berserta segala keadaan dan kondisinya yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat diduga ikut mempengaruhi
tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu.

B. Pengertian Lingkungan Pemukiman


Pemukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup yang
digunakan sebagai tempat tinggal dari sekelompok manusia yang
saling berinter - aksi serta berhubungan setiap hari dalam rangka untuk
mewujudkan masyarakat yang tenteram, aman dan damai.
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang
berfungsi sebagai hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri
kehidupan dan penghidupan (Depkes RI, 1999).

4 Laporan Penyehatan Pemukiman


Pemukiman adalah suatu struktur fisik dimana orang
menggunakannya untuk tempat berlindung, termasuk juga semua
fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna
untuk kesehatan jasmani dan rokhani serta keadaan sosialnya, baik
untuk keluarga maupun individu. Pemukiman atau perumahan sangat
berhubungan dengan kondisi ekonomi sosial, pendidikan, tradisi atau
kebiasaan, suku, geografi dan kondisi lokal. Selain itu lingkungan
perumahan atau pemukiman dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
dapat menentukan kualitas lingkungan perumahan tersebut antara lain
fasilitas pelayanan, perlengkapan, peralatan yang dapat menunjang
terselenggaranya kesehatan fisik, kesehatan mental, kesehatan sosial
bagi individu dan keluarganya (Sarudji, 2010).
Menurut WHO Penyehatan lingkungan tempat pemukiman
adalah segala upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
tempat pemukiman beserta lingkungannya dan pengaruhnya terhadap
manusia. Hubungan Pemukiman dan Kesehatan adalah Kondisi-
kondisi ekonomi, sosial, pendidikan, tradisi/kebiasaan, suku, geografi
dan kondisi lokal sangat terkait dengan pemukiman/perumahan. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang dapat menentukan
kualitas lingkungan perumahan/pemukiman antara lain : fasilitas
pelayanan, perlengkapan, peralatan yang dapat menunjang
terselenggaranya keadaan fisik, kesehatan mental, kesejahteraan
sosial bagi individu dan keluarganya (Kusnoputranto, 1996).

C. Pengertian Rumah Sehat


Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang
menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor
lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Menurut WHO rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk
tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan

5 Laporan Penyehatan Pemukiman


jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan
keluarga dan individu.
Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai
faktor yang dapat meningkatkan standar kesehatan
penghuninya.Konsep tersebut melibatkan pendekatan sosiologis dan
teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada lokasi,
bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan
pemeliharaan rumah di lingkungan sekitarnya.
Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi
untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi,
sosial, dan budaya.Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar
fisik lingkungna yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah
bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana
pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara
fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat
bekerja secara produktif.Oleh karena itu keberadaan perumahan yang
sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan.Agar fungsi dan
kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.Jadi sanitasi
perumahan adalah menciptakan keadaan lingkungan perumahan yang
baik atau bersih untuk kesehatan.

D. Syarat-Syarat Rumah Sehat


Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis
kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan
masyarakat yang bermukim di perumahan dan masyarakat sekitar dari
bahaya atau gangguan kesehatan.Persyaratan kesehatan perumahan
yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan pemukiman
serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena

6 Laporan Penyehatan Pemukiman


pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap
peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyrakat.
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman
menurut keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.
829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut:
1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti
bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang
tsunami, daerah gempa dan sebagainya.
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir
(TPA) sampah atau bekas tambang
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah
kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.
2. Kualitas Udara
Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari
gangguan gas beradun dan memenuhi syarat baik mutu lingkungan
sebagai berikut:
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m 3
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari
3. Kebisingan dan Getaran
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A
b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik
4. Kualitas Tanah di Daerah Perumahan dan Pemukiman
a. Kandungan timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1mg/kg
5. Prasarana dan Sarana Lingkungan

7 Laporan Penyehatan Pemukiman


a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga
dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan.
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan
vektor penyakit
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi
jalan tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak
membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan
harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak
menyilaukan mata.
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas
yang memenuhi persyaratan kesehatan
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus
memenuhi syarat kesehatan
f. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan,
komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan,
kesenian dan lain sebagainya.
g. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan
penghuninya
h. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak
terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan
keracunan.
6. Vektor Penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%
7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman
merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan
dan kelestarian alam.

Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi


kriteria sebagai berikut (PPM & PL, 2002) :

8 Laporan Penyehatan Pemukiman


1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan,
penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari
kebisingan yang mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni
rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar
penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja
dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus,
kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari
pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran,
disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik
yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara
lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak
mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Rumah yang sehat harus dapat mencegah dan mengurangi resiko


kecelakaan seperti terjatuh, keracunan dan kebakaran (APHA).
Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam kaitan dengan hal
tersebut antara lain :
a. Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat
b. Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api
c. Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari
bahaya racun dan gas
d. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh
dan kecelakaan mekanis dapat terhindari.

9 Laporan Penyehatan Pemukiman


E. Parameter Penilaian Rumah Sehat
Lingkup penilaian rumah sehat dilakukan terhadap kelompok
komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku penghuni, sebagai
berikut :
1. Kelompok komponen rumah, meliputi :
a. Langit-langit
b. Dinding
c. Lantai
d. Jendela kamar tidur
e. Jendela ruang keluarga dan ruang tamu
f. Ventilasi
g. Sarana pembuangan asap dapur
h. Pencahayaan
2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi :
a. Sarana Air Bersih
b. Sarana Pembuangan Kotoran
c. Sarana Pembuangan Air Limbah
d. Sarana Pembuangan Sampah
3. Kelompok Perilaku Penghuni
a. Membuka jendela kamar tidur
b. Membuka jendela ruang keluarga
c. Membersihkan rumah dan halaman
d. Membuang tinja bayi dan balita ke jamban
e. Membuang sampah pada tempat sampah

F. Cara Penilaian Rumah Sehat


1. Penilaian rumah
Penilaian rumah perlu ditentukan nilai minimum yang memenuhi
kriteria sehat dan bobot pada kelompok komponen rumah, sarana
sanitasi dan perilaku penghuni.

10 Laporan Penyehatan Pemukiman


Nilai maksimum yang memenuhi kriteria sehat pada masing-
masing parameter adalah sebagai berikut :
a. Nilai maksimum dari kelompok komponen rumah adalah :
1) Langit-langit = 10
2) Dinding = 10
3) Lantai = 10
4) Jendela kamar tidur = 10
5) Jendela ruang keluarga = 10
6) Ventilasi = 10
7) Sarana pembuangan asap dapur = 10
8) Pencahayaan = 10

b. Nilai minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah :


1) Sarana air bersih ( SGL/SPT/PP/KU/PAH) = 10
2) Jamban ( sarana pembuangan kotoran ) = 10
3) Sarana pembuangan air limbah ( SPAL ) = 10
4) Sarana pembuangan sampah = 10
c. Perilaku
Untuk perilaku tetap dikenakan nilai maksimum karena
perilaku sangat berperan untuk mencapai rumah sehat.

2. Komponen Rumah Yang dinilai


a. Komponen rumah
1) Langit-langit
a. Tidak ada
b. Ada, kotor dan rawan kecelakaan
c. Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan
d. Ada, berwarna terang
e. Tinggi dari lantai min. 2,5 m
2) Dinding
a. Permanen (Terbuat dari tembok/pasangan bata atau

11 Laporan Penyehatan Pemukiman


batu yang diplester
b. kedap air
c. kuat
d. Bersih
3) Lantai
a. Diplester ubin/keramik
b. Bersih
c. Bahan Kuat
d. Kedap Air
e. Permukaan rata
f. Tidak Licin
4) Jendela kamar tidur
Ada
5) Jendela ruang keluarga
Ada
6) Ventilasi
a. ada
b. luas ventilasi ≥ 10% luas lantai
7) Lubang asap dapur
a. ada
b. luas tabung ventilasi/asap dapur > 10% dari luas lantai dapur
(Asap keluar dengan sempurna)
8) Pencahayaan
a. Terang
b. tidak silau
c. Dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal

b. Sarana Sanitasi
1) Sarana Air Bersih ( SGL/SPT/PP/KU )
a. ada
b. milik sendiri

12 Laporan Penyehatan Pemukiman


c. memenuhi syarat
2) Jamban ( Sarana Pembuangan Kotoran )
a. ada
b. Jamban Leher angsa
c. Disalurkan ke septictank
3) Sarana Pembuangan Air Limbah ( SPAL )
a. ada
b. Tidak mencemari sumber air ( jarak dengan sumber air <
10 m)
c. dialirkan ke selokan tertutup
d. Ada pengolahan lanjut
4) Sarana Pembuangan Sampah ( Tempat Sampah)
a. ada
b. Tersedia dengan jumlah yang cukup
c. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat
d. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kedap air
e. Tempat sampah terdapat penutp

c. Perilaku Penghuni
1. Membuka jendela kamar tidur
Setiap hari dibuka
2. Membuka jendela ruang keluarga
Setiap hari dibuka
3. Membersihkan rumah dan halaman
Setiap hari
4. Membuang tinja bayi dan balita ke jamban
Setiap hari di buang ke jamban
5. Membuang sampah pada tempat sampah
Dibuang ke tempat sampah

Untuk penjelasan selanjutnya dapat kami uraikan sebagai berikut:

13 Laporan Penyehatan Pemukiman


Nila : Ya = 10
Tidak : Tidak = 0
Hasil penilaian Checklist :
Penilaian menurut Suharsimi Ari Kunto (1996, h.246)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑌𝐴
× 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛

kategori hasil penilaian :


Penilaian menurut Suharsimi Ari Kunto (1996, h.246)
a. Baik : 76-100 %
b. Cukup : 56-75 %
c. Kurang Baik : 40-55 %
d. Tidak Baik : <40 %

G. Komponen Rumah Sehat


Komponen rumah sehat meliputi:
1) Langit-langit
Di bawah kerangka atap atau kuda-kuda biasanya dipasang
penutup yang disebut langit-langit yang tujuannya antara lain :
b. untuk menutup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda
penyangga, agar tidak terlihat dari bawah, sehingga ruangan
terlihat rapi dan bersih
c. untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga
menahan tetesan air hujan yang menembus melalui celah-celah
atap
d. untuk membuat ruangan antara yang berguna sebagai penyekat
sehingga panas atas tidak mudah menjalar kedalam ruangan
dibawahnya.
Adapun persyaratan untuk langit-langit yang baik adalah :
a. langit-langit harus dapat menahan debu dan kotoran lain yang
jatuh dari atap,

14 Laporan Penyehatan Pemukiman


b. langit-langit harus menutup rata kerangka atap kuda-kuda
penyangga dengan konstruksi bebas tikus
c. tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,40 dari permukaan
lantai kecuali,
d. dalam hal langit-langit/kasau-kasaunya miring sekurang-
kurangnya mempunyai tinggi rumah 2,40 m dan tinggi ruang
selebihnya pada titik terendah titik kurang dari 1,75 m, dan
e. ruang cuci dan ruang kamar mandi diperbolehkan sekurang-
kurangnya sampai 2,40 m.

2) Dinding
Adapun syarat-syarat untuk dinding antara lain :
e. Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri,
beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus
pula dapat memikul beban diatasnya,
f. Dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat
air sekurang-kurangnya 15 cm dibawah permukaan tanah
sampai 20 cm di atas lantai bangunan, agar air tanah tidak dapat
meresap naik keatas, sehingga dinding tembok terhindar dari
basah dan lembab dan tampak bersih tidak berlumut, dan
g. Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebarnya kurang dari
1 m dapat diberi susunan batu tersusun tegak di atas batu, batu
tersusun tegak di atas lubang harus di pasang balok lantai dari
beton bertulang atau kayu awet.
h. Untuk memperkuat berdirinya tembok ½ bata digunakan rangka
pengkaku yang terdiri dari plester-plester atau balok beton
bertulang setiap luas 12 meter.

