Anda di halaman 1dari 9

RESUME

Belajar dan Pembelajaran


Dosen Pengampu Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd.

Hari, tanggal : Rabu / 19 September 2018


Nama/ NIM : Bagus Priyambudi/160341606047
Kelas :A
Prodi : S1 Pendidikan Biologi
Topik : Rivew Materi Teori Belajar
Tujuan : Mengetahui dan Memahami Dari Rivew Materi Teori Belajar

A. Pengertian teori belajar behavioristik, kognitivisme dan konstrukvisme


1) Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang telah cukup
lama dianut oleh para pendidik. Teori ini dicetuskan oleh Gage dan Berliner
yang berisi tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal
penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu
dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila
dikenai hukuman.
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Belajar merupakan
akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon. Faktor lain yang dianggap
penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement).
2) Teori Belajar Kognitivisme
Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai
persamaan dengan “knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas
kognition/kognisi ialah perolehan penataan, penggunaan pengetahuan.
(Muhibbin 1995). Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah
pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah
perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Isme berarti sebuah aliran,
paham (Sagala, 2010).
Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada
hasil belajar itu sendiri. Baharudin menerangkan teori ini lebih menaruh
perhatian dari pada peristiwa-peristiwa Internal. Belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon sebagaimana dalam teori
behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks.Menurut teori kognitivistik, ilmu
pengetahuan dibangun didalam diri seseorang melalui proses interaksi
yangberkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak hanya berjalan
terpatah-patah, terpisahpisah,tetapi melalui proses mengalir, bersambung dan
menyeluruh.
3) Teori Belajar Konstruktivistik
Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi (bentukan).
Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitivisme dari
kenyataan yang terjadi melalui aktivitas seseorang. Teori belajar
konstruktivistik biasanya dimulai dari karakteristik manusia masa depan yang
diharapkan, konstruksi pengetahuan, proses belajar menurut teori
konstruktivistik (Sumarsih, 2005).
Konstrukvisme merupakan proses pembelajran yang menerangkan
bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Berdasarkan faham
konstruktivisme, peserta didik diharuskan membangun pemahamannya sendiri
dengan konsep yang telah guru berikan selama proses pembelajaran.
Pembelajaran adalah hasil dari usaha peserta didik itu sendiri. Pola pembinaan
ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu aktivitas mental
yang digunakan oleh peserta didik sebagai bahan mentah bagi proses renungan
dan pengabstrakan. Fikiran peserta didik tidak akan menghadapi kenyataan
dalam bentuk yang terasing dalam lingkungan sekitar. Realita yang diketahui
peserta didik adalah realita yang dia bina sendiri. Untuk membantu peserta
didik dalam membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus
memperkirakan struktur kognitivisme yang ada pada mereka. Apabila
pengetahuan baru telah disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebagian
daripada pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk
ilmu pengetahuan dapat dibina (Sutiah, 2003).
B. Prinsip teori belajar Behavioristik, Kognitivisme dan Konstruktivistik
1) Prinsip teori belajar Behavioristik
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi:
- Reinforcement and Punishment;
- Primary and Secondary Reinforcement;
- Schedules of Reinforcement;
- Contingency Management;
- Stimulus Control in Operant Learning;
- The Elimination of Responses (Suardi, 2018).
2) Prinsip teori belajar kognitivisme
Teori belajar kognitivisme menjelaskan belajar dengan memfokuskan
pada perubahan proses mental dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari
upaya untuk memahami dunia. teori belajar kognitivisme yang digunakan
untuk menjelaskan tugas-tugas yang sederhana seperti mengingat nomor
telepon dan kompleks seperti pemecahan masalah yang tidak jelas. Teori
belajar kognitivisme didasarkan pada empat prinsip dasar:
- Pembelajar aktif dalam upaya untuk memahami pengalaman.
- Pemahaman bahwa pelajar mengembangkan tergantung pada apa
yang telah mereka ketahui.
- Belajar membangun pemahaman dari pada catatan.
- Belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang.
3) Prinsip Teori Belajar Konstruktivistik
Dalam Teori belajar konstruktivistik terdapat beberapa prinsip yang
diajukan oleh Jacqueline Grennon Brooks dan Martin G. Brooks dalam The
case for constructivist classrooms. (1993), antara lain:
- Permasalahan yang muncul sebagai hal yang relevan dengan siswa
- Struktur belajar di sekitar konsep-konsep utama
- Carikan dan hargai poin-poin pandangan siswa sebagai jendela
memberi alasan mereka.
- Sesuaikan pembelajaran dengan perkiraan menuju pengembangan
siswa.
- Nilai hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran.
C. Perbedaan dan Aplikasi Teori Belajar Behavioristik, Kognitivisme, dan
Konstruktivistik
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Kaum behavioris menjelaskan
bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement
dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang siswa dalam berperilaku.
Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya
merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-
bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-
bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek.
Teori Belajar Behavioristik memilki ciri-ciri untuk mempermudah
menggunakannya. Kurikulum berbasis filsafat behaviorisme tidak sepenuhnya
dapat diimplementasikan dalam sistem pendidikan nasional, terlebih lagi pada
jenjang pendidikan usia dewasa.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang
sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga
makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik
struktur pengetahuan tersebut. Karena teori behavioristik memandang bahwa
sebagai sesuatu yang ada di dunia nyata telah tersetruktur rapi dan teratur, maka
siswa aau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan
ditetapkan lebih dahulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat
esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan
penegakan disiplin. Kegagalan dan ketidakmampuan dalam penambahan
pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan
keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang
pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai
penentu keberhasilan belajar. Siswa atau peserta didik adalah objek yang harus
berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh
sistem yang berada di luar diri siswa.
Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada
hasil belajar itu sendiri. Baharudin menerangkan teori ini lebih menaruh perhatian
dari pada peristiwa-peristiwa Internal. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon sebagaimana dalam teori behaviorisme, lebih dari itu
belajar dengan teori kognitivisme melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks.Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun didalam diri
seseorang melalui proses interaksi yangberkesinambungan dengan lingkungan.
Proses ini tidak hanya berjalan terpatah-patah, terpisahpisah,tetapi melalui proses
mengalir, bersambung dan menyeluruh.
Tujuan dibentuknya teori belajar kognitivisme adalah untuk mengkonstruksi
prinsip-prinsip belajar secara ilmiah. Hasilnya berupa prosedur-prosedur yang
dapat diterapkan pada situasi kelas untuk mendapatkan hasil yang sangat
produktif. Teori belajar kognitivisme berperan untuk tercapainya pemahaman
seseorang atas diri dan lingkungannya, sehingga dapat menafsirkan bahwa diri dan
lingkungan psikologisnya merupakan faktor yang saling terkait. Setiap pengertian
yang diperoleh dari memahami diri sendiri dan lingkungannya disebut insight.
Implikasi teori kognitivisme dalam pembelajaran adalah seorang pendidik,
guru ataupun apa namanya mereka harus dapat memahami bagaimana cara belajar
siswa yang baik, sebab mereka para siswa tidak akan dapat memahami bahasa bila
mereka tidak mampu mencerna dari apa yang mereka dengar ataupun mereka
tangkap. Implikasi teori belajar dari keempat teori di atas jelas berbeda, namun
secara umum teori kognitivisme lebih mengarah pada bagaimana memahami
struktur kognitivisme siswa, dan ini tidaklah mudah. Dengan memahami struktur
kognitivisme siswa, maka dengan tepat pelajaran bahasa disesuaikan sejauh mana
kemampuan siswanya.
Teori belajar Konstrukvisme merupakan proses pembelajaran yang
menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Berdasarkan
faham konstruktivisme, peserta didik diharuskan membangun pemahamannya
sendiri dengan konsep yang telah guru berikan selama proses pembelajaran.
Pembelajaran adalah hasil dari usaha peserta didik itu sendiri. Pola pembinaan
ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu aktivitas mental yang
digunakan oleh peserta didik sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan
pengabstrakan. Fikiran peserta didik tidak akan menghadapi kenyataan dalam
bentuk yang terasing dalam lingkungan sekitar. Realita yang diketahui peserta
didik adalah realita yang dia bina sendiri. Untuk membantu peserta didik dalam
membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus memperkirakan struktur
kognitif yang ada pada mereka. Apabila pengetahuan baru telah disesuaikan dan
diserap untuk dijadikan sebagian daripada pegangan kuat mereka, barulah
kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina (Sutiah,
2003).
Secara konseptual proses pembelajaran jika dipandang dari pendekatan
kognitif merupakan pemberian makna oleh setiap kejadian sebagai pemberian
makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi
yang bermuara pada pemutakhiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih
dipandang dari segi prosesnya daripada segi perolehan pengetahuan dari fakta-
fakta yang terlepas-lepas. Pemberian makna terhadap objek dan pengalaman oleh
individu tersebut tidak dilakukan sendiri oleh mahasiswa melainkan melalui
interaksi dalam jaringan sosial yang unik, yang terbentuk baik dalam budaya di
kelas maupun di luar budaya kelas. Dalam proses pembelajaran ini melibatkan:
peran pembelajar, peran pengajar, sarana pembelajaran, dan evaluasi.
Pada setiap teori belajar yang telah dikemukakan memiliki kelebihan dan
kekurangan tersendiri dalam pembelajaran. Dari perbedaan yang ada inilah dapat
diketahui dan dimanfaatkan teori mana yang lebih dapat ditonjolkan dalam
pembelajaran. Karena dalam pembelajaran tidak cukup hanya menggunakan satu
macam teori belajar saja. Setiap siswa memiliki cara belajar dan pemahaman
konsep yang berbeda dalam kelas, sehingga diperlukan penyesuaian oleh guru
ketika proses pembelajaran di kelas.

Pertanyaan
1. Apakah dari ketiga teori belajar yang ada, terdapat teori yang sangat diunggulkan
untuk proses pembelajaran saat ini? Mengapa demikian?
Jawab: ada. Yaitu teori belajar konstruktivistik. Karena pembelajaran saat ini tidak
seperti jaman dulu. Pembelajaran saat ini sangat mengedepankan perkembangan
teknologi. Selain itu, siswa juga lebih mudah memahami konsep yang
dibangunnya sendiri daripada konsep yang ditransferkan oleh guru melalui
metode ceramah.
2. Meskipun berbeda, teori belajar behavioristik, kognitivisme dan konstruktivistik
tetap merupakan teori belajar. Dalam pembelajaran di kelas, apakah ketiga teori
itu dapat digabungkan? Jelaskan!
Jawab: dapat. Karena di dalam suatu kelas terdapat lebih dari satu siswa yang
memiliki tingkat pemahaman yang berbeda. Jadi kita tidak dapat menggunakan
hanya satu jenis teori belajar.
3. Manakah yang harus didahulukan antara menentukan teori belajar yang digunakan
dengan tujuan yang belajar yang akan dicapai? Mengapa?
Jawab: tujuan yang harus didahulukan. Karena tujuan sangat diperlukan untuk
menentukan kemana arah pembelajaran akan dicapai. Pencapaian apa yang akan
diperoleh siswa pada materi tertentu. Untuk membantu tercapainnya tujuan
pembelajaran inilah dibutuhkan teori belajar. Teori belajar ini sebaiknya
digunakan secara kolaboratif (dikombinasi). Hal ini bertujuan untuk
menyesuaikan kondisi kelas yang ada.
Daftar Pustaka
Berliner,D. & Gage, A.L. 1984. Educational Psychology. 3rd edition. Houghton Mifflin
Company. All right reserved.

Brooks, Jacqueline Grennon and Brooks, Martin G. 1993. The case for constructivist
classrooms. Alexandria. VA: ASCD.

