Anda di halaman 1dari 16

Judul:Transcultural Nursing

DOSEN PEMBIMBING :SEPTY ARDIANTY,S.Kep,.Ns,M.Kep

Oleh :
1. DJUNAIDI FHERDINAND
2. M.TANZIL HUDA
3. RENDI HERIAWAN
4. UMMI KALSUM
5. VENI RISTIA MEILIANA
6. IRMA SURYANI
7. ERIS TRIANJANI
8. DESI ASTRIA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKes MUHAMMADIY AH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2014/2015
Transcultural Nursing

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat,taufik,serta hidayah-NYA kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar yang topiknya adalah ASUHAN
KEPERAWATAN TRANSKULTURAL NURSING sesuai dengan waktu yang telah di
tentukan.Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kami dalam menempuh
pembelajaran di semester ini
Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan
pembaca.Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan.Oleh
karna itu,penulis mengharapkan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

I.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi ini, pendidikan dalam bidang keperawatan sudah semakin
berkembang. Berbagai teori keperawatan sudah di kembangkan melalui berbagai penelitian.
Hal ini telah menempatkan keperawatan sejajar dengan profesi lain.
Karena itu, kita di haruskan untuk lebih memahami segala aspek dalam keperawatan
termasuk asuhan keperawatan transkultural nursing.Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
membahas masalah pratikum ini.

1.2 Rumusan Masalah


Dari beberapa uraian di atas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:
• Jelaskan masing-masing komponen,mana saja yang termasuk 7 sub sistem pengkajian
menurut model sunrise leininger?
• Buatlah analisis data dan diagnosis keperawatannya!
• Buatlah rencana keperawatannya!
1.3 Tujuan Penulisan
Menjelaskan komponen-komponen sub sistem pengkajian menurut model
sunrise,menjelaskan bagaimana cara menganalisis data dan membuat diagnosis
keperawatannya serta rencana keperawatan dalam transkultural nursing.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini antara lain:
• Untuk menambah pengetahuan dalam menganalisis suatu kasus keperawatan.
• Untuk menambah pemahaman mengenai permasalahan yang di bahas dalam makalah
pratikum ini.

II.
BAB II

LANDASAN TEORI
A. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan
Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa arti
kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil karya
manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat.
(koentjoroningrat, 1986)
Wujud-wujud kebudayaan antara lain :
• Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan
• Kompleks aktivitas atau tindakan
• Benda-benda hasil karya manusia
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang dapat
dikembangkan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan.Teori transkultural dari
keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi dandikembangkan dalam konteks
keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep keperawatan yang didasari oleh
pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat dalam masyarakat.
Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai
dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat,
akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada
suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai
budaya.Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan
pada perilaku individu atau kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan
perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya.
Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan
keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya.
Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti
dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural dalam meningkatkan
kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring,
caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia.
Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi
diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

1
B. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural
Konsep dalam transcultural nursing adalah :
• Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
• Nilai budaya
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang
dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan
Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan .
• Etnosentris
Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki
individu menganggap budayanya adalah yang terbaik
• Etnis
Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim
• Ras
Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal
manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid.
• Etnografi: Ilmu budaya
Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan perawat untuk
mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap individu.
• Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku pada
individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhikebutuhan baik
actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia
• Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia
• Culture care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi digunakan
untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan
dan mencapai kematian dengan damai.
2
Paradigma dalam keperawatan Transkultural.
Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang, keyakinan,
nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang budaya,
terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu :
• Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilaidan
norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan danmelakukan pilihan.
Menurut Leininger (1984) manusia memilikikecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapundia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
• Kesehatan
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisikehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan
suatukeyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untukmenjaga
dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasidalam aktivitas sehari-hari.
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang samayaitu ingin mempertahankan keadaan sehat
dalam rentang sehat-sakit yangadaptif (Andrew and Boyle, 1995).
• Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk
lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau
diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim
seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari
sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan
dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di
dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di
lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup,
bahasa dan atribut yang digunakan.
• Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi
yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan atau mempertahankan
budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah atau mengganti budaya klien
(Leininger, 1991).

3
• Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya
Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara
sistemperawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan
keperawatan.Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan
keperawatan yaitu:
1) Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai
yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
2) Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu
klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau
amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
3) Merubah total budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan
dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat
sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle,
1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar, 1995).

4
 Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada”Sunrise Model”
yaitu:
1. Faktor teknologi (technological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji:
Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari
bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternative dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan ini
2. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )
Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi
para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan
kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus
dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif
terhadap kesehatan.
3. Faktos sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan,
umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan
dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma budaya adalah suatu kaidah yang
mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji pada
factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, perseosi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors )
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and
Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
6. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji
oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki
oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluarga.
5
7. Faktor pendidikan ( educational factors )
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali.
 Perencanaan dan Pelaksanaan

Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural
(Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya
klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien
kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien
bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan
perawatan bayi.
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat.
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik
c. Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya.
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok.
3) Pihak ketiga bila perlu.
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua.
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.

 Aplikasi Transcultural Nursing


a. Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian ASKEP yang difokuskan
kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat
sesuai dengan latar belakang budaya.

6
b. Pengkajian ASKEP dalam konteks budaya sangat diperlukan untuk menjembatani
perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan klien.
c. Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasi tindakan
yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,
membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan atau bahkan mengganti
budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya baru.
d. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja
dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien
sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.
e. Evaluasi ASKEP transkultural melekat erat dengan perencanaan dan pelaksanaan
proses ASKEP transkultural.

BAB III
PEMBAHASAN
Di suatu ruangan ,ada seorang pasien dirawat dengan diagnosa CKD, DM, Hipertensi.
Pasien bernama Tn. X, 45 th ,berasal dari daerah P. Pasien seorang muslim yang sudah
berangkat haji sebanyak 3 kali. Tn. X mengatakan baru mengetahui penyakitnya sekitar 3
bulan ini,sebelumnya pasien tidak pernah melakukan medical chek up. Menurut pasien bila
mengeluh tidak nyaman, atau badan kurang sehat, Tn. X hanya minum air
ZamZam,kemudian merasa lebih baik. Sebelum sakit Tn. X beraktivitas dengan mengelola
sebuah Madrasah ternama di daerahnya. Tn. X berperan penting dalam kemajuan Madrasah
kelolaannya. Tn. X yang mengaku lulusan Pondok Pesantren, tinggal di pondok pesantren
selama 15 th dan hidup jauh dari orang tua., mengatakan jarang menggunakan Gadget untuh
menambah wawasannya, pasien juga pola pengalaman secara turun temurun”, tutur tn. X .
Menurutnya saat ini tidak sakit, tetapi sedang mendapat ujian dari Tuhan. Sebelum sakit Tn.
X hanya mengkonsumsi buah dan sayur. Kurang suka minum air putih dan tidak suka
berolahraga, kopi dan teh adalah minuman wajib setiap hari harus ada , tn x minum kopi dan
7 – 10 cup tiap hari. Orang tua dari Tn. X sudah meninggal dua tahun yang lalu dengan
penyakit yang sama DM, CKD, Hipertensi.
Saat ini Tn. X mendapat therapi injeksi Insulin sesuai sleeding scale, dan program
Hemodialisis dua kali seminggu. Tn. X menolak Insulin karena menurut beliau, insulin
mengandung babi yang tidak diperbolehkan agamanya. Saat kondisi sesak dan Ureum
Creatinin Tn. X melebihi batas normal dan harus segera cuci darah, Tn. X menolak juga
karena menurutnya beberapa orang teman yang cuci darah meninggal dalam waktu yang
relatif cepat, dan bila sekali cuci darah akan menimbulkan ketergantungan terhadap alat
pencuci darah.Tn. X sudah dibujuk oleh keluarga tetapi tidak mau, perawatpun sudak
