Anda di halaman 1dari 33

78

Tujuan daeri pemberian imunisasi adalah untuk mengurangi angka


penderitaan, suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan, bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat di
hindari dengan imunisasi adalah hebatitis B, Campak, Polio, Difteri, Tetanus,
Batuk Rejan, Gondongan, Cacar air, TBC dan lain sebagainya.

Jenis-jenis imunisasi yaitu:

a) Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan


kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC), yaitu penyakit paru-
paru yang sangat menular yang dilakukan sekali pada bayi sekali pada bayi
usia 0-11 bulan
b) Imunisasi DPT yaitu merupakan imunisasi dengan memberikan vaksin
mengandung racun kuman yang telah dihilangkan racunnya akan tetapi
masih dapat merangsang pembentukan zat anti(toxoid) untuk mencegah
terjadinya penyakit difteri,pertusis,dan tetanus,yang diberikan 3 kali pada
bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu.
c) Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan
kelumpuhan pada kaki,yang diberikan 4 kali pada bayi 0-11 bulan dengan
interval minimal 4 minggu
d) Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan kekebalan aktif terhadap penyakit campak karena penyakit ini
sangat menular, yang diberikan 1 kali pada bayi usia 9-11 bulan
e) Imunisasi hepatis B, adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B yaitu penyakit yang dapat
merusak hati, yang diberikan 3 kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan
interval minimal 4 minggu cakupan imunisasi lengkap pada anak, yang
merupakan gabungan dari tiap jenis imunisasi yang didapatkan oleh
seorang anak. Sejak tahun 2004 hepatitis-B disatukan dengan pemberian
DPT menjadi DPT-HB. (Proverati 2010).
79

c. Perawatan Tali Pusat


1) Pengertian Tali Pusat
Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan pada tali pusat bayi baru
lahir sejak dipotongnya tali pusat sampai tali pusat puput atau kering dengan
tujuan untuk mencegah infeksi pada tali pusat bayi dan mempercepat
penyembuhan luka bekas pemotongan tali pusat (Sodikin, 2009).
Pendapat lain mengatakan bahwa perawatan tali pusat adalah
suatu aktivitas pemeliharaan tali pusat sampai tali pusat mengering dan
lepas dengan spontan untuk menjaga kebersihan tali pusat dan mencegah
terjadinya infeksi pada potongan tali pusat yang tersisa pada bayi (Farrer,
2001).
2) Tujuan
Tujuan dari perawatan tali pusat menurut Sodikin (2009) ada
empat, yaitu:
a. Mencegah terjadinya infeksi.
Bila tali pusat basah, berbau dan menunjukkan tanda-tanda infeksi,
harus waspada terhadap infeksi tali pusat. Infeksi ini harus segera
diobati untuk menghindari infeksi yang lebih berat. Dimana infeksi
tali pusat pada bayi dapat menyebabkan sepsis, meningitis dantetanus.
Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan
perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip
perawatan kering dan bersih.
b. Mempercepat proses pengeringan tali pusat.
c. Mempercepat terlepasnya tali pusat.
d. Mencegah terjadinya tetanus pada bayi baru lahir.
Penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus ke
dalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian
obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat
sehingga dapat mengakibatkan infeksi.
80

3) Tanda-tanda Infeksi Tali Pusat


Tanda-tanda infeksi pada tali pusat menurut Sodikin (2009)
a. Pangkal tali pusat atau sekitarnya berwarna merah atau bengkak
b. Keluar cairan yang berbau dan bernanah
c. Ada darah yang keluar terus menerus
d. Kejang
e. Bayi mengalami demam

4) Cara Perawatan Tali Pusat


Langkah-langkah cara merawat tali pusat pada bayi menurut Haws
(2008), yaitu :
a. Cuci tangan dengan sabun sampai bersih, keringkan dengan handuk
bersih.
b. Turunkan sedikit bagian atas popok agar tidak bersentuhan dengan
tali pusat.
c. Buka balutan pada tali pusat yang akan diganti dengan lembut dan
hati-hati.
d. Bersihkan tali pusat dan daerah sekitar tali pusat menggunakan kapas
yang dibasahi air hangat dengan lembut dan hati-hati.
e. Keringkan tali pusat dan balut kembali dengan menggunakan kassa
steril.
81

4. Nifas
a. Konsep Dasar Nifas
1) Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Nanny, 2011).

2) Tujuan Asuhan Masa Nifas


1) Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas
Untuk menghidarika/ mendeteksi adanya perdarahan postpartum dan
infeksi. Oleh karena itu, penolong persalinan sebaiknya tetap
waspada, sekurang kurangnya satu jam postpartum untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan.
2) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya.
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
harus diberikan oleh penolong persalinan. daerah kelamin dengan
sabun dan air. Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi
sarankan ibu untuk menghindari/ tidak menyentuh daerah luka.

3) Melaksanakan skrinning secara komprehensif.