Muhibbin, Syah. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru, Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Suardi. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish. ISBN: 978-602-453-
863-7

Sumarsih. 2009. Implementasi Teori Pembelajaran Konstruktivistik Dalam Pembelajaran


Mata Kuliah Dasar-dasar Bisnis. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. Vol. VIII
No 1. Hal 54-62.
Sutiah. 2003. Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran. Malang: UIN Press. h. 94.
KRITERIA PENILAIAN RESUME
MATAKULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
SEMESTER GASAL 2018-2019

No. Elemen Skor Penilaian


Maks Diri Teman Dosen
I. Identitas Resume
1 Judul resume 5 5 5
2 Keperluan ditulisnya resume 2 2 2
3 Nama penulis resume 2 2 2
4 Tempat dan waktu penulisan resume 1 1 1

II. Bagian Teks Utama Resume


5 Topik-topik Bahasan pada bagian inti:
 Relevan dengan topik bahasan yang
15 13 14
dipaparkan pada RPS
 Berisi point-point penting yang berkaitan
20 17 18
dengan topik bahasan
 Beragam konsep dieksplor dari banyak
15 15 14
sumber (> 5 sumber buku atau artikel)
 Menyajikan hasil eksplorasi berupa 15 14 14
konsep yang relevan dengan konsep yang
dipelajari
 Gambar/diagram/foto yang disertakan 10 1 2
 Memunculkan pertanyaan-pertanyaan 15 14 13
penting dari hasil resume
Jumlah Skor Maksimal 100 84 85

Korektor :
Diri Sendiri : Bagus Priyambudi/160341606047
Teman : Yanang Surya P.H./160341606061
Dosen :

Anda mungkin juga menyukai

  • Analisis Jurnall
    Analisis Jurnall
    Dokumen9 halaman
    Analisis Jurnall
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Rubrik Penilaian Psikomotor
    Rubrik Penilaian Psikomotor
    Dokumen2 halaman
    Rubrik Penilaian Psikomotor
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • PKPIPA
    PKPIPA
    Dokumen11 halaman
    PKPIPA
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Resume 14
    Resume 14
    Dokumen8 halaman
    Resume 14
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • DIKOTOM Revisi
    DIKOTOM Revisi
    Dokumen3 halaman
    DIKOTOM Revisi
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Bagus Priyambudi
    Bagus Priyambudi
    Dokumen1 halaman
    Bagus Priyambudi
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Catatan MBS
    Catatan MBS
    Dokumen1 halaman
    Catatan MBS
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Catatan KDM 12092018
    Catatan KDM 12092018
    Dokumen3 halaman
    Catatan KDM 12092018
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Resume 5 Genet2
    Resume 5 Genet2
    Dokumen8 halaman
    Resume 5 Genet2
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Makalah Fosfor Academia
    Makalah Fosfor Academia
    Dokumen19 halaman
    Makalah Fosfor Academia
    viravangso
    Belum ada peringkat
  • Resume 6 Genet2
    Resume 6 Genet2
    Dokumen12 halaman
    Resume 6 Genet2
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • LKM 4ab
    LKM 4ab
    Dokumen2 halaman
    LKM 4ab
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • 12 - LKS Annas
    12 - LKS Annas
    Dokumen2 halaman
    12 - LKS Annas
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Resume 8 Genet2
    Resume 8 Genet2
    Dokumen6 halaman
    Resume 8 Genet2
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Resume 9 Genet 2X
    Resume 9 Genet 2X
    Dokumen9 halaman
    Resume 9 Genet 2X
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Resume 5 Genet2
    Resume 5 Genet2
    Dokumen8 halaman
    Resume 5 Genet2
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • 1 Genet
    1 Genet
    Dokumen25 halaman
    1 Genet
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Ini File Bank
    Ini File Bank
    Dokumen4 halaman
    Ini File Bank
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Bab III Apayaaaaa
    Bab III Apayaaaaa
    Dokumen10 halaman
    Bab III Apayaaaaa
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Ini File Bank
    Ini File Bank
    Dokumen1 halaman
    Ini File Bank
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat