Hubungan Antara Rumah Tangga Sehat Dengan Kejadian Pneumonia Padabalita Di Kabupaten Trenggalek
Hubungan Antara Rumah Tangga Sehat Dengan Kejadian Pneumonia Padabalita Di Kabupaten Trenggalek
OLEH :
RATNA SULISTYOWATI
NIM : S520908009
Disusun oleh :
RATNA SULISTYOWATI
S 520908009
Dewan Pembimbing
Mengetahui
Ketua Program Magister Kedokteran Keluarga
Disusun oleh :
RATNA SULISTYOWATI
S 520908009
Dewan Penguji
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya yang
pernah diterbitkan orang lain, kecuali yang secara terulis diacu dalam tesis
ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Ratna Sulistyowati
5
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanau
Wata’ala, atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyusun dan menyeleseikan teis yang berjudul “ Hubungan antara
Rumah Tangga Sehat dengan kejadian pneumonia pada Balita di Kabupaten
Trenggalek. Tesis diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan pada Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Program
Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Pelayanan Profesi Kedokteran.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, banyak
kelemahan dan kekurangannya,serta tidak lepas dari hambatan dan
kesulitan. Namun berkat bantuan, bimbingan, dorongan dan perhatian dari
berbagai pihak penulis dapat dapat menyelesaikannya. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan
yang tulus kepada yang terhormat :
1. Direktur Program Sarjana Program Studi Kedokteran Keluarga
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan jajarannya beserta staf.
2. Prof.Dr.dr. Harsono Salimo SpA(K), selaku pembimbing utama atas
bimbingan, waktu dan tenaga yang telah memberikan arahan dalam
pelaksanaan penelitian dan koreksi serta perbaikan dalam penulisan
tesis ini.
3. dr. Putu Suryasa, MS.,PKK.,SpOK., selaku pembimbing kedua atas
bimbingan, saran dan dorongan moril kepada penulis.
4. Prof.Dr.dr. Bhisma Murti, MPH.,MSc.,PhD., selaku penguji atas
kesediaannya untuk memberikan banyak waktu, bimbingan, saran dan
kritik untuk perbaikan tesis ini terutama dalam metodologi penelitian
dan statistik sehingga banyak memberikan inspirasi dan pengalaman
berharga bagi penulis.
5. dr. Balqis CM-FM., selaku penguji atas kritik dan saran yang telah
diberikan guna perbaikan tesis ini.
6
6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek beserta staf yang
telah memberikan ijin penelitian, bantuan alat dan tenaga sehingga
penelitian dapat berjalan lancar.
7. Direktur RSUD dr.Soedomo Trenggalek yang telah memberikan ijin
kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan di Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret.
8. Suamiku tercinta Ichwanu Kusno SKM,MKes., yang dengan penuh
kesabaran, kasih sayang dan ketelatelan serta ketiga anakku, Vichra,
Bela dan Aisy yang telah memberikan doa, dorongan, dukungan dan
semangat sehingga memberikan kekuatan dan motivasi bagi penulis
untuk menempuh dan menyelesaikan pendidikan sampai terssunnya
tesis ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan, kasih
sayang yang berkah-Nya bagi keluarga kita.
9. Teman sejawat mahasiswa Program Pasca Sarjana Program Studi
Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan bantuan dan motivasi penulis dalam menyelesaikan tesis
ini.
10. Responden yang telah memberikan data dan bersedia untuk ikut
berperan serta dalam proses penelitian sehingga tesis ini dapat
tersusun.
11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada
penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu dengan hati yang tulus penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun. Semoga tesis ini dapat memberikan
sumbangan bagi Kedokteran Keluarga. Akhir kata semoga tesis ini
berharga bagi pembaca.
7
Persembahan
Tabel 4.1 : Karakteris tik data sampel menurut data katagorikal ………...39
rumah…………………………………………………………..41
sehat……………………………………………………………44
Tangga………………………………………………………...44
Tabel 4.7. : Hasil analisis hubungan antara rumah tangga sehat dengan
Gambar 4.1 : Proporsi pneumonia balita pada rumah tangga sehat dan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kematian bayi dan Balita. Menurut WHO + 13 juta anak Balita di dunia
negara berkembang dengan membunuh empat juta anak Balita setiap tahun.
seperti asap, debu dan sebagainya. ( Ditjen P2M Depkes, 2006 ; Rizanda,
angka kesakitan pneumonia dan bronkitis meliputi 20-30 per 1000 anak
Balita setiap tahun, sedang di India dan papua Nugini meliputi 90-110 per
1000 anak Balita. Kejadian pneumonia makin meningkat pada anak umur
kurang dari satu tahun yaitu 180 per 1000 anak di India dan 256 per 1000
per tahun dan 10% dari penderita pneumonia Balita akan meninggal bila
tidak diberi pengobatan, yang berarti bahwa tanpa pengobatan akan didapat
kematian pneumonia pada Balita secara nasional adalah 5 per 1000 Balita
16
atau sebanyak 140.000 Balita per tahun, atau rata-rata 1 anak Balita
anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA per tahun, ini berarti seorang
Balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali per
rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit disebabkan oleh ISPA.(Ditjen
P2PL Depkes,2006)
Balita disebabkan oleh ISPA sedangkan dari hasil SKRT tahun 2001,
Balita disebabkan oleh ISPA. Hasil ekstrapolasi dari data SKRT 2001,
Pneumonia.
kesakitan ISPA pada anak usia < 1 tahun sebesar 38,7% dan pada anak usia
sistem pernafasan pada bayi (usia < 1 tahun) di Jawa-Bali sebesar 23,9% di
Sedangkan pada anak balita (usia 1-5 tahun) sebesar 16,7% di Jawa-Bali, di
penderita pada tahun 2006 sebanyak 8.640 orang (9,66%) dengan cakupan
rumah tangga sehat dengan 10 indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) di Kabupaten Trenggalek tahun 2006 masih sangat rendah yaitu baru
Trenggalek juga masih renndah. Hal ini terlihat dari hasil survei terhadap 10
indikator PHBS indikator Tidak merokok, Asi Eksklusif, Cuci tangan dan
Diet sayur dan buah masih sangat rendah. Lingkungan, terutama keadaan
pencemaran dalam rumah terumata jika dapur menjadi satu dengan ruang
utama dan ventilasi dari dapur tidak memenuhi syarat kesehatan. (WHO,
2005)
menjadi penyebab kematian utama pada Balita?; Faktor apa saja yang
19
mempengaruhi timbulnya kejadian penyakit pneumonia pada Balita?. Untuk
Kabupaten Trenggalek)
B. Perumusan Masalah.
dalam penelitian ini dapat disusun dalam suatu pertanyaan sebagai berikut :
C. Tujuan Penelitian.
1. Tujuan Umum :
2. Tujuan khusus :
makan buah dan sayur, melakukan aktifitas fisik setiap hari dan
Balita.
D. Manfaat Penelitian.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat:
sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam hubunganya dengan
TINJAUAN PUSTAKA
dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan
sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan
sesuai dengan yang ditekankan dalam paradigma sehat, dan salah satu pilar
perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial
kesehatan.
maka
menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS).
A. PENGERTIAN
1. Perilaku Sehat
mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5 program priontas yaitu KIA,
Kesehatan/JPKM.
suatu
kesehatannya.
4. Tatanan
berinteraksi dan lain-lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan PHBS yaitu Rumah
Umum.
indikator PHBS di rumah tangga dan tiga indikator gaya hidup sehat
5. Ketersediaan jamban
masyarakatnya.
C. Manfaat PHBS
mudah sakit.
rumah tangga yang tidak sehat. Hal ini berpotensi dan beresiko tertular
Sampai pada abad modern ini manusia sudah membangun rumah bertingkat
1. Bahan bangunan.
Lantai dari ubin atau semen, Binding tembok, Atap genting, Kayu atau
2. Ventilasi.
Mempunyai fungsi untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap
segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen (O2) ruang diperlukan oleh
berkembangbiak.
(Exhouser).
3. Cahaya
matahari langsung pada pagi hari antara pukul 06.00 s/d pukul 08.00 baik
yakni sinar matahari yang sangat penting karena dapat membunuh bibit
penyakit misal penyakit TBC, disamping melalui pintu dan jendela sinar
kurangnya konsumsi O2, juga bila salah satu anggota keluarga terkena
penyakit infeksi akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.
Luas bangunan yang optimum adalah 2,5 - 3m2 untuk tiap orang.
28
5. Fasilitas-fasilitas didalam rumah sehat yaitu :
b. Pembuangan tinja
d. Pembuangan sampah
e. Fasilitas dapur
D. Pneumonia
D. 1.Pengertian
akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih, dari saluran nafas
Smith, 2000).
cairan radang dengan atau tanpa infiltrasi sel radang kedalam dinding
D.2. Penyebab
Pada tahap ini terjadi interaksi antara bibit penyakit, penjamu dan
penyakit.
Pada tahap kedua ini terjadi interaksi dari berbagai faktor yang
Pada tahap ini tanda-tanda atau gejala penyakit telah muncul dan
maupun lokal.
masuk akan merusak sel epitel dan lapisan mukosa saluran nafas, sedan
bakteri ke paru-paru
kesakitan dan kematian pada bayi dan Balita karena ISPA, termasuk di
kematian bayi akibat ISPA masih 28% artinya bahwa dari 100 Balita
salah satu dari tiga besar (The big three) atau trio pembunuh dari
golongan usia muda disamping diare dan penyakit akibat gizi. (Depkes
Timer. Ari Timer adalah alat semacam stop watch yang dirancang
maka dalam jangka waktu 30 detik dan 60 detik Ari Timer akan
Puskesmas ).
untuk umur < 2 bulan. (Ditjen P2PL Depkes, 2006; MTBS Depkes,
umur < 1 tahun kurang dari 50 kali / menit dan usia 1 - < 5 tahun
pneumonia.
kemurkaan dari yang maha pencipta. Hingga saat ini, masih banyak
tanah, cuaca, dan lain sebagainya. Namun demikian dalam teori tidak
menimbulkan penyakit.
lain sebagainya.
menular yang unsur dan faktor penyebabnya sangat berkaitan erat dengan
faal tubuh, mutasi dan sifat resistensi tubuh, dan pada umumnya terdiri
dari berbagai faktor yang saling kait mengkait. Keadaan ini sangat erat
gangguan kesehatan. Dan pada saat ini, teori tentang faktor penyebab
(Notoatmodjo,2003)
antar ketiga komponen tersebut. Model ini lebih di kenal dengan model
a. Pejamu (Host) :
antara lain :
Unsur pejamu secara umum dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu :
seperti
Pada dasarnya, tidak satu pun penyakit yang dapat timbul hanya di
b. Penyebab ( Agent )
secara dasar, unsur penyebab penyakit dapat di bagi dalam dua bagian
utama yakni :
37
1. Penyebab kausal primer, dan
ketentuan bahwa walaupun unsur ini ada, belum tentu terjadi penyakit,
unsur penyebab kausal. Unsur penyebab kausul ini dapat dibagi dalam
6 kelompok yaitu :
tertentu. Unsur ini pada umumnya berasal dari luar tubuh termasuk
kimia ini dapat berbentuk padat, cair, uap, maupun gas. Ada pula
lain-lain
penyakit dalam hal ini terutama melalui proses fisika yang dapat
kita tidak hanya berpusat pada penyebab kausal primer semata, tetapi
batasi hanya pada penyebab kausal saja, tetapi harus di analisis dalam
golongan
kebisingan.
1. Lingkungan Biologis
((Notoatmodjo,2003))
2. Lingkungan fisik
((Notoatmodjo,2003)
42
3. Lingkungan sosial
antara satu dengan yang lainnya akan menentukan proses dan arah dari
berbagai faktor maupun unsur lainnya. Oleh sebab itu, maka dalam setiap
usaha tersebut hanya akan memberikan hasil yang di harapkan bila dalam
43
perencanaannya memperhitungkan berbagai unsur di
atas.((Notoatmodjo,2003)
itu untuk pencegahan dini, faktor gizi terhadap proses terjadi penyakit
pneumonia ( Ditjen P2PL Depkes RI, 2006; Smith, 2000; Bruce, 2007)
1. Kondisi ekonomi
populasi Balita yang besar pula, dengan kata lain meningkatkan populasi
karena asap seperti kebakaran hutan, gas buang sarana transportasi dan
polusi udara dalam rumah termasuk memasak memakai kayu bakar atau
juga perubahan iklim global seperti suhu, kelembaban udara dan curah
rumah tangga yang tidak sehat. Hal ini berpotensi dan beresiko tertular
1. Pengetahuan ibu
2. Status gizi
3. Pola Asuh
4. Status imunisasi
khususnya pneumonia.
46
D. Kerangka Konsep
7 Indikator PHBS :
Kejadian Pneumonia
1. Kepadatan hunian
2. Lantai rumah
bukan dari tanah
5. Mempunyai kartu
JPKM Karakteristik Anak :
6. Ketersediaan air
bersih Umur Anak
7. Ketersediaan ASI
jamban Status Gizi
Asupan Gizi
Indikator Gaya Hidup Sehat :
Status Imunisasi
F Makan sayur &buah
F Tidak merokok di
dalam rumah
F Melakukan aktifitas
fisik tiap hari
Keterangan :
= Yang diteliti
dan lantai rumah bukan dari tanah dapat mempengaruhi kualitas udara dalam
akan terkena Pneumonia atau tidak. Karakteristik anak yang meliputi umur
anak, pemberian ASI, status gizi, asupan gizi dan status imunisasi juga
47
merupakan faktor yang dapat meningkatkan insiden penyakit pneumonia
pada Balita. ( Ditjen P2PL, 2006, Bruce, 2007; Smith, 2000; Aini dan Lilis,
2005).
E. Hipotesis Penelitian
semakin kecil.
48
BAB. III
METODOLOGI PENELITIAN
Lintang.
B. LOKASI PENELITIAN.
Sebagai populasi pada penelitian ini adalah seluruh Balita yang bertempat
Rejowinangun.
Sampel pada penelitian ini adalah Balita yang menderita pneumonia yang
D. WAKTU PENELITIAN
Juli 2010.
F. VARIABEL PENELITIAN
e. Ketersediaan jamban
Efek
Ya Tidak Jumlah
Variabel Ya A B A+B
Bebas Tidak C D C+D
dengan keterangan :
b. Analisis Univariate.
c. Analisis Multivariate
9. DEFINISI OPERASIONAL
gangguan nafas yang ditandai dengan nafas cepat yaitu > 50x/menit
untuk usia 2 bulan - < 1 tahun dan > 40x/menit untuk usia 1 tahun – 5
2008).
pneumonia pada anak Balita dengan gejala klinis batuk >2 hari disertai
dengan napas cepat yaitu > 50x per menit untuk usia 2 bulan - < 1 tahun
dan > 40x/menit untuk usia 1 tahun – 5 tahun yang diperiksa oleh
persalinan oleh tenaga kesehatan 2. Bayi diberi ASI sejak lahir sampai
dengan jumlah penghuni 7.Lantai rumah bukan dari tanah dan Tiga
Indikator Gaya Hidup Sehat yang meliputi: 1.Makan buah dan sayur
52
setiap hari 2.Melakukan aktifitas fisik setiap hari 3.Tidak merokok di
4.Lantai rumah bukan dari tanah dan Tiga Indikator Gaya Hidup Sehat
5. Bayi diberi ASI eksklusif adalah bayi termuda usia 0 – 6 bulan hanya
mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan. Diukur dengan skala
adalah rumah tangga yang mempunyai luas lantai rumah yang ditempati
rumah dengan bagian bawah / dasar / alas terbuat dari semen, papan,
ubin dan kayu. Diukur dengan skala Ratio ( 0=lantai tanah dan 1=
lantai plester).
merokok).
9. Makan buah dan sayur dan buah setiap hari adalah anggota rumah
buah dan 2 porsi sayur atau sebaliknya setiap hari dalam satu minggu
terakhir. Diukur dengan skala Ratio ( 0=tidak makan buah dan sayur
10. Melakukan aktifitas fisik setiap hari adalah anggota keluarga umur 10
langsung.
yang diberikan.
A. ANALISA HASIL
responden dalam penelitian ini ada 177 orang yang terdiri dari 88 Balita
diambil dari Balita di sekitar rumah penderita dengan kriteria selisih umur
(55,9%). Responden paling banyak pada usia 30-55 tahun yaitu 64.9%. Sedangkan
yang berusia muda yaitu dibawah 30 tahun hanya 34,5% sedangkan yang berusia tua
yaitu diatas 56 tahun hanya 0,6%. Pendidikan responden secara menyeluruh terbagi
menjadi 0,6% tidak sekolah atau tidak lulus SD, 23,2% berpendidikan SD, 37,9%
14,7% dan yang terendah (0,6%) berpenghasilan diatas tiga juta rupiah.
b. Analisa Diskriptif
Ya 77 52,0 71 48,0
ASI eksklusif
Tidak 11 37,9 18 62,1
OR=0,57; CI95% ( 0,25 – 1,28 ); p= 0,165
Sumber : Data primer Juli 2010
Dari tabel 4.2 tersebut diatas terlihat bahwa dari 148 Balita yang
diberi ASI eksklusif 52,0% menderita pneumonia dan sebesar 48,0% tidak
diberi ASI lebih besar (52,0%) dari pada balita yang tidak diberi ASI
( 48,0% ). Hasil uji statistik dengan OR = 0,57 dan p > 0,001 mengandung
56
arti bahwa pemberian ASI eksklusif pada balita tidak mencegah terjadinya
pneumonia.
Dari Tabel 4.3. tersebut diatas bila dikaitkan dengan jenis lantai
dari plester (89%) dan hanya 10,9% yang lantai rumahnya dari tanah. Hasil
uji statistik diperoleh OR=2,4 dan p=0,084, hal ini menunjukkan bahwa
pada Balita.
mengalami kejadian pneumonia pada rumah yang luas lantainya kurang dari
pneumonia pada rumah yang lantainya lebih dari 9 m2 hanya sebesar 45,0%.
Hasil uji statistik diperoleh OR= 2,0 dan p=0,061, Hal ini menunjukkan
bahwa balita yang tinggal di rumah yang luas lantainya kurang dari 9 m2
balita yang tinggal di rumah yang luas lantainya lebih dari 9 m2. Kemudian
bermakna (OR= 1,4 dan p = 0,346). Selanjutnya bila dikaitkan dengan luas
Hasil uji statistik dengan OR=1,9 dan p= 0,042 menunjukkan bahwa balita
resiko pneumonia sebesar 1,9 kali dibanding balita yang tinggal di rumah
mengalami pneumonia 4,4 kali lebih besar dibandingkan balita yang tinggal
di rumah yang anggota keluarganya tidak merokok dalam satu bulan terakhir.
yang tinggal di rumah tangga sehat sebesar 27,5%. Hasil uji statistic
pada Balita lebih besar terjadi pada rumah tangga yang tidak sehat (Proporsi
= 65%) dibanding dengan kejadian pneumonia pada rumah tangga yang sehat
(Proporsi = 28%) dengan ratio + 2,5 : 1 yang berarti bahwa balita yang
tinggal di rumah tangga yang tidak sehat mempunyai resiko 2,5 kali lebih
besar untuk terkena pneumonia dari pada balita yang tinggal di rumah
Analisis regresi logistik ganda tentang hubungan antara rumah tangga sehat
61
dengan kejadian pneumonia pada balita diperoleh hasil sebagai berikut :
eksklusif
-2 222.5 210.7
Loglikelihood
Hasil analisis pada tabel 4.7 tersebut diatas menunjukkan perbedaan hasil
taksiran besarnya hubungan (OR) antara rumah tangga sehat dengan kejadian
faktor perancu pendidikan, ASI eksklusif, jenis kelamin, umur anak, dan
dengan tanda negatif yang artinya taksiran hubungan yang lebih kecil dari
62
sesungguhnya (underestimate). Karena itu model yang digunakan adalah
pneumonia 6.8 kali lebih besar daripada anak balita yang tinggal dengan
(OR=6.8; p<0.001; CI95% 3.2 sd 14.3). CI95% 3.2 sd 14.3 mengandung arti,
dengan tingkat keyakinan 95% dapat disimpulkan, anak balita yang tinggal
dengan rumah tangga tidak sehat memiliki risiko untuk mengalami pnumonia
antara 3.2 hingga 14.3 kali lebih besar daripada anak balita yang tinggal
B. PEMBAHASAN
Puskesmas, Pustu dan Polindes, karena semuanya sudah mempunyai alat Ari
Timer yang merupakan alat untuk mengukur frekuensi sebagai gold standart
diagnosa pneumonia.
63
Dari penelitian yang dilakukan selama 3 bulan (Mei sampai Juli 2010) di
penderita.
dalam penelitian ini ada 177 balita yang terdiri dari 88 balita penderita
pneumonia dan 89 balita sehat sebagai kontrol, yang diambil dari balita di
sekitar rumah penderita dengan selisih umur tidak lebih dari satu tahun.
merokok, jenis lantai, Luas lantai, jumlah kamar, luas jendela serta gaya
perbedaan proporsi antara yang diberi ASI eksklusif dan yang tidak diberi
ASI eksklusif namun hasilnya protektif dan secara statistik tidak bermakna
(OR=0,57 dan p=0,165). Hal ini berarti bahwa pemberian ASI eksklusif tidak
daya tahan tubuh balita. Hal ini dimungkinkan karena pada penelitian ini
64
tidak mengkaji lebih jauh tentang lama pemberian ASI eksklusif sehingga
dirumah sebanyak 56,5%, sedangkan 43,5% lainya tidak merokok. Hasil uji
statistik diperoleh hasil yang bermakna dimana OR = 4,4 dan p<0,001, yang
4,4 kali lebih besar dibandingkan balita yang tinggal di rumah yang anggota
keluarganya tidak merokok dalam satu bulan terakhir. Hal ini berarti bahwa
adanya hubungan antara jenis lantai tanah dan plester dengan kejadian
0,082). Hal ini berarti balita yang tinggal di rumah yang berlantai tanah
mempunyai resiko 2,4 kali mengalami kejadian pneumonia dari pada tinggal
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lubis tahun 1985 yang
menyatakan bahwa jenis lantai setengah plester dan tanah akan banyak
Hasil analisis terhadap luas lantai rumah menunjukkan bahwa proporsi balita
yang mengalami kejadian pneumonia pada rumah yang luas lantainya kurang
dari 9 m2 sebesar 62,2% sedangkan yang rumahnya lebih dari 9M2 proporsi
65
kejadian pneumonia sebesar 45,0%. Hasil uji statistik diperoleh OR= 2,0 dan
p<0,061, Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang tidak bermakna
antara luas rumah dengan kejadian pneumonia pada balita, dimana balita
resiko terkena pneumonia sebesar 2 kali lebih besar dibanding balita yang
tinggal di rumah yang luas lantainya lebih dari 9 m2. Kemudian bila
dikaitkan dengan jumlah kamar yang dimiliki oleh keluarga diketahui bahwa
kamar dengan kejadian pneumonia walaupun dengan hasil uji statistik tidak
bermakna (OR= 1,4 dan p =0,346). Selanjutnya bila dikaitkan dengan luas
pada rumah yang luas jendelanya kurang dari 10 m2 lebih sebesar 57,8%,
yang luas jendelanya lebih dari 10 m2 sebesar 45,0%. Hasil uji statistik
bahwa balita yang tinggal di rumah yang luas jendelanya kurang dari 10 m2
mempunyai resiko pneumonia sebesar 1,9 kali dibanding balita yang tinggal
(OR=0,1 dan p=0,170), sehingga gaya hidup bukan merupakan faktor resiko
dengan kejadian pneumonia pada balita dengan hasil ada hubungan yang
bermakna secara statistik (OR = 6,8 ; p < 0,001 ; CI95% 3,2 – 14,3 ). Hal ini
kejadian pneumonia pada balita, yang mana pada balita yang tinggal di
Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Imran Lubis dari Pusat
lingkungan yang menyolok adalah polusi udara, termasuk asap rokok dan
67
asap dapur. Selain itu perlu diperhatikan juga tentang ventilasi rumah dan
Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Aini N.Y yang dimuat
Hubungan sanitasi Rumah secara fisik dengan Kejadian ISPA pada Balita”,
yang menyimpulkan resiko kejadian ISPA akan meningkat pada Balita yang
tinggal di rumah dengan sanitasi yang jelek, yang mana sanitasi rumah yang
PHBS dan tiga gaya hidup sehat yang didalamnya tercakup kondisi
lingkungan rumah tempat tinggal. Selain itu juga sesuai dengan teori “The
interaksi tiga faktor, yaitu: Host, Agent, dan Environment. Model ini sesuai
sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti
keluarganya
pemulihan kesehatan.
(rehabilitation)
dicegah.
pencegahan akan jauh lebih murah dari pada biaya untuk pengobatan.
.
71
BAB V
A.Kesimpulan
tangga yang tidak sehat mempunyai resiko 6,8 kali lebih besar untuk
B.Saran
Amin, M., Alsagaf, H. dan Saleh, T.W.B.M., 2003. Pengantar Ilmu Penyakit
Paru, Airlangga University Press. 1-2:35-50.
Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman, Ann M., Arvin., 2000, Ilmu
Kesehatan Anak Nelson, Vol 2. hal 883-888, Jakarta, EGC.
Bruce N.,Weber M., et al, 2007, Pneumonia case finding- in the Respire
Guatemala in door air pollution trial: Standardizing methods for
resorce-poor settings, Bull WHO Organ, 85(7);535-44.Pubmed
Departemen Kesehatan, Direktorat Jendral PPM & PL,; 2005, Rencana Kerja
Jangka menengah Nasional penanggulangan pneumonia Balita
tahun 2005 – 2009, Jakarta.
Lubis I., Sumantri A., Lubis, Z. , S.dan Moechlas : Pola Pengobatan dan
Faktor Resiko Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Bayi
dan Balita SKRT 2002, Jakarta.
Murti B., 2006, Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan
kualitatif di bidang kesehatan, Gadjah Mada University Press,
Jogjakarta.
Aini N..Y. dan Suryani L, : Hubungan Sanitasi Rumah secara fisik dengan
Kejadian ISPA pada Balita, Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.1,
No. 2, Januari 2005.
Sacarial J.,Nhacolo AQ., et al, 2009, A 10 year study of the cause of death in
children under 15 years in Manhica, Mozambique. BMC Public
Health, Feb 24;9;67.
Sharma S., Sethi GR., et al, 1998, Indoor air quality and acute lower
respiratory infection in Indian urban slums, Environ Health
Perspect, May ;106(5);291-7.
LAMPIRAN
76
Lampiran 1.
N a m a :
Alamat :
U m u r :
Responden
(............................................)
77
Lampiran 2.
2. Umur :......................................................................
4. Pendidikan :......................................................................
5. Pekerjaan :......................................................................
8. Anak ke :......................................................................
a. Dukun
b. Keluarga
a. Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak
a. Tersedia b. Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
80
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Status pneumonia
non_nakes Count 0 2 2
Symmetric Measures
Value Sig.
Risk Estimate
Status pneumonia
tidak Count 18 11 29
Symmetric Measures
Value Sig.
Risk Estimate
Crosstabs
Status pneumonia
tidak Count 6 13 19
Symmetric Measures
Value Sig.
Risk Estimate
Crosstab
bhn_bakar * Status pneumonia Crosstabulation
Status pneumonia
arang,kayubakar Count 27 56 83
Symmetric Measures
Risk Estimate
Crosstabs
Status pneumonia
tidak_merokok ya Count 54 23 77
Symmetric Measures
Risk Estimate
Crosstabs
luas_lantai_lbhsm9m2 * Status pneumonia Crosstabulation
Status pneumonia
tidak Count 17 28 45
3 Count 2 0 2
Symmetric Measures
Value Sig.
Risk Estimate
Value
a
Odds Ratio for luas_lantai_lbhsm9m2 (ya / tidak)
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without
empty cells.
86
CROSSTABS /TABLES=jml_kamar_tid BY Pneumo
/FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CC RISK
/CELLS=COUNT COLUMN /COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
kmr tidur dikotomik * Status pneumonia Crosstabulation
Status pneumonia
Symmetric Measures
Risk Estimate
Odds Ratio for kmr tidur dikotomik (<3 / >=3) 1.366 .713 2.617
Crosstabs
Status pneumonia
luas_jendela_lbhsm10 ya Count 54 40 94
tidak Count 35 48 83
Symmetric Measures
Value Sig.
Risk Estimate
Status pneumonia
Symmetric Measures
Risk Estimate
Explore
Case Processing Summary
Cases
Descriptives
Median 21.00
Variance 6.244
Minimum 16
Maximum 26
Range 10
Interquartile Range 4
3 16 25
4 20 25
a
5 21 25
Lowest 1 177 16
2 171 16
3 143 16
4 133 16
b
5 126 16
a. Only a partial list of cases with the value 25 are shown in the table of upper
extremes.
b. Only a partial list of cases with the value 16 are shown in the table of lower
extremes.
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Skor total rumah tangga .158 177 .000 .939 177 .000
sehat
kematian bayi dan Balita. Menurut WHO + 13 juta anak Balita di dunia
negara berkembang dengan membunuh empat juta anak Balita setiap tahun.
seperti asap, debu dan sebagainya. ( Ditjen P2M Depkes, 2006 ; Rizanda,
per tahun dan 10% dari penderita pneumonia Balita akan meninggal bila
tidak diberi pengobatan, yang berarti bahwa tanpa pengobatan akan didapat
kematian pneumonia pada Balita secara nasional adalah 5 per 1000 Balita
atau sebanyak 140.000 Balita per tahun, atau rata-rata 1 anak Balita
anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA per tahun, ini berarti seorang
Balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali per
rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit disebabkan oleh ISPA.(Ditjen
P2PL Depkes,2006)
94
Di Jawa Timur penderita pneumonia tahun 2005 sebesar 89.410
penderita pada tahun 2006 sebanyak 8.640 orang (9,66%) dengan cakupan
rumah tangga sehat dengan 10 indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) di Kabupaten Trenggalek tahun 2006 masih sangat rendah yaitu baru
menjadi penyebab kematian utama pada Balita?; Faktor apa saja yang
Kabupaten Trenggalek)
B. Perumusan Masalah.
dalam penelitian ini dapat disusun dalam suatu pertanyaan sebagai berikut :
C. Tujuan Penelitian.
1. Tujuan Umum :
2. Tujuan khusus :
makan buah dan sayur, melakukan aktifitas fisik setiap hari dan
Balita.
D. Manfaat Penelitian.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat:
sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam hubunganya dengan
E. HIPOTESIS PENELITIAN
F. METODOLOGI PENELITIAN
Lintang.
2. LOKASI PENELITIAN.
Sebagai populasi pada penelitian ini adalah seluruh Balita yang bertempat
Rejowinangun.
Sampel pada penelitian ini adalah Balita yang menderita pneumonia yang
4. WAKTU PENELITIAN
Juli 2010.
98
5. CARA PENGAMBILAN SUBYEK PENELITIAN.
dinding dada bagian bawah kedalam serta adanya tanda bahaya seperti
6. VARIABEL PENELITIAN
e. Ketersediaan jamban
a. Analisis Univariate.
b. Analisis Multivariate
a. ANALISA HASIL
Responden terbanyak pada usia 30-55 tahun (64.9%) dan usia < 30
tahunsebesar 34,5% sedangkan yang berusia > 56 tahun hanya 0,6%. Pendidikan
responden adalah 0,6% tidak sekolah atau tidak lulus SD, 23,2% berpendidikan SD,
Rp.500.000 – Rp. 1000.000,- sebesar 50,8% dan penghasilan > Rp. 1.000.000,-
sebanyak 0,6%.
b. Analisa Diskriptif
pneumonia pada Balita yang diberi ASI (52,0%) lebih besar dari pada balita
yang tidak diberi ASI (48,0%). Hasil uji statistik OR = 0,57 dan p > 0,001
yang berarti bahwa pemberian ASI eksklusif pada balita tidak mencegah
terjadinya pneumonia.
mempunyai lantai rumah dari plester dan hanya 10,9% dari tanah. Hasil uji
statistik diperoleh OR=2,4 dan p=0,084, hal ini berarti semakin baik kualitas
yang tinggal dirumah dengan luas lantai > 9M2 hanya 45,% yang mengalami
kejadian pneumonia. Hasil uji statistik diperoleh OR= 2,0 dan p=0,061, Hal
ini menunjukkan bahwa balita yang tinggal di rumah denga luas lantai < 9
yang tinggal di rumah dengan luas lantai > 9 m2. Selanjutnya Balita yang
balita yang tinggal di rumah yang luas lantainya lebih dari 10 M2.
Hasil analisa dan uji statistik terhadap gaya hidup sehat dengan
43,5% responden tidak merokok. Uji statistik diperoleh hasil OR = 4,4 dan
p<0,001 yang berarti bahwa balita yang tinggal dirumah dengan anggota
kali lebih besar dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah dengan
antara rumah tangga sehat dengan kejadian pneumonia ( OR = 4,6 dan p <
0,001 ), artinya balita yang tinggal di rumah tangga tidak sehat mempunyai
pada Balita lebih besar terjadi pada rumah tangga yang tidak sehat (Proporsi
= 65%) dibanding dengan kejadian pneumonia pada rumah tangga yang sehat
(Proporsi = 28%) dengan ratio + 2,5 : 1 yang berarti bahwa balita yang
tinggal di rumah tangga yang tidak sehat mempunyai resiko 2,5 kali lebih
besar untuk terkena pneumonia dari pada balita yang tinggal di rumah tangga
yang sehat.
-2 222.5 210.7
Loglikelihood
taksiran besarnya hubungan (OR) antara rumah tangga sehat dengan kejadian
faktor perancu pendidikan, ASI eksklusif, jenis kelamin, umur anak, dan
dengan tanda negatif yang artinya taksiran hubungan yang lebih kecil dari
pneumonia 6.8 kali lebih besar daripada anak balita yang tinggal dengan
(OR=6.8; p<0.001; CI95% 3.2 sd 14.3). CI95% 3.2 sd 14.3 mengandung arti,
dengan tingkat keyakinan 95% dapat disimpulkan, anak balita yang tinggal
dengan rumah tangga tidak sehat memiliki risiko untuk mengalami pnumonia
antara 3.2 hingga 14.3 kali lebih besar daripada anak balita yang tinggal
b. PEMBAHASAN
Puskesmas, Pustu dan Polindes, karena semuanya sudah mempunyai alat Ari
Timer yang merupakan alat untuk mengukur frekuensi sebagai gold standart
diagnosa pneumonia.
Dari penelitian yang dilakukan selama 3 bulan (Mei sampai Juli 2010) di
penderita.
105
Penelitian ini untuk menguji ada tidaknya hubungan antara Rumah
dalam penelitian ini ada 177 balita yang terdiri dari 88 balita penderita
pneumonia dan 89 balita sehat sebagai kontrol, yang diambil dari balita di
sekitar rumah penderita dengan selisih umur tidak lebih dari satu tahun.
merokok, jenis lantai, Luas lantai, jumlah kamar, luas jendela serta gaya
perbedaan proporsi antara yang diberi ASI eksklusif dan yang tidak diberi
ASI eksklusif namun hasilnya protektif dan secara statistik tidak bermakna
(OR=0,57 dan p=0,165). Hal ini berarti bahwa pemberian ASI eksklusif tidak
daya tahan tubuh balita. Hal ini dimungkinkan karena pada penelitian ini
tidak mengkaji lebih jauh tentang lama pemberian ASI eksklusif sehingga
statistik diperoleh hasil yang bermakna dimana OR = 4,4 dan p<0,001, yang
4,4 kali lebih besar dibandingkan balita yang tinggal di rumah yang anggota
keluarganya tidak merokok dalam satu bulan terakhir. Hal ini berarti bahwa
adanya hubungan antara jenis lantai tanah dan plester dengan kejadian
0,082). Hal ini berarti balita yang tinggal di rumah yang berlantai tanah
mempunyai resiko 2,4 kali mengalami kejadian pneumonia dari pada tinggal
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lubis tahun 1985 yang
menyatakan bahwa jenis lantai setengah plester dan tanah akan banyak
Hasil analisis terhadap luas lantai rumah menunjukkan bahwa proporsi balita
yang mengalami kejadian pneumonia pada rumah yang luas lantainya kurang
dari 9 m2 sebesar 62,2% sedangkan yang rumahnya lebih dari 9M2 proporsi
kejadian pneumonia sebesar 45,0%. Hasil uji statistik diperoleh OR= 2,0 dan
p<0,061, Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang tidak bermakna
antara luas rumah dengan kejadian pneumonia pada balita, dimana balita
resiko terkena pneumonia sebesar 2 kali lebih besar dibanding balita yang
tinggal di rumah yang luas lantainya lebih dari 9 m2. Kemudian bila
107
dikaitkan dengan jumlah kamar yang dimiliki oleh keluarga diketahui bahwa
kamar dengan kejadian pneumonia walaupun dengan hasil uji statistik tidak
bermakna (OR= 1,4 dan p =0,346). Selanjutnya bila dikaitkan dengan luas
pada rumah yang luas jendelanya kurang dari 10 m2 lebih sebesar 57,8%,
yang luas jendelanya lebih dari 10 m2 sebesar 45,0%. Hasil uji statistik
bahwa balita yang tinggal di rumah yang luas jendelanya kurang dari 10 m2
mempunyai resiko pneumonia sebesar 1,9 kali dibanding balita yang tinggal
(OR=0,1 dan p=0,170), sehingga gaya hidup bukan merupakan faktor resiko
dengan kejadian pneumonia pada balita dengan hasil ada hubungan yang
bermakna secara statistik (OR = 6,8 ; p < 0,001 ; CI95% 3,2 – 14,3 ). Hal ini
kejadian pneumonia pada balita, yang mana pada balita yang tinggal di
Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Imran Lubis dari Pusat
lingkungan yang menyolok adalah polusi udara, termasuk asap rokok dan
asap dapur. Selain itu perlu diperhatikan juga tentang ventilasi rumah dan
Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Aini N.Y yang dimuat
Hubungan sanitasi Rumah secara fisik dengan Kejadian ISPA pada Balita”,
yang menyimpulkan resiko kejadian ISPA akan meningkat pada Balita yang
109
tinggal di rumah dengan sanitasi yang jelek, yang mana sanitasi rumah yang
PHBS dan tiga gaya hidup sehat yang didalamnya tercakup kondisi
lingkungan rumah tempat tinggal. Selain itu juga sesuai dengan teori “The
interaksi tiga faktor, yaitu: Host, Agent, dan Environment. Model ini sesuai
1.Kesimpulan
tangga yang tidak sehat mempunyai resiko 6,8 kali lebih besar untuk
2.Saran
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M., Alsagaf, H. dan Saleh, T.W.B.M., 2003. Pengantar Ilmu Penyakit
Paru, Airlangga University Press. 1-2:35-50.
Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman, Ann M., Arvin., 2000, Ilmu
Kesehatan Anak Nelson, Vol 2. hal 883-888, Jakarta, EGC.
Bruce N.,Weber M., et al, 2007, Pneumonia case finding- in the Respire
Guatemala in door air pollution trial: Standardizing methods for
resorce-poor settings, Bull WHO Organ, 85(7);535-44.Pubmed
Departemen Kesehatan, Direktorat Jendral PPM & PL,; 2005, Rencana Kerja
Jangka menengah Nasional penanggulangan pneumonia Balita
tahun 2005 – 2009, Jakarta.
Lubis I., Sumantri A., Lubis, Z. , S.dan Moechlas : Pola Pengobatan dan
Faktor Resiko Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Bayi
dan Balita SKRT 2002, Jakarta.
Murti B., 2006, Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan
kualitatif di bidang kesehatan, Gadjah Mada University Press,
Jogjakarta.
Aini N..Y. dan Suryani L, : Hubungan Sanitasi Rumah secara fisik dengan
Kejadian ISPA pada Balita, Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.1,
No. 2, Januari 2005.
Sacarial J.,Nhacolo AQ., et al, 2009, A 10 year study of the cause of death in
children under 15 years in Manhica, Mozambique. BMC Public
Health, Feb 24;9;67.
Sharma S., Sethi GR., et al, 1998, Indoor air quality and acute lower
respiratory infection in Indian urban slums, Environ Health
Perspect, May ;106(5);291-7.
112
Smith KR.,Samuel JM., Romieu I., Bruce N, In door air pollution in
developing countries and acut lower infections in children,
Thorax, Jun;55(6):518-32, Pubmed.