Melaksanakan skrinning secara komprehensif dengan mendeteksi
masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi Ibu
dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh. Bidan
mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimana membersihkan pada ibu,
maupun bayinya.
4) Memberikan pendidikan kesehatan diri
Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi,
KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan perawatan
bayi sehat.
5) Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering
82

b) Menggunakan bra yang menyokong payudara


c) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar
pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui
tetap dilakukan mulai dari puting susu yang tidak lecet.
d) Lakukuan pengompresan apabila bengkak dan terjadi bendungan
ASI.
6) Konseling KB, bidan memberikan konseling KB, antara lain sebagai
berikut:
a) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan
sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan
keluarga dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
b) Biasanya wanita akan menghasilkan ovulasi sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya setelah persalinan. Oleh karena itu,
penggunaan KB dibutuhkan sebelum haid pertama untuk
mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat
dimulai 2 minggu setelah persalinan.
c) Sebelum menggunakan KB sebaiknya dijelaskan efektivitasnya,
efek samping, untung ruginya, serta kapan metode tersebut dapat
digunakan.
d) Jika ibu dan pasangan telah memilih metode KB tertentu, dalam 2
minggu ibu dianjurkan untuk kembali. Hal ini untuk melihat
apakah metode tersebut bekerja dengan baik (Nanny, 2011)

3) Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas


1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebuutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi, serta keluarga
83

3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa


nyaman.
4) Membuat kebijaka, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu
dan anak serta mampu melakukan kegiatan administrasi.
5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktikan kebersihan yang aman.
7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosis dan rencana tindakan juga melaksanakannya
untuk memperceepat proses pemulihan, serta mencegah komplikasi
dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayinya selama periode nifas.
8) Memberikan asuhan secara profesional ( Nanny, 2011).

4) Tahapan Masa nifas


Beberapa tahapan Masa Nifas:
1) Puerperium dini
Yaitu kepulihan di mana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan,
serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.
2) Puerperium intermidiate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat alat genitalia yang lamanya
sekitar 6-8 minggu
3) Puerperium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila ibu selama hamil atau persalianan yang mempunyai komplikasi
( Nanny, 2011).

5) Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali
kunjungan yang dilakukan. Haln ini untuk menilai status ibu dan bayi baru
lahir serta untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah
yang terjadi antara lain sebagai berikut:
84

1) 6-8 jam setelah persalinan


a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan, rujuk bila
pendarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2) 6 hari setelah persalinan
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau.
b) Menilai adanya tanda tanda demam, infeksi, dan perdarahan
abnormal.
c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda tanda penyulit
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan
tali pusat, serta mebjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-
hari
3) 2 minggu setelah persalinan
Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan
meraba bagian rahim.
4) 6 minggu setelah persalinan
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit penyulit yang ia atau bayi
alami.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini
(Nanny, 2011).
85

6) Perubahan Fisiologis Masa Nifas


1) Perubahan sistem reproduksi
a) Uterus
Pada utterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses
kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai kurang lebih
1 cm di atas umbilikus, dalam beberapa hari kemudian, perubahan
involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira kira 1-2 cm
setiap 24 jam. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari
ke-9 pascapartum.
Tabel 2.7 Uterus
Berat Diameter
Tinggi Keadaan
Involusi uterus bekas melekat
fundus uteri serviks
(gr) plasenta (cm)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari di 750 12,5 Lembek
bawah pusat

Satu minggu Pertengahan 500 7,5 beberapa


pusat simfisis hari setelah
postpartum
Dua minggu Tak teraba di 350 3-4 dapat dilalui
atas simfisis 2 jari
akhir minggu
Enam Bertambah 50-60 1-2 pertama
minggu kecil dapat
dimasuki 1
Delapan Sebesar 30 jari
minggu normal

(Sulistyawati, 2011)

b) Involusi Tempat Plasenta


Setelah persalianan, tempat plasenta merupakan tempat
dengan permukaan kasar, tidak ratam dan kira kira sebesar 3-4 cm
dan pada akkhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta
86

khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung


banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus(Nany,
2011).

2) Perubahan ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis. Serta fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-
angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum
rotundum menjadi kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retrofleksi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun”
setelah melahirkan oleh karena ligamen, fasia, dan jaringan penunjang
alat genitalia menjadi agak kendur.

3) Perubahan pada serviks


Serviks mengalami involusi bersama sama uterus. Perubahan
perubahan yang terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk serviks
yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus
uteri tidak berkontraksi sehingga seolah olah pada perbatasan antara
korpus dan uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks
tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus
dan serviks uteri terbentuk seperti cincin. Warna serviks sendiri merah
kehitam-hitaman karena pembuluh darah.
Beberapa hari setalah persalinan, ostium eksternum dapat dilalui
oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata, tetapi retak retak karena
robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat
dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan
bagian atas dari kanalis servikalis.

4) Lokia
Lokia adalah ekkresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina
87

normal. Lokia mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu


menyengat dan volume nya berbeda beda tiap wanita.
Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan
warnanya di antaranya sebagai berikut:
a) Lokia rubra/ merah
Lokia iani mencul pada hari pertama sampai hari ketiga
masa postpartum sesuai dengan namanya, warnanya biasanya merah
dan mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dan
serabut dari desidua dan chorion.
b) Lokia sanguinoleta
Lokia ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
karena pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 3-5
hari postparrtum.
c) Lokia serosa
Lokia ini muncul pada hari ke 5-9 postpartum. Warnanya
biasanyanya kekuningan atau kecoklatan. Lokia ini terdiri atas lebih
sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri atas leukosit dan
robekan laserasi plasenta.
d) Lokia alba
Lokia ini muncul lebih dari hari ke-10 postpartum.
Warnanya lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak
mengandung leukosit, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan
yang mati.

5) Perubahan pada vagina dan perineum


Esterogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan
mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat
teregang akan kembali secara bertahap pada ukuran sebelum hamil
selama 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat
sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan menonjol pada wanita
nulipara. Pada umumnya rugae akan memipih secara permanen.
88

Mukosa tetap atrofik pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya


sampai mentruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi
seiring pemulihan fungsi ovarium. Proses penyembuhan luka
episiotomy sama dengan luka operasi lai. Tanda-tanda infeksi (nyeri,
merah, panas, dan bengkak) atau tepian insisi tidak saling melekat bisa
terjadi. Penyembuhan baru berlangsung dalam dua sampai tiga minggu.

6) Perubahan tanda-tanda vital


a) Suhu badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit
(37,5-38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkanm,
kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu
badan menjadi biasa.
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80×/menit.
Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
c) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah
tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia
postpartum.
d) Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernapasan
juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus
saluran napas.

7) Perubahan sistem kardiovaskular


Vulume darah, bergantung pada beberapa faktor, misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi, serta pengeluaran
cairan ekstravaskular (edema fisiologis). Kehilangan darah merupakan
akibat penurunan volume darah total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah
89

itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan volume


darah menurun dengan lambat. Volume darah biasanya menurun
sampai mencapai volume darah sebelum hamil.
Curah jantung, denyut jantung dan volume sekuncup meningkat
sepanjang masa hamil. Segera setelah melahirkan, keadaan ini
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang
biasanya melintasi sirkulasi uteroplasenta tiba tiba kembali ke sirkulasi
umum.

8) Sistem pencernaan pada masa nifas


a) Nafsu makan
Ibu biasanya merasa lapar segera setelah melahirkan
sehingga ia boleh mengonsumsi makanan ringan. Ibu sering kali
cepat lapar setelah melahirkan dan siap makan pada 1-2 jam post
primoedial, dan dapat ditoleransi dengan diet yang ringan. Setelah
benar- benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan,
kebanyakan ibu merasa sangat lapar.
b) Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan mortilitas otot traktus
cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
Kelebihan anelgesia dan anestesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas dengan normal.
c) Pengosongan usus
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua
sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa
disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses
persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum
persalianan, enema sebelum melahirkan, kurang makan atau
dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi karena
nyeri yang dirasakannya di perineum akibat episiotomi, laserasi
90

atau hemoroid. Kebiasaan buang air besar yang teratur perlu dicapai
kembali setelah tonus usus kembali normal.

9) Perubahan sistem perkemihan


a) Fungsi sistem perkemihan
(1)Keseimbangan cairan elektrolit
Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri atas air dan
unsur- unsur yang terlarut di dalamnya. Sebanyak 70% dari air
tubuh terletak di dalam sel sel dan dikenal sebagai cairan
intraseluler.
(a) Edema adalah tertimbunya cairan dalam jaringan akibat
gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh.
(b) Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang
terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak
diganti.
(2)Keseimbangan asam tubuh
Batas normal ph cairan adalah 7,35-7,40. Bila ph>7,4
disebut alkalosis dan jika ph <7,35 disebut asidosis.
(3)Mengeluarkan sisa metabolisme, racun, dan zat toksin
Ginjal mengeksresihasil akhir metabolisme protein yang
mengandung nitrogen.
b) Sistem urinarius
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang
tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan
penurunan kadar steroid setelah wanita menlahirkan sebagian
menjelaskan penyebab penurunan fungsi ginjal selama masa
postpartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan
wanita melahirkan.
c) Komponen urine
Glikosuria ginjal diinduksikan oleh kehamilan menghilang.
Laktosuria positif pada ibu menyusui merupakan hal yang normal.
91

Blood urea Nitrogen (BUN) yang meningkat selama pasca partum,


merupakan akibat autolisis uterus yang berinvolusi. Pemecahan
kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan
proteinuria ringan (+1) selama satu sampai dua hari setelah wanita
melahirkan. Hal ini terjadi pada sekitar 50% wanita. Asetonuria
dapat terjadi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi
persalinan atau setelah suatu persalinan yang lama dan disertai
dehidrasi.
d) Diuresis postpartum
Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai membuang
kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. Salah
satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama
masa hamil ialah diaforesis luas, terutama padamalam hari, selama
2-3 hari pertama setelah melahirkan. Diuresis pascapartum, yang
disebabkan oleh penurunan kadar esterogen, hilangnya peningkatan
volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme tubuh
untuk mengatasi kelebihan cairan.
e) Uretra dan kandung kemih
Trauma dapat terjadi pada uretra dan kandung kemih
selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir.
Dinding kandung kemih mengalami hiperemia dan edema, sering
kali disertai di daerah daerah kecil hemoragi.

7) Adaptasi Psikologis ibu masa nifas


Pengalaman menjadi orang tua khususnya menjadi seorang ibu
tidaklah selalu merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi setiap
wanita atau pasangan suami istri. Realisasi tanggung jawab sebagai
seorang ibu setelah melahirkan bayi sering kali menimbulkan konflik
dalam diri seorang wanita dan merupakan faktor pemicu munculnya
gangguan emosi, intelektual, dan tingkat laku pada seorang wanita.
Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian
92

lainnnya tidak berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian


lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dengan baik dan mengalami
gangguan gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindrom yang
disebut post partum blues (Nany, 2011).
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami
fase-fase sebagai berikut:
(a) Adaptasi Psikologi Post Partum
(1) Fase taking-in
Yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini, fokus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
Gangguan psikolgis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini
adalah berikut:
a) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan
tentang bayinya, misalnya: jenis kelamin tertentu, warna kulit,
dan sebagainya.
b) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang
dialami ibu. Misalnya: rasa mules akibat dari kontraksi rahim,
payudara bengkak, akibat luka jahitan, dan sebagainya.
c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
d) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat
bayinya dan cenderung melihat saja tanpa membatu. Ibu akan
merasa tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan
hanya tanggung jawab ibu saja, tetapi tanggung jawab bersama.
(2) Fase taking hold
Yaitu fase/periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah sehingga kita perlu berhati-hati
dalam berkomunasi dengan ibu.
93

(3) Fase letting go


Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu
sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta
kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang
kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu.

(b) Maternal Depresive Symptoms


Postpartum blues atau sering juga disebut maternity blues atau
sindrom ibu baru, dimengerti sebagai suatu sindrom gangguan efek
ringan pada ringan pada minggu pertama setelah persalinan dengan
ditandai genjala-gejala berikut ini:
(1) Reaksi depresi/sedih/disforia
(2) Sering menangis
(3) Mudah tersinggung.
(4) Cemas
(5) Labilitas perasaan.
(6) Cenderung menyalahkan diri sendiri.
(7) Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
(8) Kelelahan.
(9) Mudah sedih.
(10) Cepat marah.
(11) Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih, dan cepat pula
menjadi gembira.
(12) Perasaan terjebak dan juga marah terhadap pasangannya, serta
bayinya.
(13) Perasaan bersalah.
(14) Pelupa.
Puncak potpartum blues ini 3-5 hari setelah melahirkan dan
berlangsung dari beberapa hari sampai 2 minggu. Oleh karena begitu
umum, maka diharapkan tidak dianggap sebagai penyakit. Postpartum
94

blues tidak mengganggu kemampuan seorang wanita untuk merawat


bayinya sehingga ibu dengan postpartum blues masih bisa merawat
bayinya.
Beberapa cara untuk mengatasi postpartum blues adalah
sebagai berikut:
(a) Persiapan diri yang baik selama kehamilan untuk menghadapi masa
nifas.
(b) Komunikasikan segala permasalahan atau hal yang ingin
disampaikan.
(c) Selalu membicarakan rasa cemas yang dialami.
(d)Bersikap tulus serta ikhlas terhadap apa yang telah dialami dan
berusaha melakukan peran barunya sebagai seorang ibu dengan baik.
(e) Cukup istirahat.
(f) Menghindari perubahan hidup yang drastis.
(g)Berolahraga ringan.
(h)Berikan dukungan dari semua keluarga. Suami, atau saudara.
(i) Konsultasikan pada tenaga kesehatan atau orang yang profesional
agar dapat memfasilitasi faktor resiko lainnya selama masa nifas dan
membantu dalam melakukanupaya pengawasan.
(c) Edinburg Postnatal Depression Scale (EPSD)
Di luar negeri tindakan skrinning untuk mendeteksi gangguan
mood/depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca-bersalin yang
rutin. Untuk dapat melakukan asuhan tersebut dapat digunakan alat
bantu berupa Edinburg Postnatal Depression Scale (EPDS) yaitu
kuesioner dengan validitas yang telah teruji yang dapat mengukur
intensitas perubaansuasana depresi selama 7 hari pasca-
bersalin(Walyani, 2015).
(d) Kesedihan / depresi
Beberapa gejala- gejala depresi adalah sebagai berikut:
(1) Perubahan pada mood.
(2)Gangguan pada pola tidur dan pola makan.
95

(3)Perubahan mental daan libido.


(4)Dapat pula muncul fobia, serta ketakukan akan menyakiti dirinya
sendiri dan bayinya.
Depresi berat akan terjadi biasanya pada wanita/ keluarga yang
pernah mempunyai riwayat kelainan psikiatrik. Selain itu, kemungkinan
dapat terjadi pada kehamilan selanjutnya.
Berikut ini adalah penatalaksaan depresi berat:
(a) Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar.
(b) Terapi psikologis dari psikiater.
(c) Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan antidepresan.
(d) Jangan ditinggall sendirian di rumah.
(e) Jika diperlukan lakukan perawatan di rumah sakit.
(f) Tidak dianjurkan rawat gabung (rooming in) dengan bayinya pada
penderita depresi berat.

8) Kebutuhan Dasar ibu masa nifas


Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan
yaitu waktu kembali pada keadaan tidak hamil. Kebutuhan- kebutuhan
yang dibutuhkan ibu nifas adalah sebagai berikut:
1) Nutrisi dan Cairan
Ibunifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang,
terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui
sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan
untuk tumbuuh kembang bayi
2) Ambulasi
Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan, yaitu
sebagai berikut;
a) Melancarkan pengeluaran lokea, mengurangi infeksi puerperium.
b) Mempercepat involusi uterus.
c) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin.
96

d) Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat


fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme
Ambulasi dini dilakukan secara berangsur-angsur, maksudnya
bukan berarti ibu di haruskan langsung bekerja (mencuci, memasak,
dan sebagainya) setelah bangun.

3) Eliminasi
Buang air kecil (BAK), setelah ibu melahirkan, terutama bagi
ibu yang pertama kali melahirkan akan terasa pedih bila BAK. Keadaan
ini kemungkinan disebabkan oleh iritasi pada uretra sebagai akibat
persalinan sehingga penderita takut BAK.
Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Ibu
diusahakan mampu buanng ir kecil sendiri, bila tidak maka dilakukan
tindakan berikut ini:
a) Dirangsang dengan mengalirkan air keran di dekat klien.
b) Mengompres air hangat di atas simfisis.
c) Saat site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK.
Buang Air Besar (BAB). Defekasi (buang air besar) harus ada
dalam 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul koprostase
hingga skibale (feses yang mengeras) tertimbun di rektum, mungkin
akan terjadi febris. Biasanya 2-3 hari postpartum masih susah BAB,
maka sebaiknya diberikan laksan atau paraffin(1-2 hari postpartum).
Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur:
(1) Diet teratur.
(2) Pemberian cairan yang banyak.
(3) Ambulasi yang baik.
97

BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN RENCANA PELAKSANAAN

A. TINJAUAN KASUS
1. Asuhan kebidanan pada ibu hamil
Pengkajian Dilakukan Pada :
a. Hari, Tanggal : Senin, 29 Januari 2018
b. Pukul : 16.30 WIB
c. Tempat : BPM Ellna, SST, M.Kes
d. No. Medrec : 0372

I. DATA SUBJEKTIF
a. Biodata
Nama : Ny “E” Nama : Tn “S”
Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia Suku bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT) Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Blabak No.27/43/09 3 Ilir Palembang

b. Alasan Datang
Ny.”P” datang ke BPM Ellna, SST, M.Kes pada tanggal 30
Januari 2018, pukul 14.00 WIB, ingin memeriksakan kehamilannya.
Ibu mengaku hamil 7 bulan anak kedua dan gerakan janin masih
dirasakan.

c. Data Kebidanan
1. Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun Jumlah : ±3x ganti pembalut
Siklus : ±28 hari Disminorhoe : Tidak ada
Lama haid : ±4 hari Warna : Merah kecoklatan
2. Riwayat Perkawinan
Kawin : 1 kali

97
98

Usia waktu kawin : 19 tahun


Lama Perkawinan : ±3tahun
3. Riwayat kehamilan sekarang, persalinan dan nifas yang lalu

Usia Jenis Tahun Nifas/ Anak


No Penolong Penyulit Ket
Kehamilan Pesalinan Persalinan Laktasi
JK BB PB Keadaan
1 Aterem Spontan Bidan Tdk ada 2015 Baik LK 2,8 49 Baik hidup

2 Ini

4. Riwayat kehamilan sekarang


HPHT : 23-07-2017
TP : 30-04-2018
Usia Kehamilan : 27 minggu 5 hari
ANC : 4x di BPM

