INTERPRETASI LUKA ditentukan dan dilakukan fotografi forensik. Bukti-bukti Untuk menentukan derajat luka secara tepat, maka dokter medis yang dikumpulkan merupakan bukti sebaiknya melakukan evaluasi dengan beberapa tahapan sirkumstansial kekerasan seksual, meliputi: tanda kedewasaan, sebagai berikut: tanda kekerasan, tanda persetubuhan, waktu persetubuhan, dan akibat persetubuhan a. Cek apakah cedera tersebut memenuhi salah satu dari bila ada. kriteria luka berat menurut pasal 90 KUHP. Pasal 90 KUHP menyatakan bahwa luka berat. Jika luka tersebut tidak Kekerasan seksual melalui penetrasi dubur memenuhi kriteria tersebut diatas, maka lukanya termasuk dapat berupa kelainan akut atau kronis. Luka- derajat satu atau dua. luka akut dapat berupa luka lecet, luka memar, luka robek atau fissure (luka b. Untuk membedakan luka derajat satu atau dua, maka robek dari kulit sampai selaput lendir). Pada dilakukan pengujian dengan beberapa kriteria sbb: kelainan kronis dapat berupa penyembuhan luka 1. Apakah luka tersebut memerlukan perawatan medis, seperti dan perubahan anatomi atau fisiologi dari dubur. penjahitan luka, pemberian infus dsb Perubahan anatomi dapat berupa 2. Apakah luka atau cedera tersebut menyebabkan terjadinya kelelahan anus (anal laxity) dan gangguan fungsi (fungsiolesa)? anus berbentuk corong (funnel shape) 3. Apakah lokasinya di tempat yang rawan, seperti mulut, akibat kehilangan lemak sekitar anus (waste hidung, leher, skrotum? of gluteal fat). Perubahan fisiologi dapat berupa perubahan 4. Apakah lukanya tunggal, sedikit, atau banyak? refleks sfingter ani eksternus yang diperiksa dengan teknik 5. Jika luka tersebut mutlak memerlukan perawatan medis, Anal Dilatation Reflex. menyebabkan gangguan fungsi, lokasinya pada lokasi rawan dan jumlah lukanya banyak, maka lukanya pada umumnya PEMERIKSAAN KORBAN MENINGGAL merupakan luka derajat dua. 1. Identitas Korban Dokter tidak dibebani pemastian identitas Jika tidak ada satupun hal tersebut yang terpenuhi maka korban, maka uraian identitas korban sesuai dengan uraian derajat lukanya adalah satu. Pembedaan luka derajat satu dan identitas yang ditulis dalam surat permintaan visum et dua pada banyak kasus merupakan hal yang sulit, sehingga repertum. kesimpulan seorang dokter dengan dokter lainnya kadang 2. Label Dijelaskan label pada mayat terletak atau terikat pada berbeda. bagian tubuh yang mana, terbuat dari apa, berwarna apa, ada atau tidak materai/cap, bertuliskan apa. VISUM ET REPERTUM 3. Tutup atau Bungkus Mayat Dijelaskan dengan rinci apa yang digunakan untuk menutup/membungkus mayat lapis demi Jenis Visum et Repertum lapis, bahannya apa, bertuliskan apa, ukurannya. 1. Visum et Repertum untuk orang hidup (perlukaan, 4. Perhiasan Mayat Dijelaskan jenis perhiasan, bentuk, warna, peracunan,perkosaan). Jenis ini dibedakan lagi dalam: dan bahannya a. Visum et Repertum biasa. Visum ini diberikan kepada pihak 5. Pakaian Mayat Dijelaskan jenis, merk, warna dasar, corak dan peminta (penyidik) untuk korban yang tidak memerlukan warna pakaian. Saku-saku dijelaskan jumlahnya dan apa yang perawatan lebih lanjut. terdapat dalam saku tersebut b. Visum et Repertum sementara. Visum ini sementara 6. Benda Samping Mayat Dijelaskan secara rinci benda apapun diberikan apabila korban memerlukan perawatan lebih lanjut yang terdapat didekat mayat pada waktu mayat ditemukan karena belum dapat membuat diagnosis dan derajat lukanya. atau diantar oleh pihak yang berwajib. Apabila sembuh dibuat VeR lanjutan. 7. Kaku Mayat Tingkat kaku mayat dinilai dengan memfleksikan c. Visum et Repertum lanjutan. Dalam hal ini korban tidak lengan dan kaki untuk mengetesn tahanan. memerlukan perawatan lebih lanjut karena sudah sembuh, a) Kaku mayat mulai tampak 2 jam setelah mati klinis pindah dirawat dokter lain, atau meninggal dunia. b) Setelah 12 jam mati klinis kaku mayat menjadi lengkap 2. Visum et Repertum psikiatri : visum pada terdakwa yang c) Setelah 24 jam kaku mayat menghilang pada saat pemeriksaan di sidang pengadilan menunjukkan 8. Lebam Mayat Lebam mayat biasanya muncul 20-30 menit gejala-gejala penyakit jiwa. paska mati, makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi 3. Visum et Repertum untuk orang mati (jenazah) Pada lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Lebam mayat dapat pembuatan VeR ini, dalam hal korban mati maka penyidik digunakan untuk tanda pasti kematian, memperkirakan sebab mengajukanpermintaan tertulis kepada pihak Kedokteran kematian, misalnya keracunan CO dan CN lebam berwarna Forensik untuk dilakukan bedah mayat (autopsi) merah terang, keracunan anilin, nitrit dan nitrat lebam PEMERIKSAAN KASUS PERKOSAAN berwarna kecoklatan 9. Identifikasi Khusus Kelainan kongenital dari beberapa tipe Pemeriksaan korban kekerasan seksual meliputi dilaporkan dari talipes ekuinofarus sampai spina bifida, dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan nevus sampai kaki tambahan. genitalia, pengambilan sampel, dan pemeriksaan 10. Rambut Dirincikan keadaan rambut yaitu rambut kepala, penunjang yang diperlukan. Semua alis mata, bulu mata, kumis dan jenggot. Warna dan jenis keracunan talium, arsen, air raksa dan boraks. Metode rambut pemeriksaan pada rambut adalh dengan ekstrak dan 11. Mata Mendeteksi petekie pada sisi luar dari kelopak mata, pretreatment. konjungtiva, dan sclera. Juga dirincikan apakah mata mayat h. Sklera. Tampak ikterik pada keracunan zat hepatotoksik dalam keadaan terbuka atau tertutup. seperti fosfor, karbon tetraklorida. Perdarahan pada 12. Hidung, Telinga Dan Mulut pemakaian dicoumarol atau akibat racun ular. a. Hidung, teliti bentuk hidung, kelainan anatomis, atau KEMATIAN TIDAK WAJAR kelaianan akibat trauma, warna , cairan yang keluar, dan adanya krepitasi Secara umum cara kematian dibagi menjadi b. Telinga, apakah ada kelainan atau tidak dan apakah telinga dua, yakni wajar dan tidak wajar. masih utuh atau tidak Kematian wajar disebabkan penyakit atau c. Mulut, apakah terdapat benda asing, obat-obatan, gigi yang usia tua (> 80 tahun) sedangkan rusak, gusi dan bibir yang luka dan lidah yang tergigit pada kematian tidak wajar disebabkan epilepsy atau pukulan rahang ataupun karena ,menahan sakit berbagai jenis kekerasan (pembunuhan, bunuh sesaat sebelum kematian. diri, dan kecelakaan kerja serta kecelakaan lalu lintas), kematian akibat PEMERIKSAAN KASUS KERACUNAN tindakan medis, tenggelam, intoksikasi, Korban mati akibat keracunan umumnya dapat dibagi menjadi dan kematian yang tidak jelas penyebabnya. 