Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERPAJAKAN II

PAJAK PENGHASILAN 21 UNTUK PEGAWAI TETAP


DARI PENGHASILAN TERATUR

KELOMPOK 7
Gabriela Madeleine Nurani Ritonga F0316038
Reviska Sekar Dipta Savita F0316085

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk
membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi
individu seperti kepentingan rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat,
kemakmuran rakyat dan sebagainya. Sehingga pajak merupakan salah satu alat
untuk mencapai tujuan Negara.
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah merupakan sumber
terpenting dari penerimaan Negara. Lagipula penerimaan Negara dari pajak dapat
dijadikan indicator atas peran serta masyarakat (sebagai subjek pajak) dalam
kontribusinya melakukan kewajiban perpajakan, karena pembayaran pajak yang
dilakukan akan dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk tidak
langsung. PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
Pajak Penghasilan Pasal 21 atau biasa disebut dengan PPh Pasal 21
adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi
Subjek Pajak dalam negeri. Saat ini PPh pasal 21 harus menjadi perhatian bagi
wajib pajak yang dikenakan PPh pasal 21, oleh karena itu kita akan membahasnya
secara perlahan-lahan agar mudah dimengerti.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dari PPh Pasal 21
2. Subjek PPh Pasal 21
3. Objek PPh Pasal 21
4. Pemotongan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap dari penghasilan teratur?
5. Contoh soal
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari PPh Pasal 21
2. Mengetahui apa saja yang termasuk subjek PPh Pasal 21
3. Mengetahui apa saja yang termasuk dalam objek PPh Pasal 21
4. Mengetahui bagaimana pemotongan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap dari
penghasilan teratur
5. Mengetahui contoh soal dari PPh 21
BAB II
PEMBAHASAN

I. Pengertian Pajak PPh Pasal 21


PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk
setiap bulan adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya
jabatan atau biaya pensiun yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak.
Penghasilan pegawai harian, mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya
yang dipotong pajak adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi bagian
penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan yang besarnya ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
Tarif pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a, kecuali
ditetapkan lain dengan Peraturan Pemerintah.. Besarnya tarif sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada
tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor
Pokok Wajib Pajak.

II. Dasar Hukum Perhitungan PPh Pasal 21


Dasar hukum perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan ini terdapat
pada UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 21 (PPh Pasal 21) dan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016 yang mengatur tarif terbaru Penghasilan
Tidak Kena Pajak 2016 (PTKP terbaru).
III. Subjek atau Wajib Pajak PPh pasal 21
Wajib pajak yang dipotong PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 adalah orang
pribadi yang merupakan :
a. Pegawai.
b. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,
tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua termasuk ahli warisnya.
c. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

Yang tidak termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21 yaitu :


a. Pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat lain dari
Negara asing dan orang – orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan
syarat bukan warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak
menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau
pekerjaannya tersebut, serta Negara yang bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik.
b. Pejabat perwakilan organisasi internasional dimaksud dalam pasal 3
ayat (1) huruf C.
c. Undang – Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan
tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia.

IV. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21


Pemotong PPh pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan
oleh UU adalah :
a) Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik
merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit yang membayar
gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan
dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
b) Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau
pemegang kas yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan.
c) Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan social tenaga kerja
dan badan – badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari
tua atau jaminan hari tua.
d) Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
serta badan yang membayar:
 Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa dan atau kegiatan yang dilakukan oleh
orang pribadi dengan status subjek pajak dalam negeri,
termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan
bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan
atas nama persekutuannya.
 Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh
orang pribadi dengan status subjek pajak luar negeri.
 Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan,
pelatihan dan magang.
 Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah,
organisasi yang bersifat nasional dan internasional,
perkumpulan, orang pribadi, serta lembaga lainnya yang
menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium,
hadiah atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada wajib
pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu
kegiatan.

V. Objek Pajak PPh Pasal 21


Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :
a) Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik berupa penghasilan
yang bersifat teratur maupun tidak teratur;
b) Penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima paensiun secara teratur
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;
c) Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan
sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang
pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua dan
pembayaran lain jenis;
d) Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara
bulanan;
e) Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan;
f) Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun,dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

VI. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan PPh pasal 21

PTKP 2016 Wajib Pajak Tidak Kawin (TK) :


Uraian Status PTKP
Wajib Pajak TK0 54.000.000,-
Tanggungan 1 TK1 58.500.000,-
Tanggungan 2 TK2 63.000.000,-
Tanggungan 3 TK3 67.500.000,-

PTKP 2016 Wajib Pajak Kawin :


