Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan laporan proyek yang
berjudul “Analisis Vegetasi Metode Kuadrat Keanekaragaman Tumbuhan Di
Taman Nasional Bali Barat 2017”. dengan baik dan tepat waktu. Laporan praktikum
ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Ekologi.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pembimbing


kami, Bapak Dr. Hadi Suwono, M.Pd dan Dr. Vivi Novianti, M.Pd serta Kakak
Asisten Dosen kami yang telah membimbing, serta kepada seluruh teman
seperjuangan Pendidikan Biologi Offering A angkatan 2016 yang ikut memberi
saran maupun masukan dalam penyempurnaan laporan praktikum ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi isi, susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat memperbaiki laporan
praktikum ini menjadi lebih baik. Akhir kata, kami berharap semoga laporan proyek
ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Malang, 26 April 2018

Kelompok 20

1
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .....................................................................................

Kata Pengantar ........................................................................................ 1


Daftar Isi.................................................................................................. 2
Daftar Gambar ......................................................................................... 3
Daftar Tabel ............................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 4

1.2 Tujuan ............................................................................................... 5

1.3 Manfaat ............................................................................................. 5

1.4 Definisi Operasional.......................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 TNBB ................................................................................................ 7

2.2 Analisis Vegetasi ............................................................................... 8

2.3 Metode Kuadrat ................................................................................. 8

2.4 Sistem Analisis dengan Metode Kuadrat .......................................... 10

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................ 12

3.2 Alat dan Bahan .................................................................................. 12

3.3 Cara Kerja ......................................................................................... 12

3.4 Metode Analisis ................................................................................ 13

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA

4.1 Data Pengamatan ............................................................................... 14

4.2 Analisis Data ..................................................................................... 15

2
BAB V PEMBAHASAN

Pembahasan ............................................................................................. 19

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 21

6.2 Saran .................................................................................................. 21

Daftar Pustaka ......................................................................................... 22

Lampiran ................................................................................................. 23

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Lokasi menuju TNBB ................................................. 8

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Data Pengamatan Vegetasi Tanaman Herba ......................... 14

Tabel 4.2. Data faktor abiotik ................................................................. 14

Tabel 4.3. Perhitungan Kerapatan Relatif Vegetasi Tanaman Herba ..... 15

Tabel 4.4. Perhitungan Frekuensi Relatif Vegetasi Tanaman Herba ...... 16

Tabel 4.5. Perhitungan Dominansi Relatif Vegetasi Tanaman Herba .... 16

Tabel 4.6. Perhitungan INP Vegetasi Tanaman Herba ........................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Taman Nasional Bali Barat terletak di bagian barat dari
pulau Bali di Indonesia. Taman nasional ini mempunyai luas 77,000 hektar,
yang kira-kira meliputi 10% dari luas daratan pulau Bali. Taman Nasional Bali
Barat terdiri dari berbagai habitat hutan dan sabana. Di tengah-tengah taman
ini didominasi oleh sisa-sisa empat gunung berapi dari zaman Pleistocene,
dengan gunung Patas sebagai titik tertinggi di tempat ini.
Sekitar 160 spesies hewan dan tumbuhan dilindungi di taman nasional ini.
Hewan-hewan seperti Banteng, Rusa, lutung, kalong dan aneka burung.
Taman Nasional Bali Barat merupakan tempat terakhir untuk menemukan satu-
satunya endemik Bali yang hampir punah, Jalak Bali di habitat aslinya
(Arinasah, 2010). Keanekaragaman hayati di Taman Nasional Bali Barat
meliputi berbagai type ekosistem antara lain hutan mangrove, hutan pantai,
hutan musim, hutan hujan dataran rendah, evergreen forest dan savannah.
Secara taksonomi karagaman daerah tersebut cukup tinggi, mengingat kawasan
tersebut tergolong kering dengan curah hujan rendah dan bulan hujan yang
pendek (Oldemann 1980).
Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik
yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar
dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi
oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi
yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan
pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami
perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Sundarapandian dan
Swamy, 2000).
Kehadiran vegetasi pada suatu landskap akan memberikan dampak positif
bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Pada praktikum kali
ini dilakukan analisis vegetasi untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan di
Taman Nasional Bali Barat. Metode yang digunakan yaitu metode kuadrat.

4
Metode kuadrat adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak
contoh (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang
berbentuk herba contohnya dalam vegetasi hutan. Metode kuadrat digunakan
karena tergolong mudah dan lebih cepat dalam mengetahui komposisi
tumbuhan terutama herba pada suatu vegetasi hutan (Martono, 2012). Untuk
analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap
variabel-variabel kerapatan, frekuensi dan dominansi. Dari penjelasan di atas,
penulis ingin mengetahui keanekaragaman tumbuhan herba di Hutan
Perbatasan Jembrana-Buleleng Taman Nasional Bali Barat (TNBB) dengan
metode Kuadrat.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari analisis vegetasi ini sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui jenis tumbuhan di Hutan Perbatasan Jembrana-Buleleng
Taman Nasional Bali Barat (TNBB) dengan metode Kuadrat.
2. Untuk mengetahui Indeks Nilai Penting setiap jenis tumbuhan herba pada
suatu vegetasi dengan menggunakan metode kuadrat di kawasan Taman
Nasional Bali Barat khususnya transek 20
3. Untuk mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap keanekaragaman
tumbuhan herba yang berada di kawasan Taman Nasional Bali Barat
khususnya transek 20.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari analisis vegetasi ini sebagai berikut.
1. Kegunaan Teoritis
Analisis vegetasi dengan metode kuadrat ini diharapkan dapat berguna
dalam menentukan keanekaragaman tumbuahn herba yang ada di Hutan
Perbatasan Jembrana-Buleleng Taman Nasional Bali Barat (TNBB) dan
hubungannya dengan faktor-faktor abiotik.
2. Kegunaan Praktis
Bagi pembaca, analisis vegetasi diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai pengaruh faktor abiotik terhadap keanekaragaman tumbuhan

5
herba serta jenis-jenis tumbuhan lain yang ada di Hutan Perbatasan
Jembrana-Buleleng Taman Nasional Bali Barat (TNBB).

1.4 Definisi Operasional


Adapun definisi operasional dari analisis vegetasi ini adalah sebagai berikut.
1. Vegetasi
Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik
yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak
belukar dan lain-lain. Terdapat sistem hidup yang dinamis karena pada
vegetasi tersebut terdapat interaksi antar spesies yang erat. Vegetasi dapat
dianalisis dengan berbagai metode antara lain Kuadrat, PCQ, Non-Flor.
2. Analisis Vegetasi Metode Kuadrat
Analisis vegetasi metode Kuadrat merupakan salah satu metode analisis
berdasarkan suatu luasan petak contoh. Luasnya bervariasi berdasarkan
bentuk dan luas vegetasi. Metode ini berguna untuk menganalisis vegetasi
khususnya tumbuhan herba.
3. Indeks Nilai Penting
Indeks Nilai Penting (INP) adalah nilai yanyg menunjukkan kepentingan
suatu jenis tumbuhan pada suatu ekosistem. INP dapat didapatkan dengan
menjumlahkan nilai Kerapatan Relatif (Kr), Frekuensi Relatif (Fr) dan
Dominansi Relatif (Dr).
4. Faktor Abiotik
Faktor abiotik adalah aspek-aspek eksternal yang mempengaruhi
keberadaan suatu vegetasi. Faktor abiotik menentukan jenis vegetasi yang
mendiami suatu ekosistem. Faktor abiotik meliputi perhitungan pH tanah,
suhu tanah, intensitas cahaya, dan kelembapan tanah.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Taman Nasional Bali Barat


Taman Nasional Bali Barat (TNBB) terletak di dua kabupaten, yaitu
Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Secara
geografis, taman nasional ini terletak di antara 8◦05’20” - 8◦15’25” LS dan
114◦25’00” - 114◦56’30” BT (Arinasa, 2010). Schmidt dan Ferguson dalam
Untara (2009) menyatakan bahwa kawasan Taman Nasional Bali Barat
termasuk dalam tipe iklim dengan klasifikasi E. Tipe iklim ini adalah iklim
kering yang mempunyai curah hujan rata-rata 972 mm/tahun. Taman
nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli,
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk kepentingan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, serta menunjang budidaya,
pariwisata dan rekreasi (Arinasa, 2010).
TNBB merupakan kawasan pelestarian alam yang memiliki fungsi utama
sebagai perlindungan terakhir bagi populasi burung jalak Bali (Leucopsar
rothschildi) di alam liar. Selain fungsi tersebut, TNBB juga memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi berupa flora dan fauna yang merupakan
sumber plasma nutfah yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya, dan
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan,
pendidikan, penelitian dan wisata alam (Arinasa, 2012). Kawasan TNBB
dibagi menjadi dua tipe ekosistem, yakni ekosistem darat dan ekosistem laut.
Tipe ekosistem darat meliputi ekosistem hutan mangrove, hutan pantai, hutan
musim, hingga hutan hujan dataran rendah, sedangkan tipe ekosistem laut
meliputi ekosistem terumbu karang (coral reef), padang lamun, dan perairan
laut dalam.
Tipe vegetasi adalah Hutan mangrove didominasi oleh tumbuhan Bakau
(Rhizophora sp), Savana lontar didominasi oleh tumbuhan lontar (Borassus
flabelier), hutan Hujan, hutan musim yang didominasi oleh tumbuhan Pilang
(Acasia Leucophloea). Berdasarkan Schmidt dan Ferguson, kawasan TNBB
termasuk tipe klasifikasi D, E, C dengan curah hujan rata-rata D : 1.064 mm