3. Lantai
Lantai harus cukup kuat untuk menahan beban
diatasnya.Bahan untuk lantai biasanya digunakan ubin, kayu plesteran,

15 Laporan Penyehatan Pemukiman


atau bambu dengan syarat-syarat tidak licin, stabil tidak lentur waktu
diinjak, tidak mudah aus, permukaan lantai harus rata dan mudah
dibersihkan. Macam-macam lantai :
a. Lantai tanah stabilitas.
Lantai tanah stabilitas terdiri dari tanah, pasir, semen, dan
kapur.Contoh : tanah tercampur kapur dan semen. Untuk
mencegah masuknya air kedalam rumah sebaiknya lantai dinaikkan
20 cm dari permukaan tanah
b. Lantai papan
Pada umumnya lantai papan dipakai di daerah basah/rawa.
Yang perlu diperhatikan dalam pemasangan lantai adalah :
1) Sekurang-kurangnya 60 cm di atas tanah dan ruang bawah
tanah harus ada aliran tanah yang baik.
2) Lantai harus disusun dengan rapid an rapat satu sama lain,
sehingga tidak ada lubang-lubang ataupun lekukan dimana
debu bisa bertepuk. Lebih baik jika lantai seperti ini dilapisi
dengan perlak atau kampal plastik ini juga berfungsi sebagai
penahan kelembaban yang naik dari di kolong rumah.
3) Untuk kayu-kayu yang tertanam dalam air harus yang tahan
air dan rayap serta untuk konstruksi di atasnya agar lantai
kayu yang telah dikeringkan dan diawetkan.
c. Lantai ubin
Lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan pada
bangunan perumahan karena lantai ubin murah/tahan lama, dapat
mudah dibersihkan dan tidak dapat mudah dirusak rayap.

4. Jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu


Jendela dibuka pada siang hari agar cahaya matahari dapat
masuk dan udara dapat berputar sehingga akan memperkecil resiko
penularan penyakit infeksi. Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari
pada pagi hari secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur

16 Laporan Penyehatan Pemukiman


menghadap ke timur.Luas jendela yang baik paling sedikit mempunyai
luas 10-20% dari luas lantai.Apabila luas jendela melebihi 20% dapat
menimbulkan kesilauan dan panas, sedangkan sebaliknya kalau terlalu
kecil dapat menimbulkan suasana gelap dan pengap.
Dalam ruang kediaman, sekurang-kurangnya terdapat satu atau
lebih banyak jendela/lubang yang langsung berhubungan dengan
udara dan bebas dari rintangan-rintangan, jumlah luas bersih
jendela/lubang itu harus sekurang-kurangya sama 1/10 dari luas lantai
ruangan, dan setengah dari jumlah luas jendela/lubang itu harus dapat
dibuka. Jendela/lubang angin itu harus meluas kearah atas sampai
setinggi minimal 1,95 di atas permukaan lantai. Diberi lubang hawa
atau saluran angin pada ban atau dekat permukaan langit-langit (
ceiling ) yang luas bersihnya sekurang-kurangnya 5% dari luas lantai
yang bersangkutan. Pemberian lubang hawa/saluran angin dekat
dengan langit-langit beguna sekali untuk mengeluarkan udara panas
dibagian atas dalam ruangan.
Ketentuan luas jendela/lubang angin tersebut hanya sebagai
pedoman yang umum dan untuk daerah tertentu hanya sebagai
pedoman yang umum dan untuk daerah tertentu, harus disesuaikan
dengan keadaan iklim daerah tersebut.Untuk daerah pegunungan
yang berhawa dingin dan banyak angin, maka luas jendela/lubang
angin dapat dikurangi sampai dengan 1/20 dari luas
ruangan.Sedangkan untuk daerah pantai laut dan daerah rendah yang
berhawa panas dan basah, maka jumlah luas bersih jendela, lubang
angin harus diperbesar dan dapat mencapai 1/5 dari luas lantai
ruangan.

5. Ventilasi
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu
ruangan dan pengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik
alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan

17 Laporan Penyehatan Pemukiman


untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan
manusia pada suatu ruangan kediaman yang tertutup atau kurang
ventilasi. Pengaruh-pengaruh buruk itu adalah ( Sanropie, 1989 ) :
a. Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangan kediaman,
b. Bertambahnya kadar asam karbon ( CO2) dari pernafasan
manusia,
c. Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut
manusia
d. Suhu udara dalam ruang ketajaman naik karena panas yang
dikeluarkan oleh badan manusia dan
e. Kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena
penguapan air dan kulit pernafasan manusia.
Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan
kurang memenuhi syarat, sehingga udara dalam ruangankyrang
memenuhi syarat, sehingga udara dalam ruangan akan berbau
pengap, maka diperlukan suatu sistem pembaharuan mekanis. Untuk
memperbaiki keadaan ruang dalam ruangan, system mekanis ini harus
bekerja terus menerus selama ruangan yang dimaksud digunakan. Alat
mekanis yang biasa digunakan/dipakai untuk sistem pembaharuan
udara mekanis adalah kipas angin (ventilating, fan atau exhauster ),
atau air conditioning.

6. Sarana pembuangan asap dapur


Harus memiliki tempat pembuangan asap dapur seperti cerobong
asap atau terdapat ventilasi yang sesuai untuk penyaluran asap pada
saat memasak di dapur.

7. Pencahayaan
Sanropie ( 1989 ) menyatakan bahwa cahaya yang cukup kuat
untuk penerangan di dalam rumah merupakan kebutuhan manusia.

18 Laporan Penyehatan Pemukiman


Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahay buatan dan
cahaya alam.
a. Pencahayaan alamiah
Pencahayaan alamiah diperoleh dengan masuknya sinar
matahari ke dalam ruanagn melalui jendela celah-celah atau bagian
ruangan yang terbuka.Sinar sebaiknya tidak terhalang oleh
bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar yang tinggi.
Kebutuhan standar cahaya lami yang memenuhi syarat kesehatan
untuk kamar keluarga dan kamar tidur menurut WHO 60-120 Lux.
Suatu cara untuk menilai baik tau tidaknya penerangan alam yang
terdapat dalam rumah, adalah sebagai berikut :
1) baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil;
2) cukup, bila samar-samar bila membac huruf kecil ;
3) kurang, bila hanya huruf besar yang terbaca dan
4) buruk, bila sukar membaca huruf besar.
Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah
sangat ditentukan oleh letak dan lebar jendela.
b. Pencahayaan buatan
Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan
memilih sistem penerangan dengan suatu pertimbangan
hendaknya penerangan tersebut dapat menumbuhkan suasana
rumah yang lebih menyenangkan. Lampu Flouresen ( neon )
sebagai sumber cahaya dapat memenuhi kebutuhan penerangan
karena pada kuat penerangan yang relative rendah mampu
menghasilkan cahaya yang bila dibandingkan dengan penggunaan
lampu pijar. Bila ingin menggunakan lampu pijar sebaiknya dipilih
yang warna putih dengan dikombinasikan beberapa lampu neon.
Untuk penerangan malam hari dala ruangan terutama untuk
ruang baca dan ruang kerja, penerangan minimum adalah 150 Lux
sama dengan 10 watt lampu TL, atau 40 watt dengan lampu pijar.

19 Laporan Penyehatan Pemukiman


H. Sarana Sanitasi Rumah
Menurut laporan MDGs tahun 2007 terdapat beberapa kendala
yang menyebabkan masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani
fasilitas air bersih dan sanitasi dasar. Di antaranya adalah cakupan
pembangunan yang sangat besar, sebaran penduduk yang tak merata
dan beragamnya wilayah Indonesia, keterbatasan sumber
pendanaan.Pemerintah selama ini belum menempatkan perbaikan
fasilitas sanitasi sebagai prioritas dalam pembangunan. Faktor lain
yang juga menjadi kendala adalah kualitas dan kuantitas sumber air
baku sendiri terus menurun akibat perubahan tata guna lahan
(termasuk hutan) yang mengganggu sistem siklus air. Selain itu,
meningkatnya kepadatan dan jumlah penduduk di perkotaan akibat
urbanisasi.
Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak
memenuhi syarat dapat menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare
dan kecacingan. Diare merupakan penyebab kematian nomor 4
sedangkan kecacingan dapat mengakibatkan produktifitas kerja dan
dapat menurunkan kecerdasan anak sekolah, disamping itu masih
tingginya penyakit yang dibawa vektor seperti DBD, malaria, pes, dan
filariasis .
1. Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak.Air minum adalah air yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3
mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l)

20 Laporan Penyehatan Pemukiman


c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per
100 ml air)
2. Jamban dan Pembuangan Tinja
Angka kesakitan penyakit diare di Indonesia masih tinggi.Salah
satu penyebab tingginya angka kejadian diare adalah rendahnya
cakupan penduduk yang memanfaatkan sarana air bersih dan
jamban serta PHBS yang belum memadai.Menurut data dari
200.000 anak balita yang meninggal karena diare setiap tahun di
Asia, separuh di antaranya adalah di Indonesia.
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban
dengan syarat antara lain sebagai berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin
memasuki mata air atau sumur, jarak jamban > 10 m dari
sumur dan bila membuat lubang jamban jangan sampai dalam
lubang tersebut mencapai sumber air.
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain. Kotoran
manusia yang dibuang harus tertutup rapat.
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang
benar benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
f. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap
dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan
tidak mahal.
Ada 4 cara pembuangan tinja yaitu:
a. Pembuangan tinja di atas tanah, pada cara ini tinja dibuang begitu
saja di atas permuakaan tanah, halaman rumah, di kebun, di tepi
sungai dan sebagainya. Cara demikian tentu sama sekali tidak
dianjurkan, karena dapat mengganggu kesehatan.

21 Laporan Penyehatan Pemukiman


b. Kakus lubang gali (pit pravy), cara ini merupakan salah satu yang
paling mendekati persyaratan yang harus dipenuhi. Tinja
dikumpulkan di dalam tanah dan lubang di bawah tanah, umumnya
langsung terletak di bawah ± 90 cm = kedalaman sekitar 2,5 m.
Dinidngnya diperkuat dengan batu, dapat ditembok ataupun tidak,
macam kakus ini hanya baik digunakan di tempat di mana air tanah
letaknya dalam.
c. Kakus air (aqua privy), cara ini hampir mirip dengan kakus lubang
gali, hanya lubang kakus dibuat dari tangki yang kedap air yang
berisi air, terletak langsung di bawah tempat jongkok. Cara kerjanya
merupakan peralihan antara lubang kakus dengan septic tank.
Fungsi dari tank adalah untuk menerima, menyimpan,
mencernakan tinja serta melindunginya dari lalat dan serangga
lainnya. Bentuk bulat, bujur sangkar atau empat persegi panjang
diletakkan vertikal dengan diameter antara 90 – 120 cm.
d. Septic Tank, merupakan cara yang paling memuaskan dan
dianjurkan diantara pembuangan tinja dan dari buangan rumah
tangga. Terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air dimana tinja
dan air ruangan masuk dan mengalami proses dekomposisi. Di
dalam tangki, tinja akan berada selama 1-3 minggu tergantung
kapasitas tangki.
e. Pembuangan tinja yang buruk sekali berhubungan dengan
kurangnya penyediaan air bersih dan fasilitas kesehatan lainnya.
Kondisi-kondisi demikian ini akan berakibat terhadap serta
mempersukar penilaian peranan masing-masing komponen dalam
transmisi penyakit namun sudah diketahui bahwa terhadap
hubungan antara tinja dengan status kesehatan. Hubungan
keduanya dapat bersifat langsung ataupun tak langsung. Efek
langsung misalnya dapat mengurangi insiden penyakit tertentu
yang dapat ditularkan karena kontaminasi dengan tinja, misalnya
thypus abdominalis, kolera dan lain-lain, sedanngkan hubungan tak

22 Laporan Penyehatan Pemukiman


langsung dari pembuangan tinja ini bermacam-macam, tetapi
umumnya berkaitan dengan komponen-komponen lain dalam
sanitasi lingkungan.

