Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH PLENO TUTOR KASUS 1

MITIGASI
BLOK DISASTER IN NURSING

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4

Nisnaini Anggraini G1B116006


Wahyudi Ramadhan P G1B116015
Rayhan Firdauzy G1B116016
Eva Dwifitria G1B116021
Hnna Pramesti G1B116027
Jogi Anggara G1B116028
Rina Mariani G1B116030
Sri Tiyani G1B116031
Ria Ramadhani W G1B116032
Robbi Mediansyah G1B116033
Nelvi Putri G1B116048

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (S-1)


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tutor 1 mengenai mitigasi ini dengan tepat waktu. Makalah ini
dibuat sebagai laporan dan bahan untuk belajar mengenai luka mitigasi. Informasi yang kami
sajikan dalam makalah ini, diperoleh dari buku, internet, dan berbagai sumber lainnya.
Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak sekali hambatan-hambatan yang kami
alami. Diantaranya, sulitnya mengumpulkan sumber yang akurat . makalah ini, tidak dapat
terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu, pada kesempatan ini kami
menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada setiap pihak yang telah membantu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam menyusun makalah yang
akan datang. Kami berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Jambi, 16 September 2018

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB 2 : PEMBAHASAN
2.1 Definisi ...................................................................................................... 3
2.2 Kebijakan dan Strategi Mitigasi Bencana ................................................. 3
2.3 Manajemen Mitigasi Bencana................................................................... 6
2.4 Tabel Koordinasi Mitigasi Bencana Gempa Bumi .................................. 15
BAB 3 : SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAB 4 : PENUTUP
3.1 Simpulan ................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 44
LAMPIRAN......................................................................................................... 45

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masih jelas diingatan kita tanggal 29 Juli 2018 yang lalu pulau Lombok
dilanda bencana gempabumi. Gempabumi adalah getaran atau guncangan
yang terjadi dan dirasakan dipermukaan bumi yang berasal dari dalam
struktur bumi. Pergeseran tersebut terjadi sebagai akibat adanya peristiwa
pelepasan energi gelombang seismik secara tiba-tiba yang diakibatkan atas
adanya deformasi lempeng tektonik yang terjadi pada kerak bumi (Joko
Christanto, 2011). Melihat kejadian yang ada gempabumi mengakibatkan
jatuhnya korban jiwa, kerusakan infrastruktur, serta material, oleh karena
itu diperlukan pengetahuan mengenai mitigasi.
Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU No.24 Tahun
2007). Melalui mitigasi tersebut mampu mengurangi resiko yang terjadi
akibat dari bencana tersebut.
Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana
alam tinggi, seperti letusan gunungapi, gempabumi, tsunami, banjir, tanah
longsor, dan lain sebagainya. Tercatat setidaknya 257 kejadian bencana
terjadi di Indonesia dari keseluruhan 2.866 kejadian bencana alam di Asia
selama periode tersebut (Pusat Mitigasi Bencana, ITB. 2008).
Gempa dan tsunami masih menjadi momok menakutkan bagi warga di
Pulau Sumatra. Berdasarkan data yang dirilis oleh Pusat Penelitian
Geoteknologi LIPI menyebutkan gempa pada tahun 2007 berkekuatan 7,9
SR di Bengkulu disusul rentetan gempa lainnya di Jambi dan Padang,
Sumatra Barat, bukanlah peristiwa alam yang baru di Pulau Sumatra. Ini
terjadi karena posisi Sumatra yang berada di pertemuan dua lempeng bumi,
yakni lempeng Indo-Australia yang terus aktif menunjam ke bawah
lempeng Eurasia. Sehingga, membuat lempeng Eurasia terus bergeser dan

1
menimbulkan patahan yang memanjang dari ujung utara hingga ke ujung
selatan Sumatra.
Untuk daerah Jambi sendiri setidaknya dalam kurun waktu 1909 sampai
dengan 1995 telah terjadi 2 kali gempa yang cukup kuat dengan skala 7,6
dan 7,0 skala richter. Gempa ini berpusat di Kerinci yang diakibatkan
aktivitas vulkanik gunung Kerinci. Gunung Kerinci merupakan gunung
berapi tertinggi di Indonesia diluar Papua. Sampai saat ini gunung Kerinci
masih aktif dan masih mungkin untuk terjadi lagi aktivitas vulkanik yang
dapat menimbulkan gempa bumi dan letusan gunung berapi ini. Melihat
potensi bahaya bencana alam yang cukup tinggi di daerah Kerinci ini,
penulis tertarik untuk dapat membahas lebih lanjut terkait bagaimana
program mitigasi yang dapat dilakukan pada daerah Kerinci ini.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah pada
penulisan makalah kali ini ialah bagaimana program mitigasi yang dapat
dilakukan di daerah Kerinci ini sesuai dengan kebutuhan tiap daerah
Kerinci sesuaui dengan geografisnya.

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar penulis dan pembaca
mampu mendeskripsikan dan memahami konsep tentang mitigasi bencana
alam khususnya terkait gempa bumi sesuai keadaan geografis wilayahnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi Mitigasi


Mitigasi adalah upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari
bencana baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari
keduanya dalam suatu negara atau masyarakat (Peraturan Mentri Dalam Negeri
No. 33 Tahun 2006)
Menurut pasal 1 ayat 6 PP No. 21 Tahun 2008 Tentang Penanggulangan
Bencana, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.

1.2 Kebijakan dan Strategi Mitigasi Bencana


A. Kebijakan
Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana antara
lain :
1. Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang
sama bagi semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun
segenap unsur masyarakat yang ketentuan langkahnya diatur dalam
pedoman umum, petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang
dikeluarkan oleh instansi yang bersangkutan sesuai dengan bidang
tugas unit masing-masing.
2. Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu
terkoordinir yang melibatkan seluruh potensi pemerintah dan
masyarakat.
3. Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa
dapat diminimalkan.
4. Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak,
melalui pemberdayaan masyarakat serta kampanye.

3
B. Strategi
Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan beberapa strategi sebagai
berikut:
1. Pemetaan
Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan
daerah rawan bencana.Pada saatini berbagai sektor telah
mengembangkan peta rawanbencana.Peta rawan bencana tersebut
sangat bergunabagi pengambil keputusan terutama dalam
antisipasikejadian bencana alam.Meskipun demikian sampai saatini
penggunaan peta ini belum dioptimalkan. Hal inidisebabkan karena
beberapa hal, diantaranya adalah :
a. Belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan
b. Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik
c. Peta bencana belum terintegrasi
d. Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda beda
sehingga menyulitkan dalam proses integrasinya.

2. Pemantauan
Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat
dilakukan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga
akan dengan mudah melakukan penyelamatan. Pemantauan di daerah
vital dan strategis secara jasa dan ekonomi dilakukan di beberapa
kawasan rawan bencana.
3. Penyebaran informasi
Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara:
memberikan poster dan leaflet kepada Pemerintah Kabupaten/Kota
dan Propinsi seluruh Indonesia yang rawan bencana, tentang tata cara
mengenali, mencegah dan penanganan bencana.
Memberikan informasi ke media cetak dan etektronik tentang
kebencanaan adalah salah satu cara penyebaran informasi dengan
tujuan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di suatu

4
kawasan tertentu. Koordinasi pemerintah daerah dalam hal
penyebaran informasi diperlukan mengingat Indonesia sangat luas.
4. Sosialisasi dan penyuluhan
Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan
kepada SATKOR-LAK PB, SATLAK PB, dan masyarakat bertujuan
meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana jika
sewaktu-waktu terjadi.
Hal penting yang perlu diketahui masyarakat dan Pemerintah
Daerah ialah mengenai hidup harmonis dengan alam di daerah
bencana, apa yang perlu ditakukan dan dihindarkan di daerah rawan
bencana, dan mengetahui cara menyelamatkan diri jika terjadi
bencana.
5. Pelatihan atau pendidikan
Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan
penyelamatan jika terjadi bencana. Tujuan latihan lebih ditekankan
pada alur informasi dari petugas lapangan, pejabat teknis,
SATKORLAK PB, SATLAK PB dan masyarakat sampai ke tingkat
pengungsian dan penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan ini
terbentuk kesiagaan tinggi menghadapi bencana akan terbentuk.
6. Peringatan dini
Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat
kegiatan hasil pengamatan secara kontinyu di suatu daerah rawan
dengan tujuan agar persiapan secara dini dapat dilakukan guna
mengantisipasi jika sewaktu- waktu terjadi bencana.
Peringatan dini tersebut disosialisasikan kepada masyarakat melalui
pemerintah daerah dengan tujuan memberikan kesadaran masyarakat
dalam menghindarkan diri dari bencana. Peringatan dini dan hasil
pemantauan daerah rawan bencana berupa saran teknis dapat berupa
antana lain pengalihan jalur jalan (sementara atau seterusnya),
pengungsian dan atau relokasi, dan saran penanganan lainnya.

5
1.3 Manajemen Mitigasi Bencana
A. Penguatan Institusi Penanganan Bencana
Untuk memperkuat institusi maka perlu dilakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut:
1. Memperbaiki dan mensosialisasikan Prosedur Tetap (Protap)
SATKORLAK PB dan SATLAK PB yang memuat tugas dan
tanggungjawab Instansi-instansi yang terkait dalam manajemen
bencana, termasuk mekanisme koordinasi.
2. Meningkatkan kerjasama antara Instansi-instansi yang terkait dalam
manajemen bencana.
3. Meningkatkan kemampuan SATKORLAK PB dan SATLAK PB
dalam hal sistem, peralatan dan sumber daya manusia.
4. Mengembangkan sistem informasi sebagai usaha untuk meningkatkan
kesiapan SATKORLAK PB dan SATLAK PB serta masyarakat
dalam menghadapi bencana. Tindakan yang diperlukan antara lain :
a. Menyusun strategi sistem informasi, yang mencakup:
 Tugas dan tanggungjawab antara pemakai dan personil pusat,
pengendali sistem informasi.
 Audit internal untuk memeriksa sistem pengendalian dan
mengevaluasi efektivitas sistem.
b. Mengembangkan sistem penyebaran informasi kepada Instansi-
instansi dan pihak lain yang terkait dengan mitigasi bencana.
c. Menyiapkan database kajian termasuk diantaranya mikro zonasi
resiko bencana.