7
/ tahun, E : 972 mm / tahun, dan C : 1.559 mm/ tahun. Temperatur udara rata-
rata 33o C dengan jumlah bulan hujan dalam satu tahun rata-rata adalah 3
bulan. Pada beberapa lokasi, kelembaban udara di dalam hutan sekitar 86 %
(Bagus et al., 2012)

Gambar 2.1 Peta Lokasi Taman Nasional Bali Barat

2.2 Vegetasi
Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang
menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan
tundra merupakan contoh-contoh vegetasi. Analisis vegetasi adalah cara
mempelajari susunan komposisi spesies dan bentuk struktur vegetasi atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi hutan satuan yang diamati
adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit (Syafei, 1990).
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu,
serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua
komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau
komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang
menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan
lain-lain (Syafei, 1990).

8
Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh
komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi
yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan
pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami
perubahan signifikan karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984).
Kehadiran vegetasi pada suatu landskap akan memberikan dampak positif
bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum
peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan
keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat
fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain.
Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan
dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan
komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu.
2.3 Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan
atau komposisi jenis dari struktur vegetasi. Satuan vegetasi yang dipelajari
atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkrit
dari semua spesies tumbuhan yang menempati suatu habitat. Ilmu vegetasi
telah berkembang sehingga terdapat berbagai metode untuk menganalisis
suatu vegetasi (Surasana, 1990).
Salah satu analisis vegetasi yaitu dengan metode kuadrat. Metode kuadrat
yaitu salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh (plotless).
Luasanya dapat bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan
dahulu luas minimumnya. Salah satu fungsi dari analisis vegetasi metode
kuadrat adalah menganalisis tumbuhan bawah. Untuk analisis yang
menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel – variabel
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan
nilai relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif,
kerimbunan, dan frekuensi relatif). Kerapatan Kerapatan adalah jumlah
individu suatu spesies tumbuhan dalam suatu luasan tertentu, misalnya 100
individu/ha. Frekuensi merupakan ukuran dari regularitas terdapatnya suatu

9
spesies frekuensi memberikan gambaran bagaimana pola penyebaran suatu
spesies, apakah menyebar keseluruh kawasan atau kelompok. Hal ini
menunjukkan daya penyebaran dan adaptasinya terhadap lingkungan.
Dominansi atau luas penutupan adalah proporsi antara luas tempat yang
ditutupi oleh spesies tumbuhan dengan luas total habitat. Dominansi dapat
dinyatakan dengan menggunakan luas penutupan tajuk ataupun luas bidang
dasar (Amliana, 2016).

2.4 Tumbuhan Bawah


Tumbuhan bawah adalah semua tumbuhan yang hidup di lantai bawah
kecuali regenerasi pohon (anakan dan pancang). Beberapa tumbuhan bawah
diantaranya (1) Keluarga Palma, jika tingkatan pohon dewasanya lebih tinggi
dari 1,5 m; (2) Pandan, tidak ada kategori untuk jenis tumbuhan bawah ini;
(3) Paku-pakuan dan (4) semak atau herba lainnya (Marpaung, 2006).
Aththorick (2005) menjelaskan bahwa tumbuhan bawah adalah komunitas
tanaman yang menyusun stratifikasi bawah dekan permukaan tanah.
Tumbuhan ini umumnya berupa rumput, herba, semak, atau perdu rendah.
Tumbuhan bawah merupakan salah satu vegetasi penutup tanah yang
menjadi salah satu komunitas anggota ekosistem dan memiliki sifat
melindungi tanah dari pukulan-pukulan keras butir-butir hujan ke
permukaan, selain itu dapat memperbaiki susunan atau struktur tanah dengan
bantuan akar-akarnya. Adanya curah hujan tinggi, lamanya hujan dan
banyaknya hujan dapat dihambat oleh vegetasi (Santoso, 1994).
2.5 Faktor Abiotik
Faktor-faktor abiotik yang mempengaruhi tumbuhan diantaranya adalah
cahaya, derajat keasaman (pH) tanah, suhu atau temperatur kelembaban tanah
dan curah hujan. Tumbuhan memerlukan suhu 15–25°C untuk tumbuh optimal,
apabila suhu terlalu tinggi atau rendah akan menyebabkan tumbuhan tersebut
mati (Arief, 1994). Menurut Hakim et al. (1986), semakin tingginya pH tanah
maka keragaman jenisnya akan semakin rendah yang disebabkan karena
semakin tingginya pH ketersediaan asam– asam tertentu akan semakin
berkurang.

10
BAB III
METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu pelaksanaan analisis vegetasi adalah pada Jumat, 30 Maret 2018
sampai Minggu, 1 April 2018. Tempat dilakukannya analisis vegetasi adalah di
Hutan Perbatasan Jembrana-Buleleng Taman Nasional Bali Barat (West Bali
National Park) yaitu berada pada 2 kabupaten, yaitu Kabupaten Jembrana dan
Kabupaten Buleleng (Gambar 3.1.1).

Gambar 3.1.1. Pembagian Transek pada Hutan Perbatasan Jembrana-


Buleleng Taman Nasional Bali Barat
(Sumber: Panduan Praktikum).

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah sebagai berikut.
Alat : Bahan :
- Meteran - Tali rafia
- kuadrat - Plastik
- Soil analizer

11
3.3 Prosedur Kerja

Dibuat transek berukuran 10 m x 10 m.

Dibuat plot dengan menggunakan transek sehingga diperoleh 4 kuadran dengan


masing-masing kuadran berukuran 5m x 5m.

Dibuat petak kuadran pada kuadran I.

Dilakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan


frekuensi terhadap tanaman herba yang terdapat pada petak kuadran.

3.4 Analisis Data


Metode analisis yang digunakan adalah sebagai berikut.
Variabel yang diperlukan untuk menggambarkan struktur dan komunitas dari vegetasi
adalah :
∑ individu spesies 𝑖
Kerapatan mutlak = jumlah plot

total dominasi spesies 𝑖


Dominasi mutlak = ∑ total dominasi seluruh spesies

jumlah plot yang memuat spesies


Frekuensi mutlak = jumlah plot

kerapatan mutlak spesies 𝑖


Kerapatan relatif = x100%
total kerapatan mutlak

dominasi mutlak spesies 𝑖


Dominasi mutlak = x100%
total dominasi mutlak

frekuensi mutlak spesies 𝑖


Frekuensi relatif = x 100 %
total seluruh frekuensi mutlak

INP = Kerapatan relatif + kerimbunan relatif + frekuensi relatif.

12
BAB IV

DATA DAN ANALISIS DATA

Tabel 1. Data Pengamatan Vegetasi Tanaman Herba

Jumlah Plot yang


No Nama Spesies Jumlah Individu
Terdapat Spesies

1. Phylantus sp sp 19 5

2. Dryscosmis sp 1 1

3. Lestantus sp 14 5

Conatus sp 1 1
4.

5. Askleb sp 3 2

6. Combretum sp 3 2

Gemilia asiatika 6 3
7.

8. Sterblus aspes 1 1

9. Vagara sp 5 1

Obliminus complitus 3 1
10.

11. Derengia amarantudia 1 1

12. Aglalia sp 4 3

Aglalia lawi'i 1 1
13.

13
1. Kerapatan
∑individu
Kerapatan Mutlak (Km) : ∑ luas area
Km jenis
Kerapatan Relatif (Kr): x 100 %
∑Km

Tabel 2. Perhitungan Kerapatan Mutlak dan Relatif Vegetasi Herba

Jumlah Jumlah
No Nama Spesies Km Kr (%)
Individu Plot

1 Phylantus sp sp 19 5 0.70 30.43

2 Dryscosmis sp 1 1 0.04 1.74

3 Lestantus sp 14 5 0.52 22.61

4 Conatus sp 1 1 0.04 1.74

5 Askleb sp 3 2 0.11 4.78

6 Combretum sp 3 2 0.11 4.78

7 Gemilia asiatika 6 3 0.22 9.56

8 Sterblus aspes 1 1 0.04 1.74

9 Vagara sp 5 1 0.18 7.83

10 Obliminus complitus 3 1 0.11 4.78

11 Derengia amarantudia 1 1 0.04 1.74

12 Aglalia sp 4 3 0.15 6.52

13 Aglalia lawi'i 1 1 0.04 1.74

14
2. Frekuensi
∑satuan petak (plot)
Frekuensi Mutlak (Fm): ∑banyak plot
Fm jenis
Frekuensi Relatif (Fr) : ∑Fm total x 100 %

Tabel 3. Perhitungan Frekuensi Mutlak dan Relatif Vegetasi Herba

Jumlah Jumlah
No Nama Spesies Fm Fr (%)
Individu Plot

1 Phylantus sp sp 19 5 0.357 18.69

2 Dryscosmis sp 1 1 0.071 3.72

3 Lestantus sp 14 5 0.357 18.69

4 Conatus sp 1 1 0.071 3.72

5 Askleb sp 3 2 0.14 7.33

6 Combretum sp 3 2 0.14 7.33

7 Gemilia asiatika 6 3 0.21 10.89

8 Sterblus aspes 1 1 0.071 3.72

9 Vagara sp 5 1 0.071 3.72

10 Obliminus complitus 3 1 0.071 3.72

11 Derengia amarantudia 1 1 0.071 3.72

12 Aglalia sp 4 3 0.21 10.99

13 Aglalia lawi'i 1 1 0.071 3.72

15
3. Dominansi
∑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Dominansi Mutlak (Dm) : ∑𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
𝐷𝑚 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
Dominansi Relatif (Dr) : 𝐷𝑚 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 x 100 %

Tabel 4. Perhitungan Dominansi Mutlak dan Relatif Vegetasi Herba

Jumlah Jumlah
No Nama Spesies Dm Dr (%)
Individu Plot

1 Phylantus sp 19 5 1.15 30.91

2 Dryscosmis sp 1 1 0.06 1.61

3 Lestantus sp 14 5 0.83 22.31

4 Conatus sp 1 1 0.06 1.61

5 Askleb sp 3 2 0.18 4.84

6 Combretum sp 3 2 0.18 4.84

7 Gemilia asiatika 6 3 0.36 9.68

8 Sterblus aspes 1 1 0.06 1.61

9 Vagara sp 5 1 0.30 8.06

10 Obliminus complitus 3 1 0.18 4.84

11 Derengia amarantudia 1 1 0.06 1.61

12 Aglalia sp 4 3 0.24 6.45

13 Aglalia lawi'i 1 1 0.06 1.61

16
4. Indeks Nilai Penting
INP = KR (%) +DR (%) +FR (%)
Tabel 5. Perhitungan INP Vegetasi Tanaman Herba

Jumlah Jumlah Kr Fr Dr INP Rank


No Nama Spesies
Individu Plot (%) (%) (%)

30.91 80.03 1
1 Phylantus sp 19 5 30.43 18.69

1.61 7.07 8
2 Dryscosmis sp 1 1 1.74 3.72

22.31 63.61 2
3 Lestantus sp 14 5 22.61 18.69

1.61 7.07 8
4 Conatus sp 1 1 1.74 3.72

4.84 16.95 6
5 Askleb sp 3 2 4.78 7.33

4.84 16.95 6
6 Combretum sp 3 2 4.78 7.33

9.68 30.23 3
7 Gemilia asiatika 6 3 9.56 10.89

1.61 7.07 8
8 Sterblus aspes 1 1 1.74 3.72

8.06 19.61 5
9 Vagara sp 5 1 7.83 3.72

Obliminus 4.84 13.34 7


10 3 1 4.78 3.72
complitus

Derengia 1.61 7.07 8


11 1 1 1.74 3.72
amarantudia

6.45 23.96 4
12 Aglalia sp 4 3 6.52 10.99

1.61 7.07 8
13 Aglalia lawi'i 1 1 1.74 3.72

17
5. Faktor Abiotik
Tabel 6. Faktor Abiotik Analisis Vegetasi Tumbuhan Rendah

Kelembapan Tanah Intensitas Cahaya


Nomor Plot pH tanah (lux)
(%)

1 45 7 123.2

2 45 7 943

3 0 7 254

4 0 7 1749

5 15 7 1139

6 0 7 484

7 40 7 422

8 0 6.9 354

9 0 7 509

10 0 7 1139

11 15 6.9 622

12 10 6.9 365

13 0 6.8 777

14 15 7 247

18
Analisis Data

Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu luasan
petak contoh. Luasnya dapat bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan
dahulu luas minimumnya. Pada penerapan analisis vegetasi metode kuadrat yang
dilaksanakan di TNBB menggunakan luas petak 5 x 5 meter. Untuk analisis yang
menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan,
frekuensi dan dominansi. Dari data diatas dapat diketahui keanekaragaman dari tanaman
herba di Taman Nasional Bali Barat khusus pada transek 20.

Dari data tersebut yang diambil dari 14 plot memperoleh nilai INP (Indeks Nilai
Penting) yang berasal dari penjumlahan kerapatan, frekuensi dan dominansi relatif yaitu
80.03 yang dimiliki oleh tanaman Canosus sp. Nilai INP tersebut merupakan nilai tertinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa spesies tersebut mendominasi diantara vegetasi herba yang
lain, hal tersebut dapat dikarenakan faktor abiotiknya yang mempengaruhi daya adaptasi
suatu spesies pada lingkungannya.

19
BAB V
PEMBAHASAN
Pada kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang dilaksanakan di Taman Nasional
Bali Barat, dilakukan analisis vegetasi dengan berbagai macam metode. Salah satunya
dengan metode kuadrat. Metode kuadrat yaitu salah satu metode yang tidak menggunakan
petak contoh (plotless). Luasanya dapat bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau
ditentukan dahulu luas minimumnya. Salah satu fungsi dari analisis vegetasi metode
kuadrat adalah menganalisis tumbuhan bawah. Untuk analisis yang menggunakan metode
ini dilakukan perhitungan terhadap variabel – variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi (Surasana, 1990). Pada praktikum ini digunakan kuadrat dengan luas 5x5 meter
yang khusus mengidentifikasi tumbuhan bawah.
Tumbuhan bawah adalah semua tumbuhan yang hidup di lantai bawah kecuali
regenerasi pohon (anakan dan pancang) (Marpaung, 2006). Aththorick (2005)
menjelaskan bahwa tumbuhan bawah adalah komunitas tanaman yang menyusun
stratifikasi bawah dekat permukaan tanah. Tumbuhan ini umumnya berupa rumput,
herba, semak, atau perdu rendah. Pada analisis vegetasi metode kuadrat ini terdapat 14
spesies tumbuhan bawah dengan nilai INP masing-masing.
Ewusia (1990) menjelaskan fungsi dari tumbuhan bawah yaitu sebagai penutup tanah
yang menjaga kelembapan sehingga proses dekomposisi yang cepat dapat menyediakan
unsur hara untuk tanaman pokok, siklus hara dapat berlangsung sempurna, guguran yang
jatuh sebgaai serasah akan dikembalikan lagi ke pohon dalam bentuk unsur hara yang
diuraikan oleh bakteri dan mikroba. Secara taksonomi vegetasi bawah umumnya anggota
dari suku-suku Poaceae, Cyperacea, Araceae, Asteraceae, paku-pakuan dan lain-lain
(Kusmana, 1995).
Pada analisis vegetasi metode kuadrat dilakukan perhitungan terhadap kerapatan
relatif (Kr), Dominansi relatif (Dr), dan Frekuensi Relatif (Fr). Dari tabel data dapat
dilihat tumbuhan dengan kerapatan relative paling besar adalah Phylantus sp 30,43% dan
Lestantus sp dengan nilai 22,61%. Kerapatan merupakan jumlah individu suatu jenis
tumbuhan dalam suatu luasan tertentu.
Perhitungan juga dilakukan pada frekuensi masing-masing tumbuhan ditiap plot.
Berdasarkan data yang diperoleh terdapat 3 tumbuhan dengan nilai frekuensi relatif
tertinggi yaitu Phylantus sp 18,69%, Lestantus sp 18,69%, dan Aglaia sp 10,89%.
Frekuensi merupakan ukuran dari regularitas terdapatnya suatu spesies frekuensi

20
memberikan gambaran bagaimana pola penyebaran suatu spesies, apakah menyebar
keseluruh kawasan atau kelompok. Hal ini menunjukkan daya penyebaran dan adaptasinya
terhadap lingkungan (Amliana, 2016).
Selain kerapatan, dan frekuensi juga dilakukan perhitungan terhadap dominansi.
Berdasarkan data yang didapat dominansi relatif masing-masing spesies berbeda-beda,
terdapat 3 tumbuhan dengan nilai dominansi yang tinggi yaitu Phylantus sp 30,91%,
Lestantus sp 22,35% dan Gemilia asiatica 9,68%. Dominansi atau luas penutupan adalah
proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies tumbuhan dengan luas total habitat.
Dominansi dapat dinyatakan dengan menggunakan luas penutupan tajuk ataupun luas
bidang dasar (Amliana, 2016).
Setelah itu dilakukan perhitungan INP (Indeks Nilai Penting) dengan menjumlahkan
nilai Fr (Frekuensi relatif), Kr (Kerapatan relatif), dan Dr (Dominansi relatif). Berdasarkan
data, terdapat 5 tumbuhan dengan nilai INP yang tinggi yaitu Phylantus sp 80.03%,
Lestantus sp 63.61%, Gemilia asiatika 30.23%, Vagara sp 19.61%, dan Aglalia sp
23.96%. Nilai INP yang didapat berbeda-beda masing-masing tumbuhan. Tumbuhan yang
ditemukan pada transek ini sebagian besar dari suku Poaceae dan Araceae. Indeks Nilai
Penting (INP) merupakan salah suatu indeks yang dihitung berdasarkan jumlah yang
didapatkan untuk menentukan tingkat dominasi jenis dalam suatu komunitas tumbuhan.
Indeks Nilai Penting (INP) menunjukkan peranan jenis tersebut dalam suatu kawasan.
Jenis yang mempunyai INP paling besar berarti mempunyai peranan yang paling
penting di dalam kawasan tersebut. Jenis ini mempunyai pengaruh paling dominan
terhadap perubahan kondisi lingkungan maupun keberadaan jenis lainnya dalam kawasan
tersebut (Abdiyani, 2008). Menurut Sofyan (1991), jenis yang mempunyai indeks nilai
penting tertinggi diantara jenis yang lain disebut jenis yang dominan. Hal ini
mencerminkan tingginya kemampuan jenis tersebut dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang ada dan dapat bersaing terhadap jenis lainnya.
Tumbuhan bawah merupakan suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan
hutan kecuali anakan pohon. Tumbuhan bawah meliputi rumput–rumputan, herba, semak
belukar dan paku– pakuan (Yuniawati, 2013). Tumbuhan bawah dalam susunan stratifikasi
menempati lapisan D yang memiliki tinggi < 4,5 m dan diameter batangnya sekitar 2 cm
(Windusari et al., 2012). Jenis tumbuhan bawah bersifat annual, biennial, perennial serta
pola penyebarannya dapat terjadi secara acak, berumpun/berkelompok dan merata.
Nirwani (2010) melaporkan bahwa tumbuhan bawah yang ditemukan umumnya dari
anggota suku Poaceae, Cyperaceae, Araceae, Asteraceae, dan paku– pakuan.

21
Selain melakukan perhitungan terhadap vegetasinya juga dilakukan perhitungan
terhadap faktor abiotiknya, karena lingkungan juga berpengaruh terhadap penyebaran
vegetasi. Aspek-aspek yang diukur yaitu kelembapan, pH tanah, dan intesitas cahaya. Hasil
dari perhitungan faktor abiotik termasuk dalam kisaran normal. Suhu lingkungan
merupakan salah satu faktor penting karena mempunyai pengaruh terhadap proses
metabolisme dan susunan vegetasi tumbuhan bawah. Tumbuhan memerlukan suhu 15–
25°C untuk tumbuh optimal, apabila suhu terlalu tinggi atau rendah akan menyebabkan
tumbuhan tersebut mati (Arief, 1994).
Salah satu faktor penentu lainnya yaitu intensitas cahaya. Rata-rata intensitas cahaya
pada transek 20 yaitu 600-800 lux. Intensitas cahaya merupakan sumber energi dalam
proses fotosintesis untuk memproduksi tepung/karbohidrat dan oksigen. Intensitas cahaya
yang rendah akan mempengaruhi proses fotosintesis yang akan menyebabkan
produktivitasnya menjadi rendah (Nahdi & Darsikin, 2014). Kelembapan juga berpengaruh
tehadap persebaran vegetasi. Rata-rata kelembapan udara yang didapat pada transek 20
yaitu 45%. Kelembapan tersebut masih dalam kisaran normal, karena kelembaban yang
terlalu tinggi akan menghambat proses transpirasi pada tumbuhan yang berakibat
terhambatnya penyerapan air dan garam mineral dari dalam tanah oleh tumbuhan
(Sandoval, 2008).
pH juga berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetasi bawah. pH yang didapat pada
transek 20 termasuk dalam normal yaitu 7. Menurut Hakim et al. (1986), semakin tingginya
pH tanah maka keragaman jenisnya akan semakin rendah yang disebabkan karena semakin
tingginya pH ketersediaan asam– asam tertentu akan semakin berkurang.

22
Daftar Rujukan
Abdiyani S. 2008. Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah berkhasiat obat di Dataran Tinggi
Dieng. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 1 (5):79–92.

Amliana, R., Prasetyo, Y., Sukmono, A.. 2016 Analisis Perbandingan Nilai NDVI Landsat 7
dan Landsat 8 pada Kelas Tutupan Tajuk di Kota Semarang.

Arief A. 1994. Hutan alam dan pengaruh terhadap lingkungannya. Jakarta: Yayasan Obor.

Arinasa, IBK., Roemantyo & M. Ridwan. 2010. Eksplorasi Flora Taman Nasional Bali Barat:
Keanekeragaman Flora Kawasan Hutan Zona Pemanfaatan Labuan Lalang. Laporan
Perjalanan Eksplorasi Flora di Taman Nasionla Bali Barat. Proyek Dikti 2010 Laporan
perjalanan internal, tidak dipublikasikan.

Aththorick, T.A. 2005. Kemiripan Komunitas Tumbuhan Bawah Pada Beberapa Tipe
Ekosistem Perkebunan di Labuhan Batu. Jurnal Komunikasi Penelitian

Bagus, I., Arinasa, K., Balai, U., Tumbuhan, K., Eka, R., & Bali-Lipi, K. 2012.
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN MANGROVE DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT
Mangrove diversity at West Bali National Park. Buletin Kebun Raya,.

Ewusie JY. 1990. Ekologi tropika. Bandung: ITB.

Hakim N, Nyakpa MY, Nugroho SGB, Barley HH. 1986. Dasar dasar Ilmu Tanah. Lampung:
Universitas Lampung.

Kusmana, C., dan Susanti, S.. 2015. Komposisi dan Struktur Tegakan Hutan Alam di Hutan
Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Jurnal Online. Departemen Silvikultur, Fakultas
Kehutanan. Institut Petanian Bogor.

Martono, Nanang. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raya Grafindo Persada

Nahdi MS, Darsikin. 2014. Distribusi dan kemelimpahan jenis tumbuhan bawah pada naungan
Pinus mercusii, Acasia auriculiformis dan Eucalyptus alba di Hutan Gama Giri Mandiri
Yogyakarta. Jurnal Natur Indonesia.

Oldemann, LR. L. Irsal & Muladi. 1980. Agro-Climatic Map of Bali Nusa Tenggara Barat and
Nusatenggara Timur. Scale 1 : 2.250.000. Central Research Institute for Agriculture.
Bogor

Sandoval JR, Rodríguez PA. 2008. Department of Botany. USA: Smithsonian NMNH.

23
Sofyan MZ. 1991. Analisis vegetasi pohon di Hutan Saloguma [skripsi]. Padang: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetaguan Alam Universitas Andalas

Sundarapandian, SM. and P.S. Swamy. 2000. Forest ecosystem structure and composition
along an altitudinal gradient in the Western Ghats, South India. Journal of Tropical
Forest Science

Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.


Windusari Y. 2012. Dugaan cadangan karbon biomassa tumbuhan bawah dan serasah di
Kawasan Suksesi Alami pada area pengendapan Tailing PT. Freeport Indonesia. Sumatra
Selatan. Biospecies. 5(1): 22–28.

Yuniawati. 2013. Pengaruh pemanenan kayu terhadap potensi karbon tumbuhan bawah dan
serasah di lahan Gambut (Studi Kassus di Areal HTI Kayu Serat PT. RAPP Sektor
Pelalawan). Propinsi Riau. Hutan Tropis.

24
Lampiran

Aglaia sp
Aglaia lawi'i

Phylantus sp Gmelina asiatica

25

Anda mungkin juga menyukai