RESUME
Disusunoleh :
Kelompok 4 / Offering A
1. NovelaMemiasih (160341606093)
2. Bagus Priyambudi (160341606047)
BAB 14
REKOMBINASI PADA FAG BAKTERI
Sekitar tahun 1947 beberapa tim penelitian membuktikan bahwa rekombinasi terjadi
dilingkungan fag bakteri
A. Rekombinasi Intergenik dan Pemetaan Fag Bakteri
Rekombinasi genetik pada fag bakteri ditemukan selama percobaan-percobaan infeksi
campuran. Percobaan ini melibatkan dua lokus ( dua strain yang berbeda), maka rekombinasi yang
terjadi tergolong bersifat intergenik.
Satu contoh percobaan yang menggunakan sistem E. coli T2. Fag induk yang digunakan
bergenotip h+r (rentang inang wild type, lisis cepat) dan hr+ (rentang inang lebar, lisis normal).
Pada percobaan itu digunakan pula strain-strain induk fsg T2 yang lain, tidak terbatas hanya yang
bergenotip h+r dan hr+. Pada rangkain percobaan itu, jumlah fag yang diintroduksi cukup untuk
menginfeksi tiap bakteri dengan jumlah sekitar lima buah. Setelah satu jam, sebagian besar atau
seluruh bakteri sudah pecah dan sampel turunan fag yang berasal dari sekitar 40.000 bakteri di tiap
persilangan selanjutnya dibiakkan dalam cawan petri yang telah mengandung suatu campuran E.
coli strain B dan B/2. Pada percobaan itu ditemukan juga genotip rekombinan hr+, dan hr
disamping genotip-genotip induk.
Pada lingkungan eukariot, perhitungan frekuensi rekombinan dihitung atas dasar rumus
(h+r+) + (hr) / plak total x 100 = frekuensi rekombinan. Nilai frekuensi rekombinan itu
merefleksikan jarak antar gen. Pertukaran genetic yang menyebabkan berlangsungnya
rekombinasi intergenik yang terjadi pada fag bakteri T2 yang sebagian datanya tampak bersifat
resiprok.
Dengan adanya kelompok pautan tertentu seperti yang telah dikemukakan, atas dasar
percobaan-percobaan yang telah dilakukan, Hershey dan Rotman menemukan bahwa, mengacu
pada frekuensi rekombinan yang kecil banyak gen yang terangkai bersama (berdekatan) sebagai
satu kelompok, selalu menunjukkan jarak kelompok pautan yang sama sebesar 30%. Hershey
mengajukan hipotesis yang menyatakan bahwa ada tiga kelompok pautan pada fag T2; dinyatakan
pula bahwa proses penggabungan atau (kombinasi) secara bebas (independent assortment) antara
kelompo-kelompok pautan itu ditandai oleh frekuensi rekombinasi sebesar 30% dan bukan sebesar
50% sebagaimana yang biasanya diharapkan pada makhluk hidup yang lebih tinggi. Atas dasar
hasil percobaan-percobaan yang dilakukan Hershey dan Rotman (yang menggunakan strain-strain
fag T2) memang terungkap bahwa, sekalipun ditemukan berbagai jarak pautan, tidak ada satupun
yang pernah melampaui frekuensi 30%.Hasil percobaan yang memanfaatkan infeksi simultan tiga
strain itu bahkan digunakan untuk pemetaan gen fag. Hershey dan Chase sudah melakukan upaya
itu, dengan menggunakan tiga strain fag T2.
Kejadian rekombinasi hanya dapat terjadi karena ada pertukaran genetik antara ketiga
strain. Pertukaran genetik berlangsung melalui dua cara yaitu 1) terjadi kedua rekombinasi
berurutan dalam sel yang sama; rekombinasi pertama berlangsung antara kromosom dua strain,
sedangkan rekombinasi kedua berlangsung antara strain rekombinan yang telah terbentuk dan
strain ketiga; 2) terjadi “perkawinan serempak” antara ketiga kromosom dari ketiga strain pada
waktu yang sama.
Kejadian unik yang menyebabkan berlangsungnya rekombinasi pada fag, ternyata juga
berdampak terhadap nilai interferensi genetik, yang bersangkut paut dengan perhitungan frekuensi
rekombinasi pada daerah kromosom fag yang berdekatan. Pindah silang pada suatu daerah
kromosom akan meningkatkan kejadian pindah silang pada daerah kromosom didekatnya. Pada
kondisi semacam ini nilai frekuensi rekombinasi ganda (akibat pindah silang ganda) yang
diobservasi lebih tinggi dibandingkan nilai harapan.Penjelasan tentang nilai inteferensi genetik
yang negatif pada fag bersangkutan paut dengan dua keunikan reproduksi kromosom fag. Salah
satu penjelasan itu adalah karena lebih dari satu putaran “perkawinan” dapat terjadi antara
kromosom-kromosom fag. Dalam hal ini satu kromosom yang sebelumnya telah mengalami satu
kejadian rekombinasi dapat “kawin lagi” dan dapat mengalami rekombinasi kembali pada suatu
daerah (interfal) kromosom yang berdekatan.
Peningkatan frekuensi rekombinasi ganda pada fag sebagaimana yang telah dikemukakan,
tampaknya tidak terjadi karena ada peningkatan pertukaran genetik simultan yang riil pada dua
interval kromosom berdekatan (Strickberger, 1985). Fenomena semacam itu pertama kali dicatat
oleh Visconti bersama Delbruck dan disebut sebagai interferensi negatif rendah karena mempunyai
efek yang relatif kecil.
Berkenaan dengan peningkatan frekuensi rekombinasi ganda pada fag sebenarnya ada
fenomena lain yang disebut interferensi negatif tinggi (Strickberger, 1985). Pada fenomena ini
frekuensi rekombinasi ganda dapat meningkat mencapai nilai yang 30 kali lebih tinggi daripada
frekuensi harapan.
B. Rekombinasi Intragenik
Rekombinasi intragenik sebagaimana yang ditemukan dilingkup makhluk hidup seluler
termasuk yang eukariotik dan ternyata juga ditemukan pada fag. Rekombinasi intragenik pada fag
ini dilaporkan pada fag T4 yang merupakan buah karya kesohor dari Seymour Benzer.
Benzer melakukan pengamatan dan pengkajian rinci terhadap lokus rll fag T4 (Klug dan
Cummings, 2000). Benzer berhasil mengungkap keberadaan rekombinan-rekombinan genetik
yang sangat jarang terjadi akibat pertukaran yang berlangsung dalam gen, Hasil akhir dari kerja
Benzer adalah terungkapnya peta rinci dari lokus rll. Oleh karena informasi yang terungkap sangat
rinci, kerja Benzer tersebut disebut juga sebagai analisis struktur halus dari gen. Karya inipun tidak
ternilai harganya karena terungkap melalui percobaan yang dilaksanakan sebelum teknik DNA-
sequencing dikembangkan.
Dalam proses kerjanya upaya pertama yang dilakukan Benzer adalah melakukan isolasi
atas sejumlah besar mutan didalam lokus rll fag T4 (Klug dan Cummings, 2000). Dalam hal ini
ternyata, mutan-mutan dalam lokus rll tersebut menghasilkan plak-plak berlainan (Klug dan
Cummings, 2000).
Dalam hubungan ini Benzer memanfaatkan teknik pengenceran serial (Klug dan
Cummings, 2000); dan dengan teknik ini Benzer mampu menentukan mutan rll yang dihasilkan
pada E.coli B maupun jumlah total rekombinan wild-type yang melakukan lisis terhadap E.coli
K12 ().
Benzer menemukan bahwa E.coli K12 (λ) trnyata juga mengalami lisis (Klug dan
Cummings, 2000). Pada mulanya hal ini membingungkan, karena seharusnya hanya strain rII wild-
type yang dapat menyebabkan E.coli K12 (λ) yang mengalami lisis. Penjelasan dari fenomena
yang sangat membingungkan itu diperoleh melalui uji komplementasi, karena Benzer berpendapat
bahwa selama melakukan infeksi secara bersamaan, tiap strain mutan itu memberikan sesuatu yang
tidak memiliki oleh strain lainnya; dan jika hal itu terjadi maka fungsi atau kemampuan starain
wild-type akan pulih.
Atar dasar contoh protocol percobaan rekombinan, secara operasional persentase
rekombinan dapat ditentukan pertama kali dengan menghitung jumlah plak pad pengenceran yang
tepat ditiap kasus. Jumlah rekombinan adalah sebanyak 4 x 103/ml sedanagkan jumlah turunan
adalah 8 x 109 /ml.
Setelah beberapa tahun melakukan percobaan rekombinasi genetic dalam daerah cistron A
dan B lokus rII fag t4, Benzer berhasil mengungkap gambaran peta genetic kedua cistron tersebut.
Hasil karya benzer ini sangat spektakuler karena berhasil diungkap mendahului kajian
molekuler gen rinci yang baru mampu dilaksanakan pada decade 1960. Pada masanya Benzer
memang berhasil membuktikan (1955) bahwa suatu gen bukanlah suatu partikel yang tidak dapat
dibagi; dibuktikan bahwa gen adalah unit-unit mutasi dan rekombinasi yang tersusun dalam suatu
susunan spesifik, gen atau per unit itu adalah bagian dari molekul DNA yang tersusun dari
nukleotida-nukleotida.
PERTANYAAN
1. Mengapa pada bakteri yang memiliki gen mutan memerlukan nutrisi tambahan pada
mediumnya?
Jawab: karena pada bakteri yang memiliki gen mutan tidak memiliki gen yang dapat
mengekspresikan kebutuhan nutrisi yang diperlukan. Sehingga diperlukan nutrisi tambhan
pada mediumnya untuk tetap hidup.
2. Apakah dapat dimungkinkan ketika konjugasi antara sel bakteri Hfr >< F hasilnya sel
bakteri F+?
Jawab: Mungkin saja terjadi. Karena syarat yang harus dipenuhi adalah faktor F harus
terintegrasi sepenuhnya ke sel resipien, untuk mendapatkan hasil sel bakteri F+. Namun
biasanya pada konjugasi sel bakteri Hfr, faktor F tidak dapat diintegrasikan sepenuhnya ke
sel resipien, sehingga kemungkinan mendapatkan hasil sel bakteri F+ sangatlah kecil,
bahkan tidak ada.
3. Bagaimana percobaan yang dilakukan oleh Ledberg dan Tatum yang membuktikan
rekombinasi seksual pada sel-sel E.coli?
Jawab :
Rekombinasi pada percobaan Ledberg dan Tatum pada E. coli adalah sebagai kejadian
pertukaran genetik. Peristiwa tersebut terjadi pada perlakuan campuran strain A dan B yang
ditumbuhkan bersama pada medium minimal dan beberapa koloni bisa tumbuh. Sehingga
campuran strain A dan B sebagai auxotroph berubah menjadi prototroph atau bakteri yang
tidak membutuhkan nutrisi tambahan dalammediumnya dan dapat tumbuh pada medium
minimal.
4. Bagaimana menentukan nilai frekuensi rekombinan?
Jawab:
Pada lingkungan eukariot, perhitungan frekuensi rekombinan dihitung atas dasar rumus
(h+r+) + (hr) / plak total x 100 = frekuensi rekombinan. Nilai frekuensi rekombinan itu
merefleksikan jarak antar gen. Pertukaran genetic yang menyebabkan berlangsungnya
rekombinasi intergenik yang terjadi pada fag bakteri T2 yang sebagian datanya tampak
bersifat resiprok.