Referat CT Urografi
Referat CT Urografi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cara – cara pemeriksaan traktus urinarius dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain dengan intravena pyelografi ( IVP ), CT Urografi
dan setiap pemeriksaan traktus urinarius harusnya dibuat terlebih dahulu
foto polos abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto ini adalah
bayangan, besar ( ukuran ), dan posisi kedua ginjal.1
Intravena pyelografi ( IVP ) merupakan pemeriksaan dasar dari
pemeriksaan radiologis traktus urinarius dengan menggunakan media
kontras dan biasanya mendahului pemeriksaan lain. Pemeriksaan ini
dianggap menguntungkan karena bisa menunjukkan atau menampakkan
seluruh system traktus urinarius. 2
IVP digunakan untuk menemukan berbagai kelainan termasuk
frekuensi berkemih yang terlalu sering, nyeri pada punggung bagian
bawah, dapat mendeteksi masalah pada traktus urinarius seperti batu
ginjal, pembesaran prostate, tumor pada ginjal, ureter, dan vesica urinaria.3
Pemeriksaan CT Urografi adalah pemeriksaan CT scan pada
saluran kencing (traktus urinarius) sebelum dan sesudah pemberian media
kontras intravena untuk mendeteksi berbagai kelainan yang ada di daerah
saluran kencing (traktus urinarius).
Pemeriksaan CT Urografi ini dapat menilai fungsi ginjal, ureter,
dan vesika urinaria sekaligus secara non invasif dan saat ini masih
merupakan pilihan utama untuk evaluasi kasus kolik ginjal/ ureter,
hematuria, deteksi adanya batu ataupun tumor pada traktus urinarius.
Selain itu juga berguna pada kasus kasus Low Back Pain (LBP), infeksi
saluran kencing berulang, trauma dan evaluasi kelainan-kelainan
kongenital serta persiapan transplantasi ginjal (calon donor ginjal).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan refrat ini adalah untuk menambah pengetahuan
tentang pemeriksaan radiologi pada traktus urinarius dan kelainannya
1
dengan menggunakan intravena pyelografi ( IVP ) serta CT Urografi, serta
membandingkan hasil pemeriksaan dengan menggunakan keduanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis iii melekat langsung pada
dinding abdomen. Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di
belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang
belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat
kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal bersifat
retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi
rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3.
Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi
tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke
sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak
perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk
mirip kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring
kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air
dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan
penyakitnya disebut nefrologi.
LAPISAN GINJAL
3
Setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan fibrus
berwarna ungu tua lapisan ginjal terbagi atas :
- lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis
- lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris)
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam
lagi disebut medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian
medulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan
bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat
longgar yang disebut kapsula.
4
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat
berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa.
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit)
dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan
molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan
dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme
pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian
diekskresikan disebut urin.
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang
disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-
saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang
disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus
mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus
memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring
melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula
Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah.
Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah
tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian
yang mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus
5
konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang
bermuara pada tubulus konvulasi distal.
Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich
Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien
osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang
melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan
memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa,
asam amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam
filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui
osmosis. Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem
pengumpul yang terdiri dari tubulus penghubung, tubulus kolektivus kortikal,
dan tubulus kloektivus medularis.
Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen
disebut aparatus juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel
juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan
sekresi renin. Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan
saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih
melewati ureter.
2. URETER
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa
hasil penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis
menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak
retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.
6
.
Syntopi ureter
ureter kiri ureter kanan
anterior Kolon sigmoid Duodenum pars descendens
a/v. colica sinistra Ileum terminal
a/v. testicularis/ovarica a/v. colica dextra
a/v.ileocolica
mesostenium
7
memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter
mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura
marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat
seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus. Ureter diperdarahi oleh cabang
dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca communis, a.testicularis/ovarica
serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan ureter melalui segmen
T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta pleksus
hipogastricus superior dan inferior.
3. VESIKA URINARIA
8
Superior Kolon sigmoid, ileum (laki-laki),
fundus-korpus uteri, excav. vesicouterina
(perempuan)
Infero-posterior Laki-laki: gl.vesiculosa, ampula vas
deferens,rektum
Perempuan: korpus-cervis uteri, vagina
4. URETRA
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria
9
menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan
wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga
berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat),
sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria
memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan
dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra
pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya
memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan
bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars
membranosa dan pars spongiosa.
• Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek
superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae
internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh
persarafan simpatis.
• Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar
prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
• Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit.
Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma
10
urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal
yang berada di bawah kendali volunter (somatis).
• Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang
dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi
oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.
11
(b) Dosis menengah : 12-13 gr lod
(c) Dosis tinggi : 30 gr lod
Pada anak-anak bila memakai hypaque 45 %, dosis yang dipakai
1,5 ml/kgBB. Sedangkan bila memakai urografin 76 % dosis yang
dipakai berdasarkan pada umur 0-1 tahun : 7-10 ml; 1-2 tahun : 10-
12 ml; 2-6 tahun : 12-15 ml; umur 6-12 tahun : 15-20 ml. pada
umumnya kecepatan pemberian intravena adalah 20 ml/menit1.
4. Persiapan Pasien
Sebelum pasien disuntik dengan zat kontras, harus dilakukan
terlebih dahulu anamnesa mengenai riwayat alergi atau bila ada kecurigaan
dapat dilakukan uji kepekaan berupa pengujian subkutan atau intravena.
Bila penderita alergi terhadap bahan kontras, pemeriksaan IVP dibatalkan.
Ada tidaknya riwayat penyakit diabetes, gangguan jantung, hepar dan
ginjal, asma dan kehamilan.
Malam sebelum pemeriksaan diberikan castor oli (catharsis) atau
laksans untuk membersihkan colon dari feses yang menutupi daerah ginjal.
Untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan, pasien tidak diberikan
minum yang mengandung karbonat, tujuanya untuk mengembangkan
lambung dengan gass. Usus akan berpindah, sehingga bayangan kedua
ginjal akan dapat dilihat melalui lambung yang terisi gas1.
Suntikan x-ray media kontras diberikan kepada pasien melalui
jarum atau kanula ke dalam vena, biasanya di lengan. Kontras
diekskresikan atau dikeluarkan dari aliran darah melalui ginjal, dan media
kontras akan terlihat pada x-ray segera setelah injeksi. Sinar-X diambil
pada interval waktu tertentu untuk menangkap kontras karena perjalanan
melalui bagian-bagian berbeda dari sistem kemih. Hal ini memberikan
pandangan yang komprehensif anatomi pasien dan beberapa informasi
tentang fungsi sistem ginjal.
12
Foto pertama selalu foto abdomen tanpa kontras. Foto ini harus
mencakup costa ke- 11 dan simfisis pubis. Bila penderitanya amat besar,
tambahlah dengan foto tersendiri daerah pelvis.6
Pertama-tama lihatlah tulang, costa,vertebra, dan pelvis, untuk
mengesampingkan adanya infeksi, metastase, atau kelainan-kelainan yang
lain. Kemudian lihat garis bentuk psoas. Garis psoas tidak selalu terlihat,
hal ini tidaklah penting, tetapi perubahan dari garis otot psoas normal yang
lurus biasanya penting. Identifikasi ginjal,perhatikan bentuk dan
ukurannya, kemudian lihat daerah kandung empedu. Perhatikan adakah
klasifikasi. 6
Bila colon terlalu banyak berisi feces atau gas, ginjal bisa tidak
jelas terlihat dan batu pada ureter atau buli mungkin terlewatkan.
Kosongkan usus dan ulangi foto. 6 Tulang-tulang, otot psoas kiri dan kedua
ginjal terlihat dengan jelas. 6
Ukuran kedua ginjal haruslah sama ( yang kiri biasanya lebih
tinggi dari yang kanan )dan garis luarnya haruslah rata. Biasanya terlihat
penonjolan halus pada sisi lateral ginjal kiri. Penonjolan lokal yang lain
mencurigakan suatu kista atau tumor ginjal. Pengkerutan, baik lokal atau
seluruh ginjal, mencurigakan adanya suatu infeksi kronis. 6
Pada pielogram normal akan diperoleh gambaran bentuk kedua
ginjal seperti kacang. Kutub (pool) atas ginjal kiri setinggi Th 11, bagian
bawah, batas bawah setinggi korpus vertebra L3. Ginjal kanan letaknya
kira-kira 2 cm lebih rendah daripada yang kiri. Pada pernafasan, kedua
ginjal bergerak, dan pegerakkan ini dapat dilihat dengan fluoroskopi. Arah
sumbu ke bawah dan lateral sejajar dengan muskuli Psoas kanan dan kiri.
Dengan adanya lemak perirenal, ginjal menjadi lebih jelas terlihat. Hal ini
terutama dapat dilihat pada orang gemuk. Pelvis renis kemudian
dilanjutkan dengan kalik mayor, biasanya 2. Dari kalik mayor dilanjutkan
dengan kalik minor. Jumlahnya bervariasi antara 6-14. Kedua ureter
berjalan lurus dari pelvis renis ke daerah pertengahan sacrum dan berputar
kebelakang lateral dalam suatu arkus, turun ke bawah dan masuk ke dalam
dan depan untuk memasuki trigonum vesica urinaria.1
13
Tiga tempat penyempitan ureter yang normal, yaitu pada
sambungan pelvis dan ureter, ureter dengan buli-buli, dan pada persilangan
pembuluh darah iliaka.1
Segera setelah kontras diberikan, muncul pada sinar-x sebagai
“Renal Blush”. Ini adalah kontras yang disaring melalui korteks. Pada
selang waktu 3 menit, blush ginjal masih jelas (pada tingkat lebih rendah)
tetapi calyces dan pelvis ginjal sekarang terlihat. Pada 9 - 13 menit kontras
mulai mengosongkan ke dalam ureter dan perjalanan ke kandung kemih
yang sekarang telah mulai mengisi. Untuk memvisualisasikan kandung
kemih benar, berkemih pasca x-ray akan diambil, sehingga sebagian besar
kontras (yang dapat menutupi patologi) dikosongkan. Sebuah IVP dapat
dilakukan baik dalam keadaan darurat atau rutin.
14
terlihat menghilang. Waktu penundaan ini dapat memberikan informasi
penting bagi urolog di mana dan seberapa parah obstruksi tersebut.
b. IVP Rutin
Prosedur ini yang paling umum untuk pasien yang memiliki
hematuria mikroskopik atau makroskopik yang tidak dapat dijelaskan. Hal
ini digunakan untuk memastikan adanya tumor atau gangguan yang mirip
perubahan anatomi. Urutan gambar kira-kira sebagai berikut:
polos atau Kontrol gambar KUB;
langsung x-ray hanya daerah ginjal;
5 menit x-ray hanya daerah ginjal.
Pada titik ini, kompresi mungkin atau tidak dapat diterapkan (ini
merupakan kontraindikasi pada kasus obstruksi). Dalam pyelography,
kompresi melibatkan menekan pada daerah perut bagian bawah, yang
menghasilkan distensi pada saluran kemih atas [1].
Jika kompresi diberikan: 10 menit pasca injeksi x-ray dari daerah
ginjal yang diambil, diikuti oleh KUB pada rilis kompresi.
Jika kompresi tidak diberikan: sebuah KUB standar diambil untuk
menunjukkan pengosongan ureter. Hal ini terkadang dapat
dilakukan dengan pasien berbaring dalam posisi tengkurap. Sebuah
pasca berkemih x-ray diambil setelah itu. Ini biasanya pandangan
kandung kemih coned.
15
otot detrusor, dan sakulasi buli-buli.
Menilai sisa kontras (residu urin) dan divertikel pada buli-buli.
16
Kelainan-kelainan radiologik yang tidak khas tidak selalu
ditemukan pada pyelogram. Gambaran radiologik yang khas pada
pemeriksaan IVP adalah kalises bentuknya menggelembung dan korteks
menipis bila sudah terbentuk fibrosis maka terlihat lebih putih pada foto.8
ii. Renal abses
Infeksi supuratif akut parenkim ginjal biasanya mulai dari
korteks menyebar melalui hematogen. Penyebab terbanyak
adalah kuman staapylococcus. Jika terjadi satu atau lebih abses
kecil dalam parenkim, maka biasanya tidak ditemukan
gambaran roentgen yang khas. Tapi jika abses ini bersatu
membentuk suatu abses besar atau karbunkel, maka pada foto
polos akan tampak perbesaran ginjal, dengan gambaran lemak
perirenal pada daerah tersebut suram. Pemeriksaan pyelografi
intravena baru berarti jika fungsi ginjal cukup untuk
memperlihatkan system kalik. Ditemukan kompresi
perpindahan letak atau obliterasi kalik-kalik yang disebabkan
oleh abses.1
c. Tumor
i. Nefroblastoma
Tampak ada desakan dari system kalises bagian bawah
sehingga menyerupai bunga lily yang jatuh atau layu dan
disebut “dropping lily sign”9
ii. Wilms tumor
Tumor wilms jarang ditemukan pada waktu lahir atau bulan-
bulan pertama kelahiran. Tumor ini berasal dari congenital.
Timbul dalam ;parenkim ginjal, mungkin dari sisa-sisa
blastoma nefrogen dan biasanya dari focus tunggal, kadang-
kadang lebih dari satu area. Tumor wilms biasanya dikelilingi
oleh jaringan pseudokapsul yang memisahkannya dari
kompresi parenkim ginjal normal. Diagnosis ditegakkan
dengan pyelograf intravena, ultrasonografi dan computed
tomografi.1
iii. Karsinoma sel ginjal
17
Disebut juga hipernefroma, adenokarsinoma ginjal, karsinoma
sel terang (clear sel carcinoma). Tumor ini terutama didapat
pada orang dewasa. Jarang terlihat pada anak-anak dibawah
umur 5 tahun. Berasal dari mana saja dalam substansi ginjal,
mungkin dari sel epitel atau tubuli ginjal.1
Pada pyelogram tampak massa dalam ginjal. Distosi kalik.1
iv. Tumor pelvis renis
Tumor ini berasal dari epitel. Gambaran Roentgennya berbeda
dengan adenokarsinoma dan parenkim ginjal normal. Tidak
tampak kelainan pada foto polos abdomen. Gejala utama
berupa hematuria. Jika tumor kecil, sulit untuk diketahui.
Tumor menyebabkan kekurangan pengisian ( filling defect )
dalam pelvis atau kalik. Batasnya bisa rata atau tidak beraturan,
dapat kecil atau besar. Sulit untuk dibedakan dengan papiloma,
kadang – kadang dijumpai kalsifikasi didalamnya.1
d. Batu
Gambaran klinis batu di dalam traktus urinarius bermacam –
macam. Batu kecil di dalam kalik tidak selalu memberikan keluhan,
jadi dapat tanpa gejala. Keluhan yang paling banyak bila batu berada
di dalam ureter. Batu besar yang mengisi system pelviokalik ( batu
staghorn ) dapat merusak seluruh ginjal. Biasanya terjadi peradangan
dan obstruksi. Gambaran klinis yang lazim adalah kolik ureter,
hematuria dan radang traktus urinarius. 1
Batu ginjal akan selalu terletak di dalam bayangan ginjal,
apapun posisi penderita. Foto lateral atau miring akan membantu
membedakan batu ginjal dengan batu empedu atau kalsifikasi yang
lain.6 Batu ginjal bisa tunggal atau multipel, halus atau kasar. Biasanya
amat dense dan bias juga bilateral. Bentuknya bisa sesuai dengan
bentuk pelvis dan calyx renalis. Bila besar, disebut ``staghorn``; ini
menyebabkan infeksi yang berulang. Fragmen yang kecil bisa masuk
ke dalam ureter dan menyebabkan kolik renal atau obstruksi.6
Penilaian batu ginjal, penting diperhatikan1 :
i. Jumlah, densitas, dan bayangan batu
18
ii. Lokasi
iii. Komplikasi ( obstruksi, parut ginjal, atau pembentukan
striktur )
iv. Nefrokalsinosis
e. Trauma Ginjal
Trauma traktus urinarius dapat terjadi akibat jatuh dari tempat
yang tinggi, kecelakaan lalu lintas, benturan benda keras pada ginjal,
pukulan, dan luka teimbak, yang sering tekena trauma adalah ginjal, buli
– buli, dan trauma. Pada pemeriksaan klinis ditemukan hematuria, nyeri
abdomen, akut abdomen. Pada palpasi kadang teraba massa di abdomen,
nyeri tekan. Trauma ginjal dapat dibagi dalam beberapa tingkat: ringan,
sedang, dan berat, yang terdiri dari:
1. Trauma ginjal ringan adalah kontusio ginjal, mengenai korteks,
tanpa laserasi, kalik atau kapsul renalis. Dapat terjadi setempat
atau difus, pembengkakakan parenkim dan perdarahan ringan
intrarenal atau hematom di subkapsul. Trauma ini dapat
sembuh segera tanpa komplikasi atau sequellae.
2. Trauma sedang berupa rupture kapsul dengan kalik yang masih
utuh, atau ruptur kalik dan kapsul. Arteri renalis juga dapat
sobek. Perdarahan dan ekstravasasi urin ke dalam parenkim
ginjal dalam rongga di bawah kapsul.
3. Trauma ginjal Berat disebut juga shattered kidney , yaitu terjadi
avulsi arteri renalis dan thrombosis arteri renalis. Kead aan ini
mencakup parenkim ginjal, system pelviokalik, dan kapsul
renalis, laserai ganda yang menyebabkan kematian ginjal.
Arteri renalis terputar, tanpa atau dengan avulse vena renalis.
Untuk menyelamatkan jiwa penderita, harus segera dilakukan
nefrektomi. Pemeriksaan radiologic yang dikerjakan yaitu foto
polos abdomen, pielografi intravena, CT – Scan,dan pada kasus
pilihan, arteriografi ginjal.
19
i. Duplikasi unilateral/bilateral, sebagian atau seluruhnya sampai
masuk ke buli – buli.
ii. Ureterokel, memberikan gambaran radiologis seperti kepala ular
kobra9.
iii. Divertikel, bisa disebabkan oleh adanya stagnasi urin oleh
karena adanya obstruksi batu kencing yang juga dapat timbul
infeksi. Pada keadaan ini didapatkan additional defect8.
b. Batu
i. Radioiopak; tampak pada foto polos. Pemeriksaan IVP untuk
menentukan lokasinya dan akan terlihat pelebaran ureter proksimal
dari batu.
ii. Radiolusen; tidak tampak pada foto polos, pada IVP tampak
luput isi ( filling defect ) pada ureter, dengan kemungkinan
pelebaran bagian proksimalnya. Diagnosis banding adalah tumor
dan bekuan darah1.
c. Radang
Pada radang ureter ( uretritis ), ureter tampak irregular dan dapat
berupa dilatasi ureter. Adanya batas tampak adanya obstruksi dari
derajat ringan sampai obstruksi total yang menyebabkan
ureterektasi dan hidronefrosis1,8.
d. Tumor
Gambaran radiologis berupa luput isi ( filling defect ),
kemungkinan dilatasinya di proksimalnya. Diagnosis banding ialah
batu radiolusen dan bekuan darah.
e. Trauma
Striktur: biasanya terjadi akibat peradangan, trauma terutama oleh
instrument
( iatrogenic )1
20
Adanya filling defect biasanya disebabkan karena keganasan pada
vesika urinaria9.
Bila buli-buli akan diperiksa setelah urografi intravenous, lihatlah
pada foto menit ke 20. Bila pengisian tidak sempurna, dudukanlah
penderita dan foto setelah 20-menit lagi. Pastikan bahwa penderita
tidak kencing selama waktu menunggu tersebut.10
(1) Buli-buli yang besar, bisa karena6
(a) Obstruksi prostate.
(b) Obstruksi urethra (striktur karena gonococcus,
phimosis, karsinoma penis atau ketup urethra).
(c) Paralysis (neuroganic baldder).
(2) Buli-buli yang kecil6
Biasanya terjadi setelah infeksi :
(a) Tuberkulosa
(b) Schistomiasis
(c) Setelah irradiasi pelis atau operasi untuk penyaki
medulla spinsalis (jarang)
(3) Garis bentuk buli-buli yang tidak teratur atau kasar6,10
(a) Kasar dengan garis bentuk buli-buli yang tidak jelas,
sering disebabkan karena adanya hipertrofi otot dinding
buli-buli dengan trabekulasi atau diverticula.
(b) Cystitis konis bisa juga menyebabkan garis bentuk yang
amat kasar tanpa diverticula.
(c) Penyebab lain: neurogenic bladder.
(4) Batu. 6
Sering besar dan tunggal, bisa mengalami kalsifikasi atau
tidak. Bisa terjadi pada dewasa atau anak-anak, bisa multipel
dan/atau berlapis-lapis.
(5) Kalsifikasi6
Schistomiasis menyebabkan klasifikasi seperti kulit telur,
yang bisa tipis atau tebal, pada sebagian atau seluruh buli-
buli. Bila klasifikasi hanya berupa suatu bercak yang kecil,
biasanya karena tuberkulosa, tetapi schistomiasis atau
encrusted papillae bisa juga menyeabkan hal ini.
(6) Defek lokal6
Suatu defek negative pada cystogram hamper selalu karena
karsinoma buli-buli, tetapi bisa juga karena batu non opaque
atau ureterocele. \suatu tumor biasanya irregular, sedangkan
21
batu biasanya bulat. Bila defek ini terdapat pada dasar buli-
buli, hal ini bisa karena prostate yang membesar. Mungkin
dapat terlihat kalsifikasi prostate di bawahnya.
(7) Gas didalam buli-buli6
Hal ini biasanya terjadi karena adanya fistula antara buli-buli
dengan usus atau vagina. Bisa terdapat pada diabetes yang
berat. Balon catheter (foley catheter) bisa juga menimbulkan
gambaran gas juga.
22
1. Kita mendapatkan informasi yang terperinci untuk membantu
mendiagnosa dan terapi pada kelainan – kelainan di organ
traktus urinarius.
2. IVP merupakan prosedur invasive yang minimal dengan jarang
terjadi komplikasi.
3. IVP merupakan proses pemeriksaan radiology yang cepat,
tanpa rasa sakit dan lebih murah3.
Kerugian dari IVP adalah bila terjadi komplikasi dari bahan
kontras yang diberikan. Dan adanya efek radiology dengan adanya
prosedur dari IVP tersebut3.
B. CT Urografi
1. Definisi
CT urografi adalah pemeriksaan CT scan sebelum dan sesudah
pemberian kontras intravena untuk menampilan gambaran traktus
urinarius. Pemeriksaan ini sangat informatif dalam mendeteksi berbagai
kelainan traktus urinarius. Teknik dan hasil pencitraan yang dihasilkan
pada CT urografi mampu menggantikan posisi pemeriksaan BNO-IVP
yang sudah kita kenal sejak tahun 1929. Seperti kita sadari
perkembangan teknologi CT scan helical (spiral) pada awal tahun 1990-
an, memungkinkan kita memperoleh gambaran volumetrik sehingga
mampu mendeteksi kelainankelainan organ intra abdominopelvis secara
cross-sectional.
Saat ini dengan berkembangnya teknik CT scan multidetektor atau
multislice (MDCT atau MSCT), kita dapat melakukan pemeriksaan CT
scan lebih cepat dan memperoleh resolusi pencitraan yang makin baik.
Pemeriksaan CT urografi dapat menilai ginjal, ureter, dan vesika urinaria
sekaligus secara non invasif, dan saat ini merupakan pilihan utama untuk
evaluasi kasus-kasus kolik ginjal/ureter, hematuria, deteksi adanya batu
23
ataupun tumor traktus urinarius. Pemeriksaan ini juga berguna pada
kasus-kasus low back pain, infeksi traktus urinarius berulang, trauma,
dan evaluasi kelainan-kelainan kongenital, serta persiapan calon donor
ginjal.
2. Indikasi CT Urografi
24
Persiapan tindakan bedah: CT urografi berperan dalam deteksi dan
menentukan staging pada lesi-lesi malignitas traktus urinarius, serta
hubungan lesi dengan organ sekitarnya. Pada kasus urolithiasis, penilaian
ukuran, bentuk, dan lokasi batu yang ditampilkan pada CT urografi dapat
membantu menentukan strategi terapi yang akan dilakukan.
b. Fase Nephrographic
Diberikan media kontras dengan konsentrasi media kontras
300 ml/g, Volume sebanyak 100 ml dengan kecepatan (flowrate) 3
ml/detik. Dilakukan scanning kedua setelah delay 100 detik pasca
kontras media disuntikan.
c. Fase Excetory/Ekskresi
d. Post Processing
Dibutuhkan data irisan axial tipis 0,75 mm – 1 mm yang
selanjutnya akan diproses di 3D task card untuk mendapatkan
gambaran Coronal dan type gambar MIP Thin original maupun
25
invert. Selanjutnya dapat pula direkonstruksi untuk mendapatkan
gambaran Volume Rendering (VRT) yang dilihat dari berbagai sudut
berbeda.
3. Keunggulan CT Urografi
Intravenous urografi (IVU) telah lama menjadi lini pertama dalam
mengevaluasi abnormalitas dari saluran Genito Urinary. Namun, temuan
pencitraan rentan dipengaruhi oleh artefak (gas usus atau isi usus), dan
buruknya atau non-opacitas r saluran kemih (karena penurunan fungsi
ginjal). Untuk batu radiolusen, IVU juga terbatas. Kondisi tersebut dapat
menjadi prasangka atau mungkin kebenaran untuk mendiagnosa
abnormalitas dari saluran kemih. Situasi ini tidak hanya untuk dokter atau
pemeriksaan tambahan untuk mendeteksi gangguan saluran kencing lebih
lanjut, tetapi diagnosis akhir dan pengelolaan yang tepat untuk pasien
dengan gejala klinis akut akan juga ter tunda.
26
gambar CT dapat menyebabkan beberapa kesulitan interpretasi untuk
dokter yang terbiasa menganalisis gambar coronal dengan IVU.
27
Gambar. 2. Seorang wanita 56 tahun dengan riwayat diabetes mellitus, dari
pemeriksaan klinis didapatkan demam dan nyeri panggul kiri. (A) IVU
menunjukkan peningkatan minimal ginjal kiri, dengan ruang yang mencurigakan
menempati massa di kutub atas. Terlihat juga sebuah batu staghorn dibagian kiri
ginjal. (B) CT urografi menunjukkan beberapa kista loculated dibagian atas ginjal
kiri dan batu staghorn dibagian pelvis ginjal kiri. CT urografi menggambarkan
Pielonefritis Xanthogranulomatous.
Karena resolusi pencitraan yang baik dan cepat Pada pemeriksaan
CT scan, telah menjanjikan modalitas untuk mendiagnosis abnormalitas pada
saluran kemih. Dengan kemajuan tehnologi komputer, 3D CT urography diformat
ulang dari axial tipis-potong irisan multi- pencitraan mampu menyediakan
beberapa informasi diagnostik dari CT konvensional. Dosis radiasi juga dikurangi
dengan menggunakan desain multiple-detektor CT scan heliks. Studi terbaru
menunjukkan bahwa dosis radiasi dari CT urografi adalah sama atau hanya sedikit
lebih besar dari IVU. Menurut hasil penelitian kami, CT urografi menampilkan
akurasi yang sangat tinggi dalam mendiagnosa urolithiasis (sensitivitasnya 97,5%,
spesifisitasnya 100%). Karena kebanyakan urolitiasis adalah radiopak pada CT
scan, CT urografi tidak cukup dalam mendiagnosis batu saluran kemih tanpa IVU
28
dan sebaliknya. CT tanpa kontras menunjukkan superior sensitivitas IVU dalam
mendeteksi batu saluran ginjal.
Gambar. 4. Seorang pria 48-tahun dengan gejala nyeri pada punggung kanan. (A)
IVU menunjukkan hidronefrosis sedang dan hydroureter pada bagian kanan
dengan keadaan ureter yang berbelit-belit. (B, C) Setelah kontras CT dan CT
diformat ulang, urografi menunjukkan temuan yang sama dari IVU,
bagaimanapun, penyempitan pada sepertiga bagian atas ureter kanan seperti paruh
burung (panah), yang dikompresi oleh IVC (panah). Terdiagnosis Retrocaval
ureter.
29
Gambar. 6. Seorang pria 82-tahun dengan manifestasi klinis nyeri pinggang kiri
dan disuria. Pada CT urografi tanpa kontras menunjukkan penebalan yang tidak
teratur pada ureter kiri dan seluruh dinding kandung kemih (panah). Terkesan
adanya proses peradangan kronis. Biopsi dilakukan dan mengungkapkan
perubahan granulomatosa histopatologis. Terdiagnosis TB saluran kemih.
30
(panah) di ureter bagian distal. Gambaran CT Urografi mendiagnosis ureter
distal neoplasma. Namun, hasil biopsi menunjukkan hanya beberapa infiltrasi
inflamasi sel.
Dengan menggunakan CT Urografi tanpa kontras sebagai modal
untuk mendiagnosa pasien dengan gejala klinis urolitiasis, tidak menjamin
efek samping yang disebabkan olleh kontras IV selama IVU untuk
pencegahan.Lalu, bisa juga berguna dalam mendiagnosa urolitiasis ketika
analisis radiografi dihubungkan dengan CT Scan dan CT Urografi. Selama
ini, beberapa batu ginjal tampak radioopaq pada CT Scan. Kadang, terlihat
radiolusen yang disebabkan komponen variabel dari batu ginjal. Hanya satu
kasus yang kami dapati, batu ginjal tampak radiolusen dan hanya dibagian
tepi pada pelvis ginjal, yang merupakan gambaran tumot pelvis ginjal.
Pendapat lain mengatakan bahwa plebitis terlihat seperti batu ginjal pada
bagian pelvis terutama pada pasien yang memiliki jaringan yang lunak pada
bagian pelvis yang bisa menjadi perancu untuk mendiagnosa. Dalam
penelitian ini kami tidak menemukan hal yang seperti itu pada pasien kami.
Hal ini mungkin disebabkan karena keterbatasan jumlah kasus yang ada.
Tetapi dalam penelitian kami menyarankan menggunakan CT Urografi yang
3D untuk mendapatkan informasi tentang phlebolitis dengan batu ginjal
daripada menggunakan CT Scan, dengan menunjukkan hubungan antara
gambaran anatomis dengan gambaran multiplantar.
31
khususnya pada pasien dengan fungsi ginjal yang terganggu sehingga sistem
urinari tidak bisa nampak opasitas pada gambaran IVU. CT urografi juga
lebih baik dan mendemonstrasikan prkembangan dari keberadaan tumor
dengan pemeriksaan CT Scan convensional tipe aksial. Akan tetapi CT
Urografi terbatas dalam mendeteksi neoplasma pada stadium awal yang
muncul dari epitelium urotelial dimana hal tersebut akan lebih baik jika
didemonstrasikan dengan ureteroskopi, sebagaimana pada satu pasien dengan
tanda awal sel karsinoma urotelial superfisial di ureter, yang
termisinterpretasi sebagai gambaran negatif pada CT Urografi.
32
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
33
1. Rasad, Sjahriar, Kartoleksono, Sukonto, Ekayuda, Iwan, 1999, Radiologi
Diagnostik, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
2. Dermroredjo, Sutaryan, 1992, Pemeriksaan IVP pada Kista Ginjal
Kongenital, Laboratorium Radiologi RSUP Sardjito, Yogyakarta.
3. Purnomo, Basuki. B ., 2003, Dasar – Dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta
4. Handoko, Iwan S, 2003, http://www.klinikku.com
5. Palmer, PES, Cockshott, WP, Hegedus, V, Samuel,E, 1995, Petunjuk
Membaca Foto Untuk Dokter Umum,ECG,Jakarta
6. Ghazali,Rusdy, 2001, Radiologi Diagnostik, FK UGM, Yogyakarta
7. Mary’s, Saint, 2005, http://www.saintmarysreno.com
8. Fasal, Arif, 2000, Kuliah Radiologi, FK UMY, Yogyakarta
9. Khan, Ali Nawaz, Cystitis, 2007, http://www.emedicine.com
10. The Yale University of Medicine ,Intravenous Pyelography, 2006,
http://www.healthanswer.com
11. Kim JK, Cho KS. Pictorial review: CT urography and virtual endoscopy:
promising imaging modalities for urinary tractevaluation. Br J Radiol
2003;76:199-209.
12. Wen-chiung Lin, et. al., Assesment of CT Urography in the Diagnosis of
Urinary Tract Abnormalities. Jia-HwiaWang, MD, Department of
Radiology, Taipei Veterans General Hospital. 2004;67:73-78.
34