TM I : 1x di BPM Ellna
TM II : 2x di BPM Ellna
TM III : 1x di BPM Ellna

Tablet fe yang di komsumsi : ±40 tablet

Keluhan selama kehamilan


TM I : pusing dan mual

Obat yang dikonsumsi : Tablet fe ±10 tab, vit c

TM 2 : pusing

Obat yang dikonsumsi :Tablet fe ±10 tab, kalk, vit c

TM 3 : Tidak ada Keluhan


Obat yang dikonsumsi : Tablet fe ±20 tab, B.comp

Suntik TT : sudah dilakukan

Suntik TT1 : sudah dilakukan

Suntik TT2 : sudah dilakukan


99

Suntik TT3 : sudah dilakukan

Gerakan janin pertama kali dirasakan : 16 minggu


Berapa kali gerakan janin dalam 24 jam : ± 10 x/24 jam

d. Riwayat KB
Pernah mendengar tentang KB : pernah

Pernah menjadi Akseptor KB : pernah

Jenis kontrasepsi yang digunakan : KB suntik 3 bulan

Lamanya menjadi akseptor KB : 3 bulan

Alasan berhenti menjadi akseptor KB : ingin punya anak

lagi

e. Data Kesehatan
1. Riwayat penyakit yang diderita pasien

Penyakit menular (AIDS,TBC,Sifilis) : Tidak ada


Penyakit keturunan (Hypertensi,jantung,ginjal) : Tidak ada
Penyakit yang pernah diderita pasien : Tidak ada
2. Riwayat penyakit keluarga / keturunan

Penyakit menular (AIDS,TBC,Sifilis) : Tidak ada


Penyakit keturunan (Hypertensi,jantung,ginjal) : Tidak ada
3. Riwayat operasi yang pernah dijalani : Tidak ada

4. Riwayat penyakit keluarga/keturunan yang lain : Tidak ada

f. Data Kebiasaan Sehari-Hari


1. Nutrisi
Makan : 3 kali sehari
Porsi : 1 piring nasi putih, 1 mangkok sayur,

potong daging ikan, dan tempe.


100

Jenis makan ` :

Pagi : 1 piring nasi goreng, 1 telur


Siang : 1 piring nasi, 1 porsi sayur, 1 potong ayam
Malam : 1 piring nasi, 1 porsi sayur, 1 potong ikan
Pantangan makan : Tidak ada

Minum : ± 8 gelas sehari


Jenis minum : Air putih dan susu

2. Eliminasi
BAB
Frekuensi : ± 1 kali sehari Penyulit : Tidak ada
Warna : kuning kecoklatan Konsisten : lunak
BAK

Frekuensi : ± 7 kali sehari Penyulit : Tidak ada


Warna : kuning jernih
3. Istirahat dan aktivitas
Siang : ±2 jam/Hari
Malam : ±8 jam/Hari

Aktivitas : Memasak, mencuci, menyapu, mengepel

g. Data psikososial
Hubungan ibu dengan suami dan keluarga : Harmonis

Tanggapan ibu,suami,dan keluarga terhadap

kehamilannya : Diharapkan

Pengambilan keputusan keluarga : Keluarga

Rencana tempat bersalin : Bidan

Adat/ kebiasaan yang dilakukan

mempengaruhi kehamilan : Tidak ada

Kebiasaan minum alkohol/nafza dan


101

obat terlarang lainnya : Tidak ada

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan fisik
a) TB : 165 cm
b) BB :
Sebelum hamil : 45 kg
Sesudah hamil : 55 kg
c) LILA : 25 cm
d) Tanda-tanda Vital
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/80 Mmhg
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36 °c
RR : 24 kali/menit

2. Pemeriksaan kebidanan
a. Inspeksi
1) Kepala
Rambut : Hitam,bersih, tidak rontok, tidak ada

ketombe

Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip

Mata : Konjungtiva : tidak anemis

Sklera : Tidak ikterik

Mulut : Bersih, ada caries gigi, tidak ada

sariawan
102

Muka : Tidak ada oedema

2) Leher
Pembengkakan kelenjar tiroid : Tidak ada

Pembengkakan vena jugularis : Tidak ada

3) Dada
Mammae : Simetris

Areola mamae : Hyperpigmentasi

Puting susu : Menonjol

Kolostrum : Ada

4) Abdomen
Pembesaran : Sesuai usia kehamilan
Striae livide : Tidak ada
Linea nigra : Ada
Striae Albicans : Tidak ada
Luka bekas operasi : Tidak ada
2) Genitalia Eksternal : Tidak dilakukan
3) Genitalia Internal : Tidak dilakukan
4) Ekstrimitas : Tidak ada oedema, tidak ada varises

b. Palpasi
Leopold I : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat-PX (MC
Donald 26 cm). Pada fundus teraba bagian bulat,
lunak, dan tidak melenting.
Leopold II : Pada bagian perut kiri ibu teraba bagian keras
memanjang seperti papan yaitu punggung dan
dibagian kanan perut ibu teraba bagian kecil-kecil
janin.
103

Leopold III : Pada bagian bawah teraba bulat, keras, dan


melenting, dan bagian terbawah janin belum
masuk PAP.
Leopold IV : Belum dilakukan

c. Auskultasi
DJJ : terdengar

Frekuensi : 144 x/menit

Sifat : teratur

Lokasi : 3 jari dibawah pusat bagian kiri perut ibu

d. Perkusi
Refleks patella : Positif (+) / (+)

