Masalah Kesehatan
Penyakit jantung bawaan merupakan suatu kelainan jantung yang terjadi sejak bayi lahir
dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung dimana penyakit ini paling
sering ditemukan pada bayi dan anak (Rilantono 2013 & Djer, 2014).
Status epileptikus (SE) merupakan keadaan emergensi medis berupa kejang (seizure)
persisten atau berulang yang dikaitkan dengan mortalitas tinggi dan kecacatan jangka panjang
(Rilianto, 2013). Kurang dari 10% penderita gangguan jantung mengalami komplikasi atau gejala
berupa kejang atau SE. Hal ini dapat terjadi pada mereka yang mengalami kerusakan neurovascular.
Penyakit jantung sendiri merupakan faktor risiko dari SE dengan onset 2% dari angka kejadian
yang berarti penderita gangguan jantung memiliki kemungkinan 20 kali lebih besar mengalami SE
pada populasi umum.
Sampai saat ini, belum terdapat keseragaman mengenai definisi status epileptikus (SE)
karena International League Againts Epilepsy (ILAE) hanya menyatakan bahwa SE adalah kejang
yang berlangsung terus-menerus selama periode waktu tertentu atau berulang tanpa disertai
pulihnya kesadaran diantara kejang. Kekurangan definisi menurut ILAE tersebut adalah batasan
lama kejang tersebut berlangsung. Oleh sebab itu, sebagian para ahli membuat kesepakatan batasan
waktunya adalah selama 30 menit atau lebih (Goldstein JA, 2013).
1
Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar ( dikaitkan dengan patofisiologi, insiden dan prognosis
penyakit
Penyakit jantung bawaan bisa ditimbulkan oleh beberapa faktor. Salah satunya faktor
yang dapat menyebabkan penyakit jantung bawaan adalah genetik dan maternal dimana saat ini
sebagai faktor-faktor yang paling berperan. Selain itu infeksi virus, paparan radisasi, alkohol
dan obat-obatan yang diminum oleh ibu hamil juga diduga sebagai penyebab penyakit jantung
bawaan (Rilantono, 2013).
a. Akut: infeksi, hipoksia, gangguan glukosa atau keseimbangan elektrolit, trauma kepala,
perdarahan, atau stroke.
d. Epilepsi
2
A. Patofisiologi
B. Insiden
Insidens SE pada anak diperkirakan sekitar 10 – 58 per 100.000 anak. Status epileptikus
lebih sering terjadi pada anak usia muda, terutama usia kurang dari 1 tahun dengan estimasi
insidens 1 per 1000 bayi (Goldstein JA, 2013).
Insiden SE yang disertai gangguan jantung di negara maju adalah 50/100.000 dan di
negara berkembang 100/100.000 pupulasi. Dari kasus ini, 40% diantaranya menyerang
golongan anak, 40% golongan dewasa, dan 20% golongan usia lanjut. Sementara, 50% dari
kasus SE bersifat idiopatik. (Harsono, 2011)
3
C. Prognosis
Prognosis pasien dengan SE tergantung dari etiologi, usia, lamanya kejang dan
tatalaksana kejang teratasi. Tata laksana penyebab kejang memegang peranan penting dalam
mencegah kejang berulang setelah kejang teratasi (Mangunatmadja, 2013).
Gejala sisa lebih sering terjadi pada SE simtomatis; 37% menderita defisit neurologis
permanen, 48% disabilitas intelektual. Sekitar 3-56% pasien yang mengalami SE akan
mengalami kembali kejang yang lama atau status epileptikus yang terjadi dalam 2 tahun
pertama. Faktor risiko SE berulang adalah; usia muda, ensefalopati progresif, etiologi
simtomatis remote, sindrom epilepsi.
Pemeriksaan Diagnostik
4
Jenis Hasil
Hasil Echocardiorafi Arial dan situs solitus
AV concondance, VA discordance
Dilatasi RA-RV
Aorta dan arteri pulmonalis keluar dari
ventrikel kanan
Katup atrioventrikuler normal
Terdapat pulmonal stenosis berat (P6 130
mmHg)
( infundibulum dan valvular)
Terdapat VSD subpulmonalis besar
(bidirectional ^ hunt 11 mm)
Tidak ada ASD
Tidak adan PDA
Kontraktilitas baik ( Fungsi sistolik ventrikel
kiri EF 70% RS 30,7%)
Arkur aorta di kiri normal, tidak ada Cof
Tidak ada vegetasi
Conclusion: DORV + VSD subpulmonik + PS
Infundibular dan valvular berat
Penghitungan kebutuhan kalori standar pada anak-anak berkisar antara 75 sampai 120
kKal/kgBB/hari sesuai dengan usia anak, dengan 8-10% berasal dari protein, 35-65% dari
karbohidrat, dan 35-55% dari lemak 15%. Kebutuhan ini tentunya dapat meningkat apabila terdapat
faktor lain yang mempengaruhi, misalnya infeksi, demam, serta pembedahan.
Untuk pemberian cairan, restriksi cairan biasanya diberikan pada penderita dengan gagal
jantung. Rekomendasi pemberian cairan pada umumnya adalah sebagai berikut: pada pasien dengan
berat 1-10 kg: 100 mL/kgBB; untuk 10-20 kg: 1000 mL+50 mL/kgBB untuk setiap kg di atas 10 kg;
untuk berat badan lebih dari 20 kg: 1500 mL+20 mL/kgBB untuk setiap kg diatas 20 kg; sedangkan
untuk neonatus: 150 mL/kgBB/hari.
Sumber :
I. IDENTITAS DATA
Nama : An. M.I
Alamat : Desa Daya Kesuma Muara Sugihan Banyuasin
Tempat/Tgl Lahir : Banyuasin 18 May 2010
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Nama Ayah/Ibu : Abbas
Suku Bangsa : Banyuasin
Pekerjaan Ayah : Wirausaha
Pendidikan Ayah : SMA
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah tangga
Pendidikan Ibu : SMA
6
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Penyakit waktu kecil : Batuk, demam dan sering mengalami sesak
jika kelelahan.
2. Pernah di rawat di RS : Belum pernah
3. Obat-obatan yang digunakan: Tidak ada obat yang biasa digunakan.
4. Tindakan (operasi) : Belum pernah menjalani operasi
5. Alergi : Tidak ada alergi
6. Imunisasi : Sudah melakukan:
BCG 1 kali (panas)
DPT 1,11 dan 111 (panas)
Polio 1,11,11 dan 1V
Campak 1 kali
Hepatitis 1 kali (panas)
IV. RIWAYAT KELUARGA (Disertai Genogram )
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Keturunan
: meninggal
: Pasien
V. RIWAYAT SOSIAL
8
Elektrolit
Natrium darah 139 mmol/L 136 - 145
Kalium darah 5.0 mmol/L 3.5 – 5.1
Klorida darah 107 mmol/L 98 - 107
Kimia Darah
Glukosa sewaktu 113 mg/dL 65 – 140
Imunoserologi
CRP kuantitatif *27.00 mg/L <5
9
Paru-paru : Bunyi nafas terdengar vesikuler, suara ucapan normal karena
kualitas dikanan dan dikiri sama dan getaran sama di kedua
lapang paru.
Perut : Perut pasien tampak flat. Tidak ditemukan adanya scar dan
massa di perut. Saat di auskultasi, peristaltik usus 20x/ menit
dengan kriteria hasil RUQ: 4x/menit, RLQ:2x/ menit, LUQ:
9x/menit, LLQ: 5x/ menit. Batas hepar 8 cm. Saat diperkusi
tidak ada ascites dan nyeri.
Punggung : Punggung tampak simetris dan tegap
Genitalia : Tidak dilakukan pengkajian
Ekstremitas : Ekstremitas atas dan bawah tampak normal, tidak adanya
disabilitas anggota tubuh.
Kulit : Tampak normal. Tidak kering dan tidak ada luka
2. Motorik halus
Pasien tampak sudah dapat makan sendiri dengan sedikit bantuan dari orang tua
4. Motorik kasar
Pasien tampak dapat turun dari tempat tidur dan berjalan kekamar mandi sendiri
X. INFORMASI LAIN
Ibu pasien mengatakan pada saat An. M. I dilahirkan tidak lansung menangis,
respon menangis ± 1 jam, tidak ada cairan ketuban dan terdapat banyak darah di
mulut An. M.I
An. M.I berusia 7 tahun dirawat di kamar 6017, dengan penyakit epilepsi dan
kelainan jantung, keluhan utama yang dirasakan sesak dan batuk. Sebelum dirawat di
rumah sakit An.M. I dibawa ke puskesmas dan dilakukan pemasangan IV, An. M.I
mengalami kejang selama ± 30 menit. Kemudian pasien dirujuk ke rumah sakit dan
tidak sadarkan diri. Ibu pasien mengatakan pada saat An. M. I dilahirkan tidak
10
lansung menangis, respon menangis ± 1 jam, tidak ada cairan ketuban dan terdapat
banyak darah di mulut An. M.I. Ibu pasien mengatakan An. M.I sudah mengikuti
imunasisai BCG 1 kali pada usia 1 bulan (keluhan panas), DPT 1,11 dan 111 pada
bulan ke 2, 3 dan 4 (keluhan panas), Polio 1,11,11 dan 1V, Campak 1 kali dan
Hepatitis 1 kali (panas).
Data Objektif:
1. Pasien tampak berkeringat dan
kulit teraba lembab
2. Pasien tampak sesak
3. Pasien tampak Gelisah
4. Pasien bernapas lewat cuping
hidung
5. Warna kulit pucat dan tampak
sianosis
6. Tanda-tanda Vital, RR :
24x/menit, , SPo2 : 84%, T: 36,
80C
Data Objektif:
1. Pasien tampak sesak
2. Pasien tampak lemas dan
kelelahan
3. Bibir dan kuku pasien tampak
membiru
4. Terdapat clubbing finger
5. Tanda – tanda vital RR: 24x/
11
menit, SPo2 : 84%, T: 36, 80C
Data objektif :
1. Pasien tampak sesak
2. Pasien tampak kelelahan dan
gelisah
3. Pasien mempunyai riwayat
kejang dan somnolen
4. Pasien Didiagnosis DORV dan
VSD
5. Tanda-tanda Vital, RR :
24x/menit, , SPo2 : 84%, T: 36,
80C
12
Tanggal Pengkajian : Nama Pasien : An.MI Alamat Rumah : Desa Daya
Jumat, 9 januari Kesuma Muara Sugihan
Umur : 7 Tahun Banyuasin Bj Arjawinangun
Nama Mahasiswa :
Jenis Kelamin : Laki-laki NamaAyah/Ibu:Abbas/Kasmawati
Ruang Praktek: OPD lt. 6 SHPL
No. Rekam Medis: 12- Telepon yg dapat dihubungi :
Nama Dokter: dr. May. Rita 60-86 082282465444
Dew, SpA
13
2 Risiko penurunan Setelah dilakukan 1. Evaluasi adanya Semua intervensi ntuk
perfusi jaringan tindakan keperawatan nyeri dada mengetahui tanda dan
jantung selama 3x24 jam (intensitas, gejala dari penurunan
tidak terjadi risiko lokasi, durasi) perfusi jaringan
penurunan perfusi 2. Catat adanya jantung
jantung dengan distritmia jantung
kriteria hasil : 3. Catat adanya
1. Tekanan systole tanda dan gejala
dan diastole penurunan
dalam rentang cardiac output
4. Monitor status
yang diharapkan
2. Nadi perifer kuat kardiovaskuler
5. Monitor adanya
dan simetris
3. Bunyi jantung perubahan
abnormal tidak tekanan darah
6. Monitor vital
ada
4. Nyeri dada tidak sign saat pasien
ada berbaring, duduk,
5. Keletihan yang atau berdiri
ekstrim tidak ada 7. Monitor jumlah
dan irama jantung
8. Monitor bunyi
jantung
9. Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
10. Monitor masukan
makanan/cairan
dan hitung intake
kalori harian.
14
fisik tanpa 3. Observasi TTV perbedaan
disertai sebelum dan peningkatan
peningkata sesudah aktivitas selama
tekanan darah, 4. Bantu pasien beraktivitas
nadi dan RR untuk 4. Untuk
2. Mampu mengembangkan mempercepat
melakukan motivasi diri proses pemulihan
aktivitas sehar- untuk melakukan
hati (ADLs) aktivitas
secara mandiri
3. TTV normal
4. Mampu
berpindah:
dengan/tanpa
bantuan
15
Tanggal Pengkajian : Nama Pasien : An.MI Alamat Rumah : Desa Daya
Jumat, 9 januari Umur : 7 Tahun Kesuma Muara Sugihan
Nama Mahasiswa : Jenis Kelamin : Laki-laki Banyuasin Bj Arjawinangun
Ruang Praktek: OPD lt. 6 SHPL No. Rekam Medis: 12- NamaAyah/Ibu:Abbas/Kasmawati
Nama Dokter: dr. May. Rita 60-86 Telepon yg dapat dihubungi :
Dew, SpA 082282465444
Diagnosa Medis: Status
Epilitikum dengan kelainan
jantung
16
intake kalori harian
17
DAFTAR PUSTAKA
Autoimun Care. (2017). Askep Penyakit Jantung Bawaan Pada Bayi. Jakarta : PT
AUTOIMUN CARE. Retrieved from http://jantung.autoimuncare.com/askep-penyakit-
jantung-bawaan-pada-bayi/
Blackwell Willey. (2015). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2015-2017 (10th
ed). UK : NANDA International, Inc.
Dewi Desy. (2013). Nutrisi untuk Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB). OTC
Digest, Edisi 82, Tahun VII, 1 Juni 2013. Retrieved from
http://www.kliknutrisi.org/2013/12/09/nutrisi-untuk-anak-dengan-pjb/
Djer, M Mulyadi. (2014). Penanganan Penyakit Jantung Bawaan Tanpa Operasi (Kardiologi
Interveni) Petunjuk Praktis Menangani Pasien Dan Mengeduksi Keluarga. Jakarta :
Sagung Ceto.
Fijri A., Sekartini R., Mangunatmadja I. (2013). Faktor yang berhubungan dengan prestasi
akademik murid sekolah menengah pertama di Jakarta yang mengalami gangguan
tidur. Tesis. Jakarta : Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Indonesia.
Goldstein JA, Chung MG. (2013). Pediatric Neurocritical Care. Hersdoffer DC, Logroscino
G, Cascino G, Annegers JF. Neurology.1998;50:735-41. Nishiyama I.
Epilepsia.2007;48:1133-7.
Goldstein JA, Chung MG. (2013). Pediatric Neurocrit Care. Lowenstein DH, Bleck T, Mac
Donald R. Epilepsia .1999;40:120-2.
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
OTC Digest. (2017). Perhatikan Nutrisi Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan. Jakarta :
PT. TRIPRAKARSA MEDIA UTAMA. Retrieved from
http://www.otcdigest.id/kesehatan-anak/perhatikan-nutrisi-anak-dengan-penyakit-
jantung-bawaan
Pardede S.O, Mulyadi M.Djer, Frida S., Cahyani G.A., & Amanda S. (2013). Tata Laksana
Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. Jakarta : Department Ilmu Kesehatan
Anak FKUI RSCM. Retrieved from http://fk.ui.ac.id/wp-
content/uploads/2016/01/Buku-PKB-64.pdf
Rilantono,Lily l. (2013). Penyakit Jantung Kardiovaskuler (PKV). Jakarta : FKUI.
18