Anda di halaman 1dari 30

PT.

IDEC ABADI WOOD INDUSTRIES

BAB III
USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN

3.1 Nama Usaha Dan/Atau Kegiatan


Nama usaha dan/atau kegiatan adalah pengoperasian Terminal Khusus
Desa Antutan PT. Idec Abadi Wood Industries. Luas lahan yang akan digunakan
sebagai Terminal Khusus adalah seluas 16.800 m2. Dari luas 16.800 m2 tersebut
hanya 10.000 m2 yang digunakan sebagai Terminal Khusus Desa Antutan. Luas
lahan yang ada di daratan adalah seluas 12.460 m2 dan luas lahan yang ada
diperairan adalah seluas 4.340 m2. Dimana lahan tersebut adalah milik PT. Kayan
Patria Pratama Grup (KPPG) yang dibeli dari masyarakat yang bernama M.
Effendi H. Akui pada tahun 2012. Pemilik (Komisaris Utama) PT. Idec Wood
Industries dan PT. Hutani Kalimantan Abadi Permai adalah orang yang sama yaitu
Juanda Lesmana. Di lokasi Terminal Khusus Desa Antutan semua penimbunan
kayu bulat berada di Sungai Kayan,
3.2 Lokasi Usaha dan/atau Kegiatan
Lokasi kegiatan Terminal Khusus Desa Antutan terletak di tepi Sungai
Kayan Desa Antutan Kecamatan Tanjung Palas Kabupaten Bulungan Provinsi
Kalimantan Utara.
Secara geografis lokasi Terminal Khusus Desa Antutan terletak di
koordinat seperti yang disajikan di tabel berikut ini :

Tabel 3.1. Titik Koordinat Kegiatan Terminal Khusus Desa Antutan


No. Bujur Timur (BT) Lintang Utara (LU)
1. 117017’27.14” 02045’22.75”
2. 117017’26.63” 02045’24.01”
3. 117017’25.67” 02045’24.67”
4. 117017’24.98” 02045’24.35”
5. 117017’23.88” 02045’22.81”
6 117017’23.40” 02045’24.34”
7 117017’27.89” 02045’21.04”
8 117017’25.74” 02045’20.93”
9 117017’23.75” 02045’20.63”
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Utara (2018)

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)


TERMINAL KHUSUS DESA ANTUTAN BAB 6IV - 6
PT. IDEC ABADI WOOD INDUSTRIES

Gambar 3.1 Peta Lokasi Terminal Khusus TPK Antara Antutan

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)


TERMINAL KHUSUS DESA ANTUTAN BAB 6IV - 6
PT. IDEC ABADI WOOD INDUSTRIES

Gambar. 3.2 Peta Informasi Status Kawasan

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)


TERMINAL KHUSUS DESA ANTUTAN BAB 6IV - 6
PT. IDEC ABADI WOOD INDUSTRIES

Adapun lokasi yang berbatasan langsung dengan Terminal Khusus Desa


Antutan adalah sebagai berikut.
Sebelah Selatan : Sungai Krayan
Sebelah Barat : Hj. Rahmah
Sebelah Utara : Siti Ervah Effendi
Sebelah Timur : Iskandar

Pemanfaatan lahan atau ruang di lokasi Terminal Khusus TPK Antara


Antutan sebagian besar digunakan untuk tempat penimbunan kayu, ruang terbuka
hijau dan akses jalan. Adapun rincian pemanfaatan lahan adalah sebagai berikut :

Tabel. 3.2. Pemanfaatan Lahan Di Terminal Khusus TPK Antara Antutan


Jenis Penggunaan Luas Areal
Unit (M2) %
1. Kantor 1 35 0,21
2. Mess Karyawan
4 390 2,32
3. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
4. Ruang terbuka dan akses jalan 2 7.691 45,78
1 8.684 51,69
TOTAL 16.800 100
Sumber : PT. Idec Abadi Wood Industries (2018)

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)


TERMINAL KHUSUS DESA ANTUTAN BAB 6IV - 6
PT. IDEC ABADI WOOD INDUSTRIES

Gambar. 3.3 Layout Terminal Khusus TPK Antara Antutan

RTH

Mess Karyawan

Kantor

Layout Tersus TPK Antara


Antutan

SUNGAI KAYAN

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)


TERMINAL KHUSUS DESA ANTUTAN BAB 6IV - 6
PT. IDEC ABADI WOOD INDUSTRIES

Gambar. 3.4 Kantor TPK Antara

Gambar. 3.5 Mess Karyawan

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)


TERMINAL KHUSUS DESA ANTUTAN BAB 6IV - 6
PT. IDEC ABADI WOOD INDUSTRIES

Gambar. 3.6 Kayu Bulat Yang Telah Dirakit

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)


TERMINAL KHUSUS DESA ANTUTAN BAB 6IV - 6
PT. IDEC ABADI WOOD INDUSTRIES

3.3 Mulai Beroperasi


Terminal khusus (tersus) TPK Antara Antutanmulai beroperasi sejak tahun 2010.

