Anda di halaman 1dari 16

ANATOMI SISTEM PERKEMIHAN 

ANATOMI SISTEM PERKEMIHAN

Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada
manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dan uretra. 
A. Ginjal

 Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang peritoneum pada kedua
sisi vertebra lumbalis iii melekat langsung pada dinding abdomen.
 Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini
terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal
terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).
 Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi
rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya
terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
 Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal
dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam
goncangan.
 Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian
dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya
bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan
penyakitnya disebut nefrologi.

    LAPISAN GINJAL

 setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan fibrus berwarna ungu
tua

 lapisan ginjal terbagi atas :
- lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis)
- lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris)
 Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla. Bagian
paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida
yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar
yang disebut kapsula.
          UNIT FUNGSIONAL GINJAL
  Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta
buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat
terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi
cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang.
Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan
kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.
  Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau
badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).
 Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada
dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler
dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui
dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan
dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal.
Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.
  Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan filtrat
glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya adalah
lengkung Henle yang bermuara pada tubulus konvulasi distal.
  Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle di
awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang
digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan
ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan
berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasidan
tubulus kolektivus melalui osmosis.
 Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang terdiri dari:
- tubulus penghubung 
- tubulus kolektivus kortikal 
- tubulus kloektivus medularis
  Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus
juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah
tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin. Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan
saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.

B. URETER

Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal (filtrasi,
reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang
terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.

Syntopi ureter
Ureter kiri Ureter kanan

Anterior Kolon sigmoid Duodenum  pars descendens


a/v. colica sinistra Ileum terminal

a/v. testicularis/ovarica a/v. colica dextra

a/v.ileocolica

mesostenium

Posterior M.psoas major, percabangan a.iliaca communis

Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus


deferens

Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas


vagina

Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus deferens 


Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas vagina
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major, lalu menyilangi
pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding
lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria. Adanya katup
uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa
tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura
marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk
batu/kalkulus.
Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca communis,
a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan ureter melalui segmen T10-L1
atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior dan inferior.

C. VESIKA URINARIA

Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat untuk
menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan
lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai
pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus
halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.

Syntopi vesica urinaria


Vertex Lig. umbilical medial

Infero-lateral Os. Pubis, M.obturator internus, M.levator ani

Superior Kolon sigmoid, ileum (laki-laki), fundus-korpus uteri, excav. vesicouterina


(perempuan)
Infero-posterior Laki-laki: gl.vesiculosa, ampula vas deferens,rektum

Perempuan: korpus-cervis uteri, vagina

Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian yaitu apex,
fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan inferolateral dextra dan
sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria
terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada
bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk
mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih
pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan,
a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis.
Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus lumbalis
L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai
sensorik dan motorik.

D. URETRA

Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju lingkungan luar.
Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang
sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat),
sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter
yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan
m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya
memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).

Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan pars
spongiosa.
• Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior kelenjar
prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan
kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
• Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian ini
dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
• Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini
menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos
dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter (somatis).
• Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars
membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di
bagian luarnya
Fisiologi Berkemih
Pembentukan urin 
Ada dua ginjal yang berbentuk kacang dan sekitar 10cm panjang, lebar 5.5cm dan tebal 3cm. Setiap
ginjal beratnya sekitar 150g dan memiliki lekukan ditandai medial - hilus - dimana arteri ginjal dan
saraf ginjal masuk dan vena renalis dan meninggalkan ureter. Antara mereka, ginjal membuat sekitar
30ml atau lebih air seni setiap jam (Marieb, 2003).

Sekitar 25 persen dari output jantung pergi ke ginjal (McLaren, 1996) dimana produk sampah
organik dibuang di juta atau sehingga nefron (Gambar 2) di setiap ginjal. Produksi urin normal, oleh
karena itu, tergantung pada aliran darah ke ginjal yang normal. Nefron adalah unit fungsional dari
ginjal. Nefron mengizinkan bagian dari beberapa zat keluar dari tubuh tetapi membatasi perjalanan
orang lain, misalnya, sel-sel darah dan protein yang besar.

Penyaringan

Saat darah mengalir melalui glomerulus (jaringan kapiler yang merupakan bagian dari nefron),
banyak cairan dan produk limbah dalam darah dipaksa keluar melalui dinding kapiler, disaring, dan
kemudian mengalir ke dalam kapsul Bowman (Gambar 2 ).

Kapsul Bowman adalah secangkir berdinding ganda endotel yang mengelilingi glomerulus. uhFiltrat
glomerular ini (sekitar 125ml per menit) terdiri dari air, glukosa, limbah garam seperti natrium dan
kalium, dan urea. Urea adalah produk limbah yang paling berlimpah diekskresikan oleh ginjal dan
dibentuk dari amoniak, zat yang sangat beracun. Amonia terbentuk dalam hati dari pemecahan asam
amino.

Penyerapan

Banyak dari filtrat glomerulus, termasuk sebagian besar air, diserap ke dalam kapiler yang
mengelilingi tubulus proksimal dan distal berbelit-belit, lengkung Henle dan tubulus pengumpul.
Semua glukosa akan diserap kecuali kadar glukosa darah yang tinggi - lebih dari 8,9 milimol per liter
(mmol / l) atau 160 miligram per desiliter (mg / dl) - dalam hal ini glukosa beberapa akan
diekskresikan dalam urin.

Natrium juga diserap tetapi jumlah bervariasi, tergantung pada seberapa banyak tubuh
membutuhkan untuk mempertahankan konsentrasi konstan dari ion natrium dalam darah.

Pengeluaran

Ini adalah tahap akhir pembentukan urin, dan terjadi pada tubulus distal dan pengumpul. Zat baik
menyebar atau secara aktif diangkut keluar dari kapiler dan ke dalam tubulus pengumpul untuk
dibuang dalam urin.

Ion hidrogen, ion kalium, amonia dan beberapa obat semua disekresikan pada tahap ini dan ginjal
memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan asam-basa dalam tubuh.

Akhir komposisi urin


Komposisi terakhir dari urin adalah hasil dari penyaringan, penyerapan dan sekresi oleh nefron.
Ginjal menghasilkan, rata-rata satu setengah liter air seni setiap hari - ini sebagian besar terdiri dari
air, berwarna jerami dan memiliki gravitasi spesifik 1,005-1,030.

Urea, asam urat, kreatinin, natrium klorida dan ion kalium semua konstituen normal urin. Darah,
keton dan glukosa tidak, dan kehadiran mereka dapat mengindikasikan penyakit.

Ureter 
Urin melewati dari ginjal ke kandung kemih melalui ureter mana disimpan sampai dihilangkan
melalui uretra. Urine dipindahkan sepanjang ureter ke kandung kemih oleh kontraksi peristaltik dan
gravitasi.

Ureter adalah tabung berotot tentang jangka 30cm. Mereka melekat erat pada dinding posterior
abdomen dan bersifat retroperitoneal, mereka tidak memasuki rongga peritoneal. Bukaan saluran
kemih ke kandung kemih diratakan (celah berbentuk) bukan bulat. Hal ini disebabkan oleh sudut
miring di mana ureter masuk ke kandung kemih, yang membantu untuk mencegah aliran balik air
kemih ke dalam ureter ketika kontrak kandung kemih.

Penyimpanan urin 
Kandung kemih adalah kantung, otot berongga yang terletak di panggul. Pada laki-laki, dasar
kandung kemih terletak di antara rektum dan simfisis pubis sementara pada wanita dasar berada di
bawah rahim dan anterior vagina.

Kandung kemih menyimpan urin dan dapat memuat kira-kira satu liter saat penuh. Hal ini diadakan
dalam posisi oleh peritoneum sekitarnya (meskipun hanya permukaan atas terletak di peritoneum)
dan oleh ligamen yang kuat umbilikalis.

Kandung kemih dilapisi oleh mukosa. Hal ini terutama tebal di daerah sekitar bukaan ureter dan
uretra persimpangan dengan, dimana mukosa bertindak sebagai saluran untuk menyalurkan urin ke
uretra ketika kontrak kandung kemih. Selama berkemih, otot-otot yang kuat pada dinding kandung
kemih (otot detrusor) kompres kandung kemih, mendorong isinya ke urethra.

Pengendalian mengosongkan kandung kemih 


Pembukaan, digambarkan sebagai leher kandung kemih, antara kandung kemih dan uretra, ditutup
oleh dua cincin otot - sphincters internal dan eksternal. Sphincter internal yang mengandung serat
otot polos dan otot normal serat ini terus itu dikontrak, karena itu tidak berada di bawah kontrol
sukarela. Sphincter eksternal dibentuk dari sebuah band melingkar otot rangka yang disediakan oleh
saraf pudenda dan berada di bawah kontrol sukarela. Serat ini tetap dikontrak, sebagai hasil dari
stimulasi sistem saraf pusat, kecuali selama berkemih ketika mereka bersantai.

Uretra 
Uretra daun kandung kemih pada titik yang paling rendah dan memanjang dari sana ke luar tubuh.
Pada wanita, ini keluar dekat dinding anterior vagina dan 3-5cm panjang. Karena uretra pendek dan
keluar begitu dekat dengan anus, perempuan sangat rentan terhadap infeksi saluran kemih.

Pada pria, uretra meluas ke ujung penis, total jarak hingga 20cm (Martini, 2002). Ini memiliki empat
bagian:

- Uretra prostat, yang melewati pusat kelenjar prostat;

- Uretra berselaput, bagian tengah pendek, berjalan melalui lantai panggul otot;
- Uretra bulbar, yang dikelilingi oleh korpus spongiosum. Kontraksi serat-serat otot yang membantu
mengosongkan uretra pada akhir berkemih;

- Uretra penis, yang mencapai ujung penis.

Pengencingan 
Pada tingkat yang paling dasar, berkemih adalah refleks sederhana (Silverthorn, 2003) yang
ditampilkan oleh bayi yang tidak terlatih toilet (Gambar 3).

Ketika volume urin di kandung kemih mencapai sekitar 250ml, reseptor regangan pada dinding
kandung kemih dirangsang dan membangkitkan serabut parasimpatis yang menyampaikan informasi
sensorik ke daerah sacral tulang belakang. Informasi ini terintegrasi dalam tulang belakang dan
diteruskan ke dua set berbeda neuron. Motor neuron parasimpatis bersemangat dan bertindak
untuk kontrak otot-otot detrusor di kandung kemih sehingga meningkatkan tekanan kandung kemih
dan sfingter internal yang terbuka. Pada saat yang sama, neuron motorik somatik memasok
sphincter eksternal melalui saraf pudenda terhambat, memungkinkan sphincter eksternal untuk
membuka dan urin mengalir keluar, dibantu oleh gravitasi.

Pengendalian berkemih

Anak-anak dan orang dewasa memiliki kendali besar atas kapan dan di mana mereka lulus urin.
Mereka juga dapat meningkatkan atau menurunkan laju aliran dan bahkan berhenti dan mulai lagi,
sehingga berkemih jelas lebih dari sekedar refleks sederhana. Kontrol ini dipelajari pada masa bayi
dan melibatkan serabut sensoris lainnya dalam dinding kandung kemih. Serat ini menyampaikan
informasi pada tingkat kepenuhan kandung kemih melalui tulang belakang ke pusat-pusat yang lebih
tinggi dari otak, thalamus dan korteks serebral. Hal ini menyebabkan kita menjadi sadar bahwa kita
perlu untuk buang air kecil dan urgensi situasi.

Link ini antara tulang belakang dan korteks serebral tidak didirikan sampai sekitar dua tahun dan
disarankan bahwa toilet-pelatihan fisiologis karenanya tidak mungkin sampai saat itu (Martini,
2002).

Otak mampu untuk mengesampingkan refleks berkemih oleh serabut saraf parasimpatis
menghambat motor ke kandung kemih dan memperkuat kontraksi sfingter eksternal (Martini, 2002).
Sphincter internal tidak akan membuka sampai sfingter eksternal tidak.

Peningkatan volume kandung kemih meningkatkan aktivitas reseptor peregangan dan saraf,
membuat sensasi tekanan yang lebih akut. Ketika nyaman, pusat otak menghapus hambatan dan
berkemih izin di bawah kendali sadar kita. Ketika kandung kemih berisi sekitar 500ml, tekanan
mungkin memaksa membuka sphincter internal ini pada gilirannya memaksa membuka sfingter
eksternal dan buang air kecil terjadi apakah itu nyaman atau tidak.

Kita dapat meningkatkan laju aliran urin oleh kontraksi dari otot-otot perut dan oleh kinerja
manuver Valsava itu (ekspirasi paksa melawan glotis tertutup) (McLaren, 1996). Kontraksi otot dasar
panggul yang kuat dapat menghentikan urin pada pertengahan-aliran. Suara air mengalir juga
mendorong berkemih (Silverthorn, 2003) tetapi beberapa orang tidak bisa buang air kecil di hadapan
orang lain, tidak peduli seberapa besar kebutuhan mereka.

Setelah berkemih, kurang dari 10 ml urin tetap di dalam kandung kemih (Martini, 2002) dan siklus
dimulai lagi.

Potensi masalah yang berhubungan dengan berkemih 


Untuk berkemih normal terjadi kita perlu:
- Utuh jalur saraf pada saluran kemih;

- Tonus otot normal dalam detrusors, sfingter dan otot dasar panggul;

- Tidak adanya halangan terhadap aliran urin dalam setiap bagian dari saluran kemih;

- Kapasitas kandung kemih normal;

- Tidak adanya faktor lingkungan atau psikologis yang dapat menghambat berkemih (McLaren,
1996).

Kehilangan salah satu fungsi yang normal dapat menyebabkan inkontinensia urgensi untuk berkemih
atau.

Gangguan neurologis dapat termasuk stroke, penyakit Alzheimer atau kondisi di mana saraf jalur ke
dan dari tulang belakang dan otak tersumbat atau terluka. Neurotransmitter asetilkolin (Ach) yang
terlibat dalam menyampaikan sinyal saraf di berkemih. AcH dapat diblokir dengan atropin obat,
sehingga otot detrusor tidak berkontraksi dan retensi urin akan terjadi.

Inkontinensia stres dapat terjadi pada semua usia. Hal ini terjadi bila tekanan perut meningkat,
misalnya saat bersin atau batuk. Sudut biasanya akut antara kandung kemih dan uretra hilang bila
tekanan perut naik sedikit, menyebabkan tekanan di dalam kandung kemih meningkat.

Kelemahan dan kelemahan otot pada leher kandung kemih, sekitar uretra dan di lantai panggul akan
berarti inkontinensia yang terjadi dengan perubahan tekanan yang relatif kecil. Inkontinensia stres
dapat terjadi pada pria berikut prostatektomi, dan pada wanita setelah melahirkan dan selama
menopause sekresi estrogen akibat penurunan (McLaren, 1996).

Batu ginjal, peradangan dan kelenjar prostat membesar semua dapat menghambat aliran urin dan
dapat berakibat pada frekuensi berkemih dan retensi urin. Kandung kemih tumor dan kehamilan
juga mengurangi kapasitas kandung kemih yang normal. Faktor lingkungan dan psikologis juga dapat
mempengaruhi kemampuan pasien untuk buang air kecil.

Kesimpulan 
Berkemih membutuhkan aktivitas terkoordinasi saraf simpatik, parasimpatis dan somatik. Ini juga
membutuhkan otot normal dan kebebasan dari rintangan fisik dan penghambatan psikologis.
Kontrol dari pusat yang lebih tinggi otak kita memungkinkan kita untuk menentukan waktu dan
tempat yang tepat untuk memungkinkan hal ini fungsi fisiologis yang penting terjadi

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Pola Berkemih


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Pola Berkemih
1. Usia
Bayi atau anak kecil dengan usia sampai 18-24 bulan tidak mampu mengontrol secara volunteer.
Pada usia remaja dan dewasa, sudah dapat mengontrol berkemih secara volunteer.
Pada Lansia, frekuensi berkemih dan volume urine meningkat. Hal ini karena terjadi penurunan
kemampuan tonus otot dan daya tampung. 

2. Obat-obatan
Diuretik mencegah reabsorpsi air dan elektrolit tertentu untuk meningkatkan keluaran urine. Retensi
urine dapat disebabkan oleh pemakaian beberapa obat, seperti atropin, sudafed dll. 
3. Suhu
Suhu rendah merangsang peningkatan frekuensi berkemih. Karena pada suhu dingin, sekresi
keringat oleh tubuh berkurang. 

4. Psikologis
Ansietas dan cemas dapat meningkatkan frekuensi berkemih. Selain itu, ansietas dan cemas juga
dapat memngakibatkan berkemih tidak tuntas (masih terdapat sisa urine di kandung kemih).

5. Asupan nutrisi dan cairan


a. Minuman
Alkohol dapat menghambat pelepasan ADH, sehingga dapat meningkatkan produksi urine.
Kopi, teh, cokelat, dan cola yang mengandung cafein dapat meningkatkan produksi urine. 
b. Makanan
Makanan yang banyakmengandung cairan (buah dan sayur) dpt meningkatkan produksi urine. 

6. Kondisi penyakit
Pasien demam mengalami penurunan produksi urine karena pasien demam mengalami banyak
pengeluaran sejumlah bsar cairan yang tak kasat mata. 

7. Prosedur bedah
Klien bedah sering memiliki perubahan keseimbangan cairan sebelum menjalani pembedahan yang
diakibatkan oleh proses penyakit/ puasa pasca operasi yang mempengaruhi pengeluaran urine.

8. Pemeriksaan diagnostik
Beberapa px diagnostik tidak memperbolehkan pasien untuk minum dan makan sebelum dilakukan
px. (ex. Pielogram intravena dan urogram).
Px sistoskopi beresiko menyebabkan retensi urine. 

9. Jenis kelamin
Kapasitas kandung kemih wanita antara 400 – 500 ml, sedangkan pria antara 300 – 600 ml.
Frekuensi berkemih wanita lebih sering dibanding laki-laki, hanya saja volume urine yang dikeluarkan
sekali berkemih oleh wanita lebih sedikit di banding laki-laki.

10. Respon keinginan awal untuk berkemih


Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih menyebabkan urine banyak tertahan di
dalam urinaria sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.

11. Gaya hidup


Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya
terhadap tersedianya fasilitas toilet. Kadang individu malas berkemih di kamar mandi umum.

12. Tingkat aktifitas


Eliminasi urin membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya
tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan
kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktifitas.

13. Sosiokultural
Misalkan adanya aturan pada masyarakat untuk tidak diperkenankan untuk BAK di tempat dan
waktu tertentu.

14. Kebiasaan seseorang


Misalkan kebiasaan berkemih di toilet mengalami kesulitan berkemih menggunakan
urinal/pispot/melalui kateter.

15. Tonus otot


otot kandungYang memiliki peran penting dalam memnbantu proses berkemih kontraksi
pengontrolan pengeluarankemih, otot abdomen dan pelvis urine.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PERKEMIHAN


Sabtu,9 Maret 2013 - Ninik Comariyati

1.      FAKTOR PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN

a.       Bayi dan balita belum mampu mengeluarkan urine secara efektif. Warna urine kuning muda atau
jernih. Anak-anak mengeluarkan urine lebih banyak dibandingkan dengan ukuran tubuhnya yang
lebih kecil. Anak usia 6 bulan dengan BB 5-8Kg, jumlah urine 400-500 ml/hari. Anak-anak tidak dapat
mengontrol BAK sampai 18-24 bln bahkan ada yang sampai 4-5 tahun.

b.      Dewasa atau remaja volume urine normal sekitar 1600 ml/hr. ginjal telah mampu mengolah urine
secara efektif sehingga urine yang dihasilkan berwarna normal. Saat malamhari normalnya produksi
urine menurun karena terjadi penurunan aliran darah selama istirahat. 

c.   Manula atau orang dengan penyakit kronik atau mengalami ketidak seimbangan cairan dapat
berakibat kesulitan BAK atau gangguan dalam BAK seperti Nocturia, hal tersebut terjadi karena
penurunan kapasitas dan tonus otot pada vesika urinaria yang dapat berakibat meningkatnya
frekuensi berkemih sehingga keinginan berkemih tidak dapat diprediksi.

2.     FAKTOR SOSIAL KULTURE

Kebiasaan sosial seperti budaya, keluarga mempengaruhi kebiasaan BAK. Contoh : di Amerika Utara
fasilitas toilet disiapkan secara pribadi. Sedangkan di Eropa fasilitas toilet akan sedikit ditemui.
Terdapat perbedaan perilaku BAK laki-laki dan perempuan.

Harapan sosial juga mempengaruhi seseorang dalam berkemih.

Contoh : anak sekolah diharapkan menunggu sampai bel istirahat untuk ijin BAK.
Perawat harus mempertimbangkan sosial dan budaya saat pendekatan kebutuhan eliminasi pasien. 

Contoh : pasien yang memerlukan privacy saat BAK, jadi perawat berusaha untuk tidak mengganggu
klien saat BAK.

3.      FAKTOR PSYCHOLOGIS 

      Kecemasan dan stres emosi tidak merubah karakteristik urine dan feses tapi merubah pola misalnya
menjadi lebih sering. Pada keadaan cemas atau stres otot perut dan perineal sulit berelaksasi,jika hal
tersebut berakibat individu tidak dapat mengeluarkan urine secara komplit dab urine tertahan di
vesica urinaria.

4.    FAKTOR KEBIASAAN PERSONAL  

     Privacy merupakan keadaan essensial bagi kebanyakan individu selama proses berkemih. Individu
membutuhkan distraksi untuk meningkatkan relaksasi seperti : membaca atau bernyanyi.

5.      FAKTOR TONUS OTOT 

      Kelemahan otot perut dan pelvis mengganggu kontraksi Vesika urinaria dan kontrol dari sprinter
ureter eksterna. Biasanya terjadi pada klien dengan immobilisasi, luka saat melahirkan,atropi otot
pada menoupouse, kerusakan otot akibat trauma ( pemasangan kateter yang lama ).

  6.      FAKTOR INTAKE CAIRAN  

     Makin banyak cairan yang masuk makin banyak urine yang diproduksi. Alkhohol menghambat
pelepasan ADH. Kopi, tea, coklat dan soft drink yang mengandung cafein meningkatkan diuresis
sehingga meningkatkan frekuensi kencing, begitu juga dengan sayur dan buah-buahan.

7.      FAKTOR PENYAKIT YANG SEDANG DIALAMI 

      Penyakit Rhematoid Arthritis, parkinson atau penyakit degeneratif lain berakibat susah kencing
karena klien tidak dapat duduk di toilet atau ke toilet. Gagal ginjal kronik atau akut menurunkan
volume urine. Infeksi pada vesika urinaria dapat berakibat kencing tidak tuntas.pembesaran kelenjar
prostat berakibat terhambatnya atau obstruksi aliran urine.

8.      FAKTOR PROSEDUR PEMBEDAHAN 

      Pasien yang sering dilakukan pembedahan sering mengalami gangguan keseimbangan cairan yang
dapat menurunkan produksi urine. Respon stres akibat pembedahan antara lain dalam menurunnya
hormon aldosteron dapat berpengaruh terhadap penurunan jumlah urin dan meningkatkan cairan
didarah. Obat anastesi dan narkotika menurun GFR sehingga berakibat menurunkan jumlah urine.
Pembedahan diabdomen bawah beresiko terhadap trauma pada jaringan system perkemihan.

KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN


ELIMINASI URINE

Proses Miksi

Adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.

Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :

         Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas
nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua

         Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha
mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan
kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks
autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat
korteks serebri atau batang otak.

Faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih

         Diet dan intake


Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output
urine, seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi
meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan, akibatnya output
urine lebih banyak.

         Respon keinginan awal untuk berkemih


Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkemih
dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya urine banyak
tertahan di kandung kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas kandung kemih yang
lebih daripada normal

         Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine. Tersedianya
fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek
eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.

         Stress psikologi
Meningkatnya stress seseorang dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan
berkemih, hal ini karena meningkatnya sensitive untuk keinginan berkemih dan atau
meningkatnya jumlah urine yang diproduksi.

         Tingkat aktifitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal dan
eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih terjadi pada masyarakat yang
menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama. Karena urine secara terus
menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggang dan
dapat menjadi tidak berfungsi.
Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini
disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh.

         Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada
wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus
atau adanya lebih sering berkemih.

         Kondisi Patologis.
Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah & karakter)
Obat diuretiik dapat meningkatkan output urine
Analgetik dapat terjadi retensi urine.

Karakteristik urin Normal n Abnormal

Pemeriksaan Normal Abnormal

Warna Kekuningan Merah menunjukan hematuri kemungkinan obstruksi urien,


kalkulus renal, tumor, kegagalan ginjal.

Kejernihan Jernih Keruh menunjukan terdapatnya kotoran, sedimen bakteri


( infeksi urinarius )

Ph 4,6 – 6,8 Alkalisis bila dibiarkan atau pada infeksi saluran kemih.
Tingkat asam meningkat pada asidosis tubulus renal.

Berat jenis 1.003 – 10,035 Biasanya menunjukan intake cairan, semakin sedikit intake
cairan sesmakin tinggi berat jenis, bila rendah diduga
penyakit ginjal.

Protein 1 – 8 mg / dl Dapat terjadi karena diet tinggi protein dan karena banyak
gerakan ( terutama yang lama ).

Gula ( - ) Negatif / 0 Terlihat pada penyakit renal, glukosuria terjadi setelah


banyak intake gula, atau DM

Ketone 0 Hasil metabolisme lemak yang tidak sempurna, kenoturia


terjadi karena kelaparan dan ketoasidosis diabetik.

Eritrosit 0-4 Cedera jaringan ginjal.

Leokosit 0–5 Infeksi saluran kemih.

Lagts / silinder 0 Infeksi saluran ginjal, penyakit

renal.

Pengkajian

§ Pola berkemih
Pada orang-orang untuk berkemih sangat individual

§ Frekuensi
Þ Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan
Þ Banyak orang-orang berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu
bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari.
Þ Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum
tidur dan berkisar waktu makan.

§ Volume
Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi.
Usia Jumlah / hari
·1 Hari pertama & kedua dari kehidupan 15 – 60 ml
·2 Hari ketiga – kesepuluh dari kehidupan 100 – 300 ml
·3 Hari kesepuluh – 2 bulan kehidupan 250 – 400 ml
·4 Dua bulan – 1 tahun kehidupan 400 – 500 ml
·5 1 – 3 tahun 500 – 600 ml
·6 3 – 5 tahun 600 – 700 ml
·7 5 – 8 tahun 700 – 1000 ml
·8 8 – 14 tahun 800 – 1400 ml
·9 14 tahun – dewasa 1500 ml
·10 Dewasa tua 1500 ml / kurang

Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang
dewasa, maka perlu lapor.

Diagnosa Keperawatan
-Perubahan dalam eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine, inkontinensi dan
enuresis
-0Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya inkontinensi urine
-Perubahan dalam rasa nyaman berhubungan dengan dysuria
-Resiko infeksi berhubungan dengan retensi urine, pemasangan kateter
-Perubahan konsep diri berhubungan dengan inkontinensi
-Isolasi sosial berhubungan dengan inkontensi
-Self care defisit : toileting jika klien inkontinesi
-Potensial defisit volume cairan berhubungan dengan gangguan fungsi saluran urinary
akibat proses penyakit
-Gangguan body image berhubungan dengan pemasangan urinary diversi ostomy
Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterampilan pemasangan diversi urinary
ostomy

Perencanaan & Intervensi


Tujuan :
-Memberikan intake cairan secara tepat
-Memastikan keseimbangan intake dan output cairan
-Mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
-Mencegah kerusakan kulit
-Mencegah infeksi saluran kemih
-Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional
-Untuk anak kecil meningkatkan kontrol berkemih dan self esteem.

Anda mungkin juga menyukai