6
B. Meningkatkan Kemampuan Tanggap Darurat
1. Menyiapkan rencana penanganan keadaan darurat yang mendalam
dan terpadu, rencana tersebut berisi :
a. Tugas dan tanggungjawab setiap organisasi atau pihakyang
terlibat secara internal dan eksternal.
b. Organisasi tim tanggap darurat bencana.
c. Mekanisme pencarian dan penyelamatan korban (SAR).
d. Inventarisasi peralatan dan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan.
2. Meningkatkan koordinasi pertolongan dalam keadaandarurat dan
kemampuan komunikasi antar Instansi denganmengembangkan
Ruang Pusat Pengendalian Operasional (RUPUSDALOP)
SATKORLAK PB dan SATLAK PB.
3. Meningkatkan kemampuan tanggap darurat personil PUSDALOP
melalui :
a. Pelatihan untuk melaksanakan rencana tanggapdarurat, melalui
simulasi dan secara tanggap darurat,melalui simulasi dan secara
berkala mengadakanlatihan penanganan keadaan darurat
berdasarkanperkiraan kerusakan dan gangguan/kekacauan
danmenggunakan pengalaman tersebut untukmengindentifikasi
kekuatan dan kelemahan sertamemperbaiki tanggap darurat dan
rencana pengurangan kerusakan.
b. Pelatihan pencarian dan penyelamatan, P3K, dapurumum dan
SAR bagi anggota masyarakat, pegawai instansi, perusahaan dan
seterusnya.
4. Meningkatkan fasilitas tanda peringatan darurat dengancara
pemasangan alarm dan sistem pemberitahuan kepada masyarakat.
5. Meningkatkan rasa tanggungjawab pada pengguna fasilitas rumah
sakit.

6. Meningkatkan dan mengorganisasikan transpor-tasi darurat, rencana


operasi dan rute.

7
7. Mengkoordinasikan Pusat Pelayanan Kesehatan yang berlokasi di
daerah rawan.
8. Meningkatkan ketrampilan personil disetiap tingkat unit pelayanan
darurat.
C. Meningkatkan Kepedulian Dan Kesiapan Masyarakat Pada Masalah-
Masalah Yang Berhubungan Dengan Resiko Bencana.
1. Mengembangkan materi kampanye pendidikan untukmasyarakat
tentang kepedulian terhadap bencanaProgram yang akan
dikembangkan mencakup langkahantisipasi dan penanganan meliputi
: bagaimanamempersiapkan diri bila bencana terjadi,
bagaimanamenghadapi bencana, bagaimana pemulihan setelahterjadi
bencana. Materi pendidikan harus mudah dimengerti dan dapat
diterima masyarakat. Kelompok sasaran termasuk :
a. Personil keamanan umum dan petugas tanggap darurat.
b. Organisasi Non Pemerintah dan organisasi kemasyarakatan.
c. Dinas Pendidikan, pengelola Sekolah.
d. Pengelola Rumah Sakit.
e. Pengusaha.
f. Konsultan Teknik dan Kontraktor.
g. Masyarakat Umum.
2. Menyebarluaskan informasi bencana secara singkat dan jelas melalui
media cetak, media elektonik, poster dan lainlain.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat secara rutin melalui
organisasi kemasyarakatan yang ada.
4. Melaksanakan kampanye pendidikan tentang bencana pada
masyarakat melalui lokakarya dan seminar.
5. Memberikan saran teknis/rekomendasi kepada pemilikgedung tentang
bagaimana menghadapi resiko bencana.
6. Mendorong tumbuhnya partisipasi aktif masyarakat(pemberdayaan
masyarakat) dalam mitigasi bencanatermasuk di dalamnya partisipasi

8
penuh masyarakat, organisasi non pemerintah dan organisasi
kemasyarakatan.
D. Meningkatkan Keamanan Terhadap Bencana Pada Sistem Infrastruktur
Dan Utilitas
1. Identifikasi daerah-daerah/bagian-bagian yang palingrawan dimana
prioritas ditekankan pada peningkatankemampuan/keamanan bagian
tersebut terhadap bencana.
2. Menyusun program jangka pendek dan jangka panjangyang
diprioritaskan pada peningkatan kemampuan dankekuatan sistem
dalam menghadapi resiko bencana.
3. Melakukan penilaian kerentanan terhadap bencana secaralebih
terperinci pada insfrastruktur dan jaringan utilitas. Meliputi sektor-
sektor :
a. Pengadaan Air Minum.
b. Listrik.
c. Telekomunikasi.
d. Jalan dan jembatan.
e. Menara pengontrol lalu lintas udara (ATC), fasilitas bandara, dan
landasan.
f. Kereta Api.
g. Sistem Drainase.
h. Saluran Pembuangan Air Kotor dan Limbah.
i. Depot Minyak Bumi.
j. Meningkatkan keamanan fasilitas-fasilitas penting
yangdiperlukan pada tanggap darurat.
4. Meningkatkan kesiapan instansi-instansi utilitas dalammenghadapi
resiko bencana seperti meningkatkankemampuan instansi-instansi
tersebut dalam menghadapi bencana.
E. Meningkatkan Keamanan Terhadap Bencana Pada Bangunan Strategis
Dan Penting

9
1. Mengidentifikasi semua bangunan-bangunan strategis danpenting
untuk tanggap darurat dan menilai tingkat kemanan bangunan yang
meliputi:
a. Kantor Polisi.
b. Kantor Pemadam Kebakaran.
c. Rupusdalops (Posko).
d. Rumah Sakit dan Puskesmas.
e. Kantor-kantor pemerintah yang penting seperti kantorGubernur
dan Kantor Walikota/Bupati.
2. Meningkatkan keamanan bangunan-bangunan strategis/penting
terhadap bencana agar dapat memberikanpelayanan darurat tanpa
mengalami gangguan selama bencana.
3. Memberikan rekomendasi teknis/nasehat untuk mengantisipasiresiko
bencana kepada pengelola dan penggunagedung.
4. Tindakan juga termasuk studi Instansi bangunan penting/berbahaya
seperti BATAN (Reaktor Nuklir), Industri Kimiadan seterusnya.
5. Melakukan Inspeksi Rutin pada fasilitas pemadam kebakaran.
6. Meningkatkan kinerja bangunan kesehatan dan kualitas rumah sakit
terhadap bencana.
F. Meningkatkan Keamanan Terhadap Bencana Daerah Perumahan Dan
Fasilitas Umum
1. Mengidentifikasi dan menilai kerentanan bangunan disekitar
perumahan dan fasilitas umum.
2. Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada fasilitas umum
seperti :
a. Pusat Perbelanjaan.
b. Pasar Tradisional.
c. Pertokoan.
d. Stasiun Kereta Api.
e. Terminal Bis.
f. Tempat Rekreasi (Buatan dan Alami di Pegunungan).

10
G. Meningkatkan Keamanan Terhadap Bencana Pada Bangunan Industri Dan
Kawasan Industry
1. Mengidentifikasi dan melakukan penilaian terhadapkerentanan
kawasan industri dan bangunan-bangunannyaterhadap bencana,
khususnya industri yangmemperkerjakan pekerja dalam jumlah yang
besar danindustri yang akan membahayakan lingkungan
sertaberpotensi tinggi terhadap limbah dan polusi (B 3).
2. Meningkatkan keamanan kawasan industri dan bangunan yang rawan
terhadap bencana.
3. Memberikan rekomendasi teknis tentang bagaimanamengahadapi
resiko bencana dan bencana susulanseperti: kebakaran, tanah longsor,
kontaminasi limbah danbanjir, kepada pengelola industri maupun
kawasanindustri.
4. Memberikan pelatihan tentang bagaimana menanggulangidan
mengamankan situasi darurat, yang disebabkan olehbencana seperti
aliran listrik, pencemaran gas beracun dan kimia dan seterusnya.

H. Meningkatkan Keamanan Terhadap Bencana Pada Bangunan Sekolah Dan


Anak-Anak Sekolah
1. Mengadakan program keamanan gedung sekolahterhadap resiko
bencana melalui aktivitas :
a. Identifikasi sekolah-sekolah yang rawan terhadaprencana dan
menilai kerentanan sekolah tersebut.
b. Memberikan rekomendasi teknis untuk perbaikan struktur
bangunan sekolah.
c. Memberikan rekomendasi teknis mengenai tata-letaksekolah dan
lingkungan, seperti perlunya lapanganterbuka dekat sekolah.
d. Mengembangkan standar struktur bangunan sekolahdan
peraturan-peraturan arsitektur sekolah.
e. Mengembangkan program-program untuk perbaikanatau relokasi
gedung sekolah yang sangat rawan.