2 golongan, yang sejak semula sudah dicurigai kematian akibat DNA FORENSIK keracunan dan kasus yang sampai saat sebelum di autopsi dilakukan, belum ada kecurigaan terhadap kemungkinan Pelacakan identitas forensik akan dilakukan dengan keracunan. Dalam menangani kasus kematian akibat keracunan mencocokkan antara DNA korban dengan terduga keluarga perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penting, yaitu : korban. Analisis DNA Forensik terutama digunakan untuk 1. Pemeriksaan di tempat kejadian perkara (TKP) Pemeriksaan melacak korban tanpa identitas maupun pelaku dari suatu di tempat kejadian perkara perlu dilakukan untuk membantu tindak kejahatan. penentuan penyebab kematian dan menentukan cara kematian. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengumpulkan Hampir semua sampel biologis tubuh dapat digunakan untuk keterangan sebanyak mungkin tentang perkiraan saat sampel tes siik DNA, tetapi yang sering digunakan adalah darah, kematian serta mengumpulkan barang bukti. rambut, usapan mulut pada pipi bagian dalam (buccal swab), 2. Pemeriksaan luar Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan kuku. Untuk kasuskasus forensik, sperma, daging, tulang, untuk pemeriksaan luar kasus keracunan diantaranya: kulit, air liur atau sampel biologis apa saja yang ditemukan di a. Bau. Dari bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun tempat kejadian perkara (TKP) dapat dijadikan sampel tes sidik apa yang kiranya ditelan oleh korban. Segera setelah pemeriksa DNA. Analisis DNA Forensik yang dilakukan berupa tes sidik berada di samping mayat ia harus menekan dada mayat untuk DNA, yang merupakan gambaran pola potongan DNA dari menentukan apakah ada suatu bau yang tidak biasa keluar dari setiap indivu yang bersifat polimorfisme atau khas di setiap lubang-lubang hidung dan mulut. individu. DNA ini juga memiliki kesamaan pada setiap sel pada b. Segera. Pemeriksa harus segera berada di samping mayat tubuh seorang individu. Hal ini memiliki kesamaan dengan sifat sesegera mungkin dan pemeriksa juga harus menekan dada dari sidik jari, tetapi sidik jari dapat diubah dengan mayat dan menentukan apakah ada suatu bau yang tidak biasa pembedahan, sedangkan sidik DNA tidak dapat berubah keluar dari lubang hidung dan mulut. dengan apapun sehingga dari segala sifat ini analisis dengna c. Pakaian. Pada pakaian dapat ditemukan bercak-barcak yang menggunakan sidiuk DNA sangat akurat. disebabkan oleh tercecernya racun yang ditelan atau oleh DNA yang sering digunakan : muntahan. Misalnya bercak berwarna coklat karena asam 1. DNA inti sel paling baik karena tidak dapat berubah dan sulfat atau kuning karena asam nitrat. bersifat herediter, tidak dipengaruhi oleh perkawinan d. Lebam mayat. Warna lebam mayat yang tidak biasa juga 2. DNA mitokondria dapat berubah karena mnegikuti garis mempunyai makna, karena warna lebam mayat pada dasarnya maternalistik, berubah dengan adanya perkawinan (DNA adalah manifestasi warna darah yang tampak pada kulit. mitokondria ini berasal dari DNA yang dibawa oleh sel ovum e. Perubahan warna kulit. Pada hiperpigmentasi atau ibu) melanosis dan keratosis pada telapak tangan dan kaki pada keracunan arsen kronik. Kulit berwarna kelabu kebirubiruan Bentuk sidik DNA yang akan diinterpretasikan oleh alat berupa akibat keracunan perak (Ag) kronik (deposisi perak dalam bar-code dengan membandingkan 30-100% sekuens rantai jaringan ikat dan korium kulit). Kulit akan berwarna kuning pada kode genetika dengan DNA anggota keluarga terdekat. Metode keracunan tembaga (Cu) dan fosforakibat hemolisis juga pada yang digunakan umumnya adalah PCR (Polymerase Chain keracunan insektisida hidrokarbon dan arsen karena terjadi Reaction) karena bisa menganalisis DNA dari sampel yang gangguan fungsi hati. sedikit dan sampel yang sudah mengalami degradasi karena f. Kuku. Keracunan arsen kronik dapat ditemukan kuku yang lingkungan sekitar. Metode PCR ini menghasilkan jutaan kopi menebal yang tidak teratur. Pada keracunan Talium kronik DNA sekaligus. ditemukan kelainan trofik pada kuku. g. Rambut. Kebotakan (alopesia) dapat ditemukan pada EKHUMASI Penggalian mayat (exhumation) adalah pemeriksaan terhadap mayat yang sudah dikuburkan dari dalam kuburannya yang telah disahkan oleh hukum untuk membantu peradilan. Ex dalam bahasa latin berarti keluar dan humus berarti tanah. Pada umumnya, penggalian mayat dilakukan kembali karena adanya kecurigaan bahwa mayat mati secara tidak wajar, adanya laporan yang terlambat terhadap terjadinya pembunuhan yang disampaikan kepada penyidik atau adanya anggapan bahwa pemeriksaan mayat yang telah dilakukan sebelumnya tidak akurat.
Ekshumasi tidak hanya dilakukan pada penggalian kuburan
personal namun juga dapat dilakukan penggalian kuburan massal seperti penggalian kuburan massal di hutan Situkup selama 3 hari. Penelitian massal ini bertujuan untuk mengungkapkan jumlah korban pembunuhan, penahanan, penyiksaan, dan pelanggaraan HAM. Menurut keterangan dr. Handoko (Tim Forensik), dari proyektil – proyektil yang ditemukan pada kerangka yang digali bisa ditarik kesimpulan bahwa pembunuhan ini dilakukan dengan menggunakan senjata laras panjang maupun pendek yang diduga hanya dimiliki oleh militer.
Indikasi Ekshumasi Indikasi dilakukan penggalian mayat adalah
sebagai berikut : 1. Terdakwa telah mengaku dia telah membunuh seseorang dan telah menguburnya di suatu tempat. 2. Jenazah setelah dikubur beberapa hari baru kemudian ada kecurigaan bahwa jenazah meninggal secara tidak wajar. 3. Atas perintah hakim untuk melakukan pemeriksaan ulang terhadap jenazah yang telah dilakukan pemeriksaan dokter untuk membuat visum et repertum. 4. Penguburan mayat secara ilegal untuk menyembunyikan kematian atau karena alasan criminal. 5. Pada kasus dimana sebab kematian yang tertera dalam surat keterangan kematian tidak jelas dan menimbulkan pertanyaan seperti keracunan dan gantung diri.1 Dalam pembongkaran dua kuburan seperti yang dilakukan oleh aparat TNI/Polri di Kecamatan Kuta baro yang hanya ditemukan tulang berulang korban. Melihat dari kondisi korban, korban ditembak di pelipisnya dalam posisi jongkok di depan lubang yang telah disediakan dengan kedua tangan dan kaki terikat, selanjutnya dilakukan pemeriksaan bagian rambut dan gigi di lab forensik. Sedangkan satu kuburan lagi yang hanya ditemukan tengkorak kepala bersama separuh rahang bawah kiri dan empat tulang rusuk serta tulang tangan dan kaki tidak ditemukan. Proses penggalian tersebut disaksikan oleh keuchik dan tokoh masyarakat. 6. Pada kasus dimana identitas mayat yang dikubur tidak jelas kebenarannya atau diragukan. 7. Pada kasus criminal untuk menentukan penyebab kematian yang diragukan, misalnya pada kasus pembunuhan, yang ditutupi seakan bunuh diri.