Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH FITOKIMIA

“MINYAK ATSIRI GOLONGAN FENOL DALAM


TANAMAN CENGKEH (Syzigium aromaticum)”

DISUSUN OLEH:

1. Aning Fatimah Zahra (15330138)


2. Elfridus Beleta Lajar (16330770)
3. Asri Yani (17330706)

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL


FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan ridho-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul Minyak Atsiri Golongan Fenol dalam Tanaman Cengkeh (Syzigium

aromaticum). Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad

SAW, serta kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya yang insya allah tetap

istiqomah hingga akhir zaman. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi

tugas dalam mata kuliah Fitokimia.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi sumbangsih yang

bermanfaat bagi seluruh bidang kefarmasian di masa sekarang dan di masa

mendatang. Amin.

Jakarta, Maret 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ................................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 5

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6

C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 7

BAB II PEMBAHASAN

A. Klasifikasi tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum ................... 8

B. Bagian yang mengandung minyak atsiri dari tanaman cengkeh

(Syzigium aromaticum) ................................................................. 8

C. Cara pembuatan simplisia minyak atsiri dari tanaman cengkeh

(Syzigium aromaticum) ................................................................ 9

D. Rumus kimia minyak atsiri dari tanaman cengkeh

(Syzigium aromaticum) ................................................................. 20

E. Golongan minyak atsiri dari tanaman cengkeh

(Syzigium aromaticum) ................................................................ 21

F. Kandungan dalam minyak atsiri dari tanaman cengkeh

(Syzigium aromaticum) ................................................................ 21

3
G. Penggunaan minyak atsiri dari tanaman cengkeh

(Syzigium aromaticum) ................................................................ 25

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 29

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa

terpen. Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan

oleh tumbuhan dan sebagian kelompok hewan. Rumus molekul terpen adalah

(C5H8)n. Secara struktur kimia terenoid merupakan penggabungan dari unit

isoprena, dapat berupa rantai terbuka atau siklik, dapat mengandung ikatan

rangkap, gugus hidroksil, karbonil atau gugus fungsi lainnya. Terpenoid

merupakan komponen penyusun minyak atsiri.

Minyak atsiri merupakan minyak yang komponennya secara umum mudah

menguap atau volatil. Minyak atsiri disebut juga ethereal oil karena bersifat eter

dan essensial oil karena memberikan aroma atau essens tertentu.

Minyak atsiri terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O)

yang secara umum dapat digolongkan menjadi golongan hidrokarbon dan

golongan hidrokarbon teroksigenasi. Golongan hidrokarbon terbentuk atas unsur

karbon (C) dan hidrogen (H) yang terdiri dari monoterpen, sesquiterpen,

diterpen, dan politerpen. Sedangkan golongan hidrokarbon teroksigenasi

terbentuk atas unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) yang terdiri atas

golongan alkohol, aldehid, keton, fenol, fenol eter, oksida, dan ester.

5
Minyak atsiri golongan fenol merupakan golongan yang paling antiseptik

dapat merangsang tubuh dan dapat bermanfaat dalam dosis kecil namun jika

dosis besar dapat menjadi toksik pada sistem saraf dan menyebabkan iritasi kulit.

Ada banyak simplisia di alam yang mengandung minyak atsiri golongan

fenol. Salah satu simplisia yang banyak mengandung minyak atsiri golongan fenol

yaitu Tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum). Pada makalah ini akan dibahas

tentang asal, karakteristik, serta khasiat dari minyak atsiri golongan fenol dari

tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana klasifikasi tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum)?

2. Bagian apa yang mengandung minyak atsiri dari tanaman cengkeh

(Syzigium aromaticum)?

3. Bagaimana cara pembuatan simplisia minyak atsiri dari tanaman cengkeh

(Syzigium aromaticum)?

4. Bagaimana rumus kimia minyak atsiri dari tanaman cengkeh (Syzigium

aromaticum)?

5. Apa golongan minyak atsiri dari tanaman cengkeh (Syzigium

aromaticum)?

6. Apa saja kandungan dalam minyak atsiri dari tanaman cengkeh (Syzigium

aromaticum)?

6
7. Apa saja penggunan minyak atsiri dari tanaman cengkeh (Syzigium

aromaticum)?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui klasifikasi tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum)

2. Mengetahui bagian yang mengandung minyak atsiri dari tanaman

cengkeh (Syzigium aromaticum)

3. Mengetahui cara pembuatan simplisia minyak atsiri dari tanaman

cengkeh (Syzigium aromaticum)?

4. Mengetahui rumus kimia minyak atsiri dari tanaman cengkeh (Syzigium

aromaticum)?

5. Mengidentifikasi golongan minyak atsiri dari tanaman cengkeh (Syzigium

aromaticum)?

6. Mengidentifikasi kandungan dalam minyak atsiri dari tanaman cengkeh

(Syzigium aromaticum)?

7. Mengidentifikasi penggunan minyak atsiri dari tanaman cengkeh

(Syzigium aromaticum)?

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Klasifikasi tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum)

Klasifikasi Tanaman Cengkeh Menurut Bulan (2004) klasifikasi dari tanaman

cengkeh adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub-Divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Sub-Kelas : Choripetalae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Spesies : S. Aromaticum (syn : Syzigium aromaticum)

B. Bagian yang mengandung minyak atsiri dari tanaman cengkeh (Syzigium

aromaticum)

Seluruh bagian tanaman cengkeh mengandung minyak, namun bunganya

memiliki kandungan minyak yang paling banyak. Minyak cengkeh dapat diisolasi

dari daun (1-4%), batang (5-10%), maupun bunga cengkeh (10-20%). Minyak

8
atsiri dari bunga cengkeh memiliki kualitas terbaik dan harganya mahal karena

rendemennnya tinggi dan mengandung eugenol mencapai 80-90%

Karena daun dan ranting cengkeh juga menghasilkan minyak, keduanya

pun menjadi penghasilan sampingan bagi petani cengkeh yang memanen bunga

cengkeh untuk rokok. Mereka cukup mengumpulkan daun dan ranting yang

runtuh di sekitar pohon dan melakukan penyulingan sederhana untuk

mendapatkan minyak cengkeh kasar.

C. Cara pembuatan simplisia minyak atsiri dari tanaman cengkeh (Syzigium

aromaticum)

Kelimpahan komponen-komponen dalam minyak cengkeh bergantung dari

jenis, asal tanaman, metode isolasi, dan metode analisa yang digunakan. Minyak

cengkeh umumnya diisolasi dari bunga cengkeh kering. Proses pengeringan

bertujuan sebagai teknik pengawetan bunga cengkeh setelah panen untuk

keperluan berbagai industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Pada penelitian

Memmou dan Mahboub, bunga cengkeh segar didistilasi dan dihasilkan minyak

cengkeh dengan eugenol sebanyak 47,57%, β-karyofilen 35,42%, eugenil asetat

13,42%. Namun selama ini belum ada riset tentang pengaruh pengeringan

terhadap perubahan komponen dalam minyak cengkeh.

Isolasi minyak bunga cengkeh umum dilakukan menggunakan metode

distilasi uap dan distilasi air. Kedua metode tersebut mudah dan aman bagi

lingkungan karena tidak menggunakan pelarut organik berbahaya. Isolasi dengan

9
distilasi uap menghasilkan minyak cengkeh dengan kandungan eugenol lebih

tinggi daripada isolasi dengan distilasi air. Distilasi bunga cengkeh diperlukan 8

sampai 24 jam untuk menghasilkan minyak cengkeh yang memenuhi persyaratan

mutu SNI. Berdasarkan penelitian Nurdjannah dan Hidayat, waktu optimum

isolasi minyak cengkeh dari bunga cengkeh dengan distilasi uap adalah kurang

dari 9 jam, sebab distilasi selama 9-12 jam tidak menghasilkan kenaikan

rendemen yang signifikan, selain itu, kadar eugenol dalam minyak cengkeh

cenderung menurun. Hasil distilasi bunga cengkeh selama 9 jam menghasilkan

rendemen 9,67% dengan kadar eugenol 71,56%, trans-karyofilen 11,63%, dan

eugenil asetat 15,14%.

a. Alat

Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah erlenmeyer, hot plate

dan magnetic stirrer, pipet tetes, beaker glass, corong pemisah, dan destilator.

Sedangkan alat yang digunakan untuk analisis terdiri dari timbangan analitik,

stopwatch, termometer, labu ukur, dan gelas ukur.

b. Cara kerja

 Penyulingan minyak atsiri

Proses penyulingan dilakukan selama 4 jam untuk daun dan 8 jam untuk

bunga. Minyak atsiri dan air yang didapat ditampung ke dalam erlenmeyer, lalu

air dipisahkan dengan minyak menggunakan corong pisah. Sisa titik-titik air yang

masih ada dihilangkan dengan menggunakan Na2SO4 anhidrat.

10
Minyak cengkeh bebas air dipisahkan dengan cara dekantasi, kemudian

ditampung dalam botol vial dan permukaannya dialiri gas N2 sebelum ditutup.

Minyak cengkeh yang dihasilkan ditimbang dan dihitung rendemennya. Minyak

cengkeh disimpan dalam lemari pendingin pada temperatur -18oC sebelum

dikarakterisasi.

Metode destilasi uap dan air menguntungkan, karena peralatan yang

digunakan sederhana, menghasilkan rendemen minyak yang tinggi dan kualitas

yang lebih baik serta proses penguapannya lebih cepat, sehingga waktu

penyulingan menjadi lebih singkat. Agar diperoleh minyak atsiri yang bermutu

tinggi maka penyulingan dilakukan pada suhu bertekanan rendah, karena suhu

menentukan besarnya tekanan yang digunakan.

1. Karakterisasi sifat fisik minyak cengkeh

Pengamatan bau dan warna dilakukan secara visual dan pengukuran indeks

bias menggunakan refraktometer Abbe yang mengacu pada SNI 06-4267-1996.

Pengukuran bobot jenis menggunakan piknometer dengan cara membandingkan

antara bobot minyak dan bobot air pada volume dan temperatur yang sama

2. Karakteristik bahan baku

Sifat fisik minyak cengkeh yang dikarakterisasi meliputi warna, bau, indeks

bias, dan bobot jenis, dimana keempat parameter tersebut memiliki rentang nilai

yang telah distandarkan sebagai syarat mutu perdagangan di Indonesia yang

11
tercantum dalam SNI 06-4267-1996. Berdasarkan Tabel 1, sifat fisik minyak

cengkeh hasil distilasi uap telah memenuhi persyaratan mutu SNI 06-4267-1996

yang berarti minyak cengkeh tersebut telah memenuhi standar kualitas untuk

perdagangan minyak atsiri di Indonesia.

No. Karakteristik Hasil pengujian* SNI minyak cengkeh**


1. Warna Kuning muda -
2. Berat jenis 1,049 1,03 - 1,06
3. Indeks bias 1,530 1,52 - 1,54
4. Kelarutan dalam etanol 1:2 1:2
70%
5. Persentase eugenol 63,56 Minimal 78
Keterangan:
*Hasil uji penelitian
**SNI 06-2387-1998 minyak cengkeh (BSN, 1998).
Tabel 1. Karakteristik bahan baku

Karakterisasi menggunakan KG-SM dilakukan dengan tujuan mengetahui

komposisi kimia dari minyak cengkeh hasil distilasi uap. Karakterisasi eugenol

standar menggunakan KG-SM dengan kondisi operasional yang sama bertujuan

mengkonfirmasi eugenol dalam minyak bunga cengkeh hasil distilasi uap dengan

eugenol standar. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa waktu retensi eugenol

dalam minyak cengkeh (16,791 menit) relatif sama dengan waktu retensi

eugenol standar (16,608 menit).

12
Gambar 1. Kromatogram minyak cengkeh sebelum pemurnian

Dari gambar 1 terlihat persentase eugenol sebesar 63,56% pada puncak

nomor 4, dan pada puncak nomor 6 terlihat persentase kariofilen sebesar

22,43%. Puncak lain yang menonjol terlihat pada puncak nomor 7 yaitu senyawa

Alpha Humulene sebesar 5,82% dan pada puncak nomor 15 terdapat

caryophyllene oxide sebesar 3%. Senyawa lain membentuk puncak pendek yang

memiliki persentase kurang dari 1%. Senyawa inilah yang beserta senyawa lain

kecuali eugenol harus diminimalisasi bahkan dibuang dengan cara pemurnian

eugenol dengan penggunaan reaktan basa kuat yang akan mengikat fenol

(eugenol).

3. Rendemen

Perhitungan rendemen merupakan hal yang sangat penting untuk

mendapatkan kuantitas yang diinginkan. Rendemen yang banyak menunjukkan

13
kuantitas yang baik, namun jumlah rendemen yang besar pesentasenya belum

tentu seperti yang diinginkan sesuai dengan standar. Hasil analisis ragam pada

selang kepercayaan 5% menunjukkan penambahan konsentrasi basa kuat

berpengaruh nyata terhadap rendemen yang dihasilkan.

Basa kuat Konsentrasi Rendemen %


KOH* 0,75 N 58,67a
1N 72,33b
1,25 N 79,00d
1,5 N 74,00c
Ba(OH)2** 0,2 N 54,67p
0,3 N 64,33q
0,35 N 71,33r
0,4 N 65,33q
Keterangan:
Rerata rendemen dengan notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
(BNT 0,05=1,298); * dan ** menunjukkan beda nyata.
Tabel 2. Rerata rendemen pemurnian eugenol

Hasil yang diperoleh dari pemurnian eugenol menggunakan basa kuat KOH

dan Ba(OH)2 menunjukkan beda nyata pada faktor jenis basa kuat tersebut. Hal

ini dapat dilihat dari jumlah rendemen yang diperoleh. Rendemen pada

pemurnian eugenol menggunakan basa kuat KOH memiliki nilai yang lebih tinggi

daripada perolehan rendemen pada pemurnian eugenol dengan basa kuat

Ba(OH)2, karena pada proses pengambilan kembali eugenol menggunakan asam

kuat terjadi pembentukan garam K2SO4. Garam ini berwarna putih transparan

dan mudah larut dalam air, maka saat pengambilan eugenol dari garamnya akan

sangat mudah dan menghasilkan rendemen yang cukup besar. Lain halnya

dengan penggunaan basa kuat Ba(OH)2 dan pengambilan eugenol dengan

penambahan asam kuat H2SO4 yang akan terbentuk garam BaSO4 berwarna putih

14
keruh dan mudah mengendap. Hal ini akan mempersulit pengambilan eugenol

dari garamnya dan akan mengurangi rendemen yang harus berkali-kali

mengalami proses pencucian. Hasil kali kelarutan (Ksp) pada K2SO4 adalah

sebesar 3,7 x 10-3 dan Ksp pada BaSO4 adalah sebesar 1,08 x 10-10, hal ini

menunjukkan bahwa nilai kelarutan K2SO4 lebih tinggi dari nilai kelarutan BaSO4.

Semakin besar nilai kelarutan, maka zat tersebut semakin mudah larut.

4. Berat Jenis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil berat jenis dari tiap jenis basa

kuat yang diberikan berpengaruh nyata pada terhadap berat jenis eugenol

Basa kuat Konsentrasi Berat jenis g/ml (250C)


KOH* 0,75 N 1,047a
1N 1,077c
1,25 N 1,063*)b
1,5 N 1,077c
Ba(OH)2** 0,2 N 1,037p
0,3 N 1,047q
0,35 N 1,063*)r
0,4 N 1,077s
Keterangan:
 Rerata berat jenis eugenol dengan notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata (BNT 0,05=0,006)
 * dan ** menunjukkan beda nyata.
 Standar berat jenis eugenol 1,064 – 1,070 gr/ml
 *)mendekati standar perdagangan eugenol
Tabel 3. Rerata berat jenis eugenol

Tabel 3 menunjukkan beda nyata pada jenis penambahan basa kuat KOH

dan Ba(OH)2, hal ini ditunjukkan oleh rerata berat jenis pada KOH lebih besar dari

15
pada rerata berat jenis pada Ba(OH)2. Berat jenis dipengaruhi dengan semakin

banyaknya persentase eugenol dengan berat jenis minyak cengkehnya. Apabila

semakin besar berat jenis maka kemungkinan masih terdapat kandungan

kariofilen dan senyawa pengikut lain yang terdapat dalam eugenol (Bangkit, dkk.,

2012). Namun demikian berat jenis KOH lebih besar dari berat jenis Ba(OH)2

karena proses pencucian eugenol yang lebih mudah pada penambahan KOH

dibandingkan pencucian eugenol pada Ba(OH)2, sehingga pada berat jenis

Ba(OH)2 lebih kecil karena pada proses pencucian garam yang dilakukan berkali-

kali banyak senyawa eugenol yang ikut terbuang bersama garamnya, sehingga

komposisi eugenol dalam volume yang sama lebih sedikit. Untuk hasil berat jenis

yang lain tidak sesuai dengan syarat perdagangan, yaitu untuk KOH 0,75 N

kurang dari standar dengan rerata berat jenis 1,047gr/ml, dan berat jenis ini juga

dimiliki oleh eugenol dengan penambahan Ba(OH)2 0,3 N. Pada penambahan

Ba(OH)2 0,2 N berat jenis yang diperoleh sebesar 1,037gr/ml dimana hasil

tersebut kurang dari standar berat jenis perdagangan eugenol. KOH 1 N dan KOH

1,5 N mendapatkan hasil yang sama namun melebihi dari standar perdagangan,

yaitu berat jenis sebesar 1,077 gr/ml. Pada penambahan Ba(OH)2 berat jenis

yang didapatkan sebesar 1,077 gr/ml. Menurut Nurhasanah (2001), persentase

eugenol yang meningkat menyebabkan berat jenis minyak semakin tinggi karena

eugenol merupakan fraksi berat dalam minyak cengkeh. Hal ini dapat dilihat dari

berat jenis minyak cengkeh yang awalnya sebesar 1,049 gr/ml dan pada saat

pemurnian menjadi eugenol berat jenisnya menjadi lebih besar yaitu yang

16
terbaik 1,063 gr/ml. Maka dari itu terdapat perbedaan hasil dari eugenol yang

diperoleh pada penelitian ini dengan syarat perdagangan eugenol.

5. Indeks Bias

Hasil analisis ragam menunjukkan jenis basa kuat yang digunakan

berpengaruh nyata pada hasil indeks bias. Hasil rerata yang diperoleh dari

perhitungan indeks bias eugenol pada suhu 20 0C yang mendekati syarat

perdagangan eugenol adalah dengan penambahan KOH 0,75 N dan penambahan

Ba(OH)2 dengan konsentrasi 0,2 N, hal ini disebabkan karena hasilnya mendekati

standar perdagangan eugenol yang sebesar 1,540-1,542.

Basa kuat Konsentrasi Indeks bias (200C)


KOH* 0,75 N 1,547a
1N 1,713c
1,25 N 1,610b
1,5 N 1,730d
Ba(OH)2** 0,2 N 1,557p
0,3 N 1,693r
0,35 N 1,573q
0,4 N 1,717s
Keterangan:
 Rerata indeks bias eugenol dengan notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata (BNT 0,05=0,006)
 * dan ** menunjukkan beda nyata
 Standar indeks bias eugenol 1,540 – 1,542
Tabel 4. Indeks bias eugenol

Pada Tabel 4 terlihat notasi pada rerata indeks bias dengan penambahan

basa kuat KOH dan Ba(OH)2 menunjukkan notasi yang berbeda, terlihat dari hasil

rerata indeks bias pada KOH lebih besar dari rerata indeks bias pada Ba(OH) 2.

17
Pada penambahan KOH, eugenol yang diambil akan diikuti dengan asam (H+) dan

untuk penambahan Ba(OH)2 eugenol yang diambil akan diikuti dengan asam yang

lebih besar yaitu (2H+). Suasana yang lebih asam akan menghasilkan indeks bias

yang semakin kecil nilainya (Samosir, 2010). Besarnya indeks bias juga

dipengaruhi oleh kekentalan. Eugenol yang dihasilkan dari penambahan KOH

memiliki kekentalan yang lebih tinggi daripada eugenol dari penambahan

Ba(OH)2. Nilai indeks bias medium menunjukkan kerapatan medium, semakin

besar kerapatan (yang ditunjukkan oleh semakin kental eugenol pada

penambahan KOH) sehingga indeks biasnya semakin besar dan begitupula

sebaliknya (Hidayanto, 2012).

Hasil perhitungan indeks bias memiliki nilai yang lebih tinggi dari yang

distandarkan, yaitu KOH 1 N sebesar 1,713 kemudian KOH 1,25 N sebesar 1,610

dan KOH 1,5 N sebesar 1,730. Untuk penambahan basa kuat Ba(OH) 2 pada

penambahan konsentrasi 0,3 N dihasilkan indeks bias sebesar 1,693, kemudian

pada konsentrasi 0,35 N sebesar 1,573 dan pada penambahan konsentrasi

sebesar 0,4 N mendapatkan indeks bias sebesar 1,717. Menurut Nurhasanah

(2001), semakin tinggi kandungan eugenol dalam minyak cengkeh atau semakin

tinggi persentase eugenol maka indeks biasnya akan semakin tinggi, dapat

terlihat pada saat dalam bentuk minyak cengkeh indeks bias sebesar 1,530 dan

saat telah menjadi eugenol indeks bias menjadi sebesar 1,547-1,730. Tingginya

nilai indeks bias eugenol juga dipengaruhi adanya senyawa pengotor lain yang

masih terkandung dalam eugenol yaitu kariofilen, dengan indeks bias dari

18
kariofilen sebesar 1,5095. Maka dari itu hasil pemurnian eugenol pada penelitian

ini melebihi dari standar syarat perdagangan eugenol karena eugenol yang

didapatkan mengalami peningkatan persentase eugenol dengan kerapatan yang

pekat.

6. Warna

Hasil yang diperoleh dari proses pemurnian bersifat hampir sama pada

setiap konsentrasi basa kuat KOH dan bersifat seragam pada semua konsentrasi

Ba(OH)2. Penambahan basa kuat yang dilanjutkan dengan penambahan asam

kuat serta dilakukan pemanasan akan merubah warna cerah pada minyak

cengkeh menjadi lebih gelap (Nurhasanah, 2001).

Basa kuat Konsentrasi L* a* b*


0,75 N 20,8 8,6 7,2
KOH* 1N 20,6 7,4 6,4
1,25 N 20,9 7,6 5,6
1,5 N 20,7 7,8 6,2
Ba(OH)2** 0,2 N, 0,3 N, 0,35 N, dan 0,4 N 20,7 7,9 6,1
Keterangan:
*Kecerahan minyak cengkeh: L* =55,4; a* = 5,7; b* = 22,8
Tabel 5. Warna dan kecerahan eugenol

Penambahan basa kuat maupun asam kuat yang semakin besar akan

semakin mempergelap hasil eugenol yang diperoleh. Eugenol dengan hasil warna

yang gelap merupakan eugenol kasar, untuk memperoleh eugenol dengan warna

yang cerah harus dilakukan pencerahan (Fitri, 2006). Penambahan basa kuat

pada minyak cengkeh akan mengubah warna minyak cengkeh menjadi lebih

19
coklat karena basa kuat yang bersifat alkali.Eugenol yang bersifat fenol akan

bereaksi dengan basa kuat dan melepas H+, proses pemanasan hingga 500C akan

mengubah warna minyak cengkeh. Hal ini juga terjadi pada saat penambahan

asam kuat H2SO4 yang sangat reaktif dengan udara dan panas membuat

perubahan warna pada minyak cengkeh yang menjadi eugenol. Sifat fenolat pada

eugenol sangat mempengaruhi perubahan warna yang terjadi, karena fenol

bersifat reaktif terhadap udara serta basa.Reaksi yang terjadi ketika fenol

berhadapan langsung dengan udara, perlakuan panas, dan basa kuat adalah

terjadi reaksi oksidasi dimana oksigen akan diikat dengan fenol yang

menyebabkan terjadinya pencoklatan dan perubahan warna (Sucipto, 2012).

D. Rumus kimia minyak atsiri dari tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum)

Rumus Molekul : C10H12O2

Nama UIPAC : 2-methoxy-4-prop-2-enylphenol

Berat Molekul : 164.204 g/mol

Titik didih : 225oC

Titik leleh : -9,2oC s/d -9,1oC

20
Kelarutan : Dalam air, 2460 mg / L pada 25oC

Dapat bercampur dengan alkohol, kloroform, eter,

minyak; 1 mL larut dalam 2 mL alkohol 70%; larut dalam

asam asetat glasial, dalam larutan alkali hidroksida tetap

berair

Massa Jenis : 1.0652 g/cu cm pada 20oC

E. Golongan minyak atsiri dari tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum)

Di dalam minyak atsiri daun cengkeh mengandung eugenol,

transmetoksiasetofenon. Eugenol (C10H12O2), merupakan turunan guaikol yang

mendapat tambahan rantai alkil. Eugenol dapat dikelompokan dalam keluarga

alkilbenzena dari senyawa-senyawa fenol. Eugenol memberikan baud an aroma

yang khas pada minyak cengkeh, berbau keras, dan mempunyai rasa pedas.

Eugenol mudah berubah menjadi kecoklatan apabila dibiarkan di udara terbuka.

Eugenol mempunyai sifat yang bekerja dalam proses penekanan terhadap

system saraf serangga, paralis, selanjutnya terjadi kematian, ditandai dengan

tubuh yang apabila disentu lunak dan lemas.

F. Kandungan dalam minyak atsiri dari tanaman cengkeh (Syzigium

aromaticum)

Senyawa-senyawa yang terkandung yang utama merupakan eugenol

sebesar 91,70% dengan kariofilen yang masih terikut sebesar 4,48% dan sisanya

adalah pengotor. Jumlah senyawa pada eugenol hasil pemurnian dengan KOH

21
1,25 N ini sebanyak 9 senyawa. Dari bahan baku minyak cengkeh yang memiliki

21 senyawa yaitu 1 senyawa utama eugenol dan 20 senyawa pengotor maka

setelah dimurnikan menghasilkan 1 senyawa utama dan 8 senyawa pengotor.

Persentase eugenol yang awalnya adalah sebesar 63,56% dari minyak cengkeh,

setelah pemurnian menjadi 91,70% dan kariofilen dalam minyak cengkeh yang

awalnya 22,43% dapat ditekan menjadi 4,48%.

Gambar 2. Kromatogram minyak cengkeh setelah pemurnian

Gambar 2 merupakan hasil GC-MS untuk hasil pemurnian eugenol dengan

basa kuat KOH 1,25 N. terdapat penurunan jumlah senyawa dari 21 senyawa

dalam minyak cengkeh dan hanya tinggal 9 senyawa setelah dilakukan

pemurnian minyak cengkeh menjadi eugenol. Dapat terlihat hanya ada 3

senyawa yang menonjol yaitu pada puncak nomor 2 terdapat eugenol dengan

persentase 91,70%, pada puncak nomor 4 masih terdapat kariofilen sebesar

4,48% dan pada puncak nomor 6 terdapat senyawa caryophyllene oxide sebesar

22
1,21%. Untuk puncak yang lain memiliki persentase kurang dari 1%. Pada Tabel 6

dapat dilihat perbedaan antara kandungan senyawa pada minyak cengkeh dan

kandungan senyawa eugenol setelah proses pemurnian dengan menggunakan

reaktan basa kuat KOH 1,25 N dan asam kuat H2SO4 1,5 N.

Kenaikan persentase eugenol yang cukup tinggi yaitu dari 63,56% pada

minyak cengkeh menjadi 91,70% pada hasil pemurnian eugenol dalam minyak

cengkeh, hasil ini menunjukkan persentase eugenol yang bertambah tinggi.

Untuk persentase senyawa pengotor mengalami penurunan dari total senyawa

pengotor pada minyak cengkeh sebesar 36,44% menjadi 8,3% senyawa pengotor

pada hasil pemurnian eugenol dalam minyak cengkeh, terlihat penurunan

senyawa pengotor yang cukup banyak. Penyusutan senyawa pengotor dan

peningkatan senyawa eugenol dapat dilihat pada tabel 6

Nama senyawa Minyak cengkeh Eugenol


Methyl Salicylate 0,24% -
Chavicyl Acetate 0,22% 0,60%
α- Subebene 0,54% -
Eugenol 63,56% 91,70%
Methyl Eugenol 0,22% 0,33%
Caryophyllene 22,43% 4,48%
α- Humulene 5,82% 0,54%
α- Amorphene 0,15% -
Farnesene 0,35% -
α- Guaiene 0,13% -
Acetyl Eugenol 0,25% -
Delta Cadinene 0,49% -
Cyclohexan 0,34% -
Caryophyllene oxide 0,34% -
Caryophyllene oxide 3,00% 1,21%
β- Selinene 0,13% -
Caryophyllene oxide 0,43% -
Caryophyllene oxide 0,53% 0,43%

23
Caryophyllene oxide 0,43% 0,35%
Caryophyllene oxide 0,36% 0,35%
Penta Decanone 0,06% -
Tabel 6. Komposisi senyawa atsiri pada minyak cengkeh dan eugenol hasil

pemurnian

Pada Tabel 6 nama senyawa yang terdapat dalam minyak cengkeh

maupun dalam eugenol menunjukkan perubahan jumlah senyawa dan

konsentrasi pada setiap senyawa tersebut. Kariofilen merupakan senyawa yang

keberadaannya cukup besar disamping eugenol namun tidak dapat bercampur

dengan penambahan basa (Muchalal dan Rahayu, 2002). Kariofilen dan eugenol

memiliki penampakan yang hampir sama dengan eugenol, perbedaan ada pada

warna saat proses ekstraksi yaitu eugenol berwarna lebih cerah dan kariofilen

berwarna lebih gelap dan lebih kental dari eugenol. Pada saat penambahan asam

kuat, kariofilen akan bercampur dengan eugenol karena kariofilen bersifat sedikit

basa, maka pemisahan menggunakan basa kuat merupakan titik kritis perpisahan

kariofilen dengan eugenol (Sohilait, 2003).

Eugenol yang konsentrasi atau persentasenya semakin meningkat memiliki

kegunaan untuk obat-obatan, kosmetik dan anti bakteri yang digunakan untuk

melawan penyakit hama pada tanaman, eugenol juga dilakukan isomerisasi

untuk mendapatkan isoeugenol yang kemudian bisa dijadikan vanili sintesis.

Eugenol dan chavicyl acetate sebagai anti jamur untuk terapi pada jamur dalam

mulut (Rana dan Rajak, 2011). Untuk Caryophyllene oxide merupakan sebuah

24
senyawa alami yang terjadi pada minyak essensial yang juga digunakan sebagai

obat dan perasa, namun karena potensi dan struktur kimia yang berbahaya,

maka otoritas keamanan pangan Eropa melarang penggunaan Caryophyllene

oxide pada persentase yang berlebihan (Sottoet al., 2013). Menurut Ghelardini,

et al. (2001), Caryophyllene oxide bersifat anastesi yang dapat menembus

dinding sel, dan akan mengganggu perkembangan pada vivo kelinci sehingga

Caryophyllene oxide tidak efektif untuk anastesi.

G. Penggunaan minyak atsiri dari tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum)

Penggunaan minyak cengkeh diantaranya :

 Sebagai bahan baku rokok kretek khas Indonesia

 Bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa

 Sebagai bahan dupa di Tiongkok dan Jepang

 Digunakan sebagai aromaterapi

 Mengobati sakit gigi

 Komponen eugenol mempunyai sifat sebagai stimulan, anestetik lokal,

karminatif, antiemetik, antiseptik, serta antispasmodik. Eugenol dan

turunannya (isoeugenol, metil eugenol, dan vanili sintetis) juga sebagai

campuran bahan pewangi seperti parfum, deodoran, sabun, shampo,

deterjen, sebagai bahan intermediet dalam produksi vanili sintetik dan

dibutuhkan untuk industri farmasi

25
26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) merupakan tanaman dari Kingdom

Plantae, yang termasuk dalam divisi Spermatophyta. Tanaman ini tergolong

dalam kelas Dicotyledoneae dan sub kelas Choripetalae. Tanaman yang

memiliki ordo Myrtales ini tergolong dalam family Myrtaceae dan genus

Syzygium.

2. Seluruh bagian tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) mengandung

minyak atsiri, namun bunganya memiliki kandungan minyak atsiri yang

paling banyak.

3. Simplisia minyak atsiri Eugenol dari tanaman cengkeh (Syzigium

aromaticum)dapat diperoleh dengan cara destilasi uap dan destilasi air.

4. Minyak atsiri dari tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) atau Eugenol

memiliki rumus molekul C10H12O2 dengan struktur :

5. Eugenol dari tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) termasuk dalam

minyak atsiri golongan fenol, karena Eugenol memiliki struktur dasar fenol

27
6. Berdasarkan analisa menggunakan KG-SM, atsiri dari tanaman cengkeh

(Syzigium aromaticum) mengandung eugenol 81,2%, trans-karyofilen 3,92%,

alfa-humulene 0,45%, eugenil asetat 12,43%, karyofilen oksida 0,25% dan

trimetoksiasetofenon 0,53%.

7. Minyak atsiri dari tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) telah banyak

dimanfaatkan sebagai agen perasa dan pemberi aroma pada berbagai

makanan dan campuran dalam rokok kretek karena aroma dan rasanya yang

kuat dan pedas, selain itu minyak cengkeh memiliki aktivitas biologis karena

mengandung eugenol dengan kadar tinggi, yaitu sebagai antiseptik dan

analgesik pada pengobatan gigi dan mulut, antifungal, antibakteri,

antioksidan, antikarsinogen dan anti radikal bebas.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Henny Prianto, Rurini Retnowati, Unggul P. Juswono, 2013. ISOLASI DAN

KARAKTERISASI DARI MINYAK BUNGA CENGKEH (Syzigium aromaticum)

KERING HASIL DISTILASI UAP. Universitas Brawijaya. Malang.

2. Retty Liana Putri, Nur Hidayat, Nur Lailatul Rahmah. 2014. Pemurnian

eugenol dari minyak daun cengkeh dengan reaktan basa kuat KOH dan

Ba(OH)2 (kajian konsentrasi reaktan). Universitas Brawijaya. Malang.

3. Ari Kurniawan, Wiranti Sri Rahayu, Retno Wahyuningrum. 2009.

Perbandingan kadar eugenol minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium

aromaticum (L) Merr & Perry) yang tumbuh di dataran tinggi dan dataran

rendah. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah. Purwokerto.

4. Joko Santoso, Fajar Mardhi Hutama, Fatina Anesya Lystyoarti, Lidya Linda

Nilatari. 2014. EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG

CENGKEH DENGAN METODE HYDRODISTILLATION DAN STEAMHYDRO

DISTILLATION UNTUK MENINGKATKAN NILAI TANAMAN CENGKEH DAN

MENENTUKAN PROSES EKSTRAKSI TERBAIK. Institut Teknologi Sepuluh

Nopember. Surabaya

5. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/eugenol diakses 25 maret

2018

29

Anda mungkin juga menyukai