11
2. Mengembangkan program kampanye pendidikanmengenai resiko
bencana pada anak-anak sekolah.Program ini dimaksudkan untuk
menimbulkan kesadarandan kesiapan anak-anak sekolah menghadapi
bencanamelalui aktivitas-aktivitas sebagai berikut :
a. Membuat materi kampanye pendidikan mengenaibencana untuk
anak-anak sekolah.
b. Meningkatkan kepedulian Dinas Pendidikan danInstansi terkait
lainnya untuk memasukkan konsep-konsepresiko bencana dan
latihan menghadapibencana dalam muatan lokal kurikulum
sekolah dasardan menengah.
c. Melakukan latihan menghadapi bencana yang meliputi:briefing,
diskusi, latihan simulasi dan lomba poster/mengarang tentang
bagaimana persiapan menghadapibencana, bagaimana tanggapan
terhadap bencana(termasuk aftershock) dan bagaimana
pemulihansetelah bencana. Kelompok sasaran dalam program
iniadalah :
 Anak-anak Sekolah.
 Guru-guru dan Pengurus Sekolah.
 Organisasi kepemudaan seperti Pramuka danPalang Merah
Remaja.
d. Perbaikan bangunan sekolah, memperbaiki tata letaksekolah
untuk evakuasi darurat, bila bencana terjadi.
e. Membentuk unit, Palang Merah di setiap sekolahsebagai upaya
kampanye pendidikan di sekolah.
I. Memperhatikan Keamanan Terhadap Bencana Dan Kaidah-Kaidah
Bangunan Tahan Gempa Dan Tsunami Serta Banjir Dalam Proses
Pembuatan Konstruksi Baru.
1. Merancang peraturan yang berkaitan dengan mitigasibencana yang
termasuk di dalamnya pengawasanterhadap desain bangunan tahan
gempa dan lain-lain.

12
2. Meningkatkan pengetahuan dan pengertian tentangprinsip-prinsip
gempa, tsunami, kebakaran dan banjir bagi profesi tertentu :
a. Kontraktor gedung.
b. Konsultan teknik sipil dan arsitek.
c. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yangbertanggungjawab
terhadap pembangunan fasilitas umum.
d. Pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadappelaksanaan
peraturan-peraturan gempa.
3. Memberikan alternatif untuk membangun konstruksi tahangempa.
4. Memberikan petunjuk teknis/praktis untuk bangunansederhana yang
tahan gempa, rumah sangat sederhana,bangunan sederhana lainnya.
5. Menekankan peraturan-peraturan melalui sistem perijinandalam
mendirikan bangunan.
6. Meningkatkan sistem pengawasan terhadap bangunan.
J. Meningkatkan Pengetahuan Para Ahli Mengenai Fenomena Bencana,
Kerentanan Terhadap Bencana Dan Teknik-Teknik Mitigasi :
1. Mendukung pengembangan penelitian.
a. Bangunan-bangunan yang rawan gempa dan tsunamiserta
struktur lainnya.
b. Identifikasi bencana susulan seperti : banjir,kebakaran,
pencemaran air minum dan lain-lain.
c. Perbaikan bangunan dan struktur yang rawan.
2. Mengadakan program pelatihan untuk para profesionamengenai
penilaian kerentanan dan desain perkuatan(retrofit) serta teknik-
teknik mitigasi lainnya.
3. Memberikan informasi melalui diskusi rutin di Kecamatanatau Dinas-
dinas lainnya.
4. Menyebarkan informasi mengenai bencana dan rencanatindakan
dalam bentuk sederhana.
K. Memasukan Prosedur Kajian Resiko Bencana Kedalam Perencanan Tata
Ruang/Tata Guna Lahan :

13
1. Meningkatkan zonasi yang sudah ada tentang tataruang/tata guna
lahan yang didasarkan pada kajian resiko.
2. Menyediakan lapangan terbuka untuk zona perantara(Butter Zona),
evaluasi dan akses darurat.
3. Memberikan rekomendasi tentang perlakukan khususdaerah rawan
dan berbahaya.
4. Memberikan rekomendasi tentang penanganan khususdalam kajian
resiko untuk daerah dengan bangunan.
5. Mendidik secara rutin dan melakukan studi bandingtentang mitigasi
bencana.
6. Melakukan studi di daerah tertentu untuk memahamimekanisme
bencana susulan seperti banjir, pencemaranair minum dan seterusnya.
7. Menyiapkan database pada studi bencana termasuksarana dan
prasarana Early Warning System (EWS).
L. Meningkatkan Kemampuan Pemulihan Masyarakat Dalam Jangka
Panjang Setelah Terjadi Bencana :
1. Mempersiapkan rencana pemulihan kota yang meliputi :
a. Pemulihan korban bencana;
b. Pemulihan gedung-gedung strategis (rumah sakit,kantor polisi,
kantor pemadam kebakaran, Telkom,PLN, dsb).
c. Pemulihan jaringan utilitas.
2. Rencana tersebut perlu diakomodasikan ke dalamkeputusan-
keputusan darurat sewaktu terjadi bencana.
3. Merencanakan perumahan dan sekolah sementara.
4. Mengembangkan rencana pendanaan masyarakat untukprogram
rekontruksi jangka panjang.
5. Pemberdayaan Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, dan DinasAgama
dalam melakukan pemulihan mental dan spiritual korban bencana.
6. Merencanakan pendanaan yang transparan danmanajemen distribusi
bantuan.

14
7. Memasukan dalam pertimbangan hasil dari studi resikobencana ke
dalam studi dampak lingkungan proyek baru(AMDAL).

1.4 Tabel Koordinasi Mitigasi Bencana Gempa Bumi

INSTANSI YANG
LANGKAH
No. BERTANGGUNG RUJUKAN
PENANGANAN
JAWAB
Memastikan bangunan
Dep. PU, LIPI, Peta Rawan Gunung
harus dibangun dengan
1 Kementrian Ristek, Api,
konstruksi tahan getaran/
Pemda Prov, Kab/Kota Peta Risiko Bencana.
gempa.

Memastikan perkuatan
bangunan dengan Dep. PU, Pemda Prov, Rencana Tata Ruang
2
mengikuti standar Kab/Kota Wilayah.
kualitas bangunan.

Telkom, PLN, Bangunan fasilitas


Pembangunan fasilitas
Pertamina, yang
3 umum dengan standard
PAM, Pemda Prov, aman terhadap letusan
kualitas yang tinggi.
Kab/Kota Gunung Api.

Bangunan penahan
lahar
Memastikan kekuatan SABO, Bunker.
Dep. PU, Pemda Prov,
4 bangunan-bangunan vital Terowongan Air untuk
Kab/Kota
yang telah ada. mengurangi volume air
di
kawah.

15
Rencanakan
Peringatan dini dan
penempatan pemukiman DDN, Dep. PU, Dep.
status aktivitas gunung
5 untuk mengurangi tingkat Sos, Pemda Prov,
api. Data kejadian
kepadatan hunian di Kab/Kota
letusan Gunung Api.
daerah rawan bencana

Teknologi terapan yang


tepat dan berhasil guna
Penerapan zonasi Dep.ESDM,
Kementerian untuk mencegah,
daerah rawan bencana
6 mengurangi dampak
dan pengaturan Ristek, BPPT, LIPI,
Pemda Prov, Kab/Kota bencana letusan
penggunaan lahan
Gunung
Api.

Membangun rumah Peta Rawan Kebakaran


dengan konstruksi yang Dep PU, Dep. Sos, Pemukiman, Peta
7
aman terhadap gempa Pemda Prov, Kab/Kota Risiko

bumi Bencana.

DDN, Dep ESDM,


Rencana dan bangunan
Kementrian Ristek,
Kewaspadaan terhadap fasilitasi yang aman
8 BPPT, LIPI, Pemda
resiko gempa bumi terhadap Kebakaran
Prov,
Pemukiman.
Kab/Kota

16
BAB III

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi


Sasaran : Masyarakat Kecamatan Siulak
Tempat : Rumah Adat Kecamatan Siulak Engkai
Hari/ Tanggal : Senin, 17 Oktober 2018
Pukul : 09.10 WIB – 10.00 WIB
Lama Waktu : 50 Menit
Penyuluh : Kelompok 4 Blok Disaster in Nursing Mahasiswa
Keperawatan Universitas Jambi Angkatan 2016

3.1 Tujuan Intruksional Umum(TUK)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, masyarakat Kecamatan Siulak
diharapkan dapat mengetahui dan memahami tentang penanggulangan dan
penanganan bencana gempa bumi.

3.2 Tujuan Intruksional Khusus(TIK)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini, masyarakat Kecamatan Siulak
diharapkan mampu :
1. Memahami pengertian gempa bumi
2. Memahamiklasifikasi gempa bumi
3. Memahami etiologi/penyebab gempa bumi
4. Memahami daerah yang beresiko terkena gempa bumi
5. Memahami tanda –tanda terjadinya gempa bumi
6. Memahami komponen yang terancam akibat gempa bumi
7. Memahami upaya mitigasi dan pengurangan bencana
8. Memahami jalur evakuasi pada saat gempa bumi
9. Memahami dan mampu mempraktekkan tindakan evakuasi saat terjadi,
sesaat setelah terjadi dan sesudah terjadi gempa bumi
10. Memahami resiko bencana tanah longsor akibat gempa bumi
11. Memahami tanda-tanda bencana tanah longsor
12. Memahami upaya mitigasi bencana tanah longsor

17
13. Memahami jalur evakuasi dan mampu mempraktekkan tindakan evakuasi
bencana tanah longsor

3.3 Materi Penyuluhan


Terlampir

3.4 Metode Penyuluhan


1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya jawab.

3.5 Media dan Alat


1. LCD
2. Leaflet
3. Speaker
4. Microphone

3.6 Pengorganisasian
Moderator : Rina Mariani
Penyuluh : Ria Ramadani W
Sri Tiyani
Fasilitator : Wahyudi Ramadhan
Hanna Pramesti
Eva Dwi Fitrias
Nelvi Putri
Robby Mediansyah
Nisnaini Anggraini
Observer : Rayhan Firdauzy
Jogi Anggara
Rincian tugas :
a. Moderator
1) Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
4) Menyebutkan materi yang akan diberikan

18
5) Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu
penyuluhan (kontrak waktu)
6) Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan penyuluh
7) Mengatur waktu penyuluhan
b. Penyuluh
1) Mengenali pengetahuan masyarakat tentang
penanggulangan gempa bumi
2) Menjelaskan materi tentang penanggulangan gempa bumi
3) Mempraktekkan tindakan evakuasi bencana gempa bumi
dan tanah longsor
4) Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan
c. Fasilitator
1) Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai
penyuluhan
2) Memotivasi masyarakat agar berpartisipasi dalam
penyuluhan
3) Memotivasi masyarakat untuk mengajukan pertanyaan saat
moderator memberikan kesempatan bertanya
4) Membantu penyuluh menjawab pertanyaan dari peserta
penyuluhan
d. Observer
1) Mengobservasi jalannya proses kegiatan penyuluhan
2) Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama
kegiatan penyuluhan berlangsung.
3) Memberikan penjelasan kepada tim tentang evaluasi
kegiatan penyuluhan

19
3.7 Setting Tempat

LAYAR PROYEKTOR
Moderator

FASILITATO

FASILITATO
Penyuluh Penyuluh
FASILITATO

FASILITATO

OBSERVER
OBSERVER

PESERTA

FASILITATOR FASILITATOR

20
3.8 Kegiatan Penyuluhan
No Tahapan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Media
Masyarakat
1. Pendahuluan a. Memberi salam a. Menjawab salam
(5 menit ) b. Memperkenalkan diri b. Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan c. Memperhatikan
penyuluhan d. Memperhatikan
d. Menggali pengetahuan dan menjawab
masyarakat tentang e. Memperhatikan
bencana gempa
e. Memberikan
inforcement positif
2 Penyajian Menjelaskan dan Memperhatikan Ininfokus
Materi (35 menyebutkan tentang dan
menit) bencana gempa, antara lain leaflet
:
a. Pengertian gempa bumi
b. Klasifikasi gempa bumi
c. Etiologi/penyebab
gempa bumi
d. Menjelaskan daerah
yang beresiko terkena
gempa bumi
e. Menjelaskan tanda-
tanda terjadinya gempa
bumi
f. Menjelaskan komponen
yang terancam akibat
gempa bumi.

21
g. Menjelaskan upaya
mitigasi dan
pengurangan bencana
f. Menjelaskan jalur
evakuasi pada saat
gempa bumi
g. Menjelaskan dan
mempraktekkan
tindakan evakuasi saat
terjadi, sesaat setelah
terjadi dan sesudah
terjadi gempa bumi
h. Menjelaskan resiko
bencana tanah longsor
akibat gempa bumi.
i. Menjelaskan tanda-
tanda bencana tanah
longsor
j. Menjelaskan upaya
mitigasi bencana tanah
longsor
k. Menjelaskan jalur dan
mempraktekkan
tindakan evakuasi
bencana tanah longsor
3 Penutup a. Memberi kesempatan a. Bertanya
(10 menit) kepada masyarakat b. Memperhatikan
untuk menanyakan hal- c. Memperhatikan
hal yang belum jelas. penjelasan
b. Menjawab pertanyaan d. Menjawab
masyarakat pertanyaan yang

22
c. Menyimpulkan materi diberikan
yang telah disampaikan penyuluh
d. Mengajukan 3 e. Menjawab salam
pertanyaan kepada
masyarakat
e. Memberi salam dan
mengucapkan terima
kasih

3.9 Evaluasi Pembelajaran


1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan Media dan Alat
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan yang
digunakan dalam penyuluhan yaitu :
 Microphone
 LCD
 Speaker
 Leaflet
b. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk makalah, dan dibuatkan power point
dengan menarik, dan mudah dimengerti oleh sasaran penyuluhan.
c. Kontrak
Dalam penyuluhan mengenai Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana
Gempa Bumitelah dilakukan kontrak mengenai waktu, tempat serta
materi yang akan disampaikan pada sasaran 7 hari sebelumnya yaitu
pada tanggal 10 Oktober 2018
2. Evaluasi Proses
Sasaran penyuluhan mampu mengikuti jalannya penyuluhan dengan baik
dan penuh antusias. Selama proses penyuluhan berlangsung, sasaran aktif
menjawab apabila ada yang belum dimengerti, sasaran memberi jawaban
atas pertanyaan penyuluh dan mahasiswa pun melakukan komunikasi
dua arah untuk saling mengenal dan menjelaskan tujuan kedatangan
mahasiswa ke Kecamatan Siulak, sehingga sasaran tidak meninggalkan
tempat diadakannya penyuluhan saat acara akan berlangsung dan
tanya jawab berjalan dengan baik.

23
3. Evaluasi Hasil
Peserta penyuluhan mengerti 80% dari apa yang telah disampaikan dengan
kriteria para peserta mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk lisan dan
mampu mempratekkan tindakan evakuasi yang diberikan oleh penyuluh.
Evaluasi dilakukan secara langsung (lisan) dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terbuka sebagai berikut:
1. Bagaimana jalur evakuasi saat bencana gempa bumi dan tanah
longsor
2. Bagaimana tindakan evakuasi saat terjadi gempa
3. Bagaimana tindakan evakuasi saat terjadi tanah longsor

3.10 Daftar Referensi


Arief Mustofa. 2010. Jurnal : Gempa Bumi, Tsunami dan Mitigasinya Vol. 7
No. 1. Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung –
LIPI : Kebumen
Gunawan I dan Subarjo, 2005. Pengantar Seismologi. Badan Meteorologi dan
Geofisika: Jakarta.
Permendagri No. 33 Tahun 2006 Tanggal 18 Oktober 2006 , Pedoman Umum
Mitigasi Bencana, Menteri Dalam Negeri
Yayasan IDEP (2007). Tanah Longsor! Cerita Tentang Peran Masyarakat
Desa dalam Menghadapi Tanah Longsor. Yayasan IDEP: Bali
Aditya Pandu Wicaksono. 2016. Jurnal : Studi Kelayakan Rencana Jalur
Evakuasi dan Logistik Bencana Poros Kerinci-Bungo, Provinsi Jambi
Vol. 8 No. 1. Pusat Studi Bencana UPN: Jogjakarta

24
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian gempa bumi


Gempa bumi adalah getaran asli dari dalam bumi yang kemudian
merambat kepermukaan bumi akibat dari rekahan bumi yang pecah dan
bergeser dengan keras (Arif Mustofa, 2010). Gempa bumi merupakan peristiwa
pelepasan sejumlah energi pada batuan kerak bumi. Salah satu energi tersebut
adalah energi gelombang yang disebut dengan gelombang seismik. Gelombang
ini dipancarkan dari sumbernya dan menjalar kesegala arah, sehingga dapat
dideteksi oleh sensor seismik (Gunawan, 2005).

B. Klasifikasi gempa bumi


Adapun klasifikasi gempa bumi dapat dibagi berdasarkan faktor
penyebabnya, menurut kedalaman atau fokus gempa bumi, dan menurut lokasi.
1. Gempa bumi berdasarkan faktor penyebabnya
a) Gempa bumi tektonik ( tectonic earthquake)
Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu
pergeseran lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai
kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa jenis
ini merupakan gempa yang paling berbahaya dan yang paling umum dan
sering terjadi.
b) Gempa bumi volkanik (volcanic earthquake)
Gempa bumi volkanik adalah gempa bumi yang terjadi akibat adanya
aktivitas gunung api. Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas
magma, yang bisa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabilah
keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya
ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Efek

25
gempa bumi ini biasanya hanya dirasakan pada daerah disekitar gunung
api tersebut.
c) Gempa bumi runtuhan (sudden ground shaking)
Gempa bumi runtuhan atau longsoran terjadi karena adanya runtuhan
atau longsor tanah atau batuan. Lereng gunung yang memiliki energy
potensial yang besar ketika runtuhan atau longsor akan menyebabkan
bergetarnya permukaan bumi. Jenis gempa bumi ini biasanya terjadi
pada daerah kapur ataupun di daerah pertambangan.
d) Gempa bumi tumbukan
Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang
jatuh ke bumi. Kekuatan gempa yang ditimbulkan oleh gempa bumi ini
tergantung dari besar atau kecilnya batu meteor, asteroid atau benda
langit lain yang jatuh.
e) Gempa bumi buatan
Gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas manusia sendiri. Gempa
bumi jenis ini dapat terjadi misalnya karena aktivitas peledakan
menggunakan dinamit, nuklir, atau palu godam yang dipukulkan ke
permukaan bumi. gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas manusia
sendiri. Gempa bumi jenis ini dapat terjadi misalnya karena aktivitas
peledakan menggunakan dinamit, nuklir, atau palu godam yang
dipukulkan ke permukaan bumi.

2. Gempa berdasarkan kedalaman atau fokus gempa bumi


Gempa bumi dapat dibedakan berdasarkan letak atau kedalaman pusat
gempanya. Semakin dangkal letak hiposentrum terhadap permukaan bumi,
maka dampak gempa bumi yang ditimbulkannya akan semakin besar.
a) Gempa bumi dalam
Gempa bumi ini posisi hiposentrumnya berada lebih dari 300 km
dibawah permukaan bumi. Gempa bumi dalam pada umumnya tidak
terlalu berbahaya.

26
b) Gempa bumi menengah
Gempa bumi menengah merupakan gempa yang posisi hiposentrunya
berada antara 70 sampai 300 km di bawah permukaan bumi. Gempa
bumi menengah atau sedang pada umumnya menimbulkan kerusakan
ringan.
c) Gempa bumi dangkal
Gempa bumi ini posisi hiposentrumnya berada kurang dari 70 km dari
permukaan bumi. Gempa bumi dangkal biasanya menimbulkan
kerusakan fisik yang besar.

3. Gempa bumi menurut lokasi


a) Gempa bumi daratan
Gempa bumi daratan adalah gempa bumi yang posisi episentrumnya
berada di daratan.
b) Gempa bumi lautan
Gempa bumi lautan adalah gempa bumi yang posisi episentrunya berada
di laut. Pada gempa bumi di lautan inilah yang berpotensi menimbulkan
tsunami.

C. Penyebab gempa bumi


Berikut ini merupakan beberapa faktor penyebab terjadinya gempa
bumi diantaranya :
1. Pelepasan Energi Lempeng Tektonik
Pelepasan energy ini terjadi karena tekanan yang dilakuakn oleh pergerakan
lempeng-lempengtektonik secara terus-menerus. Semakin lama tekanan itu
akan semakin besar, yang akhirnya tekanan tersebut tidak mampuditahan
lagi oleh pinggiran lempeng-lempeng bumi.
2. Proses Subdukasi
terjadi tumbukan antara dua lempeng bumi, di mana salah satu lempeng
bumi terdorong ke bawah lempeng bumi yang lain. Biasanya proses

27
subdukasi ini terjadi karena lempeng samudera di laut menumbuk lempeng
benua yang lebih tipis di darat.
3. Pergerakan Magma
4. Penggunaan Bahan Peledak
Jenis gempa bumi yang lain dapat terjadi karena aktivitas peledakan
menggunakan bahan peledak dengan kekuatan yang besar. Gempa bumi
yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti ini dinamakan seismisitas
terinduksi. Penggunaan bahan peledak pada aktivitas industry
pertambangan dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi.

D. Daerah yang beresiko gempa bumi


Indonesia merupakan kawasan yang rentan terjadi gempa bumi, hal ini
disebabkan karena letak indonesia berada pada area pertemuan lempeng-
lempeng bumi, yaitu pada lempeng Eurasia, lempeng pasifik serta lempeng
indo-australia. Pulau sumatera berada di dekat perbatasan dua lempeng
tektonik, yaitu lempeng Eurasia dan lempeng indo-australia. Kabupaten kerinci
merupakan salah satu area segmen patahan lempeng bumi, yaitu tepatnya pada
kecamatan Siulak. Ujung selatan segmen ini berada di wilayah Jambi menyusuri
lembah di Barat Daya hingga Barat Laut Gunung Kerinci. Gempa berkekuatan
7,7 SR pernah mengguncang wilayah ini pada 1909 dan pada tahun 1995
dengan kekuatan 7,0 SR. Sehingga kecamatan Siulak beresiko terjadi gempa
bumi dengan sekala yang besar.

E. Tanda- tanda gempa bumi


Tanda yang dapat muncul saat terjadinya gempa bumi diantaranya
sebagai berikut :
1. Munculnya awan gempa
Awan gempa terlihat dengan posisi tegak, seperti angin putting beliung.
Awan ini terbentuk karena adanya aktifitas elektromagnetis akibat patahan
ataupun pergeseran lempeng bumi.
2. Alat-alat elektronik mengalami gangguan

28
Penyebab alat-alat elektronik mengalami gangguan ialah karena adanya
gelombang elektromagnetik yang berfrekuensi lebih besar di area tersebut
.
3. Adanya perubahan tingkah laku dari hewan
Umumnya beberapa hewan mampu merasakan gelombang elektromagnetik
yang kuat, sehingga hal ini menyebabkan perubahan tingkah laku pada
hewan.
4. Adanya gempa kecil
Umumnya saat terjadi gempa kecil dapat menjadi pertanda untuk
munculnya gempa yang lebih besar.
5. Munculnya cahaya gempa
Cahaya gempa ini muncul saat terjadi gempa dengan skala tinggi, cahaya
ini berbentuk seperti UFO.

F. Komponen yang terancam akibat gempa bumi


Beberapa komponen yang terancam saat gempa bumi diantaranya ialah
sebagai berikut:
1. Perkampungan padat dengan konstruksi yang lemah dan padat penghuni
2. Bangunan dengan desain teknis yang buruk, bangunan tanah, bangunan
tembok tanpa perkuatan.
3. Bangunan dengan atap yang berat.
4. Bangunan tua dengan kekuatan lateral dan kualitas yang rendah.
5. Bangunan tinggi yang dibangun diatas tanah lepas/ tidak kompak.
6. Bangunan diatas lereng yang lemah/ tidak stabil.
7. Infrastruktur diatas tanah atau timbunan.
8. Bangunan industri kimia dapat menimbulkan bencana ikutan.

G. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana


Dalam Undang-Undang Indonesia No. 24 tahun2007 tentang
Penanggulangan Bencana, Bab I Pasal 1 tentang ketentuan umum, dinyatakan
bahwa yang dimaksud dengan Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk

29
mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Permendagri 33 tahun 2006 tentang Pedoman Umum Mitigasi Bencana,
ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Kebijakan
Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana
antara lain yatu:
a) Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang
sama bagi semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap
unsure masyarakat yang ketentuan langkahnya diatur dalam pedoman
umum, petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang dikeluarkan oleh
instansi yang bersangkutan sesuai dengan bidang unit masing-masing.
b) Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir
yang melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.
c) Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa
dapat diminimalkan.
d) Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semuia pihak,
melalui pemberdayaan masyarakat serta kampanye.

2. Strategi
Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan beberapa strategi
sebagai berikut:
a) Pemetaan
Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan
daerah rawan bencana. Pada saat ini berbagai sektor telah
mengembangkan peta rawan bencana. Peta rawan bencana tersebut
sangat berguna bagi pengambil keputusan terutama dalam antisipasi
kejadian bencana alam. Meskipun demikian sampai saat ini penggunaan
peta ini belum dioptimalkan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal,
diantaranya adalah:
1) Belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan
2) Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik.
3) Peta bencana belum terintegrasi
4) Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda
sehingga menyulitkan dalam proses integrasinya.

30
b) Pemantauan
Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat
dilakukan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga akan
dengan mudah melakukan penyelamatan. Pemantauan di daerah vital
dan strategi secara jasa dan ekonomi dilakukan dibeberapa kawasan
rawan bencana.
c) Penyebaran informasi
Penyebaran informasi dilakukan anatar lain dengan cara memberikan
poster dan leaflet kepada pemerintah kabupaten/kota dan propinsi
seluruh Indonesia yang rawan benca, tentang tata cara mengenali,
mencega dan penanganan bencana memberikan informasi kemedia
cetak dan elektronik tentang kebencanaan adalah salah satu cara
penyebaran informasi dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan
terhadap bencana geologi disuatu kawasan tertentu. Koordiansi
pemerinta daerah dalam hal penyebaran informasi di perlukan
mengingat Indonesia sangat luas.
d) Sosialisasi dan penyuluhan
Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencaaan kepada
SATKOR-LAK PB, SATLAK-PB, dan masyarakat bertujuan
meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana jika
sewaktu-waktu terjadi. Hal penting yang perlu diketahui masyarakat dan
pemerintah daerah ialah mengenai hidup harmonis dengan alam di
daerah bencana, apa yang perlu dilakukan dan dihindarkan di daerah
rawan bencana, dan mengetahui cara menyelamatkan dari jika terjadi
bencana.
e) Pelatihan atau pendidikan
Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan
jika terjadi bencana. Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur informasi
dari petugas lapangan, pejabat teknis, SATKORLAK PB, SATLAK PB
dan masyarakat sampai ke tingkat pengungsian dan penyelamatan
korban bencana. Dengan pelatihan ini terbentuk kesiagaan tinggi
menghadapi bencana akan terbentuk.
f) Peringatan Dini
Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat kegiatan
hasil pengamatan secara kontinyu di suatu daerah rawan dengan tujuan
agar persiapan secara dini dapat dilakukan guna mengantisipasi jika
sewaktu-waktu terjadi bencana.

3. Manajemen Mitigasi

31
Berdasarkan mitigasi bencana yang diakibatkan oleh gempa bumi,
BAKORNAS PB 2007 memberikan beberapa upaya mitigasi dan
pengurangan bencana yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Penguatan institusi penanganan bencana
b) Harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di
daerah rawan gempa
c) Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan
d) Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi
e) Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada
f) Rencanakan penempatan untuk mengurangi tingkatan kepadatan hunian
di daerah rawan gempa
g) Zonasi daerah rawan gempa dan pengaturan penggunaan lahan
h) Pendidikan dan penyuluhan pada masyarakat tentang bahaya gempa
bumi dan cara-cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi
i) Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan
masyarakat terhadap gempa, pelatihan pemadam kebakaran dan
pertolongan pertama
j) Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan panggilan, dan peraltan
perlindungan masyarakat lainnya
k) Rencana kontingensi atau kedaruratan untuk melatih anggota keluarga
untuk menghadapi gempa
l) Pembentukkan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan latihan
pemadam kebakaran dan pertolongan pertama.

H. Jalur Evakuasi Gempa


Provinsi Jambi mempunyai beberapa ancaman bencana diantaranya
gunungapi, gempabumi, banjir dan tanah longsor. Potensi bencana yang cukup
beragam ini mengakibatkan perlunya pengelolaan bencana yang dalam hal ini
pembuatan rencana jalur evakuasi dan penempatan pusat logistik.

32
Daerah yang paling rawan terjadi bencana di Provinsi Jambi adalah
Kabupaten Kerinci yang memiliki potensi bencana gempabumi dan gunungapi.
Akan tetapi, belum ada rencana penanggulangan bencana yang ada.
Kabupaten Bungo merupakan kabupaten terdekat dari Kabupaten
Kerinci yang merupakan wilayah strategis untuk ditempatkannya pusat logistik.
Adanya penempatan pusat logistik ini perlu disertai jalur evakuasi koridor
Kabupaten Kerinci-Kabupaten Bungo. Adanya perencanaan ini diharapkan
mampu mengurangi risiko terjadinya korban ketika terjadi bencana.
Perencanaan jalur evakuasi sudah tercantum dalam peta Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jambi tahun 2011-2030. Dalam dokumen
tersebut terdapat beberapa daerah yang terdapat koridor jalur evakuasi yakni
Kabupaten Kerinci, Merangin, dan Kabupaten Bungo. Dalam hal ini poros
Kerinci-Bungo yang terdapat di Kabupaten Bungo tepatnya Kecamatan Limbur
Lubuk Mengkuang merupakan daerah yang memiliki potensi jalur evakuasi dan
sebagai alternatif pengembangan pusat logistik. Hal ini disebabkan letak yang
sangat strategis baik secara regional maupun nasional juga mempunyai relatif
aman dari bencana jika dibandingkan daerah yang lain. Selain itu juga akses
jalur evakuasi akan menghubungkan jalur jalan provinsi yang akan dilakukan
suatu pelebaran jalan yang akan menuju ke bandara atau bahkan pelabuhan yang
akan dibangun sebagai akses pendistribusian logistik apabila terjadi bencana
gempabumi dan gunungapi. Jalur ini jelas akan mempercepat proses evakuasi
dan penyaluran bantuan kepada masyarakat yang tinggal di Kabupaten Kerinci
dan sekitarnya termasuk provinsi Bengkulu. Rencana jalur evakuasi bencana
melewati kawasan Taman Nasional Kerinci.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.56 /Menhut II/
2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional didalamnya juga telah diatur
bahwa perlu ada zonasi khusus dan zona pemanfaatan dalam taman nasional.
Zona khusus merupakan bagian dari taman nasional karena kondisi yang tidak
dapat dihindarkan telah terdapat kelompok masyarakat dan sarana penunjang
kehidupannya yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai taman
nasional antara lain sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik.

33
Sedangkan zona pemanfaatan merupakan bagian taman nasional yang letak,
kondisi dan potensi alamnya, yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan
pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya. Dalam peraturan ini juga
berarti didalam taman nasional dapat digunakan sebagai jalur evakuasi akan
tetapi diusahakan tidak merusak kondisi alami daerah tersebut.
Adanya pusat logistik di Kabupaten Bungo didasarkan oleh adanya
keberadaan Kabupaten Kerinci yang berada pada wilayah struktur patahan besar
Sumatera yang disebut Patahan Semangko dan juga sebagai salah satu wilayah
yang memiliki gunungapi aktif yang berada dalam gugus ring of fire. Adanya
perencanaan pusat logistik diharapkan akan diikuti oleh perencanaan
pengelolaan bantuan logistik.
Pengelolaan bantuan logistik dilakukan pada status keadaan darurat
dimulai sejak status siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi darurat ke
pemulihan sesuai dengan penjelasan pasal 23 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, khususnya dalam Pasal 6 dan
Pasal 8 telah mengamanatkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, yang
antara lain adalah memberikan perlindungan pada masyarakat dari dampak
bencana, dan pemulihan kondisi dari dampak bencana, termasuk di dalamnya
adalah bantuan logistik pada saat status keadaan darurat.

I. Tindakan Evakuasi Gempa Bumi


Adapun tindakan evakuasi yang dilakukan diantaranya sebagai berikut :
1. Saat terjadi gempa
a. Jika anda berada dalam bangunan
1) Lindungi kepala dan badan dari reruntuhan
2) Mencari tempat yang paling aman dari reruntuhan
3) Berlari keluar apabila masih dapat dilakukan
b. Jika berada diluar bangunan/ area terbuka

34
1) Menghindari dari bangunan sekitar
2) Perhatikan tempat anda berpijak dari retakan tanah
c. Jika sedang mengendarai mobil
1) Keluar, turun menjauhi dari mobil hindari tempat terjadinya
pergeseran dan kebakaran
2) Perhatikan tempat berpijak
d. Jika anda di pegunungan hindari daerah rawan longsor.
2. Sesaat setelah gempa bumi pertama berhenti
a. Jika anda berada dalam bangunan:
1) Jangan panic
2) Keluar dari bangunan dengan tertib
3) Jangan gunakan tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa
4) Periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K.
5) Minta pertolongan pada petugas aparat keamanan atau petugas
kesehatan.
b. Periksa lingkungan sekitar anda
c. Jangan masuk ke dalam bangunan yang sudah terjadi gempa, karena
kemungkinan masih terdapat reruntuhan.
d. Jangan berjalan disekitar gempa, kemungkinan terjadi bahaya susulan
masih ada.
e. Mendengarkan informasi gempa dari petugas atau radio.
3. Seusudah terjadi gempa bumi
Beberapa tindakan yang sebaiknya di lakukan sesudah terjadi
bencana gempa bumi antara lain sebagai berikut:
a. Bantuan darurat
Tindakan utama yang harus segerah dilakukan setelah terjai bencana
gempa bumi adalh pemberian bantuan darurat.Setelah program tanggap
darurat dilalui, perlu memberikan bantuan darurat untuk pemenuhan
kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara,
obat-obatan, sanitasi, dan air bersih bagi korban bencana gempa bumi.
b. Rehabilitasi
Rehabilitasi meripakan program jangka pendek yang harus segera
dilakukan pascagempa bumi.Rehabilitasi ini meliputi kegiatan

35
membersihkan dan memperbaiki rumah, fasilitas umum, dan
menghidupkan kembali roda perekonomian masyarakat.Dalam
rehabilitas ini juga mencakup pemulihan kesehatan fisik, kondisi
psikolog, dan keamanan masyarakat. Setelah tindakan rehabilitasi ini
dilakuakn diharapkan ronda pemerintahan dan pelayanan masyarakat
seperti rumah sakit, sekolah, dan peribadatan dapat berjalan kembali.
c. Rekonstruksi
Rekonstruksi merupakan program jangka menengah atau jangka
panjang.Rekontruksi ini meliputi program perbaikan sarana fisik,
kondisi sosial, dan perekonomian masyarakat agar berjalan seperti
semula atau lebih baik lagi.Pembanguann kembali ini dilakuakn pada
semua aspek baik sarana dan prasarana, mampu kelembagaan.Program
rekonstruksi ini dilakukan baik pada tingkat pemerintah maupun
masayarakat.Sasaran utama prigram dilakuakn rekonstruksi ini adalah
berjalan dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial, dan
budaya dalam masyarakat.
d. Pemulihan
Pemulihan merupakan proses pengempabilan kondisi daan fungsi-
fungsi dalam masayarakat yang terkena bencana. Program pemulihan
ini dilakuakn dengan cara memfungsikan kembali sarana dan prasarana
pada keadaan semula. Program pemulihan ini misalnya perbaikan
prasarana dan pelayanan dasar seperti jalan, listrik, telekomunikasi, air
bersi, pasar, puskesmas, dan lain-lain.
Di samping pemberian bantuan darurat dan perbaikan sarana dan
prasarana fisik, program yang tidak kalah pentingnya adalah pemulihan
kondisi psikologis masayarakat terutama anak-anak yang terkena
musibah.Langka utama yang harus dilakuakn adalah mengusahakan
agar keluarga tetap berkumpul.Tenangkan anak-anak, biarkan anak-
anak bercerita tentang pengalaman dan perasaan mereka selama gempa,
serta libatkan mereka dalam kegiatan pascagempa.

J. Bencana Tanah longsor Akibat Gempa


Gempa bumi dapat memicu terjadinya bencana tanah longsor. Hal ini
disebabkan karena saat gempa terjadi, Bumi bergetar kuat. Gempa bumi
membuat massa tanah bergeser sehingga menyebabkan bebatuan besar dan
bagian tanah yang terdapat dibukit/dilereng pegunungan dapat tergelincir,
akibatnya longsor terjadi dengan cepat turun ke lembah.
K. Tanda-tanda Bencana Tanah Longsor

36
Dalam buku “ Tanah Longsor “ yang ditulis oleh Yayasan IDEP, tanda-
tanda bahaya longsor diantaranya:
1) Muncul retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing
2) Muncul air secara tiba-tiba dari permukaan tanah di lokasi baru
3) Air sumur di sekitar lereng menjadi keruh
4) Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan
5) Ketika curah hujan tinggi, terdengar suara gemuruh dari atas bukit
Adapun Wilayah-wilayah yang rawan akan terjadinya bencana tanah
longsor seperti:
1) Pernah terjadi bencana tanah longsor di wilayah tersebut
2) Berada pada daerah yang terjal dan gundul
3) Merupakan daerah aliran air hujan
4) Tanah tebal atau sangat gembur pada lereng yang menerima curah
6) hujan tinggi

L. Upaya Mitigasi Tanah Longsor


Berdasarkan Permendagri 33 tahun 2006 tentang Pedoman Umum
Mitigasi Bencana adapun upaya mitigasi/pengurangan bencana tanah longsor
antara lain sebagai berikut:
1) Pembangunan permukiman dan vasilitas utama lainnya menghindari daerah
rawan bencana.
2) Menyarankan relokasi.
3) Menyarankan pembangunan pondasi tiang pancang untuk menghindari
bahaya liquefation.
4) Menyarankan pembangunan pondasi yang menyatu, untuk menghindari
penurunan yang tidak seragam (differential settlement).
5) Menyarankan pembangunan utilitas yang ada didalam tanah harus bersifat
fleksibel.
6) Mengurangi tingkat keterjalan lereng.
7) Meningkatkan/memperbaiki drainase baik air permukaan maupun air tanah.
8) Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling.

37
9) Pembuatan terasering.
10) Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam.
11) Pembuatan saluran khusus untuk aliran butir.
12) Pembuatan tanggul penahan khusus untuk runtuhan batu baik berupa
bangunan konstruksi, tanaman maupun parit.
13) Pengenalan daerah yang rawan Iongsor.
14) Identifikasi daerah yang aktif bergerak, dapat dikenali dengan adanya
rekahan-rekahan berbentuk ladam (tapal kuda).
15) Hindarkan pembangunan didaerah yang rawan longsor.
16) Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat.
17) Melakukan pemadatan tanah disekitar perumahan.
18) Pembuatan terase dan penghijauan dengan menstabilkan lereng.
19) Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
20) Penutupan rekahan-rekahan diatas lereng untuk mencegah air masuk secara
cepat kedalam tanah.

M. Tindakan Evakuasi Bencana Tanah Longsor


Dalam buku “ Tanah Longsor “ yang ditulis oleh Yayasan IDEP, adapun
tindakan evakuasi yang dilakukan diantaranya:
1. Saat terjadi tanah longsor
a) Segera keluar dari daerah longsoran atau aliran reruntuhan/puing
kebidang yang lebih stabil
b) Bagi masyarakat yang tinggal didaerah lereng dan pegunungan perlu
mewaspadai ketika musim hujan. curah hujan yang tinggi bisa menjadi
pemicu terjadinya bencana tanah longsor. Ketika terdengar suara
gemuruh dari atas bukit, segeralah untuk menjauh dari lokasi, cari
tempat aman. Sebab hal tersebut merupakan tanda akan terjadinya tanah
longsor
c) Jangan panik dan tetap tenang. Evakuasi keluarga anda ke tempat aman.
Biasanya bagi mereka yang tinggal didaerah rawan longsor sudah

38
diberikan jalur evakuasi untuk menyelamatkan diri ketika terjadi tanah
longsor.
d) Hal penting lainnya adalah dengan menghubungi instansi terkait untuk
bisa memberikan bantuan evakuasi sebelum terjadinya longsor yang
semakin parah.
2. Setelah terjadi Tanah Longsor
a) Hindari daerah longsoran, dimana longsor susulan dapat terjadi
b) Periksa korban luka dan korban yang terjebak longsor tanpa langsung
memasuki daerah longsoran.
c) Bantu arahkan SAR ke lokasi longsor
d) Bantu tetangga yang memerlukan bantuan khusus-anak-anak, orang tua
dan orang cacat
e) Dengarkan siaran radio lokal atau televisi untuk informasi keadaan
terkini
f) Waspada akan adanya banjir atau aliran reruntuhan setelah longsor
g) Laporkan keruskan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak yang
berwenang
h) Periksa kerusakan pondasi rumah dan tanah disekitar terjadinya longsor
i) Tanami kembali daerah bekas longsor atau daerah disekitarnya untuk
menghindari erosi yang telah merusak lapisan atas tanah yang dapat
menyebabkan banjir bandang
j) Mintalah nasihat pada ahlinya untuk mengevaluasi ancaman dan teknik
untuk mengurangi risiko tanah longsor

BAB IV
PENUTUP

39
4.1 Simpulan

Mitigasi adalah upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana
baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam
suatu negara atau masyarakat (Peraturan Mentri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2006)

Kebijakan dan Strategi Mitigasi Bencana

C. Kebijakan
Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana antara
lain :
5. Perlu membangun persepsi yang sama bagi semua pihak baik jajaran
aparat pemerintah maupun segenap unsur masyarakat
6. Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu
terkoordinir yang melibatkan seluruh potensi pemerintah dan
masyarakat.
7. Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa
dapat diminimalkan.
8. Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak,
melalui pemberdayaan masyarakat serta kampanye.
D. Strategi
Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan beberapa strategi sebagai
berikut:
7. Pemetaan
8. Pemantauan
9. Penyebaran informasi
10. Sosialisasi dan penyuluhan
11. Pelatihan atau pendidikan
12. Peringatan dini

Manajemen Mitigasi Bencana

1. Penguatan institusi penanganan bencana


2. Meningkatkan kemampuan tanggap darurat

40
3. Meningkatkan kepedulian dan kesiapan masyarakat pada masalah-
masalah yang berhubungan dengan resiko bencana.
4. Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada sistem
infrastruktur dan utilitas
5. Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada bangunan
strategis dan penting
6. Meningkatkan keamanan terhadap bencana daerah perumahan dan
fasilitas umum
7. Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada bangunan industri
dan kawasan industry
8. Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada bangunan sekolah
dan anak-anak sekolah
9. Memperhatikan keamanan terhadap bencana dan kaidah-kaidah
bangunan tahan gempa dan tsunami serta banjir dalam proses
pembuatan konstruksi baru.
10. Meningkatkan pengetahuan para ahli mengenai fenomena
bencana, kerentanan terhadap bencana dan teknik-teknik mitigasi
11. Memasukan prosedur kajian resiko bencana kedalam perencanan
tata ruang/tata guna lahan
12. Meningkatkan kemampuan pemulihan masyarakat dalam jangka
panjang setelah terjadi bencana

41
Tabel Koordinasi Mitigasi Bencana Gempa Bumi

INSTANSI YANG
LANGKAH
No. BERTANGGUNG RUJUKAN
PENANGANAN
JAWAB

Memastikan bangunan
Dep. PU, LIPI,
harus dibangun dengan Peta Rawan Gunung
1 Kementrian Ristek, Api, Peta Risiko
konstruksi tahan getaran/ Bencana.
Pemda Prov, Kab/Kota
gempa.

Memastikan perkuatan

bangunan dengan Dep. PU, Pemda Prov, Rencana Tata Ruang


2
mengikuti standar Kab/Kota Wilayah.

kualitas bangunan.

Telkom, PLN, Bangunan fasilitas


Pembangunan fasilitas
Pertamina, yang aman terhadap
3 umum dengan standard letusan
PAM, Pemda Prov,
kualitas yang tinggi. Gunung Api.
Kab/Kota

Bangunan penahan
Memastikan kekuatan lahar SABO, Bunker.
Dep. PU, Pemda Prov,
4 bangunan-bangunan vital Terowongan Air untuk
Kab/Kota
yang telah ada. mengurangi volume air
di kawah.

Rencanakan DDN, Dep. PU, Dep. Peringatan dini dan

5 penempatan pemukiman Sos, Pemda Prov, status aktivitas gunung

untuk mengurangi tingkat Kab/Kota api. Data kejadian

42
kepadatan hunian di letusan Gunung Api.

daerah rawan bencana

Teknologi terapan yang

Penerapan zonasi Dep.ESDM, tepat dan berhasil guna

daerah rawan bencana Kementerian


untuk mencegah,
6
dan pengaturan Ristek, BPPT, LIPI,
mengurangi dampak

penggunaan lahan Pemda Prov, Kab/Kota


bencana letusan
Gunung Api.

Membangun rumah Peta Rawan Kebakaran


Dep PU, Dep. Sos,
7 dengan konstruksi yang Pemukiman, Peta
Pemda Prov, Kab/Kota
aman terhadap gempa bumi Risiko Bencana.

DDN, Dep ESDM, Rencana dan bangunan

Kewaspadaan terhadap Kementrian Ristek, fasilitasi yang aman


8
resiko gempa bumi BPPT, LIPI, Pemda terhadap Kebakaran

Prov, Kab/Kota Pemukiman.

43
DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2006
Tentang Pedoman Umum Mitigasi Bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Pasal 1 Ayat 6. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Arief Mustofa. 2010. Jurnal : Gempa Bumi, Tsunami dan Mitigasinya Vol. 7
No. 1. Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung – LIPI :
Kebumen
Gunawan I dan Subarjo, 2005. Pengantar Seismologi. Badan Meteorologi dan
Geofisika: Jakarta
Permendagri No. 33 Tahun 2006 Tanggal 18 Oktober 2006 , Pedoman Umum
Mitigasi Bencana, Menteri Dalam Negeri
Yayasan IDEP 2007. Tanah Longsor! Cerita Tentang Peran Masyarakat Desa
dalam Menghadapi Tanah Longsor. Yayasan IDEP: Bali
Aditya Pandu Wicaksono. 2016. Jurnal : Studi Kelayakan Rencana Jalur
Evakuasi dan Logistik Bencana Poros Kerinci-Bungo, Provinsi Jambi Vol. 8
No. 1. Pusat Studi Bencana UPN: Jogjakarta
Arief Mustofa. 2010. Jurnal : Gempa Bumi, Tsunami dan Mitigasinya Vol. 7
No. 1. Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung – LIPI :
Kebumen
Gunawan I dan Subarjo, 2005. Pengantar Seismologi. Badan Meteorologi dan
Geofisika: Jakarta.
Permendagri No. 33 Tahun 2006 Tanggal 18 Oktober 2006 , Pedoman Umum
Mitigasi Bencana, Menteri Dalam Negeri
Yayasan IDEP 2007. Tanah Longsor! Cerita Tentang Peran Masyarakat Desa
dalam Menghadapi Tanah Longsor. Yayasan IDEP: Bali
Aditya Pandu Wicaksono. 2016. Jurnal : Studi Kelayakan Rencana Jalur
Evakuasi dan Logistik Bencana Poros Kerinci-Bungo, Provinsi Jambi Vol. 8
No. 1. Pusat Studi Bencana UPN: Jogjakarta

44
LAMPIRAN

SKENARIO KASUS I

Ns. Budi bekerja di Puskesmas Sehat Sejahtera. Wilayah tempat Ns. Budi
bekerja merupakan wilayah yang cukup sering terjadi gempa bumi. Gempa bumi
dengan skala yang cukup besar pernah terjadi 1,5 tahun yang lalu di wilayah
tersebut. Dua bulan yang lalu telah dilakukan pengkajian resiko bencana di wilayah
tersebut. Menindaklanjuti hasil pengkajian tersebut Ns Budi mendapatkan instruksi
dari pimpinannya untuk memberikan penyuluhan dan simulasi mengenai mitigasi
dan kesiapsiagaan bencana kepada masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan
di wilayah tersebut.
Step 1
1. Simulasi : metode latihan yang memperagakan seperti aslinya
2. Mutasi :serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
3. Kesiapsiagaan :

Step II
1. Bagaimana pengkajian resiko bencana yang di maksud dalam kasus?
2. Persiapan sebelum terjadinya bencana?
3. Kriteria daerah yang rentan terkena bencana?
4. Apa hasil yang perlu di capai dengan adanya penyuluhan terkait bencana?
5. Evaluasi mandiri seperti apa yang dapat di lakukan saat sebelum, saat, dan
sesudah bencana?
6. Kebutuhan apa saja yang diperlukan saat terjadi bencana?
7. Peran perawat dalam menangani dampak psikologis dari bencana terhadap
anak, dewasa dan lansia?
8. Bagaimana menentukan jalur evakuasi/titi kumpul saat terjadi bencana?

Step III
1. LO
2. Persiapan sebelum terjadi bencana?
3. Kriteria daerah yang rentan terkena bencana?
Jawaban:
a. Kawasan rawan letusan gunung berapi, seperti daerah yang terdapat
gunung berapi yang masih aktif, misalnya daerah padang.

45
b. Kawasan rawan gempa bumi, dikarenakan pergeseran lempeng
tektonik. Gempa tektonik banyak terjadi di daerah subduksi atau
patahan seperti daerah lombok
c. Kawasan rawan tsunami, tsunami dipicu dari adanya gempa runtuhan
di dasar laut atau erupsi gunung api di laut. Luas berpotensi terkena
tsunami seperti pantai barat sumatra.
4. Apa hasil yang perlu di capai dengan adanya penyuluhan terkait bencana?
Jawaban:
a. Mengurangi risiko/dampak kematian yang ditimbulkan oleh bencana
b. Masyarakat mampu menghadapi bencana
c. Masyarakat mampu mengenal tanda-tanda bencana
5. Evaluasi mandiri seperti apa yang dapat di lakukan saat sebelum, saat, dan
sesudah bencana?
Jawaban:
Sebelum terjadi gempa
a. Mengenali apa itu gempa bumi; pastikan bahwa struktur dan letak
rumah dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh gempa bumi (
longsor).
b. Kenali lingkungan tempat bekerja, perhatikan letak pintu, lift serta
tangga darurat, apabila terjadi gempa bumi. Sudah mengetahui tempat
paling aman untuk berlindung; belajar melakukan P3K dan catat nomor
telepon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi gempa bumi.
c. Atur benda yang berat sedapat mungkin berada di bawah, cekkestabilan
benda yang tergantung yang dapat jatuh pada saat gempa bumi terjadi.

Saat terjadi gempa bumi


a. Jika berada di dalam bangunan
Lingdungi badan dan kepala dari reruntuhan bangunan dengan
bersembunyi di bawah meja, cari tempat yang paling aman dari
reruntuhan dan guncanagan dan lari keluar apabila masih dapat di
lakukan.
b. Jika berada di luar bangunan atau area terbuka
Menghindari dari bangunan yang ada disekitar seperti gedung, tiang
listrik, pohon dan lainnya. Perhatikan tempat berpijak, hindari apabila
terjadi rekahan tanah.
c. Jika sedang mengendari mobil
Keluar, turun dan menjauh dari mobil hindari jika terjadi pergeseran
atau kebakaran. Lakukan poin B
d. Jika tinggal atau berada di pantai
Jauhi pantai untuk menghindari tsunami
e. Jika tinggaldi daerah pegunungan

46
Hindari daerah yang mungkin terjadi longsor
Setelah terjadi gempa
a. Jika berada di dalam banguanan, keluar dari bangunan tersebut, jangan
menggunakan lift, gunakan tangga biasa, periksa apa ada yang terluka,
lakukan P3K; telepon atau minta pertolongan apabila terjadi luka parah
pada anda atau sekitar anda.
b. Periksa lingkungan, periksa apabila terjadi kebakaran, kebocoran gas,
hubungan arus listrik pendek, periksa apabila ada hal – hal yang
membahayakan
c. Jangan memasukibangunan yang sudahterkena gempa, karena
kemungkinan masih terdapat reruntuhan.
d. Mendengarkan informasi
Dengar informasi mengenai gempa bumi ( apabila terjadi gempa
susulan)
Jangan mudan terpancing isu atau berita yang tidak jelas
e. Mengisi angket yang diberikan oleh instansi terkait untuk mengetahui
seberapa besar kerusakan yang terjadi.
f. Jangan panik dan jangan lupa selalu berdoa.

6. Kebutuhan apa saja yang diperlukan saat terjadi bencana?


Jawaban :
Kebutuhan sandang, pangan seperti, tempat tinggal yang cukup layak,
makanan, pakaian, obat-obatan dan tenaga kesehatan
7. Peran perawat dalam menangani dampak psikologis dari bencana terhadap
anak, dewasa dan lansia?
Jawaban :
Anak-anak
Hal utama yang perlu dilakukan adalah melakukan pendekatan pada anak
dan bersikap tenang saat bersama dengan anak-anak, karena reaksi orang
dewasa akan mempengaruhi reaksi anak. Mulailah membuat kegiatan yang
teratur dan rutin bagi anak. Kegiatan yang teratur adalah salah satu
kebutuhan psikososial utama bagi anak-anak. Anak-anak akan merasa aman
jika segera melakukan aktivitas yang sama/mirip dengn aktivitas rutin yang
dilakukan sebelum bencana. Oleh karena itu penting sekali, untuk segera
menyelenggarakan sekolah darurat, mencari tempat yang aman bagi anak-
anak untuk bermain di sore hari.
Dukungan psikososial diberikan dalam beberapa bentuk, seperti Mengajak
anak-anak melakukan kegiatan-kegiatan atraktif, bermain, bernyanyi dan
perlombaan-perlombaan sederhana untuk memotivasi semangat dan
menyalurkan emosi anak. Pemulihan aktifitas pendidikan melalui

47
pembelajaran transisi di tenda atau sekolah darurat. Dapat didukung dengan
kegiatan menggambar, menulis cerpen tentang pengalaman sehari-hari atau
pengalaman saat peristiwa bencana terjadi atau impian masa depan.
Menggali potensi, bakat dan minat anak dibidang seni, olah raga dan
permainan-mainan tradisional lokal. Juga konseling personal untuk
kelompok anak yang mengalami stress akut (teridentifikasi mengalami
trauma).
Remaja
1. lakukan pendekatan
2. Melakukan aktifitas sosial
3. Melakukan aktifitas olahraga
4. Melakukan aktifitas kesenian seperti menari, menyanyi, main musik,
drama, melukis, dan lain-lain
5. Menulis
Orang Dewasa
1. lakukan pendekatan
2. Ajak untuk perbanyak melakukan kegiatan agama
3. Temani mereka
4. Ajak bicara tentang apa saja sehingga ia tidak merasa sendiri
5. Menjadi pendengar yang baik terutama saat ia menceritakan
perasaannya tentang
bencana yang menimpa
6. Dorong korban untuk banyak beristirahat dan makan yang cukup
7. Ajak korban melakukan aktifitas yang positif
8. Ajak korban untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari
9. Ajak bercanda dengan menggunakan humor ringan
10. Ajak berbincang-bincang tentang kondisi saat ini diluar
11. Membantu menemukan sanak saudara yang masih terpisah
12. Memberikan informasi yang dibutuhkan sehingga menimbulkan
harapan

Lansia
1. Berikan keyakinan yang positif
2. Dampingi pemulihan fisiknya dengan melakukan kunjungan berkala
3. Berikan perhatian yang khusus untuk mendapatkan kenyamanan pada
lokasi
penampungan
4. Bantu untuk membangun kembali kontak dengan keluarga maupun
lingkungan sosial lainnya
8. Bagaimana menentukan jalur evakuasi/titi kumpul saat terjadi bencana?
Jawaban:
Jangan berlari bila sedang terjadi gempa, menunduklah di bawah meja untuk
mencari aman, dan lari lah ke tempat yang aman, misalnya tempat yang
tidak terdapat bagunan dan pohon, jangan pergi ke tempat yang rawan
longsor.

48
Step IV
Gempa bumi dengan skala besar
Pada 1,5 tahun yang lalu

Pengkajian resiko gempa

Jenis ancaman jumlah kerugian


kapasitas
terhadap bencana penduduk yang
yang dimiliki
terpapar
mengurangi
res
iko
be
ncana

penyuluhan dan simulasi


mitigasi dan kesiapsiagaan bencana

49
Step V
1. Apa saja yang perlu di kaji akibat dari gempa bumi?
Jawaban :
a. Indeks ancaman bencana
Indeks ini di susun berdasarkan data dancatatan sejarah kejadian
yang pernah terjadi pada suatu daerah.
b. Indeks penduduk terpapar
Penentuannya dari komponen sosial budaya di kawasan yang di
perkirakan terjadi bencana
c. Indeks kerugian
Kerusakan fisik dan kerugian materi / ekonomi akibat bencana
d. Indeks kapasitas
Untuk mendapatkan indeks ini di perlukan survey langsung pada
beberapa pihak terkait dengan kuisioner/pertanyaan yang telah di
tentukanoleh BNPB tersebut.

50

Anda mungkin juga menyukai