Anda di halaman 1dari 4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Kebijakan dan Riset Obat Herbal di Jepang
(Kampo) ini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada kepada dosen mata kuliah Fitoterapi,
Prof. Dr. Berna Elya, M.Si., Apt. yang senantiasa membantu kami dalam menyusun makalah
ini, mulai dari pemilihan topik hingga pemberian masukan hingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini.

Adapun penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Fitoterapi
serta untuk memaparkan hasil studi literatur penulis mengenai Kebijakan dan Riset Obat
Herbal di Jepang (Kampo).

Penulis pun menyadari bahwa makalah ini mempunyai kekurangan. Oleh karena itu
penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar penulis dapat
memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut pada masa yang akan datang. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi pembaca.

Depok, Oktober 2018

Tim Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengobatan dengan tanaman herbal memang sudah digunakan sejak zaman nenek moyang
dahulu. Ilmu herbal yang pada jaman dahulu diajarkan turun temurun oleh pengobat, kepada
generasi berikutnya disusun secara sistematik. Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan
tradisional juga merupakan salah satu alternatif dalam dalam bidang pengobatan. Tidak dapat
dimungkiri bahwa obat tradisional mempunyai kedudukan yang khusus dalam
masyarakat,karena merupakan warisan budaya bangsa dibidang kesehatan.Di beberapa negara
Asia pengobatan sering dilakukan dengan memanfaatkan tanaman obat (herbal), salah satunya
adalah di negara Jepang yaitu menggunakan obat Kampo. Keunggulan dari pengobatan herbal
ada pada prinsip bahwa bahan dasar yang digunakan bersifat alamiah, sehingga efek
sampingnya dapat diminimalkan.
Dewasa ini penggunaan obat herbal cenderung terus meningkat, baik di negara sedang
berkembang maupun di negara-negara maju. Peningkatan penggunaan obat herbal ini
mempunyai dua dimensi penting yaitu aspek medik terkait dengan penggunaannya yang sangat
luas diseluruh dunia, dan aspek ekonomi terkait dengan nilai tambah yang mempunyai makna
pada perekonomian masyarakat. Dalam konteks penggunaan obat tradisional/herbal yang terus
meningkat, WHO menggaris bawahi tentang pentingnya suatu kerangka kerja (framework)
untuk aksi bersama antara WHO dan negara anggota (country member). Kerangka kerja
tersebut bertujuan agar obat tradisional/herbal dapat berperan makin besar dalam mengurangi
angka kematian dan kesakitan terutama di kalangan masyarakat yang tidak mampu.
Beberapa pengobatan tradisional yang telah akrab di telinga masyarakat adalah pengobatan
tradisional Tiongkok, Ayurveda dari India, dan jamu dari Indonesia. Akan tetapi, belum banyak
orang yang mendengar kampo medicine, suatu pengobatan tradisional Jepang yang sejak abad
ke-20 yang mengalami perubahan konsep agar dapat digunakan secara berdampingan dengan
sistem pengobatan modern yang mengalami kemajuan pesat.
Pengobatan tradisional Jepang (Kampo) sebenarnya didatangkan dari Tiongkok pada abad
ke-6 oleh orang-orang dari Semenanjung Korea. Pada saat itu, Jepang memiliki suatu hubungan
pertukaran yang luas dengan orang Semenanjung Korea. Imigran dari Semenanjung Korea
(beberapa tabib Korea yang diundang ke Jepang) telah memberikan suatu tingkat wawasan
yang pasti dalam pengobatan Tiongkok kepada golongan orang–orang yang berkuasa di
Jepang. Dari akhir abad ke-6, perubahan di Tiongkok dimulai, dan di abad ke-7 pemerintah
Jepang mengirimkan pelajar untuk studi ke luar negeri dengan duta besar mereka di periode
Sui dan Tang. Beberapa telah belajar pengobatan Tiongkok sebelum mereka kembali ke
Jepang.
Sampai pertengahan abad ke-19, pengobatan kampo telah memberikan kontribusi yang
banyak untuk kesehatan orang biasa. Selama waktu ini keduanya telah memberikan
peningkatan secara teknik dan perkembangan akademik. Ketika pemerintahan baru/ restorasi
Meiji (dimana kekaisaran memberikan asumsi posisi tertinggi dari konstitusi monarki)
menggantikan Tokugawa Shogunate di tahun 1868, keadaan yang relevan terhadap pengobatan
berubah secara menyeluruh.
Selama dekade Kampo, obat-obatan juga perlahan-lahan kembali ke budaya medis. Hal ini
dibuktikan dari fakta bahwa 80% dari dokter Jepang mengintegrasikan resep Kampo ke dalam
praktik mereka. Departemen Kesehatan mengatur standardisasi, kemurnian, dan stabilitas
bahan Kampo. Meskipun tidak ada gelar profesional di Kampo kedokteran, sebagian besar
sekolah farmasi di Jepang mengajar kursus Kampo, seperti halnya semakin banyak sekolah
medis. Demikian pula, karena kebanyakan rumah sakit universitas berbasis pengobatan barat
di Amerika sekarang memiliki program dalam pengobatan integratif atau alternatif, begitu juga
di Jepang, dimana universitas rumah sakit telah berbasis fitur program Kampo.
Hal ini membuktikan bahwa obat tradisional memiliki peran dan pengaruh yang besar di
negara Jepang. Oleh karena itu, pada makalah kali ini akan dibahas mengenai penggunaan obat
tradisional di negara Jepang, yaitu terkait regulasi atau kebijakan dan riset-riset mengenai obat
tradisional yang sudah dilakukan di negara tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana riset di bidang Herbal Medicine di Jepang?
2. Bagaimana kebijakan WHO terkait Obat Herbal yang ada di Jepang?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk.
1. Mengetahui riset di bidang Herbal Medicine di Jepang.
2. Mengetahui kebijakan WHO terkait Obat Herbal yang ada di Jepang.
1.4 Manfaat Penulisan
Untuk memperluas wawasan mahasiswa dan masyarakat luas mengenai kebijakan dan
riset obat herbal di Jepang sehingga mahasiswa dan masyarakat luas dapat mengetahui
perkembangan obat herbal di Jepang dan dapat membandingkan dengan kondisi yang ada di
Indonesia.

1.5 Metode Penulisan


Pada penulisan makalah ini, metode yang digunakan adalah metode studi literatur, yaitu
penulis melakukan pengumpulan dan olah pustaka dari beberapa jurnal ilmiah, buku, dan
mengambil informasi dari situs internet yang terpercaya.

1.6 Sistematika Penulisan


Makalah ini dibuat dengan format secara garis besar yang mencakup pendahuluan, isi, dan
penutup. Sistematika penulisan yang dibuat adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
1.5 Metode Penulisan
1.6 Sistematika Penulisan
BAB II ISI
2.1 Kebijakan dan Riset Obat Herbal di Jepang
2.2 Jurnal 1
2.3 Jurnal 2
BAB 3 PERTANYAAN DAN JAWABAN
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai