Anda di halaman 1dari 12

ONE GENE ONE POLYPEPTIDE HYPOTHESIS & GEN

MENGENDALIKAN SIFAT

RESUME

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Genetika II
Yang dibimbingoleh Prof. Dr. A Duran Corebima, M.Pd

Disusunoleh :
Kelompok 4 / Offering A
1. NovelaMemiasih (160341606093)
2. Bagus Priyambudi (160341606047)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
OKTOBER 2018
A. Hipotesis Satu Gen Satu Enzim
Hubungan antara gen dan enzim telah diketahui sejak adanya publikasi
oleh Archibald E. Garrod. Garrod melaporkan salah satu abnormalitas pada manusia
yang menunjukkan hubungan gen dan enzim. Abnormalitas itu dikenal dengan
sebutan alkaptonuria. Seseorang yang mengidap penyakit ini menderita artritis.
Selain itu, alkaptonurik akan memproduksi urin yang menjadi hitam jika terkena
paparan udara. Urin mereka mengandung asam homognetisik. Garrod berpendapat
bahwa alkaptonuria mengalami gangguan biokimia pada proses metabolisme.
Seseorang yang menderita alkaptonuria tidak bisa memecah asam homogentisik
menjadi bentuk lain.
Menurutnya, penyakit alkaptonuria disebabkan oleh penurunan enzim
yang digunakan untuk metabolisme asam homogentisik. Selain alkaptonuria,
terdapat tiga penyakit lain yang dikemukakan Garrod antara lain phenylketonurea,
Lesh-Nyhan Syndrome dan Tay sachs Disease.
Pada tahun 1941, Beadle dan Tatum menemukan formula yang
menunjukkan hubungan antara enzim dan gen. Formula itu dikenal sebagai hipotesis
“one gene-one enzim”. Formula ini menjelaskan bahwa sintesis enzim dikontrol oleh
gen. Percobaan Beadle dan Tatum menggunakan bakteri Neurospora crasa. Bakteri
tersebut dimutasikan dengan cara diberikan paparan sinar x atau ultraviolet. Setiap
mutan hanya tumbuh pada medium dengan nutrien tertentu. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap mutan tidak bisa mensintesis nutrien yang ditambahkan karena telah
mengalami pemblokiran reaksi biokimia. Pemblokiran reaksi biokimia ini
disebabkan karena ada gen pengkode enzim yang termutasi. Sehingga terjadi
penurunan kadar enzim.
G. W. Beadle dan Boris Ephrussi juga mengeluarkan eksperimen di
Droshopila dan Diptera yang lain yang menunjukkan hasil yang mirip dengan
penelitian N. crassa . penelitian ini dilakukan dengan cara mentransplantasi jaringan
dari larva yang berwarna merah terang dan larva sinabar. Dimana jaringannya
saman-sama di silangkan. Secara keseluruhan transplantasi eksperimen indikasi ini
menunjukkan bahwa sintesis pigmen mata di kunci oleh biocemichal tahpan
produksi pigmen mata merah terang dan mengunci produksi pigmen mata sinabar
juga.

B. Hipotesis Satu Gen Satu Polipetida


Pada tahun 1949, James V. Need dan E. A Beet mengemukakan pendapat
tentang penyakit sickle cell anemia. Mereka berpendapat bahwa kekacauan itu
disebabkan oleh gen mutan yang bersifat homozigot dengan sickle-cell anemia,
tetapi heterozigot dengan sickle-cell trait. Pada tahun yang sama Linus Pauling dan
ketiga rekannya mengamati bahwa hemoglobin individu normal dan individu sickle-
cell anemia dapat dibedakan dari kebiasaannya pada medan listrik.
Hemoglobin A adalah bentuk paling umum yang ditemukan pada orang
dewasa. Hemoglobin A ini mengandung empat rantai polipeptida, 2 rantai alfa
identik, dan 2 rantai beta identik. Hemoglobin pada individu normal dan individu
sickle-cell anemia berbeda. Perbedaannya terletak pada rantai beta tepatnya pada
asam amino keenam. Pada hemoglobin normal, asam amino keenam adalah asam
glutamik, sedangkan pada sickle-cell anemia adalah valin.
Rantai polipeptida alfa dan beta pada hemoglobin A dispesifikasi oleh gen
pemisah. Banyak protein lain dan enzim mengandung dua atau lebih rantai
polipeptida yang dikode oleh gen yang berbeda. Dari hal itu, kemudia timbullah
hipotesis satu gen satu polipeptida.

C. Penemuan Lain Yang Terkait Dengan Hubungan Antara Gen Dan Sintesis
Polipeptida
Penataan Ulang Gen
DNA beberapa organisme eukariotik saat ini diketahui dapat menggunakan
pengaturan gen untuk mengubah keadaan ekspresi gen. Menurut Freifelder (1985),
organisme eukariotik memiliki beberapa mekanisme untuk menata ulang segmen
tertentu dari DNA secara terkontrol, serta memiliki mekanisme untuk menambahkan
jumlah gen tertentu ketika diperlukan. Contoh DNA yang antara lain ditemukan
dalam Saccharomyces cereviciae, Drosophila, Trypanosoma, serta limfosit B
manusia. Hal itu bahkan mengusulkan bahwa penataan kembali urutan molekul
DNA juga mungkin terlibat dalam proses peraturan selama pengembangan. Tetapi di
sisi lain, tampaknya DNA seperti ini jarang ditemukan.

Penyusunan ulang gen terkait dengan ekspresi gen hingga tingkat fenotip . Di
sisi lain, Menurut semua informasi yang telah dilaporkan, mengasumsikan bahwa
setiap perubahan fenotipik harus diproses oleh perubahan polipeptida terkait.

Transkrip Splicing Gen mRNA

Gen pengkode mRNA organisme eukariotik memiliki intron sedangkan gen


prokariotik tidak. Intron sebagai rangkaian yang tidak dikode, sedangkan exon sebagai
rangkaian yang dikode. Gen eukariotik tersusun atas exon-exon dan juga intron-intron.
Transkrip intron tidak menyusun mRNA eukariotik, hanya menyususn transkrip exon.

Transkip ekson yang melingkar dari mRNA gen pengkode pada organisme
eukariotik terjadi dengan beberapa cara. Tidak semua dari transkripsi akan selalu
menjadi bagian dari mRNA. Dua contoh fenomena ini terdeteksi pada Drosophila yang
mengalami transkripsi melingkar dari gen ekson antennepedia yang sama dengan gen
ekson trypomyosin.

Contoh lain dari fenomena ini dalah ekson splicing alternative transkripsi dari
gen sapi pengkodean mRNA preprotachykinin. Hal ini dapat terlihat ada lebih dari satu
jenis polipeptida yang dihasilkan dari satu molekul prekursor mRNA. Terkait dengan
konteks ini, mRNA prekursor awal akan diproses menjadi dua jenis yang terpisah dari
mRNA preprotachykinin. Dua jenis mRNA preprotachykinin kemudian akan
diterjemahkan lalu memproduksi dua jenis protein yang disebut neuropeptida P dan K.
Dua jenis neuropeptida ini adalah komponen pemancar sistem saraf sensorik disebut
tachykinin, dan setiap komponen memiliki peran yang berbeda dalam phusiologicalnya.
Neuropeptida P dominan terutama dalam jaringan saraf, tetapi neuropeptida K yang
lebih dominan dalam intestinum serta jaringan tiroid.

Gen yang Overlapping (Tumpang Tindih)

Saat ini sudah diketahui ada gen tertentu pada gen lain. Fenomena ini disebut
gen overlapping. Fenomena pertama gen yang overlapping terdeteksi pada fag Φx174.
Fag ini memiliki DNA untai tunggal kromosom 5386 nukleotida. DNA hanya
mengkode 1795 asam amino yang cukup untuk menyusun 5-6 protein. Tetapi fag ini
mampu sintesis protein lebih dari 11protein dari 2300 asam amino. Ada tujuh gen yang
saling tumpang tindih (A, A ', C, D, E, B, dan K) fag Φx174. Bahkan sekuens K yang
saling tumpang tindih juga menjadi bagian dari urutan pengkodean yang menentukan C
polipeptida. Sekuen A' adalah benar-benar dalam sekuen A bahkan dua sekuen terakhir
berada pada nukleotida yang sama, namun sekuen E dimulai dalam menentukan urutan
D polipeptida. Gen lain tang terdeteksi mengalami overlapping adalah gen fag GH,
SV40, X, E.coli dan tikus .

Terkait dengan gen yang overlapping, ada dua cara membacanya. Gen yang
tumpang tindih memungkinkan memiliki cara pembacaan yang sama, serta pembacaan
yang berbeda. Berdasarkan laporan overlapping gen-gen, hal ini menunjukkan bahwa
gen-gen tersebut terjadi secara khusus pada virus,bakteri, dan yang mempunyai genom
kecil lainnya. Jadi,gen overlapping akan mengoptimiskan fage DNA yang berukuran
kecil. Disisi lain, ini juga menunjukkan bahwa peristiwa gen-gen overlapping
mempunyai resiko bagi mereka sendiri. Beberapa mutasi gen bisa mengubah lebih dari
satu polipeptida.

Tidak Semua Gen Mentranskrip mRNA

Pada saat ini diketahui bahwa tidak semua gen mentranskrip RNA yang akan
ditranslasi untuk menghasilkan polipeptida. Beberapa gen mentranskrip tRNA, rRNA
sebagai snRNA. RNA tersebut tidak ditranslasi untuk menghasilkan polipeptida,
walaupun secara langsung terlibat dalam sintesis polipeptida.

Ada banyak gen terdeteksi dalam berbagai organisme berfungsi untuk


mentranskrib sangat banyak tipe dari pasangan tRNA dengan kode genetik yang
berhubungan dengan proses translasi. Jumlah sekitar 60-63 tipe kode genetik. Ada juga
beberapa gen yang terdeteksi pada berbagai variasi organisme yang berfungsi
mentranskrip rRNA, walaupun jumlahnya tak sebanyak pada gen tRNA.
D. Tinjauan Hipotesis Satu Gen Satu Polipeptida
Sehubungan dengan adanya interpretasi bahwa sebuah gen merupakan sekuen
DNA yang berkelanjutan, satu gen mungkin bisa spesifik pada lebih dari satu
polipeptida. Ada sebuah saran bahwa konsep klasik dari hipotesis satu gen satu
polipeptida tidak cukup, karena hanya digunakan untuk mempermudah dalam
menjelaskan hubungan gen-antibodi. Pada sisi yang lain, ikatan pada interpretasi gen
bukan sebagai sekuen DNA yang berkelanjutan, mungkin lebih dari satu gen spesifik
pada lebih dari satu tipe polipeptida, sehingga paradigma satu gen satu polipeptida
masih belum berubah.

Pada eukariotik, hipotesis satu gen satu polipeptida tidak cukup/sesuai


dikarenakan pada eukariotik tidak semua bagian dari mRNA pengkode gen yang
bertanggungjawab pada sintesis polipeptida. Adanya lebih dari satu alternatif splicing
pada transkripsi ekson pada mRNA pengkode gen pada eukariotik merupakan bukti
langsung dan eksplisit bahwa satu mRNA pengkode gen mungkin spesifik lebih dari
satu tipe polipeptida.

Karena hanya mRNA saja yang akan ditranslasi untuk memproduksi polipeptida
sedangkan tRNA, rRNA, sebagai snRNA tidak akan ditranslasi, maka hipotesis one
gene one polipeptide terlihat mengabaikan gen tRNA, dan gen rRNA.

Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis one gene one
polipeptide tida sesuai pada semua organisme dari virus sampai organisme eukariotik
tingkat tinggi. Keberlakuannya hanya pada virus tertentu dan organisme prokariotik.

E. KONSEP YANG TERBENTUK DARI TEMUAN MENDEL


Percobaan persilangan yang dilakukan Gregor Mendel secara tidak langsunh
menunjukkan bahwa sifat yang diekspresikan dikendalikan oleh alela-alela. Kerja
persilangan memperlihatkan bahwa induk-induk persilangan memiliki sifat tertentu
yang sangat mudah dibedakan satu sama yang lain. Hasil persilangannya dalam
wujud ratio fenotip (misalnya pada F2), menunjukkan bahwa tiap sifat dikedalikan
oleh sepasang alela dari suatu gen (dalam kondisi diploid).
F. SIFAT-SIFAT MAKHLUK HIDUP YANG DITUNJUKKAN SEBAGAI
CONTOH YANG DIKENDALIKAN OLEH SATU GEN
Sifat yang dikendalikan oleh satu gen menunjukkkan beberapa contoh
kelainan pada manusia. Contoh kelainan itu adalah Alkaptonuria, Phenyketonuria,
Lesch-Nyhan Syndrome dan Tay Sachs Disease. Golongan darah pada manusia
(ABO) juga, meskipun gen yang mengendalikan sifat golongan darah ini adalah
alela ganda.
Penderita Alkaptonuria tidak mampu memproduksi tyrosin dan phenylalanine,
sehingga jumlah phenylalanine berlebih dan dikonversikan menjadi derivate-derivat
phenyl. Gangguan Lesk-Nyhan Syndrome bersangkut paut dengan gen tertentu yang
terdapat dalam kromosom X. Pada pria penderita gangguan Lesk Nyhan mempunyai
intelegensi rendah, lumpuh, mempunyai sifat bawaan merusak (menggigit jari serta
bibir).
G. INFORMASI TENTANG SIFAT MAKHLUK HIDUP YANG
DIKENDALIKAN OLEH SATU GEN
a. Sifat-sifat Makhluk Hidup Ynag Ditunjuk Sebagai Contoh Yang
Dikendalikan Oleh Kelompok Gen
Sifat yang dikendalikan oleh kelompok gen yang terletak tidak tersebar maupun
tersebar.
1. Contoh sifat yang dikendalikan oleh kelompok gen yang letaknya tidak
tersebar.
1.1. Contoh Pada Bakteri
Sifat yang dikendalikan oleh kelompok gen yang letaknya tidak tersebar
(berdekatan) dijumpai pada sifat yang rangkaian reaksi biokimianya
dikatalisator oleh enzim-enzim yang pembentukannya (protein) berada dalam
koordinasi satu model operon. Pada operon galactose (gal), sifat E. coli yang
melakukan degradasi galactose menjadi Glu-1-P dan UPDG dikendalikan
oleh rangkaian gen pada operon galactose. Gen pada operon tryptophan (trp)
juga memberikan sifat pada E. coli untuk menghasilkan asam amino
tryptophan.
1.2.Contoh pada jamur
Sifat atau kemampuan ragi untuk melakukan proses biosintesis histidine
antara lain tergantung pada 3 enzim yang terbentuk berdasarkan acuan kode
genetika pada ARN-d yang ditranskripsikan di bawah koordinasi gen pada
locus HIS 4.
1.3.Contoh pada Drosophila
Kemampuan D.melanogaster melakukan proses biosintesis pyrimidine,
ternyata dikatalisisr oleh enzim-enzim yang proteinnya dibentuk mengikuti
acuan-acuan kode-kode genetika pada RNAd hasil transkripsi dan
sekelompok gen yang terdapat pada locus rudimenter.
1.4.Contoh pada Makhluk hidup eukariotik lebih tinggi
Contoh sifat pada makhluk hidup eukariotik lebih tinggi ini ada pada
kemampuan yang dikendalikan oleh gen-gen yang letaknya pada locus-locus
histocompatibilitas major dari tikus dan Manusia. Sifat-sifat ini barsangkut
paut dengan sistim imunitas tubuh.
2. Contoh sifat yang dikendalikan oleh kelompok gen yang letaknya tersebar
2.1.Contoh pada Chlamydomonas reinhardi
Sifat atau kemampuan C. reinhardi melakukan proses biosintesis
thiamin ternyata melibatkan enzim-enzim yang pembentukan proteinnya
(polypeptida) dikendalikan oleh beberapa gen yang disebut gen thi yang
letaknya tersebar pada beberapa kromosom yang berbeda.
2.2.Contoh pada Neurospora crassa dan ragi
Sama halnya dengan C. reinhardi, letak gen-gen thi maupun gen arg
(arginine) dan sebagainya juga tersebar pada beberapa kromosom yang
tersebar.
2.3.Contoh pada D. Melanogaster
Pemetaan lokus-lokus gen pada D. melanogaster menunjukkan bahwa
berbagai sifat teretntu dikendalikan oleh gen-gen yang letaknya tersebar
pada kromosom yang berbeda.
Sifat warna tubuh dikendalikan oleh beberapa gen yang letak lokusnya
tersebar pada kromosom I,II, dan III. Rincian letak lokus gen-gen tersebut
adalah:
1. Pada kromosom I : y+, y, s+, s;
2. Pada kromosom II :b+, b:
3. Pada kromosom III : e+, e.
Sifat warna mata ternyata dikendalikan oleh gen-gen yang lokusnya
tersebar pada kromosom I, II, III. Rincian letak lokus gen-gen itu adalah:
1. Pada kromosom I : w+, w, v+ , v, car+ , car;
2. Pada kromosom II : pr+ ,pr; bw+ , bw ;
3. Pada kromosom III : se+ ,se,st+, st, ca+, ca
Sifat mata yang lain misalnya keadaan permukaan mata (licin atau
kasar), dikendalikan oleh gen-gen yang lokusnya tersebar pada kromosom 1
(ec+, ec), kromosom III (ru+, ru, ro+, ro).
2.4.Contoh pada Manusia
Enzim lactase dehidrogenase pada manusia dikendalikan
pembentukannya oleh gen-gen yang terdapat pada lokus di kromosom 11
dan 12. Melalui perlakuan elektroforesis, enzim lactase dehidrogenase pada
manusia diketahui terkelompok menjadi 5 isozyme, sifat isozyme bersifat
tepamer. Rincian komposisi polipeptida pada ke-5 isozyme itu adalah :

1. isozyme 1 ( LHD1) : 4 polipeptida B (B4)


2. isozyme 2 ( LHD2 ) : 1 polipeptida A dari 3 polipeptida B (AB3)
3. isozyme 3 ( LHD3) : A2B2
4. isozyme 4 ( LHD4 ) : A3B1
5. isozyme 5 ( LHD5) : A4
2.5.Contoh lain yang berkenaan dengan multienzyme complex
Multienzyme complex dapat diartikan sebagai kelompok enzyme yang
mengkatalisisr tahap-tahap reaksi biokimia yang berurutan pada suatu proses
metabolisme yang secara fisis saling berdekatan satu sama lain. Multienzyme
complex berperan pada hampir seluruh aspek metabolisme. Pembentukan
polypeptida-polypeptida pada multienzyme complex dapat dikendalikan oleh
gen-gen yang letaknya tidak tersebar maupun tersebar. Contoh multienzyme
complex yang pembentukan proteinnya dikendalikan oleh gen-gen yang
terletak tidak tersebar adalah enzim-enzim yang berperan pada proses
biosintesis histidine oleh ragi. Contoh multienzyme complex yang
pembentukan proteinnya dikendalikan oleh gen-gen yang terletak tersebar
adalah enzim-enzim yang berperan pada proses biosintesis tryptophan oleh
N. crasa.
H. INFORMASI LAIN TENTANG GEN MENGENDALIKAN SIFAT
MAKHLUK HIDUP KONSEP INTERAKSI
Adanya sifat tertentu yang dikendalikan oleh lebih dari 1 gen seperti yang
telah dikemukakan, telah diketahui mengundang terjadinya interaksi antar gen (antar
lokus) pada tingkat expresi fenotif. Interaksi antar gen pada lokus yangbberbeda ini
(pada tingkat ekspresi fenotif ), dibedakan menjadi interaksi epistasis dan interaksi
nonepistasis. Kajian tentang interaksi antar gen (antar lokus) pada tingkat fenotif,
baik yang tergolong epistasis aupun non-epistasis, pada dasarnya berkaitan dengan
beberapa aspek (tingkat)kajian.
a. Pleiotropi
Dewasa ini sudah diketahui adanya gen-gen tertentu pada makhluk
hidup yang mengendalikan lebih dari satu sifat atau kemampuan. Dalam hal
ini fenotip dari suatu gen bukan hanya satu macam, tetapi lebih dari satu
macam. Efek fenotif dari sesuatu gen semacam itu disebut pleitropi.