Uraian Status PTKP
WP Kawin K0 58.500.000,-
Tanggungan 1 K1 63.000.000,-
Tanggungan 2 K2 67.500.000,-
Tanggungan 3 K3 72.000.000,-
PTKP 2016 Wajib Pajak Kawin, penghasilan istri dan suami digabung :
Uraian Status PTKP
WP Kawin K/I/0 112.500.000,-
Tanggungan 1 K/I/1 117.000.000,-
Tanggungan 2 K/I/2 121.500.000,-
Tanggungan 3 K/I/3 126.000.000,-

Catatan:
 Tunjangan PTKP untuk anak atau tanggungan maksimal 3 orang
 TK : Tidak Kawin
 K : Kawin
 K/I : Kawin dan penghasilan pasangan digabung

Tarif pajak :
Penghasilan Netto Tarif pajak
Sampai dengan 50 juta 5%
50 juta sampai dengan 250 juta 15%
250 juta sampai dengan 500 juta 25%
Diatas 500 juta 30%

VII. Perhitungan untuk Pegawai Tetap


1. Untuk menentukan besarnya penghasilan netto pegawai tetap pengasilan
bruto dikurangi dengan :
a. Biaya jabatan yaitu biaya untuk mendapatkan menagih dan memelihari
penghasilan yang besarnya 5% dari penghasilan bruto, setinggi –
tingginya Rp500.000 sebulan. Biaya jabatan dapat dikurangkan dari
penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai negeri tetap
tanpa memandang mempunyai jabatan atau tidak.
b. Iuran yang terkait gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pension
yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan atau badan
penyelenggara tabungan hari tua atau jaminan hari tua yang disamakan
dengan Dana Pensiun dan pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan.
2. Pengurangan biaya jabatan dan iuran tersebut tidak berlaku bagi
penghasilan yang diterimanya berupa upah harian yang tebusan pensiyn
honorarium secara keseluruhan sebagaiaman tersebut pada penghasilan
yang dipotong pph 21 butir 3 butir 4 dan butir 5.
3. Pengurangan biaya jabatan dan iuran diatas juga tidak berlaku terhadap
penghasilan Wajib Pajak Luar Negeri yang terutang PPh pasal 26.
4. Untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak, penghasilan netonya
dikurangi dengan penghasilan tidak kena pajak yang sebenarnya :
a. Dalam hal karyawan kawin PTKP yang dikurangkan adalah hanya
untuk dirinya sendiri, dan dalam hal tidak kawin pengurangan PTKP
selain PTKP untuk dirinya sendiri ditambah dengan PTKP untuk
keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
b. Bagi karyawati yang meneunjukan keteragan tertulis dar pemerintah
daerah setempat bahwa suaminya tidak menerima penghasilan,
diberikan tambahan PTKP sebesar Rp375.000 sebulan dan ditambah
PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya paling
banyak tiga orang dengan besaran yang sama.
c. Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun
takwim/kalender.
5. Tarif yang diterapkan adalah tariff pasal 17 UU PPh.

VIII. Pengertian Penghasilan Teratur


Penghasilan teratur adalah penghasilan yang lazimnya diterima atau
diperoleh secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam setiap tahun pajak,
yang bersumber dari kegiatan usaha, pekerjaan bebas, pekerjaan, harta dan atau
modal, kecuali penghasilan yang telah dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat
final seperti:
 Gaji Pokok
Gaji pokok adalah gaji dasar yang ditetapkan untuk melaksanakan satu
jabatan atau pekerjaan tertentu pada golongan pangkat dan waktu tertentu.
 Tunjangan
Tunjangan adalah penghasilan tambahan di luar gaji pokok yang berkaitan
dalam pelaksanaan tugas dan sebagai insentif. Misalnya adalah tunjangan
jabatan, tunjangan transportasi, tunjangan makan, dll.
 Upah Lembur

Contoh Soal :
Perhitungan PPh 21 terhadap Pegawai Tetap dengan Gaji Bulanan
Dina sebagai pegawai tetap PT Indojaya pada tahun 2017 menerima gaji
sebulan sebesar Rp8.000.000 dan membayar iuran pensiun Rp200.000. Dina telah
menikah tetapi belum memiliki anak dan telah ber NPWP. Perhitungan PPh 21
adalah :
Gaji sebulan Rp 8.000.000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan:
5% x Rp8.000.000 Rp 400.000
2. Iuran Pensiun Rp 200.000
Rp 600.000
Penghasilan neto sebulan Rp7.400.000

Penghasilan neto setahun (12x7.400.000) Rp 88.000.000


PTKP (K/0) setahun
 Untuk wajib pajak sendiri Rp 54.000.000
 Tambahