Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Farmakoekonomi didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya terapi dalam
suatu sistem pelayanan kesehatan. Lebih spesifik lagi adalah sebuah penelitian tentang proses
identifikasi, mengukur dan membandingkan biaya, resiko dan keuntungan dari suatu
program, pelayanan dan terapi (Vogenberg, 2001). Tujuan farmakoekonomi adalah untuk
memberikan informasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan dalam menentukan
pilihan atas alternative-alternatif pengobatan yang tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi
lebih efisien dan ekonomis.
Seiring dengan berkembangnya pelayanan farmasi klinik yang dilakukan oleh apoteker di
berbagai belahan dunia, maka ruang lingkup farmakoekonomi juga meliputi studi tentang
manfaat pelayanan farmasi klinik secara ekonomi. Hasil studi semacam ini bisa dimanfaatkan
untuk menjustifikasi apakah suatu bentuk pelayanan farmasi klinik dapat disetujui untuk
dilaksanakan di suatu unit pelayanan, ataukah suatu pelayanan farmasi klinik yang sudah
berjalan dapat terus dilanjutkan. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya menjadikan
pelayanan kesehatan lebih efisien dan ekonomis ditantang untuk mampu melakukan
penilaian menyeluruh terhadap suatu obat baik dari segi efektivitas obat maupun dari segi
nilai ekonomisnya. Untuk itu diperlukan bekal pengetahuan tentang prinsip prinsip
farmakoekonomi dan keterampilan yang memadai dalam melakukan evaluasi hasil studi
farmakoekonomi.
Salah satu evaluasi farmakoekonomi adalah analisis minimalisasi biaya yang merupakan
metode kajian farmakoekonomi paling sederhana, analisis minimalisasi biaya hanya dapat
digunakan untuk membandingkan dua atau lebih intervensi kesehatan, termasuk obat, yang
memberikan hasil yang sama, serupa, atau setara atau dapat diasumsikan setara. Karena hasil
pengobatan dari intervensi (diasumsikan) sama, yang perlu dibandingkan hanya satu sisi,
yaitu biaya (Walley, Haycox, 1991).

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan analisis minimalisasi biaya ?
b. Apa kegunaan analisis minimalisasi biaya ?
c. Apa saja keunggulan dan kelemahan analisis minimalisasi biaya?
d. Bagaimana contoh penerapan analisis minimalisasi biaya?

1.3 Tujuan
a. Memahami pengertian analisis minimalisasi biaya.
b. Memahami kegunaan analisis minimalisasi biaya.
c. Memahami keunggulan dan kelemahan dari analisis minimalisasi biaya.
d. Memahami contoh penerapananalisis minimalisasi biaya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Farmakoekonomi

Pada kajian farmakoekonomi dikenal empat metode analisis, yangdapat dilihat pada tabel
1. Empat metode analisis ini bukan hanyamempertimbangkan efektivitas, keamanan, dan kualitas
obat yangdibandingkan, tetapi juga aspek ekonominya. Karena aspek ekonomiatau unit moneter
menjadi prinsip dasar kajian farmakoekonomi, hasilkajian yang dilakukan diharapkan dapat
memberikan masukan untukmenetapkan penggunaan yang paling efisien dari sumber daya
kesehatanyang terbatas jumlahnya (Kemenkes RI, 2013).

Tabel 1. Metode Analisis dalam Kajian Farmakoekonomi

Di antara empat metode tersebut, analisis minimalisasi-biaya (AMiB) adalah yang paling
sederhana. AMiB digunakan untuk membandingkan dua intervensi kesehatan yang telah
dibuktikan memiliki efek yang sama, serupa, atau setara. Jika dua terapi atau dua (jenis, merek)
obat setara secara klinis, yang perlu dibandingkan hanya biaya untuk melakukan intervensi.
Sesuai prinsip efisiensi ekonomi, jenis atau merek obat yang menjanjikan nilai terbaik adalah
yang membutuhkan biaya paling kecil per periode terapi yang harus dikeluarkan untuk mencapai
efek yang diharapkan.
Untuk membandingkan dua atau lebih intervensi kesehatan yang memberikan besaran
efek berbeda, dapat digunakan analisis efektivitas biaya(AEB). Pada AEB, hasil pengobatan
tidak diukur dalam unit moneter, melainkan didefinisikan dan diukur dalam unit alamiah, baik

3
yang secara langsung menunjukkan efek suatu terapi atau obat (misalnya, penurunan kadar LDL
darah dalam mg/dL, penurunan tekanan darah diastolik dalam mm Hg) maupun hasil selanjutnya
dari efek terapi tersebut (misalnya, jumlah kematian atau serangan jantung yang dapat dicegah,
radang tukak lambung yang tersembuhkan).
Metode lain yang juga banyak digunakan adalah analisis utilitas biaya (AUB). Seperti
AEB, biaya pada AUB juga diukur dalam unit moneter (jumlah rupiah yang harus dikeluarkan),
tetapi hasil pengobatan dinyatakan dalam unit utilitas. Karena hasil pengobatannya tidak
bergantung secara langsung pada keadaan penyakit (disease state),secara teoretis AUB dapat
digunakan untuk membandingkan dua area pengobatan yang berbeda. Namun demikian,
pembandingan antar-area pengobatan ini tidak mudah, karena diperoleh pada waktu dan dengan
cara berbeda sehingga tak dapat begitu saja diperbandingkan.Untuk membandingkan dua atau
lebih intervensi kesehatan yang memiliki tujuan berbeda atau dua program yang memberikan
hasil pengobatan dengan unit berbeda, dapat digunakan analisis manfaat biaya(AMB).
Pembandingan intervensi kesehatan dengan tujuan dan/atauunit hasil pengobatan berbeda
ini dimungkinkan karena, pada metode AMB, manfaat (benefit) diukur sebagai manfaat ekonomi
yang terkait(associated economic benefit) dan dinyatakan dengan unit yang sama,yaitu unit
moneter.Namun demikian, karena alasan etika serta sulitnya mengkuantifikasinilai kesehatan dan
hidup manusia, AMB sering menuai kontroversi. Sebabitu, AMB juga agak jarang digunakan
dalam kajian farmakoekonomi,bahkan dalam kajian ekonomi kesehatan yang lebih luas pun
masih jarang sekali dilakukan (Kemenkes RI, 2013).

2.2 Pengertian Analisis Minimalisasi Biaya


Analisis biaya adalah metode atau cara untuk menghitung besarnya pengorbanan (biaya,
cost) dalam unit moneter (rupiah), baik yang langsung (direct cost) maupun tidak langsung
(indirect cost), untuk mencapai tujuan. Analisis minimalisasi-biaya (AMiB—cost-minimization
analysis, CMA) adalah teknik analisis ekonomi untuk membandingkan dua pilihan (opsi, option)
intervensi atau lebih yang memberikan hasil (outcomes) kesehatan setara untuk mengidentifikasi
pilihan yang menawarkan biaya lebih rendah.Metode AMiB merupakan kajian farmakoekonomi
paling sederhana karena yang perlu dibandingkan hanya satu sisi, yaitu biaya (Kemenkes RI,
2013).

4
2.3 Kegunaan Analisis Minimalisasi Biaya
Analisis minimalisasi biaya (AMiB) digunakan untuk menguji biaya relatif yang
dihubungkan dengan intervensi yang sama dalam bentuk hasil yang diperoleh. Langkah
terpenting yang harus dilakukan sebelum menggunakan AMiB adalah menentukan kesetaraan
(equivalence) dari intervensi (misalnya obat) yang akan dikaji. Tetapi, karena jarang ditemukan
dua terapi, termasuk obat, yang setara atau dapat dengan mudah dibuktikan setara, penggunaan
AMiB agak terbatas, misalnya untuk:
1. Membandingkan obat generik berlogo (OGB) dengan obat generik bermerek
dengan bahan kimia obat sejenis dan telah dibuktikan kesetaraannya melalui uji
bioavailabilitas bioekuivalen (BA/BE). Jika tidak ada hasil uji BA/BE yang
membuktikan kesetaraan hasil pengobatan, AMiB tidak layak untuk digunakan.
2. Membandingkan obat standar dengan obat baru yang memilikiefek setara.
Terdapat banyak jenis biaya yang harusdimasukkan berbeda untuk setiap perspektif
analisis. Untuk menggunakanmetode AMiB secara baik tetap diperlukan keahlian dan ketelitian
(Kemenkes RI, 2013).

2.4 Keunggulan Analisis Minimalisasi Biaya


Analisis minimalisasi biaya adalah metode yang relatif mudah dan sederhana untuk
membandingkan alternatif pengobatan selama ekuivalen terapeutik dari alternatif telah
dibandingkan (Hill, 2011). Analisis minimalisasi biaya adalah yang paling simpel dari semua
perangkat farmakoekonomi yang mana membandingkan dua jenis obat yang sama efikasi dan
toleransinya terhadap satu pasien. Ekuivalen terapeutik harus direferensikan oleh peneliti dalam
melaksanakan studi ini, yang mana harus dilampirkan sebelum analisis minimalisasi biaya itu
diterapkan. Oleh karena efikasi dan toleransi adalah sama, maka tidak diperlukan efikasi umum
sebagai titik tolak pertimbangan (yang mana biasa sering dipakai dalam studi efektivitas biaya).
Peneliti disini boleh mengesampingkan harga/kesembuhan ataupun harga/tahun karena hal ini
tidak begitu berpengaruh. Hal penting dalam studi analisis minimalisasi biaya adalah menghitung
semua harga termasuk penelitian dan penelusuran yang berhubungan dalam pengantaran
intervensi terapeutik itu dan berelevan dengan sisi pandang farmakoekonomi (Dakin, 2013).

5
2.5 Kelemahan Analisis Minimalisasi Biaya
Suatu kekurangan nyata dari analisis minimalisasi biaya yang mendasari sebuah analisis
adalah pada asumsi pengobatan dengan hasil yang ekuivalen. Jika asumsi tidak benar, dapat
menjadi tidak akurat, pada akhirnya studi menjadi tidak bernilai. Pendapat kritis analisis
minimalisasi biaya hanya digunakan untuk prosedur hasil pengobatan yang sama (Orion, 1997).
Karena jarang ditemukan dua terapi, termasuk obat, yang setara atau dapat dengan mudah
dibuktikan setara, penggunaan analisis minimalisasi biaya agak terbatas (Kemenkes RI, 2013).

BAB III

6
PEMBAHASAN

3.1. Contoh Penerapan Analisis Minimalisasi Biaya

Onkoplatin adalah agen kemoterapi yang relatif baru, diberikan secara intravena di suatu
rumah sakit. Karena efek mual yang timbul pada kemoterapi ini, onkoplatin kerap diberikan
menurut dua pilihan cara:
1. Pemberian dosis yang mestinya setiap bulan, dapat dibagi menjadi setiap 15 hari (2 x
sebulan)
2. Pemberian dosis setiap bulan, tetapi dengan penambahan obat antimual
Efektivitas kedua cara pemberian adalah sama. Untuk mengetahui biaya pengobatan yang
paling minimal di antara kedua cara pemberian tersebut, dilakukan analisis minimalisasi-biaya
(AMiB).
Dari analisis struktur biaya didapatkan hasil berikut:

Tabel 3.1. Contoh Perhitungan AMiB


(dalam rupiah)

Komponen biaya Onkoplatin dosis Onkoplatin dosis lengkap +


terbagi antimual

Onkoplatin (rerata) 29.640.000 29.800.000

Antimual (rerata) - 400.000

Jasa pemberian 1.600.000 800.000


onkoplatin IV

Jasa klinik & kunjungan 1.280.000 640.000


dokter

Biaya total per pasien 32.520.000 31.640.000

Dari struktur biaya terlihat, biaya rerata onkoplatin relatif sama untuk kedua cara
pemberian. Tetapi, pada kelompok onkoplatin dosis terbagi, tidak ada biaya antimual karena

7
tidak diberikan antimual. Sebaliknya, pada pemberian dosis terbagi, biaya untuk jasa
pemberian onkoplatin IV menjadi dua kali lipat dari pemberian dosis lengkap. Begitu pula
biaya untuk jasa klinik dan kunjungan dokter, menjadi dua kali lipat. Dengan demikian, biaya
total pemberian dosis lengkap dengan tambahan antimual lebih murah Rp880.000, atau
2,71%, dibanding pemberian onkoplatin dosis terbagi.

8
BAB IV
KESIMPULAN

Analisis Minimalisasi Biaya (AMiB) teknik analisis ekonomi untuk membandingkan dua
pilihan (opsi, option) intervensi atau lebih yang memberikan hasil (outcomes) kesehatan
setara untuk mengidentifikasi pilihan yang menawarkan biaya lebih rendah. Cost
Minimization Analysis merupakan teknik yang paling sederhana dan digunakan untuk
menguji biaya relative yang dihubungkan dengan intervensi yang sama. Pada teknik CMA
apabila asumsi tidak benar maka hasil menjadi tidak akurat yang akhirnya studi menjadi
tidak bernilai.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Bootman JL., Townsend RJ., Mc Ghan WF., 2005, Principle of Pharmacoeconimics, 2nd Ed,
Harvey Whitney Book Company, USA,
2. Vogenberg FR., 2001, Introduction to Applied Pharmacoeconomics, McGraw-Hill, USA
3. Sanchez LA., 1999, Applied pharmacoeconomics: Evaluation and use of pharmacoeconomic
data from literature., Am J Health-Syst Pharm, 56:1630-40
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman Penerapan Kajian
Farmakoekonomi. Hal: 16-36.
5. Cost Minimization Analysis. Encyclopedia of Behavioral Medicine. Available at
http://www.springerreference.com/docs/html/chapterdbid/346185.html

10

Anda mungkin juga menyukai