Kewajiban Pasien
1
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
GRAMEDIKA 10 TENTANG PEDOMAN HAK PASIEN
DAN KELUARGA.
KEDUA : Pedoman Hak Pasien Dan Keluarga sebagaimana
dimaksud diktum pertama dipergunakan menjadi acuan
dalam pelaksanaan pemenuhan hak pasien dan keluarga
selama dirawat di Rs bunda
KETIG : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Baradatu
Pada Tanggal :
DIREKTUR RS BUNDA
Pedoman Hak Pasien dan Keluarga ini diharapkan dapat menjadi acuan
untuk menjabarkan lebih lanjut proses pemberian perlindungan hak pasien dan
keluarga kedalam bentuk yang lebih rinci, seperti pembuatan panduan dan Standar
prosedur Operasional (SPO). Landasan utama dibuatnya Pedoman Hak Pasiendan
Keluarga ini adalah Undang – undang nomor 44 Tahun 2009 Pasal 32 yang menuat
18 hak pasien dan keluarga serta disesuaikan dengan sistem akreditasi Rumah Sakit
yang mengacu pada Joint Comission International (JCI).
Kami menyadari bahwa pedoman Hak Pasien dan Keluarga ini masih belum
sempurna dan kami mengharapkan adanya masukan bagi penyempurnaan di
kemudian hari. Tersusunnya Pedoman Hak Pasien dan Keluarga ini tidak lepas dari
adanya dukungan berbagai pihak. Untuk itu tim penyusun mengucapkan terima kasih
dan harapan agar Pedomah Hak Pasien dan Keluarga ini dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Baradatu,
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan amanat pasal 28 H ayat (1) Undang – undang dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak
memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam pasal 34 ayat (3) dinyatakan
negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitasn pelayanan umum yang layak.
1
Undang – undang no.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit khusus pasal 31 dan
32 tentang kewajiban dan hak pasien, yaitu :
2
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan Standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik, sesuai dengan ketentuan
perundang – undangan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari hak pasien dan keluarga di Rs Bunda adalah :
3
3. Hak memperoleh tanggapan atas keluhan
4. Hak pelayanan kerohanian pasien
5. Hak menolak resusitasi
6. Hak mendapatkan informasi yang berhubungan dengan pelayanan yang akan
diperoleh
7. Perlindungan harta milik pasien
8. Hak memperoleh second opinion didalam atau diluar rumah sakit
9. Hak memperoleh bantuan hidup dasar
10. Persetujuan tindakan ( Informed Consent )
D. Landasan Hukum
1. Undang – undang no.23 tahun 1992 tentang kesehatan (lembaran negara
Republik Indonesia tahun 1992 no. 100)
2. Undang – undang no. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (
lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 nomor 165 )
3. Undang – unang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran (
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 116 )
4. Undang _ undang no.11 tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan
Internasional Hak – hak Ekonomi Sosial dan Budaya ( Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2005 no. 118 )
5. Undang – undang no. 12 tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan
Internasional Hak – hak Sipil dan Politik ( Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2005 no. 119 )
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
7. Peraturan Presiden No. 56 Tahun 1995 tentang Majelis Disiplin Tenaga
Kesehatan
8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 312/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin
Praktik dan pelaksanaan Praktik Kedokteran.
9. Peraturan Menteri Kesehatan No. 290 tahun 2008 Tentang persetujuan
Tindakan Kedokteran
10. PERMENKES No. 585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tinakan
Medis
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.269/
Menkes/Per/III/2008 Tentang rekam Medik
12. Undang -undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
4
13. Undang – undang Nomor 44 tahun 2009 pasal 32 Tentang hak – hak pasien
di Rumah Sakit
14. Undang – undang no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Ketenagaan yang terlibat dalam pelaksanaan perlindungan Hak Pasien dan Keluarga
mengikutsertakan peran serta dar jajaran manjemen teratas di Rumah Sakit sampai
dengan pelaksana di lini terbawah, tenaga yang terlibat antara lain :
6
b. Mensosialisasikan kebijakan yang telah dibuat oleh Direksi
c. Melaksanakan kebijakan HPK yang telah diberlakukan
d. Memonitoring pelaksanaan kebijakan HPK
e. Evaluasi pelaksanaan kebijakan HPK
3. Tenaga Fungsional dan Tenaga Lainnya
a. Memahami hak pasien dan keluarga
b. Melaksanakan kebijakan HPK yang telah disosialisasikan dengan pelayanan
dengan sebaik-baiknya yang mengutamakan keselamatan pasien
c. Melaporkan permasalahan yang muncul seputar pelaksanaan HPK pada atasan
langsung
7
BAB III
STANDAR FASILITAS
8
Standar ruangan yang diberlakukan di rawat inap dilengkapi dengan bel pasien,
jumlah pasien dalam 1 kamar maksimal 6 orang pasien, kamar ruang rawat dan kamar
mandi pasien yang terdapat di dalam ruang perawatan, terdapat pembatas/sekat pada
saat dilakukan pemeriksaan.
9
BAB IV
10
3. Tata Laksana
a. Rekam Medis
1) Pengambilan dokumen dari rekam medis dari tempat penyimpanan
hanya dapat dilakukan oleh petugas rekam medis.
2) Peminjaman dokumen rekam medis oleh petugas medis di dalam
rumah sakit harus disertai buku expedisi peminjaman dokumen rekam
medis yang ditandatangani oleh peminjam atau pengambil serta
petugas rekam medis yang menyerahkan dokumen.
3) Peminjam dokumen rekam medis oleh petugas medis di luar rumah
sakit serta .mahasiswa harus mengajukan permohonan tertulis kepada
Direktur RS BUNDA
4) Peminjam dokumen rekam medis oleh instansi di luar rumah sakit
(pengadilan atau kepolisian) harus disertai pengajuan tertulis oleh
instansi bersangkutan kepada Direktur RS BUNDA dan
penyerahannya disertai berita acara.
5) Permintaan salinan atau copy isi dokumen rekam medis oleh pasien
atau keluarganya harus disertai pengajuan tertulis kepada Direktur RS
BUNDA serta menandatangani pernyataan kerahasiaan isi rekam
medis dan penyerahannya disertai berita acara.
6) Setiap lembar hasil fotocapy dokumen rekam medis yang diberikan
kepada pihak luar harus ditandatangani oleh pejabat yang
membawahi Instansi Rekam Medis atau Kepala Bidang Penunjang
Medis dan diberi stempel rumah sakit.
7) Orang tua baru anak adopsi menerima hak sebagai orang tua asli,
berhak untuk memeriksa dokumen rekam medis anak angkatnya
hingga dewasa, kecuali dokumen rekam medis masa lampau yang
berkaitan dengan orang tua aslinya.
8) Penyimpanan data rekam medis dilakukan secara sentralisasi di
Instansi Rekam Medis.
9) Terkait keamanan dokumen rekam medis selain petugas tidak
diperkenankan masuk ke ruang penyimpanan dokumen rekam medis.
10) Melakukan sumpah untuk petugas rekam medis yang belum
menempuh pendidikan diploma rekam medis, sedangkan untuk
mahasiswa melakukan konfirmasi dengan pihak institusi pendidikan
untuk sumpah profesinya.
11
11) Akses informasi rekam medis hanya diperbolehkan kepada orang
yang berhubungan langsung dengan pelayan pasien seperti dokter,
perawat, tenaga kesehatan lain.
12) Unit atau bagian/Staf lain yang dapat mengakses informasi rekam
medis diluar tenaga kesehatan harus diambil sumpah untuk menjaga
kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien.
12
7. Bila ada yang menanyakan tentang kondisi kesehatan pasien melalui
telepon selain keluarga, petugas tidak diperkenankan memberikan
informasi tanpa seijin pasien atau keluarga.
8. Dokter dan perawat di RS BUNDA wajib menjaga kerahasiaan
informasi kesehatan pasien, informasi hanya diberikan kepada
keluarga terdekat dan seijin pasien.
9. Untuk pasien yang akan transfer antar unit karena akan dilakukan
pemeriksaan penunjang atau pindah rawat/kamar, pastikan saat transfer
privacy pasien terlindungi, contoh dengan menggunakan selimut
10. Jika pasien masih dalam kondisi sadar dan berkompeten dalam
mengambil keputusan, pasien wajib mengisi formulir pelepasan
informasi (termasuk dalam Persetujuan Umum) baik rawat jalan
maupun rawat inap.
11. Melakukan pembatasan jam berkunjung.
12. Untuk pasien dengan kondisi terminal atau gaduh gelisah bila ada
kamar kosong dipindahkan ke kamar tersebut, bila tidak ada,
diberitahukan kepada keluarga pasien yang lain untuk menjaga 1
(satu) orang saja yang ada di dalam ruangan.
13. Bila ada telusur kasus seperti untuk kepentingan akreditasi atau
penelitian, wajib meminta ijin kepada pasien untuk kesediaannya
ditelisur. Pihak yang berkepentingan membuat pernyataan secara
tertulis untuk menjaga kerahasiaan data rekam medis pasien.
14. Peliputan oleh media cetak maupun elektronik harus mengajukan
permohonan kepada Direktur rumah sakit secara tertulis dan harus
mendapat ijin dari pasien. Pasien wajib mengisi formulir pelepasan
informasi kepada media tersebut, dengan demikian rumah sakit tidak
bertanggungjawab terhadap kerahasiaan data rekam medis pasien.
15. Apabila dijumpai ada peliputan wartawan di area rumah sakit,
temasuk pada saat jam berkunjung maka perawat atau satuan
pengamanan berwenang menanyakan ijin dari Direktur rumah sakit
dan ijin dari pasien, apabila tidak ada ijin dari keduanya, petugas
rumah sakit wajib melarang dan menghentikan peliputan serta
meminta wartawan meninggalkan rumah sakit
13
Perlindungan hak pasien dan keluarga terhadap kebutuhan privasi terbagi menjadi :
a. Perlindungan privasi pada saat wawancara klinis dan pemerksaan fisik
b. Perlindungan privasi pada saat prosedur tindakan
c. Perlindungan privasi pada saat pengobatan
d. Perlindungan privasi pada saat transportasi
e. Perlindungan privasi terhadap informasi dan kerahasiaan tentang penyakit
f. Perlindungan privasi terhadap penolakan survei akreditasi.
14
Penertiban lingkungan Rumah sakit
Identifikasi ancaman di dalam Rumah Sakit.
Fast Track kelompok beresiko
A. Pengertian
Kekerasan fisik adalah setiap tindakan yang disengaja atau penganiayaan secara
langsung merusak integritas fisik maupun psikologis korban ,ini mencakup antara
lain memukul,menendang ,menampar ,mendorong menggigit,mencubit,pelecehan
seksual,dan lain lain yang dilakukan oleh pasen,staf maupun oleh pengunjung
Kekerasan psikologis termasuk ancaman fisik terhadap individu atau kelompok
yang dapat mengakibatkan kerusakan pada fisik,mental,spiritual,moral,atau social
termasuk pelecehan secara verbal
Tindak kekerasan adalah perilaku melukai orang lain secara verbal ( kata kata
yang sinis,memaki dan membentak )maupun fisik ( melukai atau membunuh )
atau merusak harta benda
Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran ( penyiksaan , pemukulan
,pemerkosaan dan lain lain ) dan hingga batas tertentu
Istilah kekerasan juga mengandung kecenderungan agresif untuk melakukan
perilku yang merusak
B. Tujuan
Adalah melindungi kelompok pasen beresiko dari kekerasan fisik yang
dilakukan oleh pengunjung,staf rumah sakitdan pasen lain serta menjamin
keselamatan kelompok pasen beresiko yang mendapat pelayanan di Rs Bunda.
Panduan ini digunakan sebagai acuan bagi seluruh staf rumah sakit dalam
melaksanaknan pelayanan perlindungan pasen terhadap kekerasan fisik ,usia
lanjut ,penderita anak anak dan yang beresiko disakiti.
C. Ruang Lingkup
Rumah sakit dalam memberikan pelayanan bagi berbagai variasi pasien
dengan variasi kebutuhan pelayanan kesehatan. Beberapa pasien dalam kelompok
yang beresiko tinggi karena umur, keterbatasan fisik, serta kondisi penyakit kritis.
Untuk itu rumah sakit berupaya mencegah dan bertanggung jawab melindungi
pasien dari kekerasan fisik yang bisa saja tiba-tiba terjadi. Adapun ruang lingkup
kelompok yang beresiko tersebut adalah:
15
1. Bayi baru lahir , Kekerasan terhadap bayi meliputi semua bentuk tindakan
atau perlakuan menyakitkan secara fisik. Pelayanan medis yang tidak standar
seperti inkubator tidak layak pakai, penculikan, bayi tertukar dan
penelantaran bayi.
2. Kekerasan pada anak di rumah sakit adalah perlakuan kasar yang dapat
menimbulkan penderitaan, kesengsaraan , penganiayaan fisik, seksual,
penelantaran, dan penganiayaan emosional yang diperoleh dari orang
dewasa di lingkungan rumah sakit.
3. Lansia : dalam kehidupan sosial kitamengenal adanya kelompok rentan yaitu
semua orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati
standar kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan berlaku umum bagi
suatu masyarakat yang beradab, salah satu contoh kelompok rentan tersebut
adalah lansia.
4. Kekerasan pada perempuan di rumah sakit dapat berupa pelecehan dan
perkosaan , yaitu berhubungan seksual dengan seseorang atau lebih tanpa
persetujuan korbannya.
5. Orang dengan gangguan jiwa. Pasien dengan gangguan jiwa terkadang tidak
bisa mengendalikan perilakunya, sehingga pasien tersebut perlu dilakukan
tindakan pembatasan gerak atau menempatkan pasien dikamar isolasi.
6. Pasien koma : kekerasan fisik bagi pasien koma di rumah sakit bisa
disebabkan oleh pemberian asuhan medis yang tidak standar dan
penelantaran oleh tenaga kesehatan, diperlakukan kasar dan menghentikan
bantuan hidup dasar tanpa persetujuan keluarga.
D. Tata Laksana
1. Petugas rumah sakit melakukan proses mengidentifikasi pasen beresiko
melalui pengkajian secara terperinci
2. Bila tindak kekerasan fisik dilakukan oleh pasen: perawat ruangan
bertanggung jawab untuk mengamankan kondisi dan memanggil dokter
untuk menilai kebutuhan fisik dan psikologis dan mengecualikan masalah
medis pasen tersebut
3. Jika tindak kekerasan dilakukan oleh anggota staf rumah sakit : perawat
ruangan bertanggung jawab menegur staf tersebut dan melaporkan insiden ke
kepala bidang terkait untuk diproses lebih lanjut
16
4. Bila tindak kekerasan dilakukan pleh pengunjung : staf bertanggung jawab
danmemiliki wewenang untuk memutuskan diperbolehkan atau tidak
pengunjung tersebut memasuki area rumah sakit
5. Monitoring disetiap lobi ,koridor rumah sakit ,unit rawat inap,rawat jalan
maupun di lokasi terpencil atau terisolasi dengan pemasangan kamera CCTV
yang terpantau oleh petugas keamanan selama 24 jam terus menerus
6. Setiap pengunjung rumah sakit selain keluarga pasen meliputi tamu rumah
sakit,detailer ,pengantar obat atau barang wajib lapor ke petugas informasi
dan wajib memakai kartu pengenal
7. Pemberlakuan jam berkunjung pasen : Senin – Jumat jam 10.00 – 11.00 ,
sore 16.00 – 17.00 WIB
8. Petugas keamanan berwenang menanyai pengunjung yang mencurigakan dan
mendampingi pengunjung tersebut sampai ke pasen yang dimaksud
9. Staf perawat ruangan wajib melapor kepada petugas keamanan apabila
menjumpai pengunjung yang mencurigakan atau pasen yang dirawat
membuat keonaran atau kekerasan
10. Petugas keamanan mengunci akses pintu penghubung antar unit pada jam
22.00 WIB
11. Pengunjung diatas jam 22.00 WIB lapor dan menulis identitas pengunjung
pada petugas keamanan.
Tata laksana perlindungan terhadap pasen usia lanjut dan gangguan kesadaran
1. Pasen Rawat Jalan
Pendampingan oleh petugas penerimaan pasen dan mengantarkan sampai
ketempat periksa yang dituju dengan memakai alat bantu bila diperlukan
Perawat poli umum,spesialis dan gigi wajib mendampingi pasen saat dilakukan
pemeriksaan sampai selesai
17
Tatalaksana perlindungan terhadap penderita cacat
1. Petugas penerima pasen melakukan proses penerimaan pasen penderita cacat
baik rawat jalan maupun rawat inap dan wajib membantu serta menolong
sesuai dengan kecacatan sesuai yang disandang sampai proses selesai
dilakukan
2. Bila diperlukan ,perawat meminta pihak keluarga untuk menjaga pasen atau
pihak lain yang ditunjuk sesuai kecacatan yang disandang
3. Memastikan bel pasen dijangkau oleh pasen dan memastikan pasen dapat
menggunakan bel tersebut
4. Perawat memasang dan memastikan pengaman tempat tidur pasen
18
Daftar kelompok yang beresiko mengalami kekerasan fisik yang harus
mendapat perlindungan sesuai kebijakan yang berlaku
Rumah sakit mengidentifikasi kelompok pasien yang lemah dan yang beresiko
dan menetapkan proses untuk melindungi hak dari kelompok pasien tersebut.
Kelompok pasien yang lemah dan tanggung jawab Rumah Sakit dapat tercantum
dalam Undang – undang atau peraturan. Saf Rumah Sakit memahami tanggung
jawabnya dalam proses ini. Sekurang – kurangnya anak – anak pasien yang cacat,
lanjut usia, dan populasi pasien lain yang beresiko juga dilindungi.pasien koma dan
mereka dengan gangguan mental atau emosional, bila ada di Rumah sakit juga akan
dilindungi. Selain dari kekerasan fisik , perlindungan juga diperluas juga untuk
masalah keamanan yang lain. Seperti perlindungan dari penyiksaan, kelalaian
pengasuhan, tidak dilaksanakannya pelayanan atau bantuan dalam kejadian
kebakaran.
19
Rumah sakit wajib membangun suatu sistem dalam melindungi pasien yang
menjadi korban kekerasan fisik. Bekerjasama dengan bagian keamanan tanpa
mengabaikan koordinasi yang baik dengan pihak berwaib. Rumah sakit melindungi
sampai batas waktu tertentu terhadap tanggung jawab keamanan pasien korban
kekerasan fisik selama pasien dirawat.
Kelompok beresiko adalah bayi, lansia, dan individu cacat. Usia yang
termasuk dalam kelompok yang beresiko adalan lansia berusia lebih dari 65 tahun,
bayi berusia kurang dari 28 hari dan individu cacat fisik. Identifikasi kelompok
beresiko ini di lakukan sejak pasien mendaftar di bagian pendaftaran,sehingga
kelompok iniakan di berikan jalur cepat atau Fasty Track.
Informasi medis dan kesehatan lainnya yang bila didokumentasikan dan dan
dikumpulkan merupakan hal penting untuk dipahami pasien dan kebutuhan serta
untuk memberikan asuhan pelayanan. Informasi tersebut dapat dalam bentuk tulisan
dikertas atau rekaman elektronik. Rumah Sakit menghormati informasi tersebut
sebagai hal yang bersifat rahasia dan telah menerapkan kebijakan dan prosedur untuk
melindungi informasi tersebut dari kehilangan dan penyalahgunaan. Kebijakan dan
prosedur tercermin dalam pelepasan informasi sebagaimana diatur dalam undang –
undang dan peraturan.
Pelayanan Hak Pasien dan Keluarga diberikan kepada pasien saat pertama kali
mendaftar ke petugas Rumah Sakit dengan cara memberikan informasi dengan jelas
tentang pelayanan di Rumah Sakit kepada pasien atau keluarga dan kemudian
didokumentasikan dengan penandatanganan format oleh pasin (keluarga yang
bertanggung jawab yang telah diberikan informasi) serta petugas rumah sakit yang
telah memberikan informasi.
20
Pelayanan General Informasi adalah kegiatan memberikan pemahama kepada
individu dan keluarga yang berkepentingan tentang berbgaia hal yang diperlukan
untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan atau untuk menentukan arah suatu tujuan
atau rencana yang diperbaiki.
Informasi secara umum diberikan melalui berbagai cara seperti media cetak
(koran, leaflet,dll), media elektronik (website dan running text) yang dapat dengan
mudah dipahami oleh semua pengunjung.
21
mempertahankan perfusi ke jaringan organ vital selama dilakukan upaya – upaya
untuk mengembalikan respirasi dan ritma jantung spontan. CPR lanjut melibatkan DC
shock, insertasi tube untuk membuka jalan nafas, injeksi obat – obatan ke jantung dan
untuk kasus – kasus ekstrim pijat jantung langsung (melibatkan operasi bedah toraks).
Perintah DNR di Rumah Sakit memberitahukan kepada staf medis untuk tidak
berusaha menghidupkan pasien kembali sekalipun terjadi henti jantung. Tujuan
penolakan tindakan adalah untuk menyediakan suatu proses dimana pasien bisa
memilih prosedur yang nyaman dalam hal bantuan hidup oleh tenaga medis
emergensi dalam kasus henti jantung dan henti nafas.
Petugas rumah sakit dalam hal ini DPJP memberikan informasi kepada
keluarga pasien tentang kondisi pasien yang membutuhkan tindakan
resusitasi. Kemudian keluarga pasien berhak mengajukan pertanyaan tentang
tindakan resusitasi dan memutuskan apakah akan menerima atau menolak
tindakan resusitasi. Hal ini dijelaskan di lembar informed consent yang telah
diberlakukan.
22
H. Perlindungan Hak Pasien dan Keluarga untuk Mendapatkan Manajemen
Nyeri yang tepat.
Nyeri merupakan bagian yang umum dari pengalaman pasien. Nyeri yang
tidak berkurang menimbulkan dampak yang tidak diharapkan kepada pasien secara
fisik maupun psikologis. Respon pasien terhadap nyeri sekaligus berada dalam
konteks norma social dan tradisi keagamaan. Jadi pasien didorong dan didukung
untuk melaporkan rasa nyeri. Proses pelayanan rumah sakit mengakui dan
menggambarkan hak pasien dalam asessmen dan managemen nyeri
23
masalah secara proporsional dan professional sesuai dengan peraturan yang berlaku
dalam bidang kesehatan.
24
Adapun prinsip pemenuhan kebutuhan kerohanian/spritual :
Masuk sebagai pasien rawat inap atau terdaftar sebagai pasien rawat jalan di
rumah sakit dapat membuat pasien takut dan bingung sehingga mereka sulit bertindak
berdasarkan hak dan memahami tanggung jawab mereka dalam proses asuhan. Oleh
karena itu, rumah sakit menyediakan pernyataan tertulis tentang hak dan tanggung
jawab pasien dan keluarganya yang diberikan kepada pasien pada saat masuk rawat
inap atau rawat jalan dan tersedia pada setiap kunjungan dan selama dirawat.
Misalnya pernyataan tersebut dapat dipampang di rumah sakit. Pernyataan ini
disesuaikan dengan umur, pemahaman dan bahasa pasien.
Bila komunikasi tertulis tidak efektif atau tidak sesuai, pasien dan keluarganya
diberi penjelasan tentang hak dan tanggung jawab mereka dengan bahasa dan cara
yang dapat mereka pahami. Informasi secara tertulis tentang hak dan tanggung jawab
pasien diberikan pada setiap pasien. Pernyataan tetang hak dan tanggung jawab
pasien juga ditempel atau bisa diperoleh dari staf rumah sakit pada setiap saat. Rumah
sakit mempunyai prosedur untuk menjelaskan kepada pasien tentang hak dan
tanggung jawabnya bila komunikasi secara tertulis tidak efektif dan tidak sesuai.
25
bahasa yang dipahami pasien. Salah satu cara melibatkan pasien dalam pengambilan
keputusan tentang pelayana yang diterimanya adalah dengan cara memberikan
informed consent.
Proses persetujuan ditetapkan dengan jelas oleh rumah sakit dalam kebijakan
dan prosedur yang mengacu kepada undang – undang dan peraturan yang berlaku.
Pasien dan keluarga dijelaskan tentang tes, prosedur/tindakan, dan pengobatan mana
yang memerlukan persetujuan dan bagaimana mereka ddapat memberikan
persetujuan, misalnya diberikan secara lisan, dengan menandatangani formulir
persetujuan atau dengan cara lain. Pasien dan keluarga memahmi siapa yang dapat
memberikan persetujuan selain pasien. Staf yang ditugaskan telah dilatih untuk
memberikan penjelasan kepada pasien dan mendokumentasikan persetujuan tersebut.
26
BAB V
LOGISTIK
Dalam pemberian pelayanan Hak Pasien dan Keluarga perlu adanya faktor
pendukung yang menunjang pelayanan seperti tersedianya fasilitas logistic dengan
tujuan memberikan pelayanan secara optimal.
27
BAB VI
Selain itu juga pokja HPk akan menerapkan langkah – langkah untuk
mengontrol dan meningkatan mutu pelayanan dengan cara sebagai berikut :
BAB VII
DOKUMENTASI
28
Seluruh kegiatan pemenuhan Hak Pasien dan Keluarga terdokumentasi
sebagai berikut :
29
BAB VIII
PENUTUP
Hak Pasien dan Keluarga merupakan pelayanan utama di Rumah Sakit karena
dengan mengerti dan memahami Hak Pasien dan Keluarga maka pemberian
pelayanan akan sesuai dengan standar. Untuk itu perlunya melakukan sosialisasi
dengan menggunakan pedoman dan petunjuk yang telah dibuat.
Demikianlah pedoman Hak Pasien dan Keluarga ini kami buat, untuk
seterusnya dapat disosialisasikan dengan baik.
30