Anda di halaman 1dari 9

Nama : Ashry Salamayrika Rahmawaty

NIM : 15043004

CRITICAL REVIEW

Judul Tugas “ Critical Review jurnal Identifikasi Faktor Penyebab Keterlambatan


Penetapan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (Apb Desa) Di Kabupaten Banjarnegara
Tahun Anggaran 2015 (Paska UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa).”

A. Pendahuluan
Jurnal utama ini telah disediakan oleh Dosen pengajar mata kuliah seminar akuntansi
sektor publik. Tujuan untuk melalukan penelitian ini adalah untuk melakukan critical review
terhadap artikel yang sudah diberikan dosen. Di dalam artikel ini menjelaskan bahwa hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang menjadi penyebab Anggaran Pendapatan
Belanja Desa (APB Desa) di Kabupaten Banjarnegara Tahun Anggaran 2015 terlambat
ditetapkan antara lain perencanaan desa, anggaran, SDM kepala desa dan perangkat desa,
komitmen pemerintah desa, motivasi kepala desa dan perangkat desa, peran lembaga desa,
budaya kerja kepala desa dan perangkat desa, komitmen pemerintah daerah, regulasi berupa
peraturan darah dan peraturan bupati sebagai tindak lanjut UU 6 Tahun 2014 tentang Desa,
siklus perencanaan di tingkat Kabupaten, SDM aparatur kecamatan dan kabupaten,
pendamping desa yaitu konsultan yang ditunjuk dan diangkat oleh Pemerintah Pusat dalam
rangka untuk mengakselerasi implementasi UU 6 tentang Desa serta pagu indikatif DD dan
ADD tahun 2015.
B. Identifikasi jurnal

Judul Identifikasi Faktor Penyebab Keterlambatan Penetapan Anggaran


Pendapatan Dan Belanja Desa (Apb Desa) Di Kabupaten Banjarnegara
Tahun Anggaran 2015 (Paska UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa).

Penulis Izak Danial Aloys


Haryadi
Laeli Budiarti
Institusi

Tahun Penerbitan 2017

Penerbit

C. Ringkasan Jurnal
1. Pendahuluan

Implementasi Undang Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa, mengisyaratkan bahwa pemerintah desa harus telah
menyusun dan menetapkan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja/
APB Desa Tahun Anggaran 2015 maksimal per 31 Desember 2014. Kabupaten Banjarnegara
mengalokasikanDana Desa (DD) yaitu dana transfer yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/APBN sebesar Rp. 74.810.054.000,- dan Alokasi Dana
Desa (ADD) yaitu dana transfer bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah/APBD Kabupaten Banjarnegara sebesar Rp.88.919.000.000, sehingga
total alokasi DD dan ADD untuk 266 Desa di Kabupaten Banjarnegara adalah sebesar Rp.
163.729.054.000,- ( Sumber: DPPKAD Kabupaten Banjarnegara Tahun 2015).

Kenaikan alokasi DD dan ADD yang besar untuk masing-masing desa, semestinya akan
memotivasi pemerintah desa untuk menyusun dan menetapkan APB Desa tepat waktu, agar
semua pogram yang direncanakan dapat dilaksanakan, namun dalam kenyataannya
hampir semua desa di Kabupaten Banjarnegara terlambat menetapkan APB Desa pada Tahun
Anggaran 2015. Menurut data dari Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa
(KPMD) Kabupaten Banjarnegara Tahun 2015, pada tahun anggaran 2015 dari 266 desa,
hanya satu (1) desa yang tepat waktu dalam menetapkan APB Desa. Sesuai dengan PP 43
Tahun 2014, maksimal per 31 Desember 2014 setiap desa di Kabupaten Banjarnegara harus
telah menetapkan APB Desa untuk Tahun Anggaran 2015, namun desa yang tepat waktu
menetapkan hanya 1 yaitu Desa Purwodadi Kecamatan Karangkobar, selebihnya 265 (dua
ratus enam puluh lima) desa di Kabupaten Banjarnegara terlambat menetapkan APB Desa.
Dari data Kantor PMD Banjarnegara tersebut, terdapat 93 (sembilan puluh tiga) desa yang
baru menetapkan APB Desa pada bulan Mei 2015, dan 63 (enam puluh tiga) Desa yang
penetapannya setelah laporan semester 1 yaitu pada bulan Juli,Agustus dan September 2015.

2. Kajian teori
a. Pemerintah Desa
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
sedangkan Pemerintah Desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa, terkait dengan pengelolaan
desa, terdapat beberapa peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai berikut:
1. UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
2. PP Nomor 43 Tahun 2014 mengatur tentang Petunjuk Pelaksanaan atas Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
3. Permendagri 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

b. Model Principal-Agent Waterman dan Meier

Model hubungan principal-agent Waterman dan Meier (1998) berfokus pada


informasi asimetris dan konflik tujuan. Dua elemen kunci dari model principal-agent seperti
yang telah diterapkan pada konflik tujuan birokrasi dan informasi asimetris, karena ada
konflik tujuan antara prinsipal dan agen. Model ini digunakan oleh Zubayr et al. (2014) yang
meneliti tentang hubungan principal-agent dalam pelaksanaan Use of Forest Area (UFA)
antara Pemerintah selaku principal pemilik hutan dan penambang/ agent yang akan
menggunakan hutan untuk pertambangan.

3. Metode penelitian

a. Jenis penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian bahwa metode deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya keterlambatan penetapan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) tahun 2015 di Kabupaten Banjanegara.
Pendekatan kualitatif dipilih karena penelitian ini bertujuan untuk menggali fenomena yang
menjadi penyebab keterlambatan desa dalam menetapkan APB Desa nya, sebagaimana
diungkapkan oleh Cooper dan Schindler (2014:144): “Qualitatif research includes an array
of interpretive techniques which seek to describe, decode, translate, and otherwise come to
terms with the meaning, not the frequency, of certain more or less naturally occurring
phenomena in the social world.

b. Desain penelitian
Identifikasi penyebab keterlambatan penetapan APB Desa Kabupaten Banjarnegara,
dilakukan dengan mengadopsi model principal-agent yang dikembangkan oleh Waterman
dan Meier (1998), dimana kepala desa berperan sebagai principal juga sebagai agent, yang
dijabarkan dalam uraian sebagai berikut:
1. Kepala desa bertindak sebagai Agent, untuk hubungan keagenan antara kepala desa
dengan camat, SKPD kabupaten, bupati, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.
2. Kepala Desa bertindak sebagai Principal, untuk hubungan keagenan antara Kepala Desa
dengan Perangkat Desa (Sekretaris Desa, Kaur Desa).

c. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi yang akan digunakan sebagai tempat penelitian adalah desa di Kabupaten
Banjarnegara. Kriteria desa yang dipilih adalah desa di beberapa kecamatan di Kabupaten
Banjanegara yang pada tahun anggaran 2015 terlambat menetapkan APB Desa. Waktu
penelitian dilaksanakan selama 6 bulan ( Januari 2016 s/d Juli 2016).

d. Pemilihan Informan

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
1. Melalui focus group discussion (FGD)
2. Sebagai sarana validasi data hasil FGD , digunakan pendekatan depth interview dengan
informan.
e. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2014:224) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah


yang paling strategis dalam penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif
dilakukan pada natural setting (kondisi alamiah), sumber datanya adalah data primer. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara mendalam (in depth
interview), studi dokumentasi, triangulasi dan wawancara kelompok fokus (focus group
discussion/FGD).

f. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan model Miles and Huberman. Menurut Sugiyono


(2014:246) aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis datanya
yaitu reduksi data, penyajian data, verifikasi dan pengambilan kesimpulan.

4. Hasil dan pembahasan


Tiga belas faktor yang menjadi penyebab keterlambatan penetapan APB Desa adalah
sebagai berikut:

1. Perencanaan desa

Perencanaan desa menimbulkan keterlambatan penetapan karena pemerintah desa di


Kabupaten Banjarnegara tahun 2015 pada saat akan menyusun APB Desa, belum
menyusun dokumen perencanaan seperti Rencana Pembangunan Jangka
Menengah/RPJM Desa dan Rencana Kerja Pemerintah /RKP Desa, sesuai dengan
ketentuan dalam PP 43 Tahun 2014 sebelum desa menyusun APB Desa, pemerintah
desa wajib menyusun dokumen perencanaan tersebut, dengan ketiadaan dokumen
perencanaan tersebut, pemerintah desa harus menyusun dokumen RPJM Desa dan RKP
Desa, sehingga mengakibatkan waktu penyusunan dan penetapan APB Desa menjadi
terlambat.

2. Anggaran
Anggaran menjadi penyebab keterlambatan penetapan APB Desa yaitu biaya/ honor
bagi penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran desa tahun 2015, sebagian
besar desa belum mengganggarkan biaya tersebut. Dengan beban pekerjaan yang
menumpuk dan tidak adanya honor untuk menyusun dokumen perencanaan dan
penganggaran menyebabkan sebagian perangkat desa enggan untuk menyelesaikan
tepat waktu.

3. Sumber Daya Manusia/ SDM Perangkat Desa

SDM merupakan salah satu faktor penyebab keterlambatan penetapan APB Desa,
karena dari hasil wawancara menyebutkan bahwa tingkat pendidikan kepala desa dan
perangkat desa sebagian besar adalah tamat SMP serta masih minimnya keterampilan
kepala desa dan perangkat desa dalam mengoperasikan komputer, menyebabkan proses
penyusunan APB Desa tahun anggaran 2015 terlambat.

4. Komitmen pemerintah desa

komunikasi dan koordinasi antara kepala desa selaku pengguna anggaran dengan
sekertaris desa selaku Pejabat Teknis Pengelolaan Keuangan Desa/ PTPKD dan
perangkat desa selaku Pejabat Teknis Pelaksana Kegiatan/PPTK program dan kegiatan
desa tidak selalu baik, sehingga menyebabkan dalam proses penyusunan dan penetapan
APB Desa menjadi terlambat ditetapkan.

5. Motivasi

Munculnya rasa takut dari sebagian kepala desa dan perangkat desa untuk mengelola
APB Desa tahun anggaran 2015 karena meningkatnya pagu DD dan ADD. Peningkatan
pagu DD dan ADD ini mengharuskan pemerintah desa melaksanakan berbagai ketentuan
administrasi yang menurut merekan sulit dilakukan karena minimnya SDM, sehingga
pemerintah desa cenderung berhati-hati dan menunggu untuk memperoleh kepastian atas
suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah di atasnya.

6. Peran lembaga desa

Belum optimalnya peran Badan Permusyawaratan Desa/BPD dan Lembaga


Pemberdayaan Masyarakat Desa/LPMD sebagai mitra membantu pemerintah desa dalam
proses penyusunan dan penetapan APB Desa, dimana hampir seluruh pekerjaan yang
mestinya dilaksanakan oleh BPD dan LPMD dikerjakan oleh kepala desa dan perangkat
desa, dengan menumpuknya pekerjaan tersebut rmenyebabkan APB Desa terlambat
ditetapkan.

7. Budaya Kerja

Kebiasaan dari kepala desa dan perangkat desa yang cenderung menunggu perintah,
tidak ingin di salahkan, dan takut kebijakan yang dibuat tidak sesuai dengan yang
ditentukan pemerintah kabupaten, mengakibatkan pemerintah desa memilih menetapkan
APB Desanya terlambat, daripada telah ditetapkan ternyata ada kekeliruan atau
kekurangan yang disebabkan adanya perubahan kebijakan dari pemerintahan diatasnya.

8. Komitmen pemerintah daerah

Koordinasi dari Satuan Kerja Perangkat Daerah/SKPD Kabupaten dan Kecamatan dalam
penyusunan dan penyampaian kebijakan pengelolaan keuangan desa sebagai tindak
lanjut PP 43 Tahun 2014 dari hasil wawancara dengan kepala desa dan aparat kecamatan
masih lemah, masih terajadi overlaping penyampaian kebijakan yang semestinya
dilakukan secara bertahap yaitu dari kabupaten kepada kecamatan dan dari kecamatan
ditindak lanjuti ke desa, namun dalam prakteknya banyak kebijakan dari pemerintah
kabupaten yang langsung turun ke kecamatan, sedangkan pemerintah kecamatan belum
mengetahui. Dalam proses selanjutnya kadangkala kecamatan masih harus berkonsultasi
dengan kabupaten, hal ini tentunya akan menghambat dalam proses penyusunan dan
penetapan APB Desa, sehingga penetapan APB Desa tahun anggaran 2015 terlambat
ditetapkan.

9. Regulasi

Regulasi sebagai aturan pelaksana tindak lanjut dari UU 6 Tahun 2014, PP 43 Tahun
2014, Permendagri 113 Tahun 2014 dan Permendagri 114 Tahun 2014 yang harus segera
disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Banjarnegara yaitu berupa Peraturan
Daerah/Perda, Peraturan Bupati/Perbub dan Keputusan Bupati/Kepbub, pada tahun 2015
terlambat disusun dan ditetapkan, hal ini menyebabkan pemerintah desa terlambat
mempedomani aturan-aturan tersebut sebagai dasar menyusun dan menetapkan APB
Desa.
10. Siklus perencanaan

Ketidak patuhan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dan Desa terhadap jadual-jadual


perencanaan dan penganggaran desa yang telah ditetapkan dalam Permendagri 113
Tahun 2014 dan Permendagri 114 Tahun 2014, menyebabkan penetapan APB Desa di
Kabupaten Banjarnegara tahun anggaran 2015 terlambat.

11. SDM kecamatan dan kabupaten

SDM kecamatan dan kabupaten menjadi faktor penyebab keterlambatan penetapan APB
Desa, hal ini antara lain disebabkan oleh minimnya kemampuan, kompetensi dan jumlah
aparat kecamatan dan kabupaten dibandingkan dengan jumlah desa yang harus
difasilitasi. Adanya mutasi pegawai kecamatan dan kabupaten khususnya yang bertugas
memfasilitasi pengelolaan keuangan desa juga menjadi penyebab keterlambatan
kecamatan dan kabupaten dalam melakukan pembinaan, pengawasan pelaksanaan
pengelolaan keuangan desa.

12. Pendamping desa

Belum optimalnya petugas yang ditunjuk dan diangkat oleh Kementerian Desa dan
Daerah Tertinggal/Kemendes RI, untuk melaksanakan tugas pendampingan kepada
pemerintah desa dalam melaksanakan implementasi UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, salah satunya adalah pengelolaan keuangan desa, menyebabkan pada tahun
anggaran 2015 Desa di Kabupaten Banjarnegara terlambat menetapkan APB Desa.

13. Pagu Indikatif

Anggaran menjadi penyebab keterlambatan penetapan APB Desa antara lain (1) pagu
definitif ADD dan DD yang terlambat dinformasikan kepada pemerintah desa oleh
pemerintah pusat dan kabupaten, menyebabkan pemerintah desa terlambat menyusun
APB Desa.
5. Penutup (kesimpulan, implikasi penelitian, keterbatasan, penelitian berikutnya, dan
lain-lain)

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil hasil analisis data kualitiatif yang dilakukan, adalah:
Faktor yang menjadi penyebab Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APB Desa) di Kabupaten
Banjarnegara Tahun Anggaran 2015 terlambat ditetapkan antara lain perencanaan desa,
anggaran, SDM kepala desa dan perangkat desa, komitmen pemerintah desa, motivasi kepala
desa dan perangkat desa, peran lembaga desa, budaya kerja kepala desa dan perangkat desa,
komitmen pemerintah daerah, regulasi berupa peraturan darah dan peraturan bupati sebagai
tindak lanjut UU 6 Tahun 2014 tentang Desa, siklus perencanaan di tingkat Kabupaten, SDM
aparatur kecamatan dan kabupaten, pendamping desa yaitu konsultan yang ditunjuk dan
diangkat oleh Pemerintah Pusat dalam rangka untuk mengakselerasi implementasi UU 6
tentang Desa serta pagu indikatif DD dan ADD tahun 2015.

Keterbatasan da Saran

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya alat analisis data hasil FGD dan
wawancara masih menggunakan analisis data manual dan belum menggunakan analisis data
dengan program komputer. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan analisis
verbal dengan program komputer Nvivo. Adapun saran bagi penelitian selanjutnya adalah
agar penelitian selanjutnya dilakukan pada daerah yang lebih luas lagi misalkan di tingkat eks
Karasidenan Banyumas atau Provinsi Jawa tengah, agar dapat ditemukan faktor-faktor lain
yang dalam penelitian sebelumnya belum ditemukan, mengingat masalah keterlambatan
penetapan APB Desa tidak hanya terjadi di Kabupaten Banjarnegara saja. Daerah
lain juga mengalami hal yang serupa dengan penyebab yang mungkin berbeda karena
karakteristik setiap daerah juga berbeda.

Anda mungkin juga menyukai