menjelaskan mengenai hemodialisa serta dampak negatif terhadap penolakan cuci darah
terhadap kondisi pasien. Tn. X tetap menolak terhadap tindakan hemodialisa.
7
Dari sisi lain Tn. X juga kurang memenuhi kebutuhan personal hygiene, kuku panjang
dan hitam, rambut kotor, dan tidak mau mandi selama dilakukan perawatan. saat perawat
akan memotong kuku dan membantu personal hygiene, pasien menolak karena menurutnya
akan memperlambat proses penyembuhan. Karena kondisi sakitnya, Tn. X juga memiliki luka
di jari-jari kaki, luka mengalami nekrose, bernanah dan mengeluarkan bau tak sedap. Luka
sudah tampak tulang, dan menurut dokter, luka yang ada di jari kaki tn. X harus diamputasi.
Pasien menolak, dan yakin bahwa bila meninggal tidak mau ada bagian tubuh yang hilang.
Sebelum pengobatan selesai pasien memutuskan untuk pulang, setelah disampaikan
pada dokter, diperbolehkan pulang atas permintaan sendiri.
Berhubung sekarang hari selasa, pasien tidak mau pulang, karena menurut
kepercayaan keluarga hari selasa pantang untuk pulang dari rumah sakit, diyakini akan
mendapat kesialan saat perjalanan pulang, Tn. X yang memiliki 7 orang anak dan mengaku
tidak mengikuti progam pemerintah yaitu KB memutuskan untuk tetap minta pulang besok
paginya, diijinkan atau tidak oleh dokter dan tetap menolak semua pengobatan, tetapi mau
minum obat yang diberikan.
Saat perawatan berlangsung Tn. X selalu ditunggu semua anak dan kelurganya. Cucu
tn. X yang masih kecil pun ikut diajak menunggui dan tidur di RS. Perawat yang berjaga
sudah menjelaskan adanya batasan pengunjung demi kenyamanan bersama dan adanya
larangan anak kecil dilingkungan RS karena berdampak terhadap kesehatan anak. Tetapi tn x
meminta agar tetap diijinkan karena dari jauh kasian bila harus pulang.
I.PENGKAJIAN
• Faktor teknologi kesehatan
Selama ini Tn. X merasa sehat. Jika kurang enak badan hanya minum air Zam-Zam.
Pasien jarang minum obat, pasien tidak pernah mencari informasi melalui internet, hanya
menerima saran berdasarkan pengalaman dari orang lain. Tidak pernah medical check up. tn.
X mengatakan tidak pernah olah raga.
• Faktor agama.
Pasien beragama Islam, menurut Tn. X bahwa suntik insulin tidak diperbolehkan oleh
agama karena mengandung minyak babi. Untuk tranfusi tidak dianjurkan oleh agama, karena
darah itu darah orang lain yang tidak tahu asal usulnya. Pasien menolak amputasi karena
menurut keyakinannya, manusia meninggal harus keadaan utuh atau lengkap. Tn. X merasa
sedang tidak sakit, hanya mendapat ujian dari TUHAN.
• Faktor sosial
Pasien selalu mengambil keputusan secara mandiri, pasien juga sering berkomunikasi
dengan orang lain dan keluarga. Pasien berperan penting sebagai pengelola Madrasah
ternama di daerahnya. tn. X dan keluarga sering mengikuti kegiatan rutin pengajian dan
berperan sebagai pembicara utama dalam ceramah, selain sebagai pengelola madrasah tn. X
juga aktif dalam organisasi keagamaan.
8
• Nilai budaya dan gaya hidup
Sebelum sakit pasien jarang berolah raga, tidak suka minum air putih, hanya minum
teh dan kopi. Menurutnya dilingkungan tempat tinggal tn. X , saat diopname tidak boleh
memotong kuku dan membersihkan diri karena sangat dipercayai akan menyebabkan proses
penyembuhan lama dan ada kepercayaan bahwa bila pulang hari selasa akan menyebabkan
sial saat perjalanan. Tn. X juga tidak mau dilakukan HD karena menurutnya orang yang cuci
darah akan segera meninggal. Selain itu TN. X gemar mengkonsumsi teh dan kopi, tidak suka
dengan air putih.
• Politik.
Tn. X memiliki 7 orang anak dan tidak mengikuti progam KB yang dianjurkan oleh
pemerintah karena tidak sesuai dengan keyakinannya. Keluarga tn x pun kurang mematuhi
aturan di RS terhadap batasan jumlah penunggu dan larangan membawa anak kecil
dilingkungan RS.
• Ekonomi.
Pasien bekerja sebagai pengelola Madrasah ternama, sudah naik haji sebanyak 3 kali.
Secara ekonomi, pasien mampu untuk berobat.
• Edukasi.
Pasien seorang lulusan Pondok Pesantren , sejak usia 6 th pasien sudah tinggal jauh
dari keluarga dan hidup dipondok pesantren selama 15 th. Klien kurang kooperatif terhadap
pendidikan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan, klien selalu memandang
kesehatan dari keyakinan agamanya.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


• Kelebihan volume cairan berhubungan dengan berkurangnya output
• Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terputusnya kontuinitas jaringan.
• Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan gangguan metabolisme

• INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


• Merubah total persepsi
1) Persepsi tn. X terhadap pengobatan hemodialisa
• Kaji pengetahuan pasien tentang kondisi penyakitnya dan hemodialisa.
• Jelaskan pada pasien mengenai hemodialisa.
• Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang keuntungan dan kekurangan hemodialisa.

9
• Libatkan keluarga dalam edukasi terhadap tn. X.
• Jelaskan tentang alternatif pengobatan lain seperti pembatasan intake cairan, minum
obat teratur, menjaga pola makan dengan diit uremi.
2) Persepsi tn. X terhadap personal hygiene
• Kaji pengetahuan pasien tentang personal hygiene.
• Berikan PENKES tentang pentingnya personal hygiene.

• Lakukan pemenuhan kebutuhan personal hygiene


3) Persepsi tn. X terhadap pemberian insulin
• Kaji pengetahuan klien tentang insulin
• Jelaskan alternatif lain tentang pengobatan DM seperti pembatasan diet, pemberian
obat oral, olahraga teratur.
• Ajarkan pada keluarga cara perawatan penderita Diabetes.

4) Persepsi tn. X terhadap amputasi jari kaki


• Jelaskan kondisi luka dan pengobatan yang harus dilakukan
• Lakukan perawatan luka dengan tehnik septik aseptik.
• Jelaskan tentang dampak yang terjadi terhadap penolakan amputasi.
• Mengakomodasi budaya
1) Kebiasaan minum kopi dan teh yang berlebihan dan tidak menyukai air putih.
• Kaji kebiasaan konsumsi minuman yang dilakukan pasien.
• Ajarkan pola hidup sehat
• Ajarkan pembatasan intake cairan
• Berikan penkes tentang efek kopi dan teh yang berlebihan

2) Kebiasaan tidak melakukan medical check up dan hanya minum air zam zam.
• Kaji pengetahuan pasien tentang medical check up
• Jelaskan pentingnya medical check up
• Motivasi klien untuk melakukan medical check up
3) Kebiasaan membawa anak kecil dilingkungan RS dan ditunggu oleh banyak orang.
• Kaji pengetahuan pasien tentang peraturan RS
• Jelaskan ulang peraturan di lingkungan RS
10
• Berikan rasional terhadap larangan membawa anak kecil dilingkungan RS.

• EVALUASI
• Merubah total persepsi
Setelah dilakukan beberapa tindakan tn . x tetap meyakini budaya yang selama ini diyakini
kecuali tentangkebutuhan personal hygiene.
• Mengakomodasi
tn. X dan kelurga lebih kooperatif dan mencoba untuk merubah kebiasaan yang sering
dilakukannya. Termasuk menghindari minum kopi dan teh dalam jumlah yang berlebihan.
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien
yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin
sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

11
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2000.Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.EGC: Jakarta
Doengoes, E. Marilynn.1989. Nursing Care Plans, Second Edition. FA Davis: Philadelphia
Andrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed,
Philadelphia, JB Lippincot Company Cultural Diversity in Nursing, (1997), Transcultural
Nursing ; Basic Concepts and Case Studies, dari
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing
https://yulianafatmawati6689.wordpress.com/2014/05/26/transcultural-
nursing/https://yulianafatmawati6689.wordpress.com/2014/05/26/transcultural-nursing/

12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................I
 BAB I............................................................................................................................II
PENDAHULUAN.....................................................................................................................II
 BAB II...........................................................................................................................1
LANDASAN TEORI.................................................................................................................1
KONSEP DAN PRINSIP DALAM ASKEP TRANSKULTURAL .........................................2
PARADIGMA DALAM KEPERAWATAN TRANSKULTURAL.........................................3
PENGKAJIAN ASKEP BUDAYA...........................................................................................4
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN..............................................................................6
 BAB III...........................................................................................................................7
PEMBAHASAN........................................................................................................................7
i. PENGKAJIAN..............................................................................................................8
ii. DIAGNOSA KEPERAWATAN...................................................................................9
EVALUASI..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

Anda mungkin juga menyukai