3. Pemeriksaan penunjang
a. Darah
HB : Tidak dilakukan

Golongan Darah : Tidak dilakukan

b. urine
Protein : Tidak dilakukan

Glukosa : Tidak dilakukan


104

III. ANALISIS DATA


1. Diagnosa
G2P1A0 hamil 27 minggu 5 hari, janin tunggal hidup, presentasi kepala

IV. PERENCANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan TTV dan pemeriksaan fisik dengan
hasil:
TD : 120/80mmHg
BB : 55 kg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36 ºC
RR : 25 x/menit
- Keadaan ibu normal dan ibu merasa senang dengan hasil
pemeriksaan bidan.
2. Menjelaskan pada ibu tentang pentingnya makanan bergizi dan pola
makan sehat, karena nutrisi ibu sudah mencukupi ibu harus membatasi
untuk mengkomsumsi karbohidrat seperti Nasi, roti dan lain lain.
- Ibu mengerti dan mau menuruti penjelasan bidan
3. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan terutama daerah organ
genetalia, serta ganti pakaian dalam 2x atau jika lembab.
- Ibu mengerti dan akan melakukannya.
4. Menjelaskan dan mempraktikkan pada Ibu cara merawat payudara
yaitu bersihkan puting susu dengan air hangat ketika mandi atau bisa
dibersihkan dengan baby oil dengan menggunakan kapas agar pada
saat menyusui ASI keluar dengan lancar.
- Ibu mengerti dan mau menuruti penjelasan yang diberikan bidan.
5. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup agar tidak terlalu
lelah
- Ibu mengerti penjelasan bidan dan mau mengikuti anjuran bidan
6. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda bahaya kehamilan TM III yaitu
pendarahan pervaginam, nyeri kepala yang berlebihan, gangguan
penglihatan, bengkak pada wajah dan tangan, nyeri hebat pada perut
105

dan gerakan janin yang tidak dirasakan dan jika ibu mengalami salah
satu dari hal tersebut maka harus segera ke tenaga kesehatan.
- Ibu mengerti penjelasan bidan dan mau mengikuti anjuran bidan
7. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda persalinan seperti terjadinya His
persalinan, keluarnya lendir bercampur darah terkadang disertai
ketuban pecah, dilatasi dan effacement.

- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan


8. Menanyakan kepada ibu apakah masih ada multivitamin untuk 1
minggu kedepan .
- Ibu menjawab masih ada.
9. Merencanakan kunjungan ulang pada Ny.”P” 3 minggu lagi dan atau
jika ada keluhan

- Ibu akan mengontrol ulang 3 minggu lagi atau bila ada keluhan ibu
langsung datang ke bidan.
106

B. RENCANA PELAKSANAAN
1. Rencana Pengkajian Kebidanan
a. Kehamilan
1) Melakukan pengumpulan data subjektif
a) Alasan datang
b) Data kebidanan
(1) Tablet fe, usia kehamilan, keluhan selama hamil
c) Kebiasaan sehari hari, pola nutrisi; pola istirahat dan aktivitas, pola
eliminasi

2) Melakukan pengumpulan data objektif meliputi:


a) Pemeriksaan fisik
Meliputi : TB, BB (sebelum hamil dan saat hamil), LILA, TTV
(KU, kesadaran, TD, pulse, suhu, RR)
b) Pemeriksaan kebidanan
Palpasi (leopold I, leopold II, leopold III, leopold IV, TBBJ),
aukultasi (DJJ, frekuensi, sifat, lokasi), perkusi (refleks patella)
c) Pemeriksaan penunjang
Meliputi : darah (HB, golongan darah), urine (protein, glukosa)
d) Melakukan analisa dan interpretasi dan data subjektif dan objektif
dalam suatu identifikasi diagnose atau masalah potensial, perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi
atau rujukan

b. Persalinan

1) Melakukan pengumpulan data subjektif


a) Alasan
b) Pola nutrisi, pola istirahat dan aktivitas, pola eliminasi
2) Melakukan pengumpulan data objektif meliputi :
(1) Pemeriksaan Fisik
Meliputi : TB, BB (sebelum hamil dan saat hamil), LILA, TTV
(KU, kesadaran, TD, pulse, suhu, RR).
107

(2) Pemeriksaan Kebidanan : inspeksi (kepala, leher, dada, abdomen,


genitalia eksternal, ekstermitas), palpasi ( leopod I, Leopod II,
Leopod III, Leopod IV, TBBJ) : auskultasi (DJJ, frekuensi, sifat,
lokasi), perkusi (refleks patela) : pemeriksaan dalam (portio,
pendataran, pembukaan, penunjuk, terbawah, ketuban,
penurunan.
(3) Pemeriksaan penunjang
Meliputi : darah (HB, golongan darah), urine (protein, glukosa).
3) Melakukan analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif, dalam
suatu identifikasi diagnosa atau masalah potensial dan perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi
atau rujukan.