3.4 Deskripsi Usaha dan /atau Kegiatan


3.4.1 Kegiatan Utama dan Kegiatan Pendukung (Fasilitas Utama dan Fasilitas
Pendukung) Yang Telah Berjalan Beserta Skala Besaran Kegiatannya.
3.4.1.1 Kegiatan Utama
Kegiatan utama Terminal Khusus (Tersus) TPK Antara Antutan adalah tempat
penimbunan kayu bulat sebelum dikirim ke TPK Antara Selimau melalui Sungai Kayan.
Seluruh proses penimbunan kayu dilakukan di Sungai Kayan tidak ada yang di darat.
Untuk kayu yang berjenis kayu ringan (terapung) dilakukan penimbunan dengan metode
rakit sedangkan kayu yang berjenis kayu berat (tengelam) ditimbun diatas ponton.
Maksimal kayu bulat yang bisa dirakit di TPK Antara Antutan adalah ± 300 m 3 dan
kapasitas kayu yang bisa di timbun diatas ponton sebelum dikirim adalah maksimal
1.500 m3.
Hampir didapati diseluruh dunia, pada awalnya pengangkutan kayu selalu
menggunakan jasa sungai atau laut, yang berarti pengangkutan lewat air. Mengapa
demikian/ Karena sampai sekarangpun pengangkutan dengan memanfaatkan air,
masih merupakan pengangkutan kayu yang biayanya paling murah dibanding dengan
sistem pengangkutan kayu yang lain. Dinegara kita yang juga cukup banyak
mempunyai sungai dan lautan, maka prioritas yang utama untuk mengangkut kayu
baik dari hutan maupun dari pabrik kekonsumen selalu dengan air.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan sungai
(air) sebagai sarana pengangkutan kayu ialah :

1. Biayanya sangat murah persatuan m3 kayu yang diangkut.


2. Cara memuatnya sangat mudah dan tidak memerlukan banyak pekerja
3. Tidak ada kendaraan yang harus pulang kembali, jadi tidak ada kehilangan
bahan bakar.
4. Kalau diperlukan maka sebanyak-banyaknya kayu dapat diangkut dengan
cara ini.

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)


TERMINAL KHUSUS DESA ANTUTAN

BAB 6IV - 6
PT. IDEC ABADI WOOD INDUSTRIES

Hanya dalam beberapa kondisi dibawah ini tidak dianjurkan untuk


mengangkut kayu lewat sungai, misalnya :
1. Volume air sangat berlebihan yang diakibatkan oleh adanya banjir
besar, sehingga kayu yang diangkut sukar untuk dikontrol dan bercerai berai
2. Sangat sulit untuk menentukan kapan adanya air yang cukup memadai,
misalnya sungai itu keadaan airnya sangat bergantung kepada adanya
air hujan
3. Kalau kayu yang akan diangkut, sebagian besar terdiri atas kayu yang
berukuran sangat panjang. dan tidak boleh dipotong. Kayu yang demikian
akan mendapatkan kesulitan pada saat berada disungai
4. Kemungkinan kayu itu dengan mudah akan terjadi penurunan kualitas,
misalnya harus lama berada diair, sehingga bisa kena cendawan atau
bluestain.
Agar pengangkutan lewat air dapat berjalan dengan lancar (terutama yang
lewat sungai). maka diperlukan tindakan-tindakan seperti berikut :
1. Kayu-kayu yang akan diangkut sebagian besar harus kayu yang berjenis
kayu ringan (terapung), sehingga dalam air keadaannya dapat timbul sampai
timbul tenggelam. tetapi tidak pernah tenggelam
2. Sungai yang dipakai untuk pengangkutan ini tidak jauh sekali jaraknya,
sehingga masih dalam batas ekonomis untuk suatu kegiatan pemungutan
kayu
3. Aliran airnya cukup deras, sehingga perjalanan kayunya (rakit) cukup
lancar.
4. Kayu yang dirakit sebaiknya tidak terlalu panjang sehingga perjalanan
rakit tidak terhalang dan terhambat karena panjangnya kayu
5. Fasilitas penampungan pabrik agar dibuat lebih luas dibanding dengan
luas penampungan dengan sistem pengangkutan selain lewat air
6. Keadaan sungai yang digunakan tidak banyak jeram, tidak banyak belokan
dan keadaan yang lain yang bisa mengganggu jalannya rakit
7. Sebaiknya sungai yang digunakan untuk merakit tidak banyak digunakan
untuk pelayaran kapal (perahu) sehingga dapat saling mengganggu satu
sama lain.

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)


TERMINAL KHUSUS DESA ANTUTAN

BAB 6IV - 6
PT. IDEC ABADI WOOD INDUSTRIES

Kecuali persiapan-persiapan di atas maka untuk meningkatkan


kelancaran pengangkutan leawat air ini, diperlukan beberapa usaha antara lain rencana
pengemudiannya. Sungai yang digunakan dibagi menjadi tiga seksi (bagian), yaitu
bagian bawah, bagian tengah, dan bagian atas. Pembagian ini didasarkan pada saat
kapan sungai ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Suatu contoh dalam sebuah
sungai tidak semua panjang sungai itu dapat digunakan untuk perakitan, berhubung
dengan ketersediaan airnya. Bagian sebelah bawah akan selalu tersedia air yang
cukup, sehingga kapan saja selalu dapat digunakan untuk dirakiti. Bagian tengah akan
lebih terbatas airnya dan bagian diatasnya lagi akan sangat terbatas airnya. Untuk
sungai dibagian atas ada kemungkinan hanya dapat digunakan untuk perakitan
bilamana ada air hujan yang lebat dan cukup lama. sehingga jumlah volume air
memadai untuk dapat mengalirkan rakit.
Berdasarkan tempat kegiatan pemanenan, maka perlu ada usaha-usaha untuk
dapat melancarkan perakitan, Namun sebelum hal-hal ini dilakukan, sebaiknya
dipertimbangkan lebih dahulu bebrapa point dibawah ini :
1. Berapa volume kayu yang akan dipanen dan akan dirakitkan.
2. Berapa kali perjalanan rakit per tahunnya yang diperlukan untuk mengangkut
kayu yang akan dipanen
3. Perbaikan yang bagaimana yang harus dilakukan yang dapat menurunkan
beaya- beaya kombinasi antara beaya perjalanan rakiy dengan beaya
perbaikan /sarana sungai yang digunakan.
Secara garis besar sistem pengangkutan kayu lewat air dapat dibagi menjadi
dua bagian. yang pada umumnya orang menganggap bahwa pengangkutan kayu lewat
sungai atau laut hanya dengan sistem rakit saja. Sedangkan yang sebenarnya adalah
pengangkutan dengan rakit berarti semua bagian kayu yang diangkut itu terkena air.
Jikalau kayu yang diangkut itu tidak kena air, maka berarti bukan perakitan, dan
kayunya terlebih dahulu dimasukkan kedalam sebuah kapal, atau semua kayu
diangkut dengan ponton (istilah lain dari tongkang) yang ditarik dengan tugboat.

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)


TERMINAL KHUSUS DESA ANTUTAN

BAB 6IV - 6
PT. IDEC ABADI WOOD INDUSTRIES

Pengangkutan lewat sungai/danau/laut dimana kayu-kayunya tidak kena air


dalam istilahnya disebut barging. Barging ini bisa dibuat baik dari besi maupun dari
kayu. Jadi ponton atau tongkang itu juga merupakan barging. Barging itu bisa terbuka
atau bisa juga tertutup (diberi atap). Dengan adanya tutup dibagian atas maka akan
berbeda cara memuat kayunya. Biasanya bila terbuka maka cara memuat kayunya
dilaksanakan dengan alat pemuat spesial, yang dilengkapi dengan sebuah tangan yang
panjang yang disebut crane. Crane in biasanya diletakkan diatas ponton. kemudian
mengambil kayu yang ada didaratan (diatas sungai) yang kemudian diletakkan dan
diatur diatas ponton sampai penuh
Jadi ponton ini tidak bermesin, hanya merupakan tempat untuk meletakkan
kayu seperti layaknya sebuah lori pada sistem pengangkutan dengan lokomotif Jadi
pengangkutan yang dilakukan dengan ponton berarti harus ada perahu penariknya
yang selanjutnya disebut tugboat. Tugboat diperlengkapi dengan mesin bertenaga
besar karena untuk mengangkut kayu-kayu yang berat. Kayu-kayu ini biasanya
tenggelam (sinker). Untuk hutan kita kayu- kayu yang tenggelam diantaranya adalah
Keruing, Mersawa. Kamper (Kapur), dan lain-lain. Sedangkan kayu-kayu
yang terapung (floater) seperti Meranti, Pulai. Jelutung dan lain-lain diangkut dengan
cara dirakit.
Perkembangan sistem pembuatan rakit dapat dijelaskan seperti dibawah ini.
1. Semua kayu yang dirakit lepas sama sekali dari satu batang dengan batang
yang lainnya. Setiap batang hanya dihamburkan begitu saja kesungai dan
perjalanannya sepenuhnya bergantung kepada deras tidaknya aliran sungai
yang digunakan. Bentuk rakit semacam ini adalah bentuk yang paling
sederhana, dan tidak bisa dikontrol sama sekali diperjalanan, sehingga
banyak kayu yang hilang atau rusak, Juga sungai yang digunakan untuk rakit
yang demikian itu tidak bisa digunakan untuk pelayaran, karena sungainya
akan dipenuhi oleh kayu yang letaknya tidak beraturan. Karena banyak
mengakibatkan kerugian baik kayu yang dirakit maupun dari segi
penggunaan sungainya, maka rakit bentuk demikian sekarang sudah
dilarang, dan memang sangat tidak efisien

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)


TERMINAL KHUSUS DESA ANTUTAN

BAB 6IV - 6
PT. IDEC ABADI WOOD INDUSTRIES

2. Kayu-kayu yang dirakit. antara batang satu dengan lainnya juga tidak diikat
sama sekali, jadi terlepas sama sekali antara batang satu dengan lainnya.
Akan tetapi semua kayu-kayu yang dirakit itu diletakkan didalam semacam
kurungan, yang dibuat dari batang-batang kayu yang diikat satu dengan yang
lain dan diletakkan mengelilingi semua kayu yang dirakit. hingga rakit ini
sudah merupakan satu kesatuan rakit yang bisa diatur jumlah kayunya atau
dapat ditentukan volume kayu yang dirakit. Rakit dengan bentuk yang
demikian sudah lebih maju dibandingkan dengan rakit yang diluncurkan
semula. Rakit bentuk ini sudah bisa dikontrol dan dapat dikemudikan,
walaupun masih belum mudah untuk menjinakkannya. Karena itu jalannya
rakit ini masih belum lancar.
3. Semua kayu yang dirakit sudah terikat satu sama lain dengan kuatnya,
sehingga sangat mudah untuk mengemudikannya. hingga perjalanan rakit ini
sangat cepat (bergantung kepada tugboat yang menariknya). Kadang-kadang
rakit ini masih dikurung dengan ikatan kayu yang dibuat mengelilingi rakit
ini, dan dibawah kayu-kayu yang dirakit juga dipasang batang melintang
yang digunakan untuk memperkuat rakit ini. Bila rakit yang ditarik
berukuran kecil dan perjalanannya tidak mengalami banyak belokan. maka
tugboat yang digunakan cukup sebuah saja, yang dipasang dimuka rakit
sehingga mudah untuk menarik rakit tanpa harus mengemudikannya.
Sedangkan bila rakit yang ditarik itu berukuran besar dan dalam
perjalanannya mengalami banyak belokan sungai maka harus ada satu
tugboat lagi sebagai pengemudi rakit (pengontrol) yang ditaruh dibelakang
rakit. Apabila tidak ada tugboat pengontrol, maka pada saat rakit melewati
sebuah tikungan (belokan) sungai pasti rakit bagian belakang akan mengenai
pinggir sungai. Bila hal ini terjadi. maka rakit tersebut akan hancur
berantakan (bubar). sebelum sampai ketujuan.

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)


TERMINAL KHUSUS DESA ANTUTAN

BAB 6IV - 6
PT. IDEC ABADI WOOD INDUSTRIES

1. Konstruksi Rakit.
Kayu gelondongan atau log yang diangkut melalui air atau sungai dengan
system rakit, terlebih dahulu dikumpulkan di logpond. Kayu yang dirakit menjadi satu
kesatuan sehingga mudah dikendalikan. Cara penyusunan kayu menjadi bentuk rakit
ada dua yaitu konstruksi melintang dan konstruksi membujur. Rakit dengan
konstruksi membujur lebih sesuai untuk pengangkutan melalui sungai yang sempit,
banyak kelokan dan berarus deras serta untuk pengangkutan melalui laut, hal ini
disebabkan penampang kayu yang menahan air lebih kecil dibandingkan dengan
konstruksi yang melintang. Rakit dengan konstruksi melintang pada umumnya
dibuat untuk pengangkutan di sungai yang lebar dengan arus yang tenang (Elias, 1999).
Konstruksi kayu menurut Juta EHP (1954), dipengaruhi oleh berat jenis kayu
yang dirakit. Ditinjau dari berat jenis kayunya, maka kayu-kayu yang akan dirakit
dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Terapung
Berat jenis yang dirakit kurang dari satu, misalnya terdiri dari
campuran kayu jati dan berbagai jenis meranti (Shorea spp.) atau dapat juga
berupa ikatan bambo.
b. Melayang
Berat jenis kayu yang kurang lebih sama dengan satu dan pada umunya
terdiri dari jenis kayu keruing (Dipterocarpus spp.)
c. Tenggelam
Berat jenis kayu lebih dari satu misalnya kayu besi (Eusideroxylon
zwageri).
2. Bahan-bahan Membuat Rakit
Putra (1996), menyatakan bahwa bahan-bahan untuk membuat rakit adalah
paku U, paku I (ring), kabel ukuran 1 inchi, kabel ukuran 0,5 inchi dan kayu bam,
sedangkan peralatan yang digunakan adalah kapak dan tongkat pengait (gancu).
Tongkat pengait ini berfungsi untuk membantu menarik kayu agar mudah
menyusunnya. Bentuknya yang runcing, sedikit bengkok dan terbuat dari besi dengan
pegangan kayu yang panjang.

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)


TERMINAL KHUSUS DESA ANTUTAN

BAB 6IV - 6
PT. IDEC ABADI WOOD INDUSTRIES

3. Proses Pembuatan Rakit


Pembuatan rakit dilakukan setelah kayu cukup banyak terkumpul di logpond.
Dalam pembuatan rakit, faktor kelancaran angkutan kayu dari tempat tebangan ke
logpond sangat menentukan, karena apabila persediaan kayu di logpond kurang akan
menghambat pekerjaan pembuatan rakit. Kayu yang telah terkumpul dijatuhkan ke
sungai (dilego) dengan menggunakan alat pelego crane. Kayu yang dijatuhkan tersebut
langsung disusun oleh buruh pembuat rakit yang telah terampil merakit log di dalam air.
Menurut Putra ( 1996 ) jumlah tenaga dalam satu regu perakit terdiri dari 6 orang
dengan 3 orang tenaga pengikat dan 3 orang pembantu.
Pembuat rakit dilakukan per rakit kecil ( 50-100 ), dimana kayu-kayu yang telah
siap dirakit satu sama lain diikat dengan kabel yang kemudian dipaku di kedua ujung
kayu. Jenis paku yang digunakan ada dua yaitu paku U dan paku I. Mula-mula kabel
dimasukkan ke dalam lubang paku I, kemudian sambil kayu disusun dipasangkan kabel
pengikat di kedua sisi ujung dan tengah kayu dan kemudian dipaku. Kayu
tenggelam disusun di antara kayu-kayu terapung dengan perbandingan rata-rata 1 : 2,
dimana satu kayu tenggelam terdapat dua kayu terapung (Putra, 1996). Sebagai
pembantu dalam mengikat kayu tenggelam digunakan bam, yaitu dibuat dari kayu
dengan diameter sekitar 10 cm dengan panjang 7 m yang dipasang melintang di atas
rakit dan diikat dengan kabel. Setelah selesai mengikat kayu sebanyak 12-12 rakit kecil,
lalu satu sama lain digabungkan dengan cara menyimpulmatikan ujung kabel rakit satu
dengan yang lainnya. Pembuatan rakit dilakukan pada saat air pasang, keadaan air
tenang, tidak ada pukulan ombak, dan arus sungai tidak begitu deras. Pada daerah yang
dipengaruhi oleh pasang surut, pada saat air surut logpond menjadi dangkal dan
kayu tertimbun di daratan sehingga sulit menyusunnya. Oleh karena itu rakit disusun
pada saat air pasang. Pasang surut terjadi dua kali sehari, sehingga perakitan
maksimal dua kali sehari.
Di daerah-daerah hutan alam tropika basah di luar Jawa pada umumnya hasil
eksploitasi yang berupa log dijual ke luar negeri atau diexsport. Kayu dari hutan untuk
mencapai negara tujuan melalui beberapa prosedur angkutan mulai penyaradan,
angkutan dengan truck dari Tpn ke logpond dan dari logpond ditarik oleh tugboat/ kapal
tarik dalam bentuk rakit dibawa ketepi kapal untuk dimuat dan diangkut lebih lanjut.

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)


TERMINAL KHUSUS DESA ANTUTAN

BAB 6IV - 6
PT. IDEC ABADI WOOD INDUSTRIES
Umumnya jenis kayu yang dieksport adalah jenis-jenis terapung (floater) dengan
demikian akan memudahkan proses penyusunan rakit dan penarikannya.
Kayu-kayu yang disusun dalam bentuk rakit disusun dalam kandang, disusun
dalam bentuk jajaran kemudian paku rakit serta slenk (kabel baja) atau nilon, rotan
diikatkan dalam paku U atau paku sejenisnya sehingga merupakan satu kesatuan rakit
yang kuat. Untuk penarikannya rakit diikat dengan tambang nylon dan dihubungkan
dengan kapal tarik. Penarikan kayu dalam bentuk rakit melalui danau-danau,
atau sungai-sungai ini terbatas yaitu mengangkut kayu ke kapal untuk dimuat lebih
lanjut atau langsung ke industri.

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)


TERMINAL KHUSUS DESA ANTUTAN

BAB 6IV - 6
PT. IDEC ABADI WOOD INDUSTRIES

Gambar 3.7
BAGAN ALIR PENERIMAAN DAN PENGIRIMAN KAYU BULAT
DI TPK ANTARA ANTUTAN

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)


TERMINAL KHUSUS DESA ANTUTAN

BAB 6IV - 6
PT. IDEC ABADI WOOD INDUSTRIES

TPK ANTARA
TPK Hutan PENJUALAN PIHAK
Long Sam
KETIGA

TPK ANTARA
Antutan

-LaporanMutasi
KayuBulat (LMKB)
Model DKA.105a -SKSKB ( ModelDK.B. 401)
-DaftarPenerbitan PENERIMAAN & -DKB ( Model DK.A.104a )
FA-KB ( Model PEMERIKSAAN KAYU -RPHH ( Model DKB.201f )
DKB.203b ) BULAT -DPKB ( Model DKB.201a )
-Laporan -BA.PKB ( Model DKB.201k
Penerimaandan
Penggunakan
DokumenFA-KB
PEMBONGKARAN
KAYU BULAT

PEMISAHAN
KELOMPOK
KAYU BULAT

PERUNTUKAN PERUNTUKAN
PONTON RAKIT

PENANDAAN
LOG
-FA-KB -FA-KB
-DKB-FA -DKB-FA
SP -SP -SP SP
-SuratTarik -Perjanjian
Kapal TarikRakit
-SuratTarik
Kapal
PONTON RAKIT

Forest Gate

TPK Antara
Selimau

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)


TERMINAL KHUSUS DESA ANTUTAN

BAB 6IV - 6
Gambar 3.8 Rakit Yang Akan Dikirim

Gambar 3.9 Kayu Bulat Yang Dikirim Menggunakan Ponton


3.4.1.2 Kegiatan Pendukung
Kegiatan pendukung di TPK Antara Antutan adalah pemeriksaan kayu
bulat yang diterima.

3.4.2 Informasi Kegiatan dan Kondisi Lingkungan di Sekitar


3.4.2.1. Informasi Kegiatan
A. Kayu Bulat Yang Diterima dan Dikirim
Ada 3 kelas diameter kayu bulat yaitu :
 Kayu Bulat (KB) adalah bagian dari pohon yang ditebang dan dipotong
menjadi satu atau beberapa bagian dengan ukuran diameter 50 (lima
puluh) cm atau lebih.
 Kayu Bulat Sedang (KBS) adalah bagian dari pohon yang ditebang dan
dipotong menjadi satu atau beberapa bagian dengan ukuran diameter 30
cm sampai dengan 49 cm.
 Kayu Bulat Kecil (KBK) adalah pengelompokkan kayu yang terdiri dari
bagian dari pohon yang ditebang dan dipotong menjadi satu atau
beberapa bagian dengan ukuran diameter kurang dari 30 cm atau kayu
dengan diameter 30 cm atau lebih yang direduksi karena memiliki cacat
berupa busuk hati dan/atau gerowong lebih dari 40%, serta kayu bakau,
kayu bakar, cerucuk, tiang jermal, tunggak jati dan/atau tunggak ulin.

Kayu bulat yang diterima dan dikirim oleh TPK Antara Antutan berasal
dari TPK Antara Long Sam dan Perusahaan yang memiliki Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) :
1. PT. Civika Wana Lestar
2. PT. Sarana Trirasa Bhakti
3. PT. Inhutani 1 Pangean
4. PT. Inhutani 2 Malinau
Dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2017 Terminal Khusus TPK Antara
Antutan telah menerima dan mengirim kayu bulat adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3 Kayu Bulat Yang Diterima dan Dikirim
No Kelompok Jenis Tahun 2016 Tahun 2017
Batang M3 Batang M3
1 Meranti 44.648 202.228,40 41.650 206.644,10
2 Rimba Campuran 3.393 12.644,57 5.547 22.175,60
3 Kayu Indah - - 7 28,20
Jumlah Total 48.041 214.872,97 47.204 228.847,90
Sumber : PT. Idec Abadi Wood Insdutries (2018)
B. Peralatan dan Mesin
PT. Idec Abadi Wood Industries dalam pengoperasian Terminal Khusus
Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Antara Antutan menggunakan peralatan dan
mesin seperti berikut ini.

Tabel 3.4 Peralatan dan Mesin


No. Nama Alat Jenis/Merk/Type Jumlah Kapasitas Status
Angkut Kepemilikan
1. Tongkang 180 f 2 Unit 1.500 - 1.800 M³ Sendiri
2. Tongkang 230 f 1 Unit 2.000 - 2.500 M³ Sendiri
3. Crane Hitachi (± 50 Ton) 3 Unit - Sendiri
4. Tugboat Yanmar 115 PK (GT 20) 1 Unit 1.500 - 1.800 M³ Sendiri
5. Tugboat Nissan 280 TK (GT 22) 1 Unit 1.500 - 1.800 M³ Sendiri
6. Tugboat Nissan 280 HP (GT 24) 1 Unit 1.500 - 1.800 M³ Sendiri
7. Tugboat Nissan 300 PK (GT 25) 1 Unit 1.500 - 1.800 M³ Sendiri
8. Tugboat Nissan 280 PK (GT 26) 1 Unit 1.500 - 1.800 M³ Sendiri
9. Tugboat Nissan 280 HP (GT 29) 1 Unit 1.500 - 1.800 M³ Sendiri
10. Tugboat Nissan 380 PK (GT 29) 1 Unit 1.500 - 1.800 M³ Sendiri
11. Tugboat Nissan 280 TK (GT 34) 1 Unit 1.500 - 1.800 M³ Sendiri
12. Tugboat Caterpillar 165 PK (GT 34) 1 Unit 1.500 - 1.800 M³ Sendiri
13. Tugboat Cummins 2x350 HP (GT 61) 1 Unit 2.000 - 2.500 M³ Sendiri
Sumber : PT. Idec Abadi Wood Industries (2018)

D. Waktu Operasional
Kegiatan Terminal Khusus (Tersus) TPK Antara Antutan beroperasi
selama 8 jam sehari yakni mulai jam 07.00 wita sampai dengan jam 17.00 wita
dan waktu istirahat mulai jam 12.00 wita sampai dengan jam 13.00 wita.
Dikarenakan waktu operasional kegiatan Terminal Khusus (Tersus) Desa Antutan
terjadi pada saat padat aktivitas di Sungai Kayan, agar tidak terjadi kecelakaan lalu
lintas darat dan air maka seluruh pekerjaan berpedoman pada SOP dan seluruh
tenaga kerja diwajibkan menggunakan alat pelindung diri (APD)
E. Tenaga Kerja
Untuk mendukung kegiatan Terminal Khusus (Tersus) TPK Antara Antutan
memperkerjakan sebanyak 30 orang tenaga kerja, dalam penerimaan tenaga kerja
pemrakarsa memprioritaskan tenaga kerja lokal. Dengan memperhatikan hal-hal
berikut :
- Penerimaan tenaga kerja memprioritaskan tenaga kerja lokal/setempat
yang memenuhi persyaratan dan kompetensi kerja serta, diumumkan
secara terbuka/transparan, dikoordinasikan ke Desa/Kelurahan,
Kecamatan, dan Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten
Bulungan, sesuai dengan Kepres No. 4 Tahun 1980 tentang Wajib Lapor
Lowongan Kerja.
- Upah yang akan diberikan kepada Pekerja mengikuti Upah Minimum
Kabupaten Bulungan (UMK) pada tahun berjalan.
- Setiap Pekerja diikutkan dalam Program Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan sesuai dengan UU Nomor 24 tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang meliputi
Jaminan Kesehatan (Perpres Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan), Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian (PP Nomor
44 tahun 2015).
- Pemutusan Hubunga Kerja (PHK) kepada tenaga kerja sesuai dengan
ketentuan pasal 156 UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Jumlah tenaga kerja disajikan pada tabel berikut ini

Tabel 3.5 Jumlah Tenaga Kerja


No Uraian Tingkat Jumlah Tenaga Kerja
Pendidikan (orang)
1 Kepala Perakitan SMP 1

2 Perakitan SD - SMP 10
3 Motoris Perakitan SD - SMP 4

4 Pembantu Motoris SD - SMP 4

5 Koordinator Keamanan SMA 1

6 Waker SD 3

7 Juru Masak SD 1

8 Pemasangan dan Pengawasan S1 1

9 Scaller SMA 1

10 Pembantu Scaller SMA 1

11 Koordinator Camp SMP 1

12 Administrasi Umum SMA 2

JUMLAH 30
Sumber : PT. Idec Abadi Wood Industries (2018)

F. Sumber Air Bersih


Penggunaan air bersih untuk kegiatan Terminal Khusus (Tersus) TPK
Antara Antutan jumlahnya sangat kecil sekali karena hanya digunakan untuk MCK
karyawan saja, yang mana air bersih berasal dari Sungai Kayan yang ditampung
di dalam profil tank ukuran 2400 liter sebanyak 1 unit. Untuk kebutuhan air
minum, karyawan membeli air galon isi ulang.

Gambar 3.10. Profil Tank


Tabel 3.6 Pemakaian Air Sesuai Dengan Penggunaan Gedung

No. Penggunaan Gedung Pemakaian Air Satuan

1. Rumah Tinggal 120 Liter/penghuni/hari


2. Rumah Susun 100 Liter/penghuni/hari
3. Asrama 120 Liter/penghuni/hari
4. Rumah Sakit 500 Liter/tempat tidur pasien/hari
5. Sekolah Dasar 40 Liter/siswa/hari
6. SLTA 50 Liter/siswa/hari
7. SMU/SMK dan lebih tinggi 80 Liter/siswa/hari
8. Ruko/rukan 100 Liter/ penghuni dan pegawai/hari
9. Kantor/pabrik 50 Liter/pegawai/hari
10. Toserba / toko pengecer 5 Liter/m2
11. Restoran 15 Liter/kursi
12. Hotel berbintang 250 Liter/tempat tidur/hari
13. Hotel melatih / penginapan 150 Liter/tempat tidur/hari
14. Gd. Pertunjukan Bioskop 10 Liter/kursi
15. Gd. Serba Guna 25 Liter/kursi
16. Stasiun, Terminal 3 Liter/penumpang tiba dan pergi
Liter/orang
17. Peribadatan 5 (belum dengan air wudhu)
Sumber : SNI 03-7065-2005

Jumlah karyawan di Terminal Khusus Desa Antutan adalah sebanyak 30


orang. Jika Penggunaan air hanya kegiatan MCK saja maka yang digunakan
adalah penggunaan air untuk tempat tinggal yaitu sebanyak 120 liter/ hari maka
jumlah pemakaian air bersih di lokasi Terminal Khusus TPK Antara Antutan
adalah :
Tabel 3.7. Jumlah Air Bersih Yang Digunakan Karyawan
No Jumlah Karyawan Jumlah Pemakaian Air
1 30 orang 30 x 120 liter/hari = 3.600 liter/hari
= 3,6 m3/hari
Sumber : Hasil perhitungan tim penyusun DPLH Terminal Khusus TPK Antara Antutan (2018)

G. Sumber Tenaga Listrik


Sumber tenaga listrik yang dipergunakan di lokasi Terminal Khusus Desa
Antutan adalah tenaga listrik yang berasal dari 1 unit genset portabel dengan
kapasitas genset adalah sebesar 3500 watt.

H. Sistem Proteksi Bangunan


Untuk keamanan bangunan yang ada Terminal Khusus Desa Antutan
terhadap bahaya kebakaran yang dapat menyebabkan kerugian materil dan juga
keselamatan jiwa manusia, maka PT. Idec Abadi Wood Industries melengkapi
fasilitas bangunan dengan Alat Pemadam Kebakaran Ringan (APAR). Sesuai
dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan, maka PT. Idec Abadi Wood Industries sudah menyediakan APAR
ukuran 6 kg sebanyak 3 buah. Terminal Khusus Desa Antutan juga akan membuat
sistem tanggap darurat dilengkapi petunjuk ke titik berkumpul (muster point).

3.4.2.2. Kondisi Lingkungan Sekitar


Lokasi Terminal Khusus TPK Antara Antutan berbatasan langsung dengan
Sungai Kayan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 4
Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bulungan lokasi
Terminal Khusus TPK Antara Anturan masuk dalam kawasan LP2B dan
Pencadangan LP2B dan Kawasan Budidaya Air Tawar.

Gambar 3.11. Sungai Kayan

3.4.3 Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak Dan Besaran Dampak


Lingkungan Yang Terjadi
A. Pengelolaan Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan operasional Terminal Khusus
TPK Antara Antutan adalah berupa limbah cair domestik dari kegiatan cuci dan
kakus. Limbah cair domestik tersebut dialirkan langsusng badan air (sungai).
Untuk keperluan sanitasi terdapat 5 buah kamar mandi dan wc di lokasi
Terminal Khusus TPK Antara Antutan, bila jumlah pekerja ada sebanyak 30 orang
dan jika diasumsikan 90% dari pemakaian air akan menjadi limbah cair maka
besarnya timbulan limbah cair adalah sebagai berikut :
Tabel 3.8 Jumlah Limbah Cair
No Jumlah Karyawan Jumlah Pemakaian Air
1 30 orang 30 x 120 liter/hari = 3.600 liter/hari
Jumlah limbah cair 3.600 X 90% = 3.240 liter/hari
= 3,24 m3/hari
Sumber : Hasil perhitungan tim penyusun DPLH Terminal Khusus TPK Antara Antutan (2018)

Kedepannya Terminal Khusus Desa Long Sam akan membuat septic tank
biofilter sehingga limbah cair domestik tidak langsung dibuang ke sungai
B. Pengelolaan Limbah Padat
Menurut SNI 19-2454-2002 sampah adalah limbah yang bersifat padat
terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi
dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi
pembangunan. Menurut SNI 19-3983-1995 volume sampah dari berbagai sumber
penghasil disajikan pada tabel berikut.

1. Tabel 3.9 Timbulan sampah berdasarkan sumbernya


No. Komponen sumber sampah Satuan Volume (liter) Berat(kg)

1. Rumah permanen /orang/hari 2,25 – 2,50 0,35 – 0,40

2. Rumah semi permanen /orang/hari 2,00 – 2,25 0,30 – 0,35

3. Rumah non permanen /orang/hari 1,75 – 2,00 0,25 – 0,30

4. Kantor /pegawai/hari 0,50 – 0,75 0,03 – 0,1

5. Pertokoan /pegawai/hari 2,50 – 3,00 0,15 – 0,35


6. Sekolah /murid/hari 0,10 – 0,15 0,01 – 0,05

7. Jalan arteri sekunder /m/hari 0,10 – 0,15 0,02 – 0,1

8. Jalan kolektor sekunder /m/hari 0,10 – 0,15 0,01 – 0,05

9. Jalan local /m/hari 0,05 – 0,10 0,005 – 0,025

10. Pasar /m²/hari 0,20 – 0,60 0,1 – 0,3


Sumber : SNI 19-3983-1995

Karena tidak menyebut secara spesifik timbulan sampah yang dihasilkan


dari kegiatan Terminal Khusus, disini kami menggunakan timbulan sampah yang
dihasilkan dari kegiatan rumah permanen (limbah domestik) sehingga perhitungan
timbulan sampah yang dihasilkan oleh aktivitas pekerja Terminal Khusus Desa
Antutan adalah sebagai berikut ini :

Tabel 3.10. Perhitungan timbulan sampah yang dihasilkan


Jumlah Pekerja
No. Volume (liter) Berat(kg)
(orang)
1. 30 67,5 – 75 10,5 – 12
Sumber : Hasil perhitungan tim penyusun DPLH Terminal Khusus TPK Antara Antutan (2018)

Terminal Khusus Desa Antutan menyediakan 2 unit tempat sampah


terpisah antara limbah organik, limbah anorganik dan limbah B3. Untuk limbah
organik dan anorganik dibuang ke TPS terdekat, sebelum diangkut oleh petugas
limbah organik dan limbah anorganik ditampung terlebih dahulu di tempat sampah
terpisah yang sudah disediakan dan pisahkan limbah padat produksi yang
mengandung limbah B3. Limbah padat produksi yang bernilai ekonomis akan
dimanfaatkan kembali. Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan Terminal Khusus
Desa Antutan adalah oli bekas. Untuk limbah B3 sebelum diserahkan kepada
pihak pengumpul limbah B3 yang sudah memiliki izin (PT. Sinar Wahyu
Ironenviro) disimpan terlebih dahulu di gudang limbah B3 dan dilakukan
pencatatan di logbook limbah B3. Limbah oli bekas hanya berasal dari
penggunaan mesin genset portabel.
C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Seluruh pekerja Terminal Khusus TPK Antara Antutan yang berjumlah 16
orang akan dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker, helm,
ear plug dan sepatu safety dan berpedoman SOP Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) yang telah dibuat.
D. Pengelolaan Kebisingan
Pada saat beroperasinya Terminal Khusus TPK Antara Antutan maka akan
terjadi peningkatan kebisingan. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk
meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
 Penjadwalan operasional penerimaan dan pengiriman kayu.
 Mengupayakan secara maksimal untuk mempertahankan vegetasi,
terutama tingkat pohon yang ada di sekitar lokasi kegiatan yang
berfungsi untuk menghalangi paparan kebisingan.
 Melakukan perawatan mesin yang digunakan secara berkala agar
dapat mengurangi kebisingan yang diakibatkan pada saat
beroperasinya alat tersebut.
 Penggunaan penyumbat/penutup telinga (ear plug/ear muff) pada
pekerjaan yang tingkat kebisingannya tinggi (> 85 db).

E. Pengelolaan Kualitas Udara

Kegiatan proses produksi dan aktivitas alat berat di lokasi Terminal Khusus
TPK Antara Antutan dan beroperasinya mesin genset menyebabkan perubahan
kualitas udara (peningkatan dispersi debu, gas SO2 dan NO2).

Upaya pengelolaan yang telah dilakukan untuk meminalisasi dampak yang


ditimbulkan adalah :

 Melakukan prosedur penerimaan dan pengiriman kayu bulat secara


benar dan pembatasan alat angkut kayu bulat di dalam tapak TPK
Antara dengan membuat SOP kegiatan Penerimaan dan Pengiriman
Kayu Bulat.

 Melakukan penyiraman lokasi tapak TPK Antara, terutama saat cuaca


panas/kering.
 Penggunaan sarana K3 berupa penutup hidung (masker) bagi pekerja
yang bekerja di sumber pencemar.
 Melakukan penanaman pohon di sekitar lokasi kegiatan.

F. Pengelolaan Sosial Ekonomi


Pengelolaan terhadap aspek sosial ekonomi terutama kesempatan kerja dan
pendapatan rumah tangga dilakukan karena kegiatan penerimaan karyawan dapat
meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan bagi masyarakat sekitar.
Upaya pengelolaan yang telah dilakukan untuk meminalisasi dampak yang
ditimbulkan adalah :
 Pendekatan partisipatif melalui kerjasama dengan RT dan pihak
kelurahan setempat dalam penerimaan tenaga kerja.
 Melakukan sosialisasi dan mengumumkan secara terbuka tentang
rekruitmen tenaga kerja melalui RT dan pihak kelurahan tentang
jumlah dan spesifikasi atau kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan,
hal ini merupakan kegiatan yang dapat membantu calon tenaga kerja
lokal melamar untuk menjadi tenaga kerja.
 Menerima tenaga kerja lokal sebanyak 6 (enam) orang sesuai dengan
kualifikasi yang dibutuhkan.
 Memberikan upah sesuai dengan upah minimal kota (UMK)
 Memberikan BPJS Kesehatan Ketenegakerjaan
3.5 Uraian Mengenai Komponen Yang Telah Berjalan dan Dampak
Lingkungan Yang Ditimbulkan
A. Kegiatan Penerimaan Kayu Bulat
Proses penerimaan kayu bulat yang dikirim oleh TPK Antara Long Sam
dan 4 (empat) perusahaan IUPHHK melalui jalur sungai, ini akan memunculkan
dampak penting berupa keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan kebisingan,
B. Kegiatan Perakitan Kayu Bulat
Dalam kegiatan pengiriman kayu bulat melalui Sungai Kayan, kayu bulat
dengan jenis kayu ringan (terapung) harus terlebih dahulu dirakit menjadi satu
kesatuan dengan luas rakit nantinya menjadi ± 150 m 3. Dari kegiatan perakitan ini
memberikan dampak berupa penurunan kualitas air, keselamatan dan kesehatan
kerja (K3), kebisingan dan peningkatan transportasi air.
C. Kegiatan Menaikan Kayu Bulat Ke Ponton
Dalam kegiatan ini dilakukan satu per satu dari kayu bulat yang berat,
kayu-kayu ini biasanya tenggelam (sinker). Kayu bulat dinaikkan ke atas ponton
memakai alat yang bernama crane. Crane in biasanya diletakkan diatas ponton.
dan dengan tangannya yang panjang itu kemudian mengambil kayu yang ada
didaratan (diatas sungai) yang kemudian diletakkan dan diatur diatas ponton
sampai penuh. Dampak yang harus dikelola antara lain peningkatan transportasi
air, penurunan kualitas air, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan kebisingan.
D. Kegiatan Aktivitas Karyawan
Dari kegiatan aktivitas karyawan di lokasi Terminal Khusus TPK Antara
Antutan seperti kegiatan administrasi perkanatoran dan kegiatan MCK
memberikan dampak penurunan kualitas air dan peningkatan limbah padat.

Anda mungkin juga menyukai