I. Sarana Pembuangan Air Limbah


Buruknya kualitas sanitasi juga tercermin dari rendahnya
persentase penduduk yang terkoneksi dengan sistem pembuangan
limbah (sewerag system).Pegolahan air limbah dimaksudkan untuk
melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah
tersebut.Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai daya
dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena
pencemaraan air limbah tersebut.Namun demikian, alam tersebut
mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya,
sehingga air limbah perlu dibuang.
Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai
berikut:
a. Pengenceran
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang
cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi,
dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti makin
meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang
harus dibuang terlalu banyak, dan diperluka air pengenceran terlalu
banyak pula, maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi.
Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya :
bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada,
pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap
badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya.
Selanjutnnya dapat menimbulkan banjir.

23 Laporan Penyehatan Pemukiman


a. Kolam Oksidasi
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan
sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam
proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan kedalam kolam
berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter.Dinding
dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun.Lokasi kolam
harus jauh dari daerah pemukiman, dan didaerah yang terbuka,
sehingga memungkinkan memungkinkan sirkulasi angin dengan
baik.

d. Irigasi
Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air
akan merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dindindg
parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat
digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan
sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat
dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu
sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainya dimana kandungan zat-
zat organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-
tanaman.

J. Sarana Pembuangan Sampah


Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang
keberadaannya banyak menimbulkan masalah apabila tidak dikelola
dengan baik. Apabila dibuang dengan cara ditumpuk saja maka akan
menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Apabila dibakar akan menimbulkanpengotoran udara. Kebiasaan
membuang sampah disungai dapat mengakibatkan pendangkalan
sehingga menimbulkan banjir.Dengan demikian sampah yang tidak
dikelola dengan baik dapat menjadi sumber pencemar pada tanah,
badan air dan udara.

24 Laporan Penyehatan Pemukiman


Berdasarkan asalnya, sampah digolongkan dalam dua bagian
yakni sampah organik ( sampah basah ) dan sampah anorganik (
sampah kering ). Pada tingkat rumah tangga dapat dihasilkan sampah
domestik yang pada umumnya terdiri dari sisa makanan, bahan dan
peralatan yang sudah tidak dipakai lagi, bahan pembungkus, kertas,
plastik, dan sebagainya.
Teknik pengelolaan sampah yang baik diantaranya harus
memperhatikan faktor-aktor sebagai berikut :
a. Penimbulan sampah
b. Penyimpanan sampah
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
d. Pengangkutan
e. Pembuangan.
Agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, maka
perlu pengaturan pembuangannya, seperti penyimpanan sampah yaitu
tempat penyimpanan sementara sebelum sampah tersebut
dikumpulkan untuk diangkut serta dibuang (dimusnahkan).Untuk
tempat sampah tiap-tiap rumah isinya cukup 1 m3.Tempat sampah
janganlah ditempatkan di dalam rumah atau pojok dapur, karena akan
menjadi gudang makanan bagi tikus-tikus sehingga rumah banyak
tikusnya.
Adapun syarat tempat sampah adalah sebagai berikut :
a. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak
mudah bocor, kedap air.
b. Tempat sampah harus mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat
sedemikian rupa sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta
mudah dibersihkan. Sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat
dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.
c. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat
oleh satu orang atau ditutup.

25 Laporan Penyehatan Pemukiman


d. Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau
binatang-binatang lainnya seperti tikus, ayam, kucing dan
sebagainya.

26 Laporan Penyehatan Pemukiman


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Metode Pelaksanaan
a. Peserta
Peserta Sanitasi Pemukiman merupakan Mahasiswa &
mahasiswi Jurusan Kesehatan Linkungan POLTEKKES
KEMENKES MALUKU yang berjumlah 11 orang.
b. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan di Nania Kampung Kolam RT 006/RW 002
Desa Nania berupa observasi dan wawancara terhadap lingkungan
dan bangunannya.
c. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
1. Lokasi
Lokasi praktek kunjungan lapangan dilaksanakan pada Nania
Kampung Kolam RT 006/RW 002 Desa Nania Jln. Laksadaya
Leo Watimena kec.T.A Baguala.
2. Waktu
Waktu kegiatan praktek kunjungan lapangan pada hari Kamis
06 September Pukul 11.10 WIT sampai selesai.
3. Data Demografis
Nama Desa : Desa Nania

Kecamatan : Baguala

Provinsi/Kota : Maluku/Ambon

Alamat : Nania Kampung Kolam RT 006/RW


002,Desa Nania Jln. Laksadaya Leo
Watimena kec.T.A Baguala.
Rumah yang terdata : 20 rumah

27 Laporan Penyehatan Pemukiman


B. Hasil
Tabel 1.1.
Data Umum Inspeksi Sanitasi Rumah Sehat
Nania Kampung Kolam RT 006/RW 002,Desa Nania Jln. Laksadaya
Leo Watimena kec.T.A Baguala.

Nama Kepala Jenis Kelamin Jumlah Penghuni


NO
Keluarga (L/P) Rumah (Orang)
1 Jepri Maitimu L 5
2 Rakibah P 7
3 Abdul Shomad L 6
4 Jheklin Bakar Besi L 5
5 Rahima P 4
6 Yustina Dadiara P 3
7 Abidin Waly L 5
8 Rusman Ode L 5
9 Erwin L 5
10 Gusman L 4
11 Yohanis Elabata L 6
12 Tasrip Latuconsina L 5
13 Hairun Samad L 8
14 Abdul Talib L 7
15 Haji Ali L 4
16 Sumadi L 7
17 Najimudin L 10
18 Arip L 4
19 Zul Fikram L 6
20 Sukarman L 4
Total 110

28 Laporan Penyehatan Pemukiman


Berdasarkan data umum dari hasil observasi Sanitasi Lingkungan
Pemukiman pada 20 rumah penduduk yang terdata di Kompleks
Kampung Kolam RT 006/RW 002 Desa Nania diketahui bahwa ;

a. Jumlah Kepala Keluarga yang terdata sebanyak 20 orang yang


terdiri dari 17 orang berjenis kelamin laki-laki dan 3 orang yang
berjenis kelamin perempuan.

Tabel 1.2
Skor Pemantauan Pemeriksaan Inspeksi Sanitasi Rumah Sehat untuk
Komponen Rumah Pada Nania Kampung Kolam RT 006/RW
002,Desa Nania Jln. Laksadaya Leo Watimena kec.T.A Baguala.
Komponen Rumah
Luban Penca- Jumla
NO Responden Langit- Dindin Jendela Jendela Venti-
Lantai g Asap hayaa h
langit g K.Tidur R.Klrga lasi
Dapur n
1 Responden 1 50 40 50 10 10 10 10 30 210
2 Responden 2 0 40 60 10 10 10 10 30 170
3 Responden 3 50 40 60 10 10 10 10 30 220
4 Responden 4 40 40 60 10 10 10 10 30 210
5 Responden 5 0 30 50 0 10 0 0 10 100
6 Responden 6 0 40 40 10 10 0 20 20 140
7 Responden 7 30 40 60 10 10 10 20 20 200
8 Responden 8 40 40 60 10 10 10 20 20 210
9 Responden 9 0 40 60 10 10 10 20 20 170
10 Responden 10 30 40 60 10 10 10 20 30 210
11 Responden 11 30 40 60 10 10 10 20 30 210
12 Responden 12 0 40 60 10 10 10 10 10 150
13 Responden 13 40 10 50 10 10 0 0 10 110
14 Responden 14 0 0 40 10 0 10 0 10 70
15 Responden 15 50 40 60 10 10 10 20 30 230

29 Laporan Penyehatan Pemukiman


16 Responden 16 50 40 50 10 10 0 20 20 200
17 Responden 17 0 10 50 10 10 0 0 10 90
18 Responden 18 50 20 30 10 10 0 10 10 140
19 Responden 19 0 40 20 10 0 10 20 10 100
20 Responden 20 30 20 20 10 0 0 20 10 110
JUMLAH 3200

Tabel 1.3
Skor Pemantauan Pemeriksaan Inspeksi Sanitasi Rumah Sehat untuk
Komponen Sarana Sanitasi Pada Nania Kampung Kolam RT 006/RW
002,Desa Nania Jln. Laksadaya Leo Watimena kec.T.A Baguala.
Sarana Sanitasi
Sarana Sarana
Sarana
NO Responden Pembua Pembua Jumlah
Air Jamban
ngan Air ngan
Bersih
Limbah Sampah
1 Responden 1 30 30 10 50 110
2 Responden 2 20 30 10 40 100
3 Responden 3 20 30 10 30 90
4 Responden 4 30 30 20 40 120
5 Responden 5 20 20 10 10 60
6 Responden 6 20 30 20 50 120
7 Responden 7 30 20 30 50 130
8 Responden 8 30 20 30 50 130
9 Responden 9 30 30 30 40 130
10 Responden 10 20 30 30 40 120
11 Responden 11 30 30 30 50 140
12 Responden 12 30 30 0 0 60
13 Responden 13 30 30 0 20 80
14 Responden 14 30 30 10 0 70
15 Responden 15 30 30 20 50 130
16 Responden 16 30 20 20 30 100
17 Responden 17 20 20 10 20 70
18 Responden 18 30 20 10 40 100
19 Responden 19 30 30 10 10 80
20 Responden 20 20 10 0 10 40
Jumlah 1950

30 Laporan Penyehatan Pemukiman


Tabel 1.4

Skor Pemantauan Pemeriksaan Inspeksi Sanitasi Rumah Sehat untuk


Komponen Perilaku Penghuni Pada Nania Kampung Kolam RT
006/RW 002,Desa Nania Jln. Laksadaya Leo Watimena kec.T.A
Baguala.
Perilaku Penghuni
Membersihk Membuang Membuang
Membuka Membuka Juml
No Responden an Tinja bayi Sampah
jendela k. jendela R. ah
Rumah&hala dan balita pada
Tidur Keluarga
man ke jamban Tempatnya
1 Responden 1 10 10 10 0 10 40
2 Responden 2 0 10 10 0 0 20
3 Responden 3 10 10 10 0 10 40
4 Responden 4 10 10 10 0 0 30
5 Responden 5 0 0 10 0 10 20
6 Responden 6 10 0 10 0 10 30
7 Responden 7 10 10 10 10 10 50
8 Responden 8 10 10 10 0 10 40
9 Responden 9 10 10 10 0 10 40
10 Responden 10 10 10 10 10 10 50
11 Responden 11 10 10 10 0 10 40
12 Responden 12 10 10 10 0 0 30
13 Responden 13 10 10 10 0 10 40
14 Responden 14 10 0 0 0 0 10
15 Responden 15 10 10 10 0 10 40
16 Responden 16 0 10 10 0 10 30
17 Responden 17 10 0 0 0 10 20
18 Responden 18 10 10 10 0 10 40
19 Responden 19 0 0 10 0 10 20
20 Responden 20 10 0 10 0 10 30
Jumlah 640

Tabel 1.5

Hasil Penilaian Inspeksi Sanitasi Rumah Sehat untuk Komponen


Rumah, sarana sanitasi, dan perilaku penghuni Pada Nania
Kampung Kolam RT 006/RW 002,Desa Nania Jln. Laksadaya Leo
Watimena kec.T.A Baguala.
Jumlah Presentase
NO Responden Kategori Skor
Jawaban Ya (%)
1 Responden 1 36 81 % Baik 360

31 Laporan Penyehatan Pemukiman


2 Responden 2 29 65 % Cukup 290
3 Responden 3 35 79 % Baik 350
4 Responden 4 36 81 % Baik 360
5 Responden 5 18 40 % Kurang Baik 180
6 Responden 6 29 65 % Cukup 290
7 Responden 7 38 86 % Baik 380
8 Responden 8 38 86 % Baik 380
9 Responden 9 34 77 % Baik 340
10 Responden 10 38 86 % Baik 380
11 Responden 11 39 88 % Baik 390
12 Responden 12 24 54 % Kurang baik 240
13 Responden 13 23 52 % Kurang baik 230
14 Responden 14 15 34 % Tidak baik 150
15 Responden 15 40 90 % Baik 400
16 Responden 16 33 75 % Cukup 330
17 Responden 17 16 36 % Tidak baik 160
18 Responden 18 28 63 % Cukup 280
19 Responden 19 20 45 % Kurang baik 200
20 Responden 20 18 40 % Kurang baik 180
Hasil Penilaian Ceklist

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑌𝐴
× 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛

32 Laporan Penyehatan Pemukiman


Tabel 1.6

Hasil penilaian check list Inspeksi Sanitasi Rumah Sehat untuk


Komponen Rumah, sarana sanitasi, dan perilaku penghuni Pada
Nania Kampung Kolam RT 006/RW 002,Desa Nania Jln.
Laksadaya Leo Watimena kec.T.A Baguala.

Jumlah Jumlah
No Responden Pesentase Hasil
jawaban ya pertanyaan
1 Responden 1 36 44 100% 81 %
2 Responden 2 29 44 100% 65 %
3 Responden 3 35 44 100% 79 %
4 Responden 4 36 44 100% 81 %
5 Responden 5 18 44 100% 40 %
6 Responden 6 29 44 100% 65 %
7 Responden 7 38 44 100% 86 %
8 Responden 8 38 44 100% 86 %
9 Responden 9 34 44 100% 77 %
10 Responden 10 38 44 100% 86 %
11 Responden 11 39 44 100% 88 %
12 Responden 12 24 44 100% 54 %
13 Responden 13 23 44 100% 52 %
14 Responden 14 15 44 100% 34 %
15 Responden 15 40 44 100% 90 %
16 Responden 16 33 44 100% 75 %
17 Responden 17 16 44 100% 36 %
18 Responden 18 28 44 100% 63 %
19 Responden 19 20 44 100% 45 %
20 Responden 20 18 44 100% 40 %
Penilaian menurut Suharsimi Ari Kunto (1996, h.246)
a. Baik : 76-100 % = 9 rumah
b. Cukup : 56-75 % = 4 rumah
c. Kurang Baik : 40-55 % = 5 rumah

33 Laporan Penyehatan Pemukiman


d. Tidak Baik : <40 % = 2 rumah

Hasil Penilaian Rumah secara keseluruhan :

65 + 82 + 40 + 65 + 86 + 86 + 77 + 86 + 88 + 54 + 52 + 34 + 90 + 36 + 75 + 63
+45 + 40 X 100%
20

1323
𝑋 100% = 66%
20

Dari hasil penilaian rumah sehat, didapatkan hasil dari 20 rumah yang
diperiksa terdapat 9 rumah yang memperoleh kategori baik dengan
presentase 76-100%, 4 rumah yang memperoleh kategori cukup dengan
presentase 56-75%, 5 rumah yang memperoleh kategori kurang baik
dengan presentase 40-55%, dan 2 rumah memperleh kategori Tidak baik
dengan presentase <40%. Total hasil penilaian secara keseluruhan untuk
rumah yang di data memperoleh kategori cukup dengan presentase 66%

C. Pembahasan
Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang
optimum sehinga berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat
kesehatan masyarakat yang optimum sehingga berpengaruh positif
terhadap derajat kesehatan masyarakat yang optimum pula.Masalah
kesehatan lingkungan meliputi penyehatan lingkungan pemukiman,
penyediaan air bersih, pengelolaan limbah dan sampah serta
pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan.
Sedangkan lingkungan pemukiman secara khusus adalah
rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan
manusia.Pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti dengan
pertambahan luas tanah cenderung menimbulkan masalah kepadatan
populasi dan lingkungan tempat tinggal yang menyebabkan berbagai
penyakit serta masalah kesehatan. Rumah sehat sebagai prasyarat

34 Laporan Penyehatan Pemukiman


berperilaku sehat memiliki kristeria yang sulit dapat dipenuhi akibat
kepadatan populasi yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan
perumahan, hal ini dikuatkan dengan temuan hasil kegiatan survey
Sanitasi Pemukiman yang dilakukan oleh 11 orang mahasiswa dan
mahasiswi Jurusan Kesehatan Lingkungan POLTEKKES KEMENKES
MALUKU di Lokasi Kompleks Kampung Kolam RT 006/RW 002 Desa
Waiheru. Tujuan survey sanitasi pemukiman.

1. Permasalahan
Berdasarkan observasi Sanitasi Pemukiman yang telah dilakukan
diketahui bahwa permasalahan yang dihadapi masyarakat di Kompleks
Kampung Kolam RT 006/RW 002 Desa Nania adalah sebagai berikut ;
a. Masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang
persyaratan rumah sehat dimana sebagian besar rumah di
Kampung Kolam RT 006/RW 002 Desa Nania tidak dilengkapi
dengan langit-langit, Ventilasi, jendela kamar tidur, jendela Ruang
Keluarga dan lubang asap dapur.
b. Masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai
pengelolaan Sarana Pembuangan Air Limbah/SPAL dimana
terdapat beberapa rumah di Kampung Kolam RT 006/RW 002 Desa
Nania tidak menggunakan SPAL sehingga air buangan detergen,
cucian piring, dll dibuang langsung ke dalam selokan dan tanah.
c. Perilaku penghuni rumah yang tidak membuka jendela sehingga
sirkulasi udara kurang baik.
d. Minimnya kesadaran masyarakat akan menjaga kebersihan rumah
dan halaman
e. Sarana pembuangan sampah yang tidak tertutup yang dapat
menyebabkan bersarangnya vektor dan binatang pengganggu.
f. Masih minimnya kesadaran Hiygen sanitasi lingkungan dimana
beberapa penduduk kompleks Kampung Kolam RT 006/RW 002

35 Laporan Penyehatan Pemukiman


Desa Waiheru sering membuang tinja (kotoran) bayi dan balita di
dalam kantong plastic.
g. Masih minimnya sarana prasarana Tempat Pembuangan
Sampah/TPS.
h. Perilaku & kebiasaan masyarakat membuang sampah langsung ke
sungai dan lahan kosong
i. minimnya tingkat pengetahuan masyarakat akan penanganan
sampah dikarenakan masyarakat melakukan penanganan sampah
dengan cara di bakar hal ini dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran udara
j. Keberadaan sampah mengganggu keindaan nilai estetis.

2. Rekomendasi
a. Bagi penghuni rumah pada Kampung Kolam RT 006/RW 002 Desa
Nania sebaiknya rumahnya dilengkapi dengan langit-langit
,Ventilasi, jendela kamar tidur, jendela Ruang Keluarga dan lubang
asap dapur.
b. Bagi penghuni rumah pada Kampung Kolam RT 006/RW 002 Desa
Nania sebaiknya membuat Sarana Pembuangan Air Limbah/SPAL
c. Minimnya kesadaran masyarakat akan menjaga kebersihan rumah
dan halaman
d. Bagi penghuni rumah pada Kampung Kolam RT 006/RW 002 Desa
Nania sebaiknya membangun Tempat Pembuangan sampah
sementara agar masyarakat tidak lagi membuang sampah
sembarangan
e. Bagi penghuni rumah pada Kampung Kolam RT 006/RW 002 Desa
Nania sebaiknya menyediakan Tempat Penamungan Sampah di
rumah
f. Bagi penghuni rumah pada Kampung Kolam RT 006/RW 002 Desa
Nania sebaiknya membuang tinja bayi/balita pada jamban

36 Laporan Penyehatan Pemukiman


g. Bagi penghuni rumah pada Kampung Kolam RT 006/RW 002 Desa
Nania sebaiknya Sarana pembuangan sampah dilengkapi dengan
penutup agar tidak menyebabkan bersarangnya vektor dan
binatang pengganggu.

37 Laporan Penyehatan Pemukiman


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penilaian rumah sehat, didapatkan hasil dari 20 rumah
yang diperiksa terdapat 9 rumah yang memperoleh kategori baik
dengan presentase 76-100%, 4 rumah yang memperoleh kategori
cukup dengan presentase 56-75%, 5 rumah yang memperoleh
kategori kurang baik dengan presentase 40-55%, dan 2 rumah
memperleh kategori Tidak baik dengan presentase <40%. Total hasil
penilaian secara keseluruhan untuk rumah yang di data memperoleh
kategori cukup dengan presentase 66%
Berdasarkan hasil observasi penyehatan pemukiman pada Asrama
Brimob Tantui Ambon dapat disimpulkan beberapa item telah
memenuhi syarat tetapi juga terdapat Komponon yang belum
memenuhi syarat dari masing-masing variabel. Komponen yang tidak
ada dan belum memenuhi syarat adalah :
a. Pada Komponen Rumah tardapat masyarakat yang tidak memiliki
Langit-langit, Ventilasi, dan Lubang asap dapur
b. Pada Komponen Sarana Sanitasi terdapat beberapa masyarakat
yang Sarana pembuangan air limbah tidak dilakukan pengolahan
lanjut dan dialirkan ke selokan terbuka dan di buang langsung ke
tanah, tidak memiliki tempat Penampungan sampah sehingga
sampah yang dihasilkan dibuang ke lahan kosong
c. Pada komponen perilaku penghuni dimana sebagian masyarakat
tidak membuang sampat pada tempatnya, dan perilaku masyarakat
tidak membuka jendela ruang keluarga sehingga sirkulasi udara
kurang baik , dan membuang tinja bayi/balita pada kantung plastic

38 Laporan Penyehatan Pemukiman


B. Saran
a) Bagi penghuni rumah pada Kampung Kolam RT 006/RW 002
Desa Waiheru sebaiknya rumahnya dilengkapi dengan langit-langit
b) Bagi penghuni rumah pada Kampung Kolam RT 006/RW 002
Desa Waiheru sebaiknya rumahnya dilengkapi dengan SPAL
sehingga air buangan detergen, cucian piring, dll dialirkan melalui
SPAL
c) Bagi penghuni rumah pada Kampung Kolam RT 006/RW 002
Desa Waiheru agar perilaku yang tidak membuka jendela dapat
dubah dengan sering-seringlah membuka jendela
d) Bagi penghuni rumah pada Kampung Kolam RT 006/RW 002
Desa Waiheru agar selalu menjaga hygen sanitasi lingkungan
dengan membuang tinja (kotoran) bayi dan balita pada jamban.
e) Bagi penghuni rumah pada Kampung Kolam RT 006/RW 002
Desa Waiheru sebaiknya memfasilitasi sarana prasarana Tempat
Pembuangan Sampah/TPS.
f) Bagi masyarakat Kampung Kolam RT 006/RW 002 Desa Waiheru
sebaiknya memfasilitasi Tempat Pembuangan Sampah pada
walayah tersebut agar masyarakat dapat membuang sampah pada
tempat sampah yang telah dibuat
g) Bagi penghuni rumah pada Kampung Kolam RT 006/RW 002
Desa Waiheru agar selalu membersihkan rumah dan lingkungan
h) Bagi penghuni rumah pada Kampung Kolam RT 006/RW 002
Desa Waiheru sebaiknya sampah yang dihasilkan dilakukan
pengelolaan atau pemilahan sebelum di buang

39 Laporan Penyehatan Pemukiman


DAFTAR PUSTAKA

Ardi, M.et.al, 2001. Strategi Membangun Permukiman Berwawasan


Lingkungan

( Kajian Tentang Lingkungan Fisik). Jurnal lingkungan dan pembangunan

21 (4). Hal 274-281

Keman, S. 2005. Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Permukiman.


Jurnal Kesehatan lingkungan Vol.2, No.1. hal 29-42. Juli 2005.

Kusnoputranto, H., Susana, D. 2000. Kesehatan Lingkungan. Depok :


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Sanropie, D. 1984. Penyehatan Air Bersih. Jakarta : pusat pendidikan dan


latihan pegawai.

Slamet, J.S. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadja Mada


University press

40 Laporan Penyehatan Pemukiman


L

41 Laporan Penyehatan Pemukiman

Anda mungkin juga menyukai