Satu contoh gen yang mengendalikan lebih dari satu sifat atau
kemampuan seperti termaksud adalah gen yang pada D.melanogaster. sudah
diketahui bahwa individu yang bersifat homozigot untuk gen vg (vg/vg),
disamping mempunyai sayap vestigial, juga mempunyai balancei ( halter )
yang termodifikasi, pasangan bristle dorsal tertentu berposisi tegak, organ
reproduksi agak berbeda, umur yang lebih pendek, serta mengalami
penurunan fecunditas.

b. Pengaruh Modifer Gene


Ekspresi fenotif gen dapat berubah karena pengaruh sesuatu gen yang
terdapat pada lokus yang berbeda ( Ayala, 1984). Dikatakan pula bahwabgen
yang mengubah ekspresi fenotif sesuatu gen temaksud, disebut sebagai
modifier gene. Informasi tentang pengaruh modifier genes seperti yang telah
dikemukakan, pada dasarnya merupakan tambahan bukti lain yang
menunjukkan bahwa ada sifat atau kemampuan (fenotif) tertentu ternyata
dikendalikan oleh leboh dari satu gen, dalam hal ini sifat atau kemampuan
tersebut disamping dikendalikan oleh gen tertentu yang bersangkutan
dipengaruhi pula oleh gen-gen lain yang letaknya pada lokus yang berbeda.
I. Tiap sifat atau Kemampuan (Fenotif) Dikendalikan Oleh Berapa Gen?
a. Komposisi protein Enzim
Macam dan jumlah polipeptida padasuatu protein enzim dapat
berbeda-beda. Ada protein enzim ynag hanya terdiri dari suatu polipeptida,
tetapi ada pula yang tersusun dari dua ataupun lebih dari dua polipeptida.
Apabila protein enzim itu terdiri dari satu polipeptida maka macam
polipeptida tersebut tentu saja hanya satu. Akan tetapi jika jumlah protein
enzim tertentu tersusun dari dua atau lebih polipeptida, maka polipeptida-
polipeptida tersebut mungkin hanya satu macam tetapi dapat pula lebih
dari satu macam.
b. Hubungan antara Reaksi Biokimia dalam Sel dan Sifat atau Kemampuan
(Fenotif)
Reaksi-reaksi biokimia dalam sel yang ribuan macamnya serta
enzimatis berhubungan satu sama lain, dan produk satu reaksi biokimia
akan menjnadi substrat bagi yang berikut.. reaksi biokimia memang harus
dikatalisir oleh enzim. Produk reaksi biokimia dalam sel adalah sifat atau
kemampuan fenotip. Dalam hal ini melanin sebagai produk dari satu urut-
urutan reaksi biokimia adalah suatu sifat fenotip. Jelaslah antara reaksi
biokimia dalam sel dan sifat atau kemampuan (fenotip) terdapat hubungan
yang sama erat, karena sifat atau kemampuan itu adalah produk dari reaksi
biokimia dalam sel.

PERTANYAAN:

1. Mengapa tidak setiap gen mentranskrip mRNA?

Jawaban: Karena tidak setiap gen ditranskrip menjadi mRNA, terdapat beberapa
gen yang ditranskrip menjadi tRNA, rRNA dan snRNA. Produk dari gen-gen
tersebut tidak ditranslasi menjadi protein melainkan hanya berperan dalam
membantu proses translasi/sintesis protein saja. Sehingga dalam sintesis
diperlukan banyak enzim dalam transkripsi

2. Mengapa fenomena pemotongan pasca transkripsi dapat mematahkan hipotesis


satu gen satu enzim?
Jawaban : Karena fenomena pemotongan atau pengolahan mRNA pasca
transkripsi pada eukaryotic, menunjukkan bahwa pada organisme eukaryotic
polipeptida fungsional yang disintesis dapat saja merupakan produk (mRNA)
dari beberapa set gen yang berlainan yang mengalami penyusunan ulang pada
saat terjadi pengolahan pasca transkripsi
3. Mengapa hipotesis satu gen-satu polipeptida tidak lagi dianggap akurat?
Jawaban : Karena adanya fakta dan kejadian-kejadian yang membuat satu gen
bisa mengkode banyak polipeptida, seperti adanya penyusunan kembali gen,
penyambungan gen transkripsi mRNA, Overlapping gen, dan tidak semua gen
menerjemahkan mRNA.
4. Mengapa sifat fenotip yang muncul sebagai akibat dari interaksi banyak gen
yang tersebar lebih sering muncul pada eukaryotic daripada prokaryotic?
Jawaban : Mayoritas gen yang terdapat dalam genomnya tersusun dalam suatu
kluster dimana satu gen dengan gen yang lain tersusun saling berdekatan. Selain
itu bakteri juga menggunakan mekanisme operon untuk meregulasi ekspresi
genetiknya. Dalam satu operon, gen-gen structural yang mengkodekan enzim
untuk suatu metabolisme yang sama terletak dalam satu operon yang sama dan
dalam satu urutan yang sama pula.
5. Bagaimana efek pleiotropi dalam kehidupan sehari-hari?
Jawaban : Efek fenotif terhadap suatu individu, dimana fenotif mempengaruhi
viabilitas, produktifitas dan nilai ekonomi dari ikan. (menurunkan atau
menaikan) Sebab, ekpresi dari suatu gen tidak hanya mempengaruhi satu jalur
biokimia dalam tubuh, Subtitusi suatu alel mempengaruhi jalur biokimia suatu
protein dan jalur biokimia yang berhubungan. Contoh pada ikan mas (Common
carp), yang berwarna biru (bb) dan ikan berwarna perak (gg) memiliki laju
pertumbuhan yang rendah dibanding ikan normal.

Anda mungkin juga menyukai

  • Analisis Jurnall
    Analisis Jurnall
    Dokumen9 halaman
    Analisis Jurnall
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Rubrik Penilaian Psikomotor
    Rubrik Penilaian Psikomotor
    Dokumen2 halaman
    Rubrik Penilaian Psikomotor
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • PKPIPA
    PKPIPA
    Dokumen11 halaman
    PKPIPA
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Resume 14
    Resume 14
    Dokumen8 halaman
    Resume 14
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • DIKOTOM Revisi
    DIKOTOM Revisi
    Dokumen3 halaman
    DIKOTOM Revisi
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Bagus Priyambudi
    Bagus Priyambudi
    Dokumen1 halaman
    Bagus Priyambudi
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Catatan MBS
    Catatan MBS
    Dokumen1 halaman
    Catatan MBS
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Catatan KDM 12092018
    Catatan KDM 12092018
    Dokumen3 halaman
    Catatan KDM 12092018
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Resume 5 Genet2
    Resume 5 Genet2
    Dokumen8 halaman
    Resume 5 Genet2
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Makalah Fosfor Academia
    Makalah Fosfor Academia
    Dokumen19 halaman
    Makalah Fosfor Academia
    viravangso
    Belum ada peringkat
  • 12 - LKS Annas
    12 - LKS Annas
    Dokumen2 halaman
    12 - LKS Annas
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • LKM 4ab
    LKM 4ab
    Dokumen2 halaman
    LKM 4ab
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Resume 9 Genet 2X
    Resume 9 Genet 2X
    Dokumen9 halaman
    Resume 9 Genet 2X
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Resume 8 Genet2
    Resume 8 Genet2
    Dokumen6 halaman
    Resume 8 Genet2
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Resume 5 Genet2
    Resume 5 Genet2
    Dokumen8 halaman
    Resume 5 Genet2
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Resume 7 Review Teori B-Kon
    Resume 7 Review Teori B-Kon
    Dokumen9 halaman
    Resume 7 Review Teori B-Kon
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • 1 Genet
    1 Genet
    Dokumen25 halaman
    1 Genet
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Ini File Bank
    Ini File Bank
    Dokumen4 halaman
    Ini File Bank
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Bab III Apayaaaaa
    Bab III Apayaaaaa
    Dokumen10 halaman
    Bab III Apayaaaaa
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat
  • Ini File Bank
    Ini File Bank
    Dokumen1 halaman
    Ini File Bank
    Rezza Seorang Ksatria
    Belum ada peringkat