Anda di halaman 1dari 4

1.

MMM faktor penyebab terjadinya gangguan TMJ (Makrotrauma dan


Mikrotrauma) dislokasi akut cukup sering dan terjadi spontan setelah suatu

trauma atau berkaitan dengan penyakitpenyakit psikiatri dan terapi obat. Kelemahan ligamen,
kapsul dan kelainan otot merupakan faktor predisposisi untuk kejadian dislokasi akut maupun
kronik. Kapsul dan ligamen yang kendor dapat terjadi dari penyembuhan yang tidak adekuat
setelah trauma, hipermobiliti dan dari penyakit sendi degeneratif. Kelainan oklusal dan
hilangnya dimensi vertikal dapat juga berperan menimbulkan kelemahan dan terjadinya
dislokasi rekuren. Etiologi dislokasi pada 60% kasus disebabkan oleh trauma akibat jatuh, kecelakaan
lalu lintas, kecelakaan rumah tangga, kekerasan, dan penyebab lain seperti membuka mulut yang
berlebihan saat menguap, tertawa, bernyanyi, membuka mulut berkepanjangan dari prosedur lisan dan
THT, membuka mulut secara kuat dari prosedur anestesi dan endoskopi memberikan kontribusi sekitar
40%. Perubahan pada komponen structural seperti kapsul longgar, ligamen , dan atropi kondilus kecil
atau pendek, atropi artikular, artikular memanjang, hipoplasia lengkungan zygomatik, fossa glenoid
kurang berlekuk dapat menjadi penyebab terjadinya dislokasi. Faktor predisposisi meliputi epilepsi,
muntah parah, sindrom Ehlers-Danlos dan sindrom Marfan dan gerakan distonik dari neuroleptic pada
penyakit neuropsikiatri.

2. MMM pemeriksaan IO, EO, dan Penunjang gangguan TMJ

Gangguan sendi temporomandibular merupakan gejala yang berhubungan dengan rasa sakit
dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh masalah pada sendi temporomandibular dan
muskulus yang terkait. Gejala yang khas dari gangguan sendi temporomandibular (TMJ) adalah
nyeri orofacial, suara di sendi, pembatasan gerakan pembukaan mulut atau kombinasi dari
beberapa gejala tersebut (Shepard, 2013).

Pemeriksaan TMJ dapat dilakukan dengan: pasien diinstruksikan untuk membuka dan menutup
mulut. Operator akan melakukan palpasi di bagian depan tragus saat keadaan ini atau dapat
juga dengan cara memasukkan jari kelingking ke external auditory canal, diperiksa apakah ada
bunyi clicking atau pasien merasa nyeri. Selain itu juga harus dievaluasi besar maksimal bukaan
mulut pasien, ada/ tidaknya deviasi lateral saat membuka dan menutup mulut, dan tonus otot
mastikasi (Dostalova dan Seydlova, 2010).

Gangguan sendi temporomandibular dapat didiagnosa dengan menggunakan beberapa


pemeriksaan seperti:

1. Inspection (Bilateral).

Pada saat inspeksi dapat diperhatikan adanya pembengkakan, deformasi ,deviasi pada dagu
dan kondisi gigi-geligi. Pembengkakan dapat terjadi karena adanya infeksi bakteri atau inflamasi
sendi. Beberapa inflamasi sendi yang terjadi pada anak-anak juga dapat menyebabkan
terlihatnya pertumbuhan asimetri pada wajah bagian bawah. Synovitis juga dapat
mengakibatkan deviasi ipsilateral ketika membuka mulut dan deviasi kontralateral ketika
menutup mulut. Kehilangan gigi, maloklusi, kondisi abnormal yang diakibatkan oleh bruxism
merupakan beberapa kondisi gigi-geligi yang dapat mengawali adanya gangguan sendi
temporomandibular (Hodges, 1990; Bont dkk., 1989)

2. Palpation (Bilateral).
Palpasi dapat dilakukan pada area sendi temporomandibular yaitu di anterior tragus. Palpasi
TMJ dan otot dilakukan untuk mengetahui adanya rasa sakit dan abnormalitas pada saat TMJ
dalam kondisi statis dan kondisi bergerak. Pergerakan kondilus yang asimetri dapat dirasakan
saat palpasi dilakukan ketika pasien diintruksikan untuk membukan dan menutup mulut.

3. TMJ Sounds.

Auskultasi stetoskop padaTMJ untuk mendengarkan suara yang tidak normal saat pembukaan
dan penutupan mandibula (cliking, crepitus, popping). Kliking yang terjadi pada awal fase
membuka mulut menunjukkan dislokasi discus ke antrior ringan, sedangkan kliking yang terjadi
atau timbul lebih lambat berkaitan dengan kelainan meniscus. Krepitus sendi
ditunjukkan melalui bunyi kemeretak atau mencericit yang lebih sering timbul saat translasi.
Perforasi perlekatan discus posterior juga berkaitan dengan krepitus sendi (Pedersen, 1988)

4. Range of Motion of Mandible.

Pengukuran pembukaan mandibula maksimum. Trismus terjadi apabila ada keterbatasan


pembukaan mulut yang kurang dari normal. (Witulski dkk., 2014)

Pemeriksaan intra oral dilakukan untuk mengetahui adanya faktor predisposisi terjadinya kelainan sendi
degeneratif seperti adanya kehilangan gigi dan pola oklusi. Kehilangan gigi terutama gigi posterior dapat
menyebabkan oklusi tidak harmonis, karena hilangnya kontak antar gigi menyebabkan gigi lainnya mengalami
migrasi, rotasi, bahkan ekstrusi. Hal ini dapat memicu turunnya dimensi vertikal. Pada kondisi sepeti ini terjadi
dislokasi diskus anterior ketika membuka mulut. Maka akan terjadi lipatan diskus ketika condil bergerak ke
depan mendorong diskus anterior dimana pada kondisi tertentu diskus tersebut tidak dapat kembali ke posisi
normal sehingga condil akan melompati lipatan tersebut yang menyebabkan bunyi klik.

Kondisi TMJ (Temporomandibular Joint) dapat diketahui dengan beberapa teknik radiograf,
diantaranya yaitu: a. Transcranial Projection Transcranial projection adalah teknik radiografi untuk
melihat hubungan kepala kondilus dengan fosa glenoid b. Transorbital Projection Transorbital
projection adalah teknik radiografi untuk melihat eminentia artikularis dan kepala kondilus pada
penampang melintang coronal oblique. c. Transpharyngeal Projection Transphayngeal projection
adalah teknik radiografi untuk menggambarkan kepala kondilus dalam pandangan lateral (Harty,
1995). Indikasi : 1. TMJ pain dysfunction syndrome. 2. Menyelidiki adanya penyakit pada sendi,
particulary osteoarthritis dan rheumatoid arthtritis. 3. Menyelidiki kondisi patologis yang
mempengarugi kepala kondilus 4. Patah pada kepala atau leher kondilus. D. Tomografi Indikasi
penggunaan tomografi adalah: 1. Penilaian sendi secara keseluruhan untuk mengetahui keberadaan
dan tempat dari penyakit pada tulang atau abnormality. 2. Menyelidiki kondilus dan fossa artikularis
ketika pasien tidak bisa membuka mulut. 3. Penilaian jika terjadi fraktur pada fossa artikularis dan
intrakapsular f. Panoramik Suatu gambaran dari rahang, yang dihasilkan dari mesin yg didesain
khusus untuk mendapatkan gambaran panoramik dari rahang dan sekitarnya secara menyeluruh
pada suatu film tunggal.

3. MMM macam- macam gangguan TMJ


Terdapat kebingungan mengenai terminologi yang berkaitan dengan dislokasi mandibula.
Beberapa istilah kunci yang sering digunakan mencakup hipermobiliti, dislokasi akut,
dislokasi ’long-standing’, dislokasi rekuren dan dislokasi habitual. Subluksasi mengganti
istilah dislokasi jika pergeseran kondilus ke anterior eminensia tidak menyeluruh (incomplete;
partial dislocation) dan terjadi reduksi spontan. Istilah luksasi dan dislokasi sinonim. dapat
terjadi secara parsial (subluksasi) atau komplit (luksasi), bilateral atau unilateral, akut, atau kronis
berkepanjangan.8 Selain itu, dislokasi dapat terjadi pada daerah anterior-medial, superior, medial,
lateral atau dislokasi posterior
Sedangkan pada dislokasi, kondilus bergeser ke anterior eminensia artikularis dan terfiksasi
karena spasme otot-otot pengunyahan. Terdapat berbagai jenis dislokasi yang dapat terjadi
melalui mekanisme traumatik atau nontraumatik. Jenis dislokasi dibedakan berdasarkan letak
condylus relatif terhadap fossa articularis tulang temporal, jenis dislokasi yang pertama yaitu
1. dislokasi anterior, pada dislokasi tipe ini terjadi perubahan posisi condylus menjadi
anterior terhadap fossa articularis tulang temporal. Dislokasi anterior biasanya terjadi akibat
interupsi pada sekuens normal kontraksi otot saat mulut tertutup setelah membuka dengan
ekstrim. Muskulus masseter dan temporalis mengangkat mandibula sebelum muskulus
pterygoid lateral berelaksasi, mengakibatkan condylus mandibularis tertarik ke anterior ke
tonjolan tulang dan keluar dari fossa temporalis. Spasme muskulus masseter, temporalis,
dan pterygoid menyebabkan trismus dan menahan condylus tidak dapat kembali ke fossa
temporalis. Dislokasi jenis ini dapat terjadi unilateral atau bilateral. Dislokasi anterior dapat
dibedakan juga menjadi akut, kronik rekuren, atau kronik. Dislokasi anterior akut terjadi
akibat trauma atau reaksi distonik, namun biasanya disebabkan oleh pembukaan mulut yang
berlebihan seperti menguap, anestesi umum, ekstraksi gigi, muntah, atau kejang, dislokasi ini
juga dapat terjadi setelah prosedur endoskopik. Dislokasi kronik rekuren disebabkan oleh
mekanisme yang sama pada pasien akut dengan faktor risiko seperti fossa mandibularis
yang dangkal (kongenital), kehilangan kapsul sendi akibat riwayat disloasi sebelumnya, atau
sindrom hipermobilitas, sedangkan dislokasi kronik terjadi akibat dislokasi TMJ yang tidak
ditangani sehingga condylus tetap berada dalam posisinya yang salah dalam waktu lama,
biasanya pada kasus ini dibutuhkan reduksi terbuka. Bentuk kronik meliputi rekuren, habitual
dan yang sudah menetap lama (‘long standing’)
2. Dislokasi posterior yang biasanya terjadi akibat trauma fisik langsung pada dagu dan
Condylus mandibula tertekan ke posterior ke arah mastoid. Jejas pada meatus acusticus
externum akibat condylus dapat terjadi pada dislokasi tipe ini.
3. Dislokasi superior dimana pada dislokasi jenis ini terjadi akibat trauma fisik langsung
pada mulut yang sedang berada dalam posisi terbuka. Sudut mandibula pada posisi ini
menjadi predisposisi pergeseran condylus ke arah superior dan dapat mengakibatkan
kelumpuhan nervus fasialis, kontusio serebri, atau gangguan pendengaran.
4. Dislokasi lateral biasanya terkait dengan fraktur mandibula diman condylus bergeser ke
arah lateral dan superior serta sering dapat dipalpasi pada permukaan temporal kepala.
Dislokasi pada sendi temporomandibula ditemukan 3% dari seluruh dislokasi pada
sendi yang pernah dilaporkan, dan tipe dislokasi ke anterior adalah yang paling sering
ditemukan.

4. MMM penatalaksanaan gangguan TMJ


Dislokasi anterior bilateral. (menguap tdk dpt nutup kembali) Tindakan di IGD, pasien
diberikan analgesik dan muscle relaxant, kemudian dilakukan reposisi secara manual dan
pemasangan head bandage. Pasien disarankan untuk tidak membuka mulut terlalu lebar,
head bandage dipertahankan selama tiga hari. Reposisi hipocrates : Operator berada
didepan pasien, letakkan ibu jari pada daerah retromolar pad (di belakang gigi molar
terakhir) pada kedua sisi mandibula dan jari jari yang lain memegang permukaan bawah
dari mandibula perlu diperhatikan disini bahwa operator harus melindungi jari jarinya dari
gigitan pasien secara tiba tiba saat mandibula direposisi yaitu dengan cara membungkus
kedua ibu jari dengan kassa, berikan tekanan pada gigi-gigi molar rahang bawah untuk
membebaskan kondilus dariposisi terkunci didepan eminensia artikulare, dorong
mandibula kebelakang untuk mengembalikan keposisi anatominya, reposisi yang berhasil
ditandai dengan gigi-gigi kembali beroklusi dengan cepat karena spasme dari otot
masseter, pemasangan head bandage. Prosedur manual yang lain yaitu
operator berada dibelakang pasien kemudian ibu jari diletakkan pada retromolar pad dan jari
jari lain memegang mandibula bagian depan, lalu mandibula ditekan ke arah kaudal (bawah)
dan biasanya mandibula akan tertarik dengan sendirinya keposterior, teknik ini akan lebih
efektif bila disertai dengan sedasi Pada umumnya prosedur ini dapat dilakukan tanpa
membutuhkan anestesi jika dilakukan secepatnya. Pada kasus dimana telah terdapat
spasme otot yang berat karena keterlambatan mereduksi, prosedur ini sebaiknya dilakukan
dengan bantuan anestesi lokal yang disuntik kedalam sendi dan otot pterigoid lateral, atau
dengan pemberian diazepam intravena untuk menghilangkan spasme otot dan mengurangi
nyeri. Apabila cara tersebut tidak efektif, dapat menggunakan anestesi umum untuk
mendapatkan relaksasi maksimal. Setelah reduksi berhasil dilakukan, mandibula
dapat diimobilisasi selama beberapa hari dengan head-chin strap atau fiksasi intermaksila.
Tujuan imobilisasi agar kapsul mempunyai kesempatan untuk mengadakan
perbaikan dan penyesuaian kembali keseimbangan otot serta mencegah dislokasi
terjadi kembali disebabkan kapsul yang masih kendor. Jika sendi dalam keadaan normal
pada saat terjadi dislokasi, perawatan ini harus memadai untuk memulihkan fungsi dengan
baik. Tetapi, pada kondisi yang mana dislokasi disebabkan karena kapsul yang longgar,
terdapat kecenderungan terjadi dislokasi berulang atau rekuren. Pada kondisi tersebut,
perawatan yang lebih definitif menjadi indikasi.
Prosedur Bedah pada dislokasi kronis rekuren : mengencangkan mekanis
kapsul,mengikat bagian sendi atau mandibula ke struktur yang terfiksasi, membuat hambatan
mekanis pada jalur kondilus, menghilangkan hambatan jalur
kondilus, mengurangi tarikan otot.5 Berbagai prosedur bedah telah
digunakan untuk perawatan dislokasi mandibula rekuren. Pada umumnya teknik
bedah ini didesain untuk membatasi pergerakan kaput kondilus ke anterior, seperti
dengan meletakkan posisi diskus di anterior kondilus, menambah ketinggian (augmentasi)
eminensia artikularis dengan graft tulang autogenous, osteotomi arkus zigomatikus dan
selanjutnya difiksasi di medial tuberkulum artikular (down-fracturing), memasang bahan
implant di dalam eminensia artikular, capsular placation, memotong tendon temporalis,
menyusun kembali tendon temporalis, miotomi pterigoideus lateralis dan pendalaman fosa
glenoidalis dengan pemotongan diskus. Alternatif lain meliputi eminektomi dan
kondilotomi.

Anda mungkin juga menyukai

  • Jamur Tiram
    Jamur Tiram
    Dokumen8 halaman
    Jamur Tiram
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Lo Kontra GTSL Anak
    Lo Kontra GTSL Anak
    Dokumen1 halaman
    Lo Kontra GTSL Anak
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Konflik RS Gabungan
    Manajemen Konflik RS Gabungan
    Dokumen24 halaman
    Manajemen Konflik RS Gabungan
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • L
    L
    Dokumen1 halaman
    L
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • H
    H
    Dokumen1 halaman
    H
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Kata Sulit 5 Soal 2
    Kata Sulit 5 Soal 2
    Dokumen1 halaman
    Kata Sulit 5 Soal 2
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Forensik Ria
    Forensik Ria
    Dokumen3 halaman
    Forensik Ria
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • H
    H
    Dokumen1 halaman
    H
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • 3,4
    3,4
    Dokumen2 halaman
    3,4
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Penatalaksanaan Sindrom Down
    Penatalaksanaan Sindrom Down
    Dokumen5 halaman
    Penatalaksanaan Sindrom Down
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • H
    H
    Dokumen1 halaman
    H
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Dari Aku Yg Nggak Puasa Maaf Lama Hehe
    Dari Aku Yg Nggak Puasa Maaf Lama Hehe
    Dokumen1 halaman
    Dari Aku Yg Nggak Puasa Maaf Lama Hehe
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Herpes
    Herpes
    Dokumen3 halaman
    Herpes
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Teknik CAD-CAM Indirect Veneers
    Teknik CAD-CAM Indirect Veneers
    Dokumen1 halaman
    Teknik CAD-CAM Indirect Veneers
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • FX
    FX
    Dokumen2 halaman
    FX
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Hidup Sehat Diska
    Hidup Sehat Diska
    Dokumen1 halaman
    Hidup Sehat Diska
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Lo SK 1
    Lo SK 1
    Dokumen6 halaman
    Lo SK 1
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Div Kesehatan
    Div Kesehatan
    Dokumen3 halaman
    Div Kesehatan
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Rangkum UAB
    Rangkum UAB
    Dokumen2 halaman
    Rangkum UAB
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Frictional Keratosis
    Frictional Keratosis
    Dokumen2 halaman
    Frictional Keratosis
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • PEMERIKSAAN GIGI SECARA OBJEKTIF
    PEMERIKSAAN GIGI SECARA OBJEKTIF
    Dokumen5 halaman
    PEMERIKSAAN GIGI SECARA OBJEKTIF
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Deformitas Mukogingival Dan Keadaan Di Sekeliling Gigi 1
    Deformitas Mukogingival Dan Keadaan Di Sekeliling Gigi 1
    Dokumen1 halaman
    Deformitas Mukogingival Dan Keadaan Di Sekeliling Gigi 1
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Lingual Varises
    Lingual Varises
    Dokumen1 halaman
    Lingual Varises
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Zinc Phospat Campuran
    Zinc Phospat Campuran
    Dokumen1 halaman
    Zinc Phospat Campuran
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Print SK 2
    Print SK 2
    Dokumen22 halaman
    Print SK 2
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Lo Diska SK 2
    Lo Diska SK 2
    Dokumen2 halaman
    Lo Diska SK 2
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • KK
    KK
    Dokumen19 halaman
    KK
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Evaluasi SRP
    Evaluasi SRP
    Dokumen2 halaman
    Evaluasi SRP
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat
  • Soal Kating Jawabin Ya
    Soal Kating Jawabin Ya
    Dokumen2 halaman
    Soal Kating Jawabin Ya
    Diska Fitri Amalia
    Belum ada peringkat