c. Nifas

1) Melakukan pengumpulan data subjektif


a) Alasan datang
b) Data kebidanan
(1) Riwayat persalinan sekarang : jenis komplikasi, tempat
persalinan, dan setelah melahirkan, jenis kelamin anak, keadaan
anak : ketuban pecah, kala I, kala II, kala III, kala IV, episiotomi
: jumlah perdarahan kala I, II, III, IV, penyulit komplikasi,
tindakan pada masa persalinan.
(2) Kebiasaan sehari-hari, pola nutrisi, pola istirahat, pola aktivitas,
pola eliminasi, BAK dan BAB, genitalia.
(3) Data psikososial : adat kebiasaan yang dilakukan selama nifas,
konsumsi obat-obatan/ jamu-jamuan.
2) Melakukan pengumpulan data objektif meliputi :
(1) Pemeriksaan fisik
Meliputi : BB, LILA, TTV, (KU, kesadaran, TD, pulse, suhu,
RR).
(2) Pemeriksaan kebidanan
108

Meliputi : inspeksi (kepala, leher, dada, abdomen, genitalia


eksterna, genitalia interna, ekstermitas), palpasi (abdomen,
genitalia), perkusi, refleks patela.
(3) Pemeriksaan penunjang
Meliputi : darah (HB, golongan darah), urine (protein dan
glukosa)
3) Melakukan analisa dan interpretasi dan data subjektif dan objektif
dalam suatu identifikasi diagnosa atau masalah potensial, perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi
atau rujukan.

d. Bayi Baru Lahir dan Neonatus

1) Melakukan pengumpulan data subjektif


a) Biodata
Meliputi : nama bayi, umur, tanggal lahir, jam lahir, jenis kelamin,
BBL, PBL, kelahiran, nama ibu, umur, agama, pekerjaan,
pendidikan, agama.
b) Riwayat kehamilan
Meliputi : ANC, TT, Riwayat penyakit kehamilan.
c) Riwayat persalinan
Meliputi : jenis persalinan, ditolong oleh, ketuban pecah, kala I,
kala II, tindakan kala III, plasenta, tali pusat, kala IV komplikasi.
2) Melakukan pengumpulan data objektif meliputi
a) Pemeriksaan umum
Meliputi KU, Kesadaran, RR, Nadi, Temperatur, PB, BB.
b) Keadaan umum secara sistematis
Meliputi kepala, muka, mata, hidung, mulut, telinga, leher, dada,
abdomen, kulit, genitalia, punggung, dan anus, esktremitas.
Pemeriksaan khusus (denyut jantung, usaha bernafas, tonus otot,
refleks, warna kulit).
c) Sistem syaraf (refleks morro)
109

d) Pemeriksaan antropometri (lingkar kepala, lila, lingkar dada)


e) Eliminasi
3) Melakukan analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam
suatu identifikasi diagnosa atau masalah potensial perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter konsultasi atau kolaborasi atau
rujukan.

2. Rencana Asuhan Kebidanan


a. Kehamilan
1) Melakukan KIE tentang pola nutrisi
2) Melakukan KIE tentang personal hygiene
3) Melakukan KIE tentang istirahat
4) Melakukan KIE tentang tanda-tanda bahaya kehamilan TM III
5) Melakukan KIE tentang tanda-tanda persalinan

b. Persalinan

1) Melakukan 60 langkah APN


2) Melakukan KIE tentang IMD
3) Melakukan KIE tentang fisiologi persalinan

c. Nifas

1) Melakukan KIE tentang perawatan payudara


2) Melakukan KIE tentang teknik marmet
3) Melakukan KIE tentang fisiologi masa nifas
4) Melakukan KIE tentang mobilisasi
5) Melakukan KIE tentang ASI Ekslusif
6) Melakukan KIE tentang kunjungan rumah

d. Bayi baru lahir dan neonatus

4) Melakukan KIE tentang fisiologi bayi baru lahir normal


5) Melakukan KIE tentang pencegahan infeksi dan hipotermi
110

6) Melakukan KIE tentang perawatan tali pusat

3. Rencana Evaluasi
a. Kehamilan

1) Melakukan evaluasi terhadap KIE pola nutrisi

2) Melakukan evaluasi terhadap KIE persnoal hygiene

3) Melakukan evaluasi terhadap KIE istirahat

4) Melakukan evaluasi terhadap KIE tanda bahaya kehamilan TM III

5) Melakukan evaluasi terhadap KIE tanda-tanda persalinan

b. Persalinan

1) Melakukan evaluasi terhadap KIE 60 langkah APN


2) Melakukan evaluasi terhadap KIE IMD
3) Melakukan evaluasi terhadap KIE fisiologi kehamilan
c. Nifas
1) Melakukan evaluasi terhadap KIE perawatan payudara
2) Melakukan evaluasi terhadap KIE teknik marmet
3) Melakukan evaluasi terhadap KIE fisiologi masa nifas
4) Melakukan evaluasi terhadap KIE mobilisasi
5) Melakukan evaluasi terhadap KIE ASI eksklusif
6) Melakukan evaluasi terhadap KIE kunjungan rumah
d. Bayi Baru Lahir dan Neonatus
1) Melakukan evaluasi terhadap KIE fisiologi bayi baru lahir normal
2) Melakukan evaluasi terhadap KIE pencegahan infeksi hipotermi
3) Melakukan evaluasi terhadap KIE perawatan tali pusat

Anda mungkin juga menyukai