Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting dilihat dari berbagai aspek
seperti aspek hukum, kualitas pelayanan, komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian, dan
akreditasi. Penjelasan mengenai aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:
a. Hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai
hukum. Bila terjadi suatu masalah (misconduct) yang berhubungan dengan profesi
keperawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa,
maka dokumentasi dapat dipergunakan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat
dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-data harus
diidentifikasi secara lengkap, jelas, obyektif, dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan
(perawat), tanggal, dan perlu dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan
interpretasi yang salah.
b. Kualitas Pelayanan
Pendokumentasian data klien yang lengkap dan akurat, akan member kemudahan bagi
perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Dan untuk mengetahui sejauh
mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah dapat diintifikasi dan
dimonitor melalui dokumentasi yang akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan
kualitas (mutu) pelayanan keperawatan.
c. Komunikasi
Dokumentasi keadaan klien merupakan alat “perekam” terhadap masalah yang berkaitan
dengan klien. Perawat atau profesi kesehatan lain dapat melihat dokumentasi yang ada
dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan.
d. Keuangan
Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua asuhan keperawatan yang belum, sedang,
dan telah diberikan didokumentasikan dengan lengkap dan dapat dipergunakan sebagai
acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi klien.
e. Pendidikan
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut kronologis dari
kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi
pembelajaran bagi peserta didik atau profesi keperawatan.
f. Penelitian
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat di dalamnya
mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau obyek riset dan
pengembangan profesi keperawatan
3
g. Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Dengan demikian dapat
diambil kesimpulan mengenai tingkat keberhasilan pemberian asuhan keperawatan yang
diberikan guna pembinaan dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi
peningkatan kualitas pelayanan, juga bagi individu perawat dalam mencapai tingkat
kepangkatan yang lebih tinggi.
perlu menyusun model dokumentasi yang baru, lebih efisien, lebih bermakna dan sesuai dengan
kebutuhan di unit pelayanan.
Dalam proses penyusunan standar dokumentasi harus memperhatikan tiga komponen
penting sebagai pedoman. Komponen yang digunakan mencakup tiga aspek yaitu:
1. Komunikasi
Untuk menyalurkan ide perawat memerlukan keterampilan dalam menulis. Dengan semakin
kompleknya pelayanan keperawatan dan peningkatan kualitas keperawatan, perawat tidak hanya
dituntut untuk meningktakan mutu pelayanan, tetapi dituntut untuk dapat mendokumentasikan
secara benar. Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah , sedang
dan yang akan dikerjakan oleh perawat.
Contoh efektifitas pola penulisan komunikasi:
1) Dapat digunakan ulang untuk keperluan yang bermanfaat.
Sebagai contoh dengan menuliskan kalimat “keadaan klien tetap” tanpa menambahkan
data pengkajian dan evaluasi untuk mendukung keadaan tersebut pada lembar observasi
rencana tindakan adalah tidak mempunyai arti. Sebaliknya informasi yang bermakna
dengan menuliskan tanda-tanda vital, respon klien terhadap pengobatan, rencana tindakan
medis, dan intervensi keperawatan serta perkembangan keadaan klien sesuai dengan
pernyataan tujuan tindakan keperawatan.
2) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat lainnya dan tenaga kesehatan lainnya apa
yang telah terjadi dan diharapkan terjadi.
Pencatatan waktu perubahan keadaan klien, perkembangan atau sebaliknya tentang tujuan
dan perencaanaan perlu dituliskan pada format khusus
3) Manfaat dan data pasien yang akurat dapat dicatat
Pencatatan meliputi data subyektif dan obyektif pada pengkajian, penentuan masalah,
analisa rencana tindakakan, implementasi, observasi, keperluan pemeriksaan. Setelah
data didokumentasikan, maka perlu suatu perhatian khusus terhadap data tersebut untuk
dapat didokumentasikan dan dievaluasi berdasarkan tujuan dan kriteria hasil
Data langsung: meliputi observasi secara langsung; tanda-tanda vital, pernyataan tanda
dan gejala, perilaku klien.
Data tidak langsung: merujuk pada informasi dari sumber lain; catatan pembedahan, hasil
pemeriksaan diagnostik dan laboratorium, konsultasi, laporan dari keluarga dan informasi
lainnya.
4) Penulisan catatan menggambarkan sesuatu yang kreatif.
Ide kreatif dalam penulisan akan sangat membantu dalam intervensi keperawatan.
Rencana tindakan yang meliputi definisi karakteristik individu klien dan pemahaman
5
bahwa setiap klien adalah unik serta mempunyai kebutuhan yang berbeda akan
menunjukkan suatu pencatatan yang kreatif. Jika pencatatan dilakukan secara konsisten,
maka catatan tersebut harus meliputi beberapa komponen, antara lain:
- Riwayat keperawatan
- Masalah actual dan potensial
- Perencanaan dan tujuan
- Pemeriksaan, pengobatan, dan promosi kesehatan
- Evaluasi tujuan keperawatan dan modifikasi rencana tindakan dalam pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
2. Dokumentasi Proses Keperawatan
Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang tepat untuk pengambilan keputusan
yang sitematis, problem solving dan riset lebih lanjut. Dokumentasi proses keperawatan
mencakup pengkajian, identitas masalah, perencanaan, tindakan. Perawat kemudian
mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang diberikan dan
mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga kesehatan lainnya. Kekurangan dalam
pendokumentasian proses keperawatan meliputi penggunaan terminology dan pencatatan yang
tidak standar yang tidak menunjukan adanya suatu perbedaan tindakan keperawatan yang
kompleks.
3. Standar Keperawatan
Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kuantitas dan kualitas dokumentasi
yang dipertimbangkan secara adekuat dalam situasi tertentu. Dengan adanya standar
dokumentasi memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuran terhadap kualitas dokumentasi
keperawatan.
Perawat memerlukan suatu standar dokumentasi untuk memperkuat pola pencatatan dan
sebagai petunjuk atau pedoman praktek pendokumentasian dalam memberikan tindakan
keperawatan. Fakta tentang kemampuan perawat dalam pendokumentasian ditunjukan pada
ketrampilan menuliskan sesuai standar dokumentasi yang konsisten, efektif, lengkap dan akurat.
Soal:
1. Suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum
merupakan definisi dari?
a. Proses pendokumentasian c. Dokumenter e. Publikasi
b. Dokumentasi d. Bukti
2. Pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa baik dari obyek maupun pemberi jasa yang
dianggap berharga dan penting, merupakan definisi dari?
a. Proses pendokumentasian c. Dokumenter e. Publikasi
b. Dokumentasi d. Bukti
3. Di bawah ini yang benar tentang tujuan utama dari pendokumentasian adalah?
a. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mendokumentasikan kebutuhan
klien
b. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum, dan etika.
c. Mencatat keluhan pasien
d. Jawaban A, B benar
e. Jawaban B, C benar
4. Di bawah ini yang benar tentang manfaat dokumentasi keperawatan antara lain sebagai
berikut, kecuali:
a. Hukum c. Komunikasi e. Catatan klien
b. Kualitas pelayanan d. Keuangan
5. Semua asuhan keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan didokumentasikan
dengan lengkap dan dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya
keperawatan bagi klien. Pernyataan di atas merupakan salah satu manfaat dokumentasi
keperawatan, yaitu?
8
Soal:
1. Beberapa hal yang direkomendasikan berkaitan dengan pendokumentasian, sehingga
kebiasaan menulis dan mencatat yang terampil dapat dimiliki antara lain sebagai berikut,
kecuali?
a. Mengikuti norma – norma yang ada di masyarakat
b. Mengikuti kaidah – kaidah tata bahasa
c. Komposisi dari susunan kata dan kalimat
d. Pemilihan terminology
e. Duplikasi
2. Di bawah ini yang benar tentang pedoman penulisan dokumentasi sebagai berikut, yaitu?
11
5. Di bawah ini pernyataan yang benar mengenai karakteristik dokumentasi yang efektif
yaitu sebagai berikut:
a. Menggambarkan keadaan klien secara aktual ( current ), lengkap dan konsisten
dengan duplikasi data yang minimal
b. Menggambarkan pemecahan masalah klinik dan upaya pengambilan keputusan
termasuk pernyataan kesimpulan diagnostic
c. Menggambarkan kejadian sehari-hari tentang intervensi keperawatan dan
pelaksanaan intervensi medis, serta respon pasien terhadap intervensi
d. Memberikan informasi secara jelas dan bermanfat bagi tenaga kesehatan dan lainnya
e. Semua jawaban benar
12
Contoh SOR:
Tanggal Waktu Sumber Catatan Perkembangan
17 Januari 16.00 WIB P Ny. M, 26 tahun Diagnosa medis anemia pada masa
2013 kehamilan, dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan
Hb 6,5gr%. Keadaan umum os pucat, lemah.
Pengukuran TTV: TD : 90/60 mmHg, pols : 74 x/i. RR:
18 x/i, temp: 36,4°C.
Tanda Tangan
Perawat
D Dilakukan pemasangan infus 20 tts/I, direncanakan
untuk transfusi darah , direncanakan untuk pemberian
obat-obat oral seperti tablet Fe, Vitamin B12, Vitamin
B6, Asam Folat, Vitamin C.
Tanda Tangan
Dokter
F kontrol tanda vital tiap 4 jam, telah diberikan obat oral:
Tablet Fe 2x1 pada pukul 18.00, Vitamin B6 1x1 pada
pukul 18.00 , Asam Folat 1x1 pada pukul 18.00 , Vitamin
C 1x1 pada pukul 18.00. pasien telah minum obat sesuai
dengan waktu dan telah dirasakan ada perubahan
Tanda Tangan
Perawat
G Diet MB dengan nasi, sayur, daging, dan buah
Tanda Tangan
Ahli Gizi
(2) Memudahkan perawat untuk secara bebas menentukan bagaimana data akan
didokumentasikan.
(3) Format dapat menyederhanakan proses pendokumentasian masalah, kejadian, perubahan,
intervensi, dan respons klien atau hasil.
Kerugian:
(1) Potensial terjadinya pengumpulan data yang terfragmentasi karena tidak berdasarkan
urutan waktu.
(2) Kadang-kadang mengalami kesulitan untuk mencari data sebelumnya tanpa harus
mengulang dari awal.
(3) Superfisial pendokumentasian tanpa data yang jelas.
(4) Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan masalah dan
intervensi yang akan diberikan kepada klien.
(5) Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan memerlukan waktu yang banyak.
(6) Data yang berurutan mungkin menyulitkan dalam tahap interpretasi/analisis data.
(7) Perkembangan klien sulit dipantau.
Contoh:
Tanggal No Masalah klien Diidentifikasi oleh keterangan
10/6/96 1 CVA mengakibatkan dr. X
hemiplegia kanan dan
lemah pada sisi kiri tubuh.
1A Defisit asuhan mandiri Ns. A
(kebersihan tubuh,
eliminasi, makan).
(1) fokus catatan asuhan keperawatan lebih menekankan pada masalah klien dan proses
penyelesaian masalah daripada tugas dokumentasi.
(2) Pendokumentasian tentang kontinuitas dari asuhan keperawatan.
(3) Evaluasi dan penyelesaian masalah secara jelas didokumentasikan. Data disusun
berdasarkan masalah yang spesifik.
(4) Daftar masalah merupakan check list untuk diagnosis keperawatan dan untuk masalah
klien. Daftar masalah tersebut membantu mengingatkan perawat untuk suatu perhatian.
(5) Data yang perlu diintervensi dijabarkan dalam rencana asuhan keperawatan.
Kerugian:
(1) Penekanan hanya berdasarkan masalah, penyakit, dan ketidakmampuan dapat
mengakibatkan pada pendekatan pengobatan yang negative.
(2) Kemungkinan adanya kesulitan jika daftar masalah belum dilakukan intervensi atau
munculnya masalah yang baru.
(3) Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus masuk dalam daftar masalah.
(4) SOAPIER dapat menimbulkan pengulangan yang tidak perlu, jika sering adanya target
evaluasi atau tujuan perkembangan klien sangat lambat.
(5) Perawatan yang rutin mungkin diabaikan dalam pendokumentasian jika flow sheet
untuk pendokumentasian tidak tersedia.
(6) P (dalam SOAP) mungkin terjadi duplikasi dengan rencana asuhan keperawatan.
Pedoman Penulisan Catatan SOAPIER
(1) Ruju pada daftar masalah sebelum menuliskan data SOAP.
(2) Beri tanda setiap catatan SOAP dengan nomor secara berurutan.
(3) Pemisahan catatan SOAP harus ditulis untuk setiap masalah.
(4) Masukkan data yang relevan saja terhadap masalah yang spesifik.
(5) Masalah yang belum pasti harus didaftar di catatan sementara.
(6) Tuliskan data subjektif apa adanya.
(7) Jika terjadi kebimbangan dalam pengkajian keperawatan, pergunakan diagnosis
keperawatan atau uraian (paraphrase) sebagai kesimpulan status kesehatan klien.
(8) Catatan SOAP menyediakan data tentang keadaan fisik, status pendidikan klien, dan
status mental klien.
(9) Jika tidak ada masalah yang luar biasa, tetapi peraturan mengharuskan memasukkan
dalam pendokumentasian, tuliskan catatan perkembangan tentang masalah klien ketika
pertama kali masuk.
(10) Jika hanya menggunakan SOAP:
- Evaluasi respons klien terhadap intervensi didokumentasikan untuk mendukung data;
- Gunakan A (assessment) tidak hanya untuk mencatat analisis dan pengkajian, tetapi
juga evaluasi respons klien terhadap intervensi.
18
dengan melihat grafik yang terdapat pada flow sheet. Oleh karena itu flow sheet lebih sering
digunakan di unit gawat darurat, terutama data fisiologis.
3. Catatan Pemulangan dan Ringkasan Rujukan
Pada catatan ini terutama dipersiapkan ketika klien akan dipulangkan atau dipindahkan ke
tempat perawatan lain guna perawatan lanjutan.klien dan keluarga harus mendapatkan
informasi dan sumber yang diperlukan sebelum dipulangkan. Penulisan dokumentasi
pemulangan meliputi masalah kesehatan yang masih terjadi, pengobatan terakhir,
penanganan yang masih harus diteruskan, kebiasaan makan dan istirahat, kemampuan untuk
asuhan mandiri, jaringan dukungan (support system), pola/gaya hidup, dan agama.
Pencatatan pemulangan klien ditujukan untuk profesi kesehatan yang akan meneruskan
homecare dan juga informasi pada klien.
proses pada dokumentasi dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnosis
keperawatan.
Penggunaan
Format PIE tepat digunakan untuk system pemberian asuhan keperawatan primer. Pada
keadaan klien yang akut, perawat primer dapat melaksanakan dan mendokumentasikan
pengkajian ketika pertama kali klien masuk dan pengkajian system tubuh yang diberi tanda
PIE setiap hari. Setelah itu perawat associate (PA) akan melaksanakan intervensi sesuai
yang telah direncanakan. Karena PIE didasarkan pada proses keperawatan, maka akan
membantu memfasilitasi perbedaan antara pembelajaran di kelas dan keadaan nyata pada
tatanan praktik pendokumentasian yang sesungguhnya.
Karakteristik PIE
(1) Proses dokumentasi PIE dimulai dari saat pengkajian ketika pertama kali klien masuk
diikuti pelaksanaan pengkajian sistem tubuh setiap pergantian dinas (setiap 8 jam).
(2) Data masalah hanya dipergunakan untuk asuhan keperawatan klien jangka waktu yang
lama dengan masalah yang kronis.
(3) Intervensi yang dilaksanakan dan rutin didokumentasikan dalam flow sheet.
(4) Catatan perkembangan digunakan untuk pencatatan nomor intervensi keperawatan yang
spesifik berhubungan dengan masalah yang spesifik.
(5) Intervensi langsug terhadap penyelesaian masalah ditandai dengan huruf I (intervensi)
dan nomor masalah klien yang relevan didokumentasikan.
(6) Keadaan klien sebagai pengaruh dari intervensi diidentifikasi dengan huruf E (evaluasi)
dan nomor masalah.
(7) Setiap masalah yang diidentifikasi harus dievaluasi minimal setiap 8 jam (setiap
pergantian dinas).
Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan:
(1) Memungkinkan penggunaan proses keperawatan.
(2) Rencana intervensi dan catatan perkembangan dapat dihubungkan.
(3) Memungkinkan pemberian asuhan keperawatan yang kontinu karena secara jelas
mengidentifikasi masalah pada kklien dan intervensi keperawatan.
(4) Perkembangan klien, mulai dari ketika pertama kali klien masuk sampai pulang dapat
dengan mudah digambarkan.
(5) Dapat diadaptasi untuk pendokumentasian yang otomatis.
Kerugian:
21
(1) Tidak dapat dipergunakan untuk pendokumentasian untuk semua disiplin ilmu.
(2) Pembatasan rencana intervensi yang tidak aplikatif untuk beberapa situasi keperawatan.
Contoh Format PIE
Tanggal Jam Pendokumentasian (Remarks)
22/8/2001 08.00 P#1 Risiko perlukaan berhubungan dengan riwayat sering
jatuh selama di rumah.
IP#1 Sarankan klien untuk meminta bantuan jika ingin
keluar dari ruangan.
P#2 Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tindakan
arteriogram.
EP#2 Diskusikan dengan klien. Jelaskan prosedur
arteriogram.
09.30 IP#2
dan seterusnya.
Penggunaan
FOCUS dapat dipergunakan untuk menyusun fungsi DAR sebagai kunci dan pedoman
terhadap kewajiban orientasi proses.
Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan:
(1) Istilah FOCUS lebih luas dan positif dibandingkan penggunaan istilah Problem.
(2) Pernyataan FOCUS pada tingkat yang tinggi adalah diagnosis keperawatan.
22
(3) FOCUS dengan DAR adalah fleksibel dan menyediakan kunci dan pedoman
pendokumentasian diagnosis keperawatan.
(4) Catatan rencana asuhan keperawatan merupakan pendokumentasian Index berdasarkan
tanda FOCUS yang memudahkan data untuk dikenali.
(5) Waktu lebih singkat tanpa harus menuliskan pada beberapa bagian pada format.
(6) Sistem ini mudah dipergunakan dan dimengerti oleh profesi kesehatan lainnya karena
bahasa dan proses pendokumentasian menggunakan istilah yang umum.
Kerugian
(1) Penggunaan pendokumentasian Action dapat membingungkan, khususnya untuk
membedakan intervensi antara yang akan dengan yang telah dilaksanakan.
(2) Penggunaan FOCUS pada kolom tidak konsisten dengan istilah pada rencana asuhan
keperawatan.
Contoh format FOCUS
Tanggal/Waktu/ FOCUS Catatan Keperawatan
Tanda tangan Kategori: DAR
Tanggal/bulan/ Keadaan klien, Data: tahap pengumpulan data dan
tahun diagnosis keperawatan, informasi. Data subjektif dan objektif yang
masalah, penyebab, mendukung FOCUS.
atau definisi Action: intervensi yang segera dan akan
karakteristik yang dilakukan berdasarkan pengkajian data,
dinyatakan dalam kegiatan actual yang penting untuk
FOCUS. melaksanakan rencana asuhan keperawatan
dan medis.
Response: penjabaran respons klien terhadap
asuhan keperawatan atau medis,
menandakan apakah rencana tujuan rencana
intervensi dapat dicapai atau penyelesaian
FOCUS. Mungkin menyediakan data yang
mendukung perubahan dalam rencana
keperawatan/medis.
22 Agustus Intake cairan yang tidak 1. Berikan minuman yang disukai: teh,
2001/malam adekuat. jus, dan cake.
2. Berikan cairan sebelum dan sesudah
hari/jam 22.00
23
makan.
3. Anjurkan untuk selalu mencatat setiap
Nursalam, Ns.
intake dan output cairan.
LATIHAN SOAL BAB 3
Petunjuk:
Pilhlah salah satu jawaban yang paling benar A, B, C, D, E
Soal:
1. Model dokumentasi keperawatan yang menempatkan atas dasar disiplin orang atau
sumber yang mengelola pencatatan yaitu disebut model dokumentasi?
a. POR c. PROGRESS NOTE e. PIE
b. SOR d. CBE
2. System dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dari hasil atau penemuan yang
menyimpan dari keadaan normal dan standar. Pernyataan tersebut merupakan definisi
dari salah satu model dokumentasi keperawatan yaitu?
a. POR c. PROGRESS NOTE e. PIE
b. SOR d. CBE
3. Yang benar tentang keuntungan model SOR antara lain?
a. Menyajikan data secara langsung berurutan dan mudah diidentifikasi
b. Memudahkan perawat untuk secara bebas bagaimana informasi akan dicatat
c. Formay dapat menyederhanakan proses pencatatan masalah, kejadian, perubahan,
intervensi dan respon klien atau hasil
d. Semua jawaban benar
e. Semua jawaban salah
4. Model dokumentasi keperawatan yang memusatkan data tentang klien didokumentasikan
dan disusun menurut masalah klien yang dikumpulkan oleh dokter, perawat atau tenaga
kesehatan lain yang terlibatdalam pemberian layanan kepada klien disebut model
dokumentasi?
a. POR c. PROGRESS NOTE e. PIE
b. SOR d. CBE
5. Model dokumentasi POR terdiri dari empat komponen, yaitu kecuali?
24
a. Data dasar
b. Daftar masalah
c. Daftar petugas
d. Daftar awal rencana asuhan
e. Catatan perkembangan
6. Di dalam PROGRESS NOTE terdapat tiga jenis catatan perkembangan yaitu?
a. Catatan perawat
b. Lembar alur
c. Catatan pemulangan dan ringkasan rujukan
d. Semua jawaban benar
e. Semua jawaban salah
7. Kerugian model dokumentasi keperawatan CBE, antara lain kecuali?
a. Pencatatan secara narasi sangat panjang. Tidak bergantung checklist
b. Kemungkinan ada pencatatan yang masih kosong atau tidak ada
c. Pencatatan rutin sering diabaikan
d. Adanya pencatatan kejadian yan g tidak semuanya didokumentasikan
e. Tidak mengakomodasikan pencatatan disiplin ilmu lain
8. Pedoman penulisan CBE yang benar yaitu?
a. Data dasar dicatat untuk setiap klien dan disimpan sebagai catatan yang permanent
b. Daftar diagnose keperawatan disusun dan ditulis pada waktu masuk rumah sakitdan
menyediakan daftar isi untuk semua diagnose keperawatan
c. Ringkasan pulang tidak ditulis untuk setiap diagnose keperawatan pada saat klien
pulang
d. Jawaban A, B benar
e. Jawaban C benar
9. Karakteristik model dokumentasi keperawatan PIE, antara lain yaitu?
a. Proses dokumentasi PIE dimulai pengkajian waktu klien masuk diikuti pelaksanaan
pengkajian system tubuh setiap pergantian jaga (8jam)
b. Data masalah hanya dipergunakan untuk asuhan keperawatan klien jangka waktu
yang lama sengan masalah kronis
c. Intervensi yang dilakukan dan rutin tidak dicatat dalam “flowsheet”
25
d. Jawaban A, B, C benar
e. Jawaban A, B benar
10. Di dalam model dokumentasi keperawatan FOCUS, jika menuliskan catatan
perkembangan menggunakan format DAR dengan 3 kolom. Apakah kepanjangan dari
DAR?
a. Dokumentasi Analisis Respon
b. Dokumentasi Action Respon
c. Data Action Respon
d. Data Analisis Respon
e. Data Analisis Rekruitmen
ESAI:
Tn. A umur 40 tahun dirawat di ruang bedah dengan diagnose medis fraktur femur sinistra
dengan terapi medis: Injeksi sefazolin 3x1 gram, infur RL 20x/menit, latihan fleksi dan ekstensi
knee (sinestra) dan diet TKTP. Tn. A mengeluh nyeri pada paha kirinya dan tidak bisa bergerak
dengan bebas. Wajah klien tampak menyeringai kesakitan. TTV: TD: 160/ 100 mmHg, Nadi:
98x/ menit, suhu: 37ºC, RR: 20x/ menit. Pada palpasi ektremitas sinistra terdapat nyeri tekan,
skala nyeri 8. Klien mengatakan untuk aktifitas sehari-hari semuanya membutuhkan bantuan
istri.
Buatlah model dokumentasi keperawatan pada kasus di atas menggunakan model SOR, POR dan
FOCUS.
26
1.PENGKAJIAN
5. EVALUASI
4.
PELAKSANAAN/ 2. DIAGNOSIS
IMPLEMENTASI
3.
PERENCANAAN/
INTERVENSI
data-data yang mengarah pada masalah nutrisi saja, seperti adanya mual muntah,
nafsu makan, berat dan tinggi badan, konjungtiva yang anemis, dll
b. Data subyektif dan data obyektif
Data subyektif adalah data yang didapat dari perkataan pasien, biasanya apa yang
dikeluhkan. Data subyektif sering didapatkan dari riwayat keperawatan termasuk
persepsi klien, perasaan, dan ide tentang status kesehatannya. Misalnya: “Saya sudah
2 hari ini berak cair, satu hari saya buang air besar sebanyak 7 kali”.
Informasi yang diberikan sumber lainnya, misalkan dari keluarga, konsultandan
tenaga kesehatan lainnya juga dapat digunakan sebagai data subyektif jika didasarkan
pada pendapat klien
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur yang diperoleh perawat
berdasarkan hasil pengamatan ataupun hasil pemeriksaan fisik . Misalnya: frekuensi
pernafasan, tekanan darah, berat badan, pasien tampak lemas, terdapat distensi
abdomen di kuadran kanan bawah.
2. Memvalidasi data
3. Mengorganisasi data
4. Mencatat data
Karakteristik Data
Pengumpulan data klien harus memiliki karakteristik: lengkap, akurat, nyata dan relevan
1. Lengkap
Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan klien. Data yang
terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang adekuat.
Misalnya, klien tidak mau makan selama 2hari. Perawat harus mengkaji lebih dalam
mengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan hal-hal sebagai berikut: apakah
tidak mau makannya karena disengaja atau memang tidak ada nafsu makan?; Apakah
karena adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang patologis?; Bagaimana respon
klien mengapa tidak mau makan.
2. Akurat dan Nyata
29
Dlam pengumpulan data ada kemungkinan terjadi salah paham. Untuk mencegah hal
tersebut maka perawat harus berfikir akurasi dan nyata untuk membuktikan benar
tidaknya apa yang telah didengar, dilihat, diamati, dan diukur melalui pemeriksaan ada
tidaknya validasi terhadap semua data yang sekiranya meragukan. Apabila perawat
merasa kurang jelas terhadap data yang dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi
dengan perawat yang lebih mengerti. Dengan catatan perilaku klien yang akurat dan
nyata akan membuat tim pelayanan kesehatan lebih mudah untuk mencari penyebab dari
perilaku tersebut.
3. Relevan
Untuk pencatatan data yang komprehensif biasanya banyak sekali data yang yang harus
dikumpulkan, sehingga menyita banyak waktu perawat untuk mengidentifikasi. Kondisi
yang seperti ini biasa diantisipasi dengan membuat data yang komprehensif tetapi singkat
dan jelas. Dengan mencatat data yang relevan sesuai dengan masalah klien, yang
merupakan data focus terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi khusus.
Sumber Data
1. Klien
2. Orang terdekat/ keluarga
3. Orang lain: orang yang mengantarkan ke Rumah Sakit
4. Catatan klien
5. Riwayat penyakit
6. Konsultasi
7. Hasil pemeriksaan diagnostic
8. Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya
9. Perawat lain
10. Kepustakaan
Wawancara adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi klien dan merupakan suatu kominikasi yang direncanakan. Untuk itu kemampuan
komunikasi dengan klien sangat dibutuhkan dalam memperoleh data klien yang diperlukan.
Tujuan wawancara dalam pengkajian data keperawatan antara lain:
1) Mendapatkan informasi yang diperlukan dalam mengidentifikasi dan merencanakan tindakan
keperawatan
2) Meningkatkan hubungan perawat-klien dalam komunikasi
3) membantu klien untuk memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi masalah
dan tujuan
4) membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap pengkajian
kapan mereka sanggup. Hal ini penting sekali karena klien mempunyai hak dan wewenang untuk
dirawat atau tidak.
2) Pembukaan dan perkenalan
Pada tahap ini perawat mulai mengembangkan hubungan yang terapeutik. Langkah pertama
perawat dalam mengawali wawancara adalah dengan memperkenalkan diri menyebutkan Nama,
status, tujuan kegiatan, waktu yang diperlukan, waktu yang diperlukan dan factor-faktor yang
menjadi pokok pembicaraan. Dalam membina hubungan saling percaya dengan klien, perawat
perlu memberikan informasi kepada klien mengenai data yang terkumpul dan akan disimpan
dimana, bagaimana penyimpanannya dan siapa saja yang boleh mengetahuinya. Hasil
wawancara tersebut akan sangat membantu perawat dalam menentukan tahap proses
keperawatan selanjutnya.
3) Isi atau tahap kerja
Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan arah pembicaraan pada masalah
khusus yang ingin diketahui. Hal ini sering bisa didapatkan dari data keluhan klien dan biasanya
mencakup dat-data tentang : riwayat penyakit, riwayat keluarga, agama dan budaya. Wawancara
dapat dilaksanakan di mana saja, di rumah sakit, klinik, nursing home atau rumah klien.
4)Tahap terminasi
Tahap akhir dalam wawancara adalah penutupan atau terminasi. Pada tahap ini perawat
mempersiapkan wawancara untuk penutupan. Missal “Baiklah Pak A, kita akan menyelesaikan
pembicaraan kita ini 3 menit lagi”. Untuk itu kilen harus mengetahui kapan wawancara berakhir
dan tujuan dari wawancara pada tahap awal perkenalan, sehingga diharapakan pada akhir
wawancara perawat dank klien mampu menilai keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan
bersama. Jika diperlukan, perawat perlu membuat perjanjian lagi untuk pertemuan selanjutnya.
2.Observasi
Teknik kedua dalam pengumpulan data adalah observasi. Observasi adalah mengamati perilaku
dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Observasi memerlukan suatu keterampilan disiplin dan praktik klinik sebagai bagian tugas dari
perawat. Kegiatan observasi meliputi: 2S HFT (sight, smell, hearing, feeling daan taste).
Kegiatan tersebut meliputi aspek: fisik, psikologis, social dan spiritual.
Hearing : Tekanan darah, batuk, menangis, expresi nyeri, heart rate, ritme, dll.
3.Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik atau pengkajian fisik dalam keperawatan dipergunakan untuk memperoleh
data obyektif dari riwayat keperawatn klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilaksanakan
bersamaan dengan wawancara. Focus pengkajian fisik yang dilakukan perawat adalah pada
kemampuan fungsioanal klien. Misalnya, jika da klien dengan gangguan sistem pernafasan,
maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari.
PENGKAJIAN
mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk, dan konsisten jaringan. Perawat menggunakan kedua
tangan untuk menghasilkan suara.
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh
dengan menggunakan stetoskop.
Ada 4 ciri-ciri suara yang perlu dikaji dengan auskultasi:
1. Pitch (dari suara yang tinggi ke rendah)
2. Keras (dari suara yang halus keras)
3. Kualitas (meningkat sampai melemah)
4. Lama (pendek-menengah-panjang)
3.Pengkajian ulang. Pengkajian ulang dilakukan setelah intervensi keperawatan. Pengkajian ini
dapat ditulis pada format catatan keperawatan.
Diagnosa keperawatan merupakan hasil akhir dari pengkajian yang dirumuskan atas dasar
interpretasi data yang tersedia. Diagnosa keperawatan menggambarkan respon manusia pada diri
pasien terhadap perubahan-perubahan dalam dimensi-dimensi bio-spiko-sosial-spiritual.
Diagnosa keperawatan dapat mengkomunikasikan kepada rekan sejawat atau tenaga kesehatan
36
lainnya, dimana perawatan yang diberikan perawat kepada pasien berfokus pada kebutuhan
individual pasien. Tujuan dari pencatatan diagnose keperawatan adalah :
1. Sebagai alat komunikasi tentang masalah pasien yang dialami pasien pada saat ini,
2. Menunjukkan tanggungjawab perawat terhadap masalah yang diidentifikasi berdasarkan
data,
3. Mengidentifikasi pengembangan rencana intervensi keperawatan.
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan jika data-data yang telah ada dianalisa. Diagnosa
keperawatan sebenarnya merupakan kesimpulan dari masalah kesehatan yang dialami pasien.
3) Pola eliminasi
4) Aktivitas: pola latihan
5) Tidur: pola istirahat
6) Kognitif: pola perceptual
7) Persepsi diri: pola konsep diri
8) Peran: pola berhubungan
9) Seksualitas: pola reproduktif
10) Koping: pola toleransi stress
11) Nilai: pola keyakinan
2. Interpretasi Data
1) Menentukan kelebihan klien
Jika klien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat kemudian menyimpulkan
bahwa klien memiliki kelebihan dalam “hal tertentu” dan kelebihan tersebut bisa
digunakan untuk meningkatkan atau membantu memecahkan masalah klien yang
dihadapi.
2) Menentukan Masalah Klien
Jika klien tidak memenuhi standar kriteria, maka klien tersebuut mengalami
keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
3) Menentukan masalah klien yang pernah dialami
Pada tahap ini penting untuk menentukan masalah potensial klien. Misalnya adanya
tanda-tanda infeksi pada luka, tetapi tes laboratorium menunjukkan tidak ada
kelainan, sesuai dengan teori maka akan timbul suatu infeksi. Perawat kemudian
menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak mampu melawan infeksi.
4) Penetuan keputusan
- Masalah aktual
- Masalah resiko tinggi atau resiko
POHON MASALAH
Dari daftar data yang dikumpulkan, maka perawat dapat mengidentifikasi daftar kebutuhan dan
masalah klien dengan menggambarkan adanya suatu sebab-akibat yang dapat digambarkan
sebagai “pohon masalah”.
Langkah-langkah dalam pohon masalah adalah:
1) Tentukan masalah utama (core problem) berdasarkan identifikasi data subyektif (keluhan
utama) dan obyektif (data-data mayor)
2) Identifikasi penyebab (etiologi) dari masalah utama
3) Identifikasi penyebab dari penyebab masalah utama (akar dari masalah)
4) Identifikasi penyebab dari penyebab masalah
Contoh:
38
Klien Tn. S 40 tahun dating ke RSSA dengan keluhan diare > 20x. keadaan klien sangat lemah,
pucat, turgor > 2 detik. Menurut pengakuan klien 8 jam sebelum sakit klien makan rujak cingur.
Selama dirawat di RS klien dutunggu oleh istri klien, dan selama sakit klien tidak bisa bekerja
disebuah bank swasta sebagai manajer.
Akibat
Resiko tinggi hipovolemik
Masalah utama
3. Validasi Data
Tahap ini perawat memvalidasi data yang ada secara akurat yang dilakukan bersama
klien/ keluarga atau masyarakat. Validasi tersebut dilaksanakan dengan mengajukan
pertanyaan dan pernyataan yang rreflektif kepada klien atau keluarga tentang kejelasan
intepretasi data. Begitu diagnosa keperawatan disusun, maka harus dilakukan validasi.
Menurut Price ada beberapa indikasi pertanyaan ttentang respon yang menentukan
diagnose keperawatan:
1) Apakah data dasar mencukupi, akurat dan berasal dari beberapa konsep keperawatan?
2) Apakah data yang signifikan menunjukkan gangguan pola?
3) Apakah ada data-data subyektif dan obyektif mendukung terjadinya gangguan pola
pada klien?
4) Apakah diagnose keperawatan yang ada berdasarkan pemahaman ilmu keperawatan
dan keahlian klinik?
5) Apakah diagnosa keperawatan yang ada dapat dicegah, dikurangi, dan diselesaikan
dengan melakukan tindakan keperawatanyang idependen?
39
Perlu diperhatikan bahwa klien yang mampu berpartisipasi dalam keputusan klinik harus
diajak bersama untuk validasi diagnosa keperawatan. Misalnya: “ menurut saya mandi
merupakan masalah bagi saya, karena saya takut terjatuh di lantai. Bagaimana menurut
anda?”
4. Merumuskan Diagnosa Keperawatan
Setelah perawat mengelompokkan, mengidentifikasi dan memvalidasi data-data yang
signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini adalah merumuskan diagnosa keperawatan.
Menurut Carpenito (2000) diagnosa keperawatan dapat bersifat actual, resiko, sindrom,
kemungkinan dan wellness.
1) Aktual : suatu diagnosa keperawatan aktual menggambarkan penilaian klinis yang
harus divalidasi perawat karena adanya batasan karakteristik mayor.
Syarat :Menegakkan diagnosa keperawatan aktual harus ada unsur PES. Symptom (S)
harus memenuhi kriteria mayor (80%-100%) dan sebagian kriteria minor dari
pedoman diagnosa NANDA. Misalnya, ada data : muntah, diare, dan turgor jelek
selama 5 hari.
Diagnosa : Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan
secara abnormal (taylor, lilis, dan LeMoni, 1988, p.283)
Jika masalah semakin jelek dan menganggu kesehatan “perineal”, klien tersebut akan
terjadi resiko kerusakan kulit, dan disebut sebagai “resiko diagnosa”.
2) Resiko: diagnosa keperawatan resiko menggambarkan penilaian klinis dimana
individu atau kelompok lebih rentan mengalami masalah di banding orang lain dalam
situasi yang sama atau serupa.
Syarat:Menegakkan resiko diagnosa keperawatan ada unsur PE (problem and
etiologi) penggunaan istilah “resiko dan resiko tinggi” tergantung dari tingkat
keparahan/kerentanan terhadap masalah.
Diagnosa : “resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare yang terus
menurus”.
Jika perawat menduga adanya gangguan self-concept, tetapi kurang data yang cukup
mendukung (defenisi karakteristik/tanda dan gejala) untuk memastikan permasalahan,
maka dapat dicantumkan sebagai : “kemungkinan diagnosa”.
3) Kemungkinan:Diagnosis keperawatan yang mungkin adalah pernyataan yang
menjelaskan masalah yang diduga memerlukan data tambahan.
Syarat: menegakkan kemungkinan diagnosa keperawatan adanya unsur respon
(problem) dan faktor yang mungkin dapat menimbulkan masalah tetapi belum ada.
40
- Resiko thrombosis
- Resiko gangguan aktivitas
- Resiko perlukaan
- Kerusakan mobilisasi fisik
- Resiko gangguan proses piker
- Resiko gangguan gambaran diri
- Resiko ketidakberdayaan (powerlessness)
- Resiko kerusakan integritas jaringan.
4. Tempatkan faktor-faktor lingkungan yang merupakan bagian dari etiologi, dalam bagian
kedua dari pernyataan diagnostic
Salah : Lingkungan yang bising berhubungan dengan berisiknya suara TV
Benar : Gangguan pola tidur berhubungan dengan rangsangan pendengaran yang
konstan (TV)
5. Hindarkan pertanyaan diagnosa yang tidak membimbing untuk merencanakan tindakan
asuhan keperawatan
Salah : Ketidakmampuan untuk berbicara berhubungan dengan laringectomi
Benar : Ketidak mampuan berkomunikasi berhubungan dengan hilangnya kemampuan
berbicara. Hal ini memberi arah pada perawat dalam merencanakan alternative
pola komunikasi
6. Nyatakan diagnosa keperawatan potensial bila respon pasien terhadap kondisi atau situasi
dapat diramalkan atau bila pasien memerlukan terapi preventif untuk mempertahankan
keadaan yang sehat. Contoh: resiko terjadinya atelektasis berhubungan dengan efek
anestesi dan imobilisasi pasien bedah
7. Diagnosa keperawatan sebanyak mungkin perlu ditulis. Sehingga lebih banyak data akan
dikumpulkan untuk mendukung atau menghilangkan respon yang dicurigai
8. Tuliskan diagnosa keperawatan segera, beberapa diagnosa dapat dibuat pada waktu
masuk, yang lain akan muncul kemudian
9. Respon pasien adalah sesuatu yang dapat dirubah kepada respon yang lebih sehat melalui
intervensi keperawatan
10. Kata-kata dalam diagnosa keperawatan harus singkat dan jelas dalam terminology yang
spesifik untuk member arah bagi tahap proses keperawatan lainnya.
11.
Contoh Penulisan Analisa Data
Tujuan Perencanaan
Tujuan rencana tindakan keperawatan dapat dibagi menjadi 2:
1. Tujuan administratif
- Untuk mengidentifikasi focus keperawatan kepada klien atau kelompok
- Untuk membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan lainnya
- Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi keperawatan
- Untuk menyediakan suatu kriteria klasifikasi klien
2. Tujuan Klinik
- Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan
- Mengkomunikasikan dengan staf perawat; apa yang diajarkan, apa yang diobsevasi
dan apa yang dilaksanakan
- Menyediakan kriteria hasil (outocomes) sebagai pengulangan dan evaluasi
keperawatan
- Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya untuk melaksanakan tindakan
Langkah-langkah Perencanaan
Untuk mengevaluasi rencana tindakan keperawatn, maka ada beberapa komponen yang perlu
diperhatikan:
1. Menentukan prioritas masalah
2. Menetukan kriteria hasil
3. Menentukan rencana tindakan
4. Dokumentasi
Menurut Carpenito (2000) ada perbedaan antara prioritas diagnosa dan diagnosa penting
yaitu:
1) Priorotas diagnosa adalah diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan, jika tidak
diatasi saat ini akan berdampak buruk terhadap keadaan fungsi status kesehatan klien.
2) Diagnosa penting adalah diagnosa keperawatan atau masalah kolaboratif dimana
intervensi dapat ditunda untuk beberapa saat tanpa berdampak terhadap status fungsi
kesehatan klien
Penentuan priorotas diagnosis dilakukan pada tahap perencanaan setelah tahap diagnosis
keperawatan. Dengan menentukan diagnosis keperawatan, maka dapat diketahui diagnosis mana
yang akan dilakukan. Dalam menentukan prioritas terdapat beberapa pendapat urutan prioriitas,
diantaranya:
a. Berdasarkan tingkat kegawatan (mengamcam jiwa)
Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa) yang dilatarbelakangi
dari prinsip pertolongan pertam ayaitu dengan membagi beberapa prioritas: prioritas tinggi,
prioritas sedang, dan prioritas rendah.
Prioritas tinggi, merupakan situasi yang mengancan kehidupan (nyawa) sehingga perlu dilakukan
tindakan terlebih dahulu.
Proritas sedang menggambarakan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam hidup.
Priorotas rendah, merupakan situasi yang ttidak berhubungan langsung dengan diagnosis dari
suatu penyakit yang secara spesifik.
b. Berdasarkan kebutuhan Maslow
Berdasarkan teori Maslow prioritas diagnosa yang direncanakan berdasarkan kebutuhan
dasar manusia, yaitu:
1) Kebutuhan fisiologis, meliputi: masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan,
perawatan kulit, ,mobilitas, eliminasi.
2) Kebutuhan keamanan dan keselamatan, meliputi: masalah lingkungan, kondisi tempat
tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut.
3) Kebutuhan cinta dan dicintai, meliputi masalah kasih saying, seksualitas, hubungan antar
manusia.
4) Kebutuhan harga diri, meliputi: masalah respek dari keluarga, perasaan menghargai diri
sendiri
5) Kebutuhan aktualisasi diri, meliputi kepuasan terhadap lingkungan.
K: Kata kerja yang dapat diukur atau untuk menentukan tercapainya tujuan
K: Sesuatu yang menyebabkan asuhan diberikan
W: Waktu yang ingin dicapai
Tujuan dapat dibedakan menjadi:
1) Tujuan jangka pendek, yaitu tujuan atau sasarn yang diharapkan tercapai dalam periode
waktu yang singkat/ <1mgg.
2) Tujuan jangka panjang, yaitu tujuan atau sasaran yang diperkirakan untuk dicapai
sepanjang periode waktu yang lebih lama, biasanya lebih dari satu minggu atau berbulan-
bulan.
Kriteria hasil merupakan standar evaluasi yang merupakan gambaran tentang factor-faktor
yang dapat memberkan petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dan digunakan dalam membuat
pertimbangan dengan criteria sebagai berikut:
1) Setiap kriteria hasil berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2) Hasil yang ditetapkan dalam kriteria hasil memungkinkan untuk dicapai
3) Setiap kriteria hasil adalah pernyataan satu hal yang spesifik
4) Harus dapat diukur, dilihat, didengar
5) Menggunakan kata-kata positif
Kembali Meninjau
Memutar Menyatakan
Mencuci Mengajarkan
Selain tipe diatas ada beberapa jenis tipe lain dalam menentukan rencana tindakan seperti
tindakan yang sifatnya delegasi (pelimpahan tugas), edukasi (pendidikan), observasi (sifatnya
melakukan pengawasan atau pengamatan), preventif (sifatnya pencegahan), sifat suportif
(sifatnya pemberian dukungan), rehabilitasi (sifatnya pemberian dukungan), rehabilitasi (sifatnya
membantu untuk mandiri).
Proses perencanaan meliputi perumusan tujuan dan menentukan intervensi-intervensi yang
tepat. Proses ini dimulai dengan membuat daftar semua masalah-masalah pasien dan mencari
masukan dari pasien atau keluarganya tentang penentuan tujuan akhir yang dapat diterima dan
dapat dicapai secara rasional. Pernyataan tujuan akhir harus dinyatakan dalam bentuk pernyataan
yang dapat diukur, yang secara obyektif menunjukkan perkembangan terhadap pemecahan
masalah yang ditemukan. Bagian lain dari perencanaan keperawatan adalah menentukan
intervensi yang digunakan perawat dengan melibatkann pasien dan keluarga untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Intervensi dibuat untuk pasien secara individual. Bertambahnya
informasi selama pengkajian dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan khusus seperti
48
cultural, social, atau perkembangan status. Mengetahui hal tersebut, perawat akan dapat
memodifikasi intervensi sesuai kebutuhan pasien.
Beberapa petunjuk penulisan asuhan keperawatan yang efektif:
1. Sebelum menuliskan rencana keperawatan, akan lebih baik jika perawat mereview semua
data yang menunjang
2. Rencana dibuat secara spesifik, jelas, dapat diukur baik kognitif, afektif dan psikomotor.
Pilihlah mana yang lebih prioritas sesuai dengan kondisi pasien.
3. Jangan lupa untuk menuliskan tanggal, nomor diagnosa, tujuan dan criteria hasil,
rencana, rasional, nama dan paraf perawat yang membuat diagnosa keperawatan.
4. Untuk menentukan urutan prioritas, perawat dapat menggunakan:
a. Hirarki kebutuhan dasar Maslow
Masalah 1 : perubahan pola BAB (konstipasi)
Masalah 2 : komunikasi verbal tidak efektif
Maka masalah yang lebih prioritas adalah masalah 1
b. Kegawatan dari masalah itu sendiri, misalnya:
Masalah 1 : bersihan jalan nafas tidak efektif
Masalah 2 : pola tidur
Maka masalah yang lebih prioritas adalah masalah 1
c. Masalah aktual dan resiko, misalnya:
Masalah 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif
Masalah 2 : Risiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
Maka masalah yang lebih prioritas adalah masalah 1
d. keinginan pasien
5. Menetapkan tujuan yang akan dicapai yang berorientasi pada pasien. Contoh: Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, masalah bersihan nafas tidak efektif
teratasi
6. Rencana tindakan keperawatan dimulai dengan kata perintah, misalnya ukur, timbang,
berikan, dll. Jangan lupa pula menambahkan rasional dari tiap rencana tindakan yang
akan dilakukan. Jika memungkinkan, perawat dapat melibatkan pasien dan keluarga.
Review atau pembaruan terhadap rencana keperawatan bisa dilakukan jika terdapat
situasi tertentu, misalnya setiap pergantian shift
7. Menentukan criteria hasil. Kriteria hasil diperlukan untuk mengetahui apakah tindakan
keperawatan yang diberikan oleh perawat mempunyai dampak positif atau tidak. Dengan
membandingkan hasil yang dicapai dengan criteria evaluasi, berarti perawat telah
melakukan evaluasi terhadap pasien. Bila tindakan keperawatan sudah memberikan hasil
seperti criteria hasil, maka tindakan keperawatan dinilai berhasil
Contoh Rencana Keperawatan
dx
4. Konsultasi ahli terapi fisik mengenai kemajuan klien menggunakan walker (tindakan
kolaborasi)
Keberhasilan suatu tindakan keperawatan sangat ditentukan oleh perasaan klien yang
aman dan nyaman. Lingkungan yang nyaman mencakup komponen fisik dan psikologi.
6. Mengidentifikasi aspek hokum dan etik terhadap resiko tindakan
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus memperhatikan unsure-unsur: hak dan
kewajiban klien, hak dan kewajiban klien, hak dan kewajiban perawat atau dokter, kode
etik keperawatan dan hokum keperawatan.
Implementasi proses keperawatan terdiri rangkaian aktivitas keperawatan dari hari ke hari
yang harus dilakukan dan didokumentasikan dengan cermat. Perawat melakukan pengawasan
terhadap efektivitas intervensi yang dilakukan, bersamaan pula menilai perkembangan pasien
terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan. Bagian dari pengumpulan data ini
memprakarsai tahap evaluasi proses keperawatan.
Pada tahap ini, perawat harus melaksanakan tindakan keperawatan yang ada dalam rencana
keperawatan. Tindakan dan respon pasien tersebut langsung dicatat dalam format tindakan
keperawatan, ditulis dengan kalimat aktif, seperti:
Rencana keperawatan : Timbang berat badan klien setiap 3 hari sekali
Implementasi : Menimbang berat badan pasien
Respon : Berat badan pasien 60 kg
yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada criteria hasil.
Pada tahap evaluasi ini terdisi dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan
mengevaluasi selama proses keperawatan berlangsung atau menilai dari respons klien disebut
evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang digarapkan disebut
sebagai evaluasi hasil.
Evaluasi keperawatan dicatat disesuaikan dengan setiap diagnose keperawatan. Evaluasi
untuk setiap diagnose keperawatan meliputi data subyektif (S), data obyektif (O), analisa
permasalahan (A) klien berdasarkan S dan O, serta perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil
analisa data di atas. Evaluasi ini disebut juga evaluasi proses.
Proses Evaluasi
1. Mengukur pencapaian tujuan klien
Perawat menggunakan ketrampilan pengkajian untuk mendapatkan data yang akan
digunakan dalam evaluasi. Factor yang dievaluasi mengenai status kesehatan klien, yang
terdiri dari beberapa komponen, meliputi: KAPP (Kognitif, Afektif, Psikomotor,
Perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik)
Kognitif
Tujuan mengidentifikasi pengetahuan yang spesifik yang diperlukan setelah klien
diajarkan tentang teknik-teknik tertentu. Lingkup evaluasi pada kognitif meliputi
pengetahuan klien terhadap penyakitnya, mengontrol gejala-gejala, pengobatan, diet,
aktifitas, persediaan alat-alat, resiko komplikasi, gejala yang harus dilaporkan,
53
Tujuan ini dikatakan tercapai apabila klien telah menunjukkan perubahan dan
kemajuan yang sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan.
Contoh penulisan:
Diagnosa Keperawatan: berrsihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan:
Klien mampu mengeluarkan sekresi paru tanpa bantuan tanggal 19/08/2009
Evaluasi tanggal 19/08/2009
S: Sekarang saya membatukkan keluar dahak dalam dada saya
O: paru-paru bersih pada auskultasi
A: Gangguan bersihan jalan nafas sudah teratasi (tujuan tercapai)
2) Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai secara
keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai masalah atau penyebabnya. Seperti
pasien dapat makan sendiri tetapi masih merasa mual setelah makan bahkan kadang-
kadang muntah.
Contoh penulisan:
Diagnosis Keperawatan: bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan: Klien mampu mengeluarkan sekresi paru tanpa bantuan tanggal 19/08/2009
Evaluasi tanggal 19/08/2009
S: Sekarang saya membatukkan dahak yang keluar masih ada sedikit dalam dada
saya.
O: Paru-paru auskultasi masih ada bunyi nafas abnormal seperti crakles masih ada
sedikit, perubahan frekuensi 18 kali per menit, pernafasan teratur.
A: Gangguan bersihan jalan nafas masih ada (tujuan tercapai sebagian)
P: Lanjutkan latihan batuk efektif secara teratur
3) Tujuan tidak tercapai
Diakatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya perubahan kearah
kemajuan sebagaimana criteria yang diharapkan.
Contoh penulisan:
Diagnosis keperawatan: bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan:
55
Ada beberapa bentuk format dokumentasi yang dapat digunakan perawat untuk
mengidentifikasi dan mengatasi masalah pasien antara lain:
1. SOAP
Format SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasien
S: Subjective Pernyataan atau keluhan dari pasien
O: Objective Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga (catatan :
data subyektif dan obyektif harus relevan dengan diagnosa
keperawatan yang dievaluasi)
A: Analisys Kesimpulan dari obyektif dan subyektif (Umumnya ditulis
dalam bentuk masalah keperawatan)
P: Planning Rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis
Contoh S O A P :
TGL. WAKTU MASALAH S.O.A.P
30/6/01 Jam 14.00 Integritas kulit S : pasien mengeluh rasa nyeri sekitar
luka ketika dipalpasi
penyembuhan
2. SOAPIER
56
Format SOAPIER lebih tepat digunakan apabila rencana pasien ada yang akan dirubah
dan proses evaluasi mulai dilakukan
S: Subjective Pernyataan atau keluhan dari pasien yang relevan
O: Objective Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga (catatan :
data subyektif dan obyektif harus relevan dengan diagnosa
keperawatan yang dievaluasi) lalu bandingkan dengan
criteria hasil yang diharapkan
A: Analisys Kesimpulan dari obyektif dan subyektif
P: Planning Apa yang dilakukan terhadap masalah
I: Implementation Bagaimana dilakukan
E: Evaluation Respon pasien terhadap tindakan keperawatan
R: Revised Apakah rencana keperawatan akan dirubah
CONTOH S O A P I E R
TGL. WAKTU MASALAH S . O .A. P. I . E . R
3. DAR
Format dokumentasi DAR membantu perawat untuk mengatur pemikirannya dan
memberikan struktur yang dapat meningkatkan pemecahan masalah yang kreatif.
Komunikasi yang terstruktur akan mempermudah konsistensi penyelesaian masalah
diantara tim kesehatan.
D: Data Data obyektif dan subyektif yang mendukung masalah
A: Action Tindakan yang segera harus dilakukan untuk mengatasi
masalah
R: Respons Respon pasien terhadap tindakan perawat sekaligus melihat
tindakan yang telah dilakukan berhasil/tidak
57
CONTOH D .A. R
TGL. MASALAH
WAKTU D .A. R
3/2/14 21.00 Nyeri/Pain D : Pasien menangis ketika mau b.a k.
instruksi dokter
bahwa setiap shift perawat memebutuhkan waktu kurang lebih 35-140 menit untuk kegiatan
dokumentasi. Ini sangat berat dilaksanakan bila pasien yang ada jumlahnya besar sehingga
kemungkinan penanganan masalah pasien terabaikan. Di Negara profesi keperawatan yang sudah
maju, tidak menerapkan sisitem klasik lagi. Bahkan titik beratnya mengcu pada dokumentasi
yang maju dengan menggunakan sisem computer sesuai ketentuan yang ada.
Pelaksanaan penerapan dokumentasi keperawatan saat ini masih belum dapat diterima di
kalangan tim medis atau tim kesehatan lainnya. Dalam kesehariannya, seorang dokter mencari
informasi data pasien dari perawat melalui oral atau lisan. Hal ini sangat perlu bila sewaktu-
waktu ada masalah lain yang berkaitan dengan aspek legal. Dan untuk menghindari masalah ini
dibuat system dokumentasi yang efektif serta adanya penerapan secara langsung di klinik. PAda
bab ini membahas tentang hal – hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam
pendokumentasian keperawatan. Teknik – teknik ini dipertimbangkan pada saat pencatatan
informasi pada berbagai alat dokumentasi.
5. Memperhatikan situasi perawatan pasien dengan jalan mencatat secara rinci masalah
kesehatan pasien yang kompleks seperti : pasca operasi, pasien yang memerlukan perawatan
intensif dan pasien yang megalami infeksi berat. Hal ini berguna untuk menghindari
kemungkinan tuntutan tau gugatan kepada perawat karena kelalaiannya.
Selain aturan yang ada dalam hukum khususnya yang berkaitan dengan aspek
pendokumentasian maka diperlukan pengetahuan tentang arti hukum terhadap status atau kondisi
pasien. Artinya, gugatan hukum pada umumnya menyangkut gugatan fisik. Misalnya: peristiwa
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja , kebakaran atau trauma, dan penyakit yang ditimbulkan
berbagai produk beracun. Di samping itu gugatan tidak hanya menyangkut gangguan fisik.
Korban kejahatan dan korban akibat kelalian petgas kesehatanpun dapat diajukan ke pengadilan
baik perdata atau pidana, tergantung kondisi penggugat.
Contoh Tuntutan Pidana :
Tuntutan pidana tentang pemerkosaan. Catatan perawat pada pemeriksaan dalam alat
kelamin(genetila) dapat di ajukan sebagai bukti persidangan.
Contoh Tuntutan Perdata :
Seorang wnaita menderita luka bakar serius karena ledakan kompor di rumahnya kemudian
menggugat pabrik kompror. Catatan di ruan gawat darurat tentang luka bakar tersebut di akui
sebagai bukti selama luka bakar, perwatan, dan pengobatan luka bakar.
- Ganti Rugi. Ganti rugi yang diminta melalui pengadilan oleh penderita kecelakaan atau
cidera karena kelalaian orang lain. Ganti rugi menunjukan sejumlah uang sesuai dengan
tingkat gangguan yang diderita penggga
- Liabilitas, Keputuan hukum bahwa seseorag bertanggung jawab atas gangguan pada
orang land an diwajibkan untuk membayar ganti rugi.
Menurut hukum jika sesuatu tidak didokumentasikan berarti pihak yang bertanggung
jawab tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Jika perawat tidak melaksanakan atau
tidak menyelesaikan suatu aktifitas atau mendokumentasikan secara tidak benar, dia bias dituntut
melakukan mal praktik. Dokumentasi keperawatan harus dapat dipercaya secara legal, yaitu
harus memberikan laporan yang akurat mengenai perawatan yang diterima klien. Tappen, weiss,
dan whitehead (2001) menyatakan bahwa dokumen dapat dipercaya apabila hal-hal tsb:
1. Dilakukan pada periode yang sama. Perawatan dilakukan pada waktu perawatan
diberikan.
2. Akurat. Laporan yang akurat ditulis mengenai apa yang dilakukan oleh perawat dan
bagian klien berespon.
3. Jujur. Dokumentasi mencakup laporan yang jujur mengenai apa yang sebenarnya
dilakukan atau apa yang sebenarnya diamati.
4. Tepat. Apa saja yang dianggap nyaman oleh seseorang untuk dibahas di lingkungan
umum didokumentasikan
Catatan medis klien adalah sebuah dokumentasi legal dan dapat diperlihatkan di pengadilan
sebagai bukti sering kali catatan tersebut digunakan untuk mengingatkan saksi mengenai
kejadian diseputar tuntutan karena beberapa bulan atau tahun biasanya sudah berlalu sebelum
tuntutan dibawa ke pengadilan. Efektifitas kesaksian oleh saksi dapat bergantung pada akurasi
dari catatan askep yang diberikan pada klien.
Kegagalan membuat catatan yang semestinya dapat dianggap kelalaian dan menjadi dasar
liabilitas yang merugikan. Pengkajian dan dokumentasi yang tidak memadai atau tidak akurat
dapat menghalangi diagnosis dan terapi yang tepat dan mengakibatkan cedera pada klien.
PEDOMAN PENDOKUMENTASIAN
1. Pengobatan
- Catat waktu, rute, dosis dan respon
- Catat obat dan respon klien
- Catat saat obat tidak diberikan dan intervensi keperawatan
- Catat semua penolakan obat dan palorkan hal tersebut kepada orang yang tepat
2. Dokter
- Dokumentasikan tiap kali menghubungi dokter bahkan jika dokter tersebut tidak
dapat dihubungi
63
aspek legal belum bias dijadikan ukuran. Disamping itu, ada beberapa situasi yang biasa
memberi kecenderungan pada tuntutan hukum dalam dokumentasi keperawatan, yaitu :
- Kesalahan administrasi pengobatan
- Kelemahan dalam supervise diagnose secara adekuat dan penggunaan alat
- Kelalaian dalam mengangkat/ mengecek benda asing seelah operasi
- Mengakibatkan klien mengancam luka
- Pemberhentian obat oleh perawat
- Tidak memperhaikan teknik antiseptic yang diharuskan
- Tidak mengikuti peraturan dan prosedur yang diharuskan.
Kecerobohan perawat juga menjadi hal yang sangat di perhatikan dalam dokumentasi,
mengingat dapat memudahkan dijadikan tuntutan atau tuduhan. Tetapi, tidak semua kecorobohan
akan mudah di tuntut melainkan sebelumnya di identifikasikn lebih dahulu sejauh mana
kecerobohan tersebut. Terdapat empat elemen kecerobohan yang harus dibbuktian penuntut
sebelum tuduhan dikenakan, yaitu :
1. Melalaikan suatu tugas. Perawat adalah sebuah profesi yang mempunyai peran dan fungsi
sebagai pendidik, pelaksana, pengelola dan peneliti dalam memberikan pelayanan
keperawatan pada individu, keluarga dan msyarakat. Tuntutan dapat dijatuhkan bila peran di
atas tidak dijalankan sepenuhnya (lalai) karena telah menunjukkan suatu kecorobahan dalam
tugas. Contohnya: “Perawat lupa melakukan pemantauan catatan tiap 6 jam sehingga pasien
mengalami syok dan akhirnya meninggal.
2. Tidak memenuhi standar praktik keperawatan. Standar keperawatan telah di tentukan oleh
organisasi keperawatan atau dewan keperawatan. Mereka menata aturan atau batasan bagi
praktik keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, baik praktik keperawatan
individu, kelompok, maupun rumah sakit, yang bertujuan memberikan batasan pada profesi
perawat tentang ruang lingkup pratik keperawatan. Contohnya: “Pasien meninggal setelah
diberi obat dari perawat tanpa meminta resep dari dokter”.
3. Adanya hubungan sebab akibat terjadinya cedera. Seseorang dikatakan ceroboh bila dalam
menjalalankan tindakan dapat menyebbakan kerusakan pada sistem dalam tubuh seperti
adanya luka dan lain sebagainya. Contohnya : “Pasien megalami luka pada rectum akibat
tindakan pengeluaran feses secara manual oleh perawat”.
4. Kerugian yang actual (hasil lalai). Perawat dalam menjalaankan perannya pada pelaksanaan
tidnakan, sellau berusaha memberikan kenyamanan dan rasa aman pada klien. Sangat
memungkinkan dalam tindakannya tersebut berakibat memungkinkan tuduhan atau dapat di
65
jatuhkan tuntutan. Contohnya : “ Pasien mengalami infeksi dpada luka pasca operasi akibat
kelalaian perawat yang tidak mrawat luka secara teratur”.
Contoh: Pasien perlu membuat keputusan: pasien perlu tindakan operasi, maka dokter
harus memberikan penjelasan terlebih dahulu.
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam perizinan atau perjanjian yang sesuai dengan standar
dokumentasi keperawatan yaitu :
1. Surat perjanjian yang telah diterima dan diarsipkan pada tempat yang tepat, yang
mencatum tanggal, waktu prosedur, tanda tangan yang lengkap dan jelas, dan
beberapa format yang memuat atau mencatat sejumlah adanya penyakit alergi.
2. Jika persetujuan diberikan secara lisan (mellaui telepon) maka fakta harus disaksikan
dan di catat oleh dokter dan perawat serta harus ada saksi lain.
3. Catatan perkembangan harus memuat pernyataan-pernyataan penjelasan yang telah
diberikan, media apa yang digunakan, dan tangal serta waktu surat persetujuan
ditandatangani.
Perijinan atau persetujuan yang dilakukan perawat teradap klien dalam pencatatan informasi
mempunyai kewajiban moral. Yaitu :
1. Mengetahui kegunaan dari perizinan
2. Mengetahui masalah perizinan mengenai informasi.
3. Memberi pendapat sebagai bahan penelidikan. Dalam hal ini berkaitan dengan
perlindungan hak asasi manusia.
4. Mengakui akan keadaan yang diperlukan antara perawat dengan pasien terhadap
kebutuan.
5. Mengetahui kapan blangko perizinan itu diperlukan serta didapat sebagai
perlindungan pasien.
Soal:
1. Terdapat dua tindakan legal, yaitu kecuali?
a. Civil malpractice
b. Malpractice criminal
c. Criminal
d. Jawaban A, B benar
e. Jawaban C benar
2. Adapun isi dari pada tidak dipenuhinya perjanjian tersebut yang dapat menyebabkan
malpraktik perdata dapat berupaseperti di bawah ini, kecuali:
a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib dilakukan
b. Melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib dilakukan
c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan, tetapi terlambat
melakukannya
d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan, tetapi tidak sempurna
dalam pelaksanaan dan hasilnya
e. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan
3. Terdapat empat elemen kecerobohan yang harus dibuktikan penuntut sebelum tuduhan
dikenakan, yaitu:
a. Melalaikan suatu tugas
b. Tidak memenuhi standar praktik keperawatan
c. Adanya hubungan sebab akibat terjadinya cedera
d. Kerugian yang actual
e. Semua jawaban benar
4. Tappen, weiss dan whitehead (2001) menyatakan bahwa dokumen dapat dipercaya
apabila hal-hal tsb di bawah ini terpenuhi, yaitu kecuali?
a. Dilakukan pada waktu yang berbeda
b. Dilakukan pada periode yang sama
c. Akurat
d. Jujur
e. Tepat.
5. Di bawah ini yang benar tentang pedoman pendokumentasian pengobatan, yaitu:
a. Catat obat, waktu, rute dosis, dan respon klien
b. Dokumentasikan dan cantumkan waktu tepatnya tiap kali menghubungi dokter
bahkan jika dokter tidak dapat dihubungi.
c. Catat program lisan hanya jika anda pernaah mendengarnya, bukan yang diberitahu
kepada anda oleh perawat lain atau oleh personal unit
d. Jawaban A benar
e. Jawaban B, C benar
6. Di bawah ini yang benar tentang pedoman pendokumentasian dokter, yaitu:
a. Catat obat, waktu, rute dosis, dan respon klien
68
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. 2010. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. EGC: Jakarta
Dalami, Ermawati, Rochimah,dkk. 2011. Dokumentasi Keperawatan : Dengan Kurikulum
Berbasis Kompetensi. CV. Trans Info Media : Jakarta
Dinarti, dkk. 2009. Dokumentasi Keperawatan. Trans Info Media: Jakarta
Handayaningsih, Isti. 2009. Dokumentasi Keperawatan “DAR” : Panduan, Konsep, dan
Aplikasi. Mitra Cendekia Press: Jogjakarta
Hutahaean, Serri. 2010. Konsep dan Dokumentasi Proses Keperawatan. CV. Trans Info
Medi: Jakarta
Jayani, Indah. 2010. Modul Dokumentasi Keperawatan. Program Studi D III Keperawatan
STIKes Kendedes: Malang
Muhlisin, Abi. 2011. Dokumentasi Keperawatan. Gosyen Publishing: Yogyakarta
Nursalam. 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik. Salemba
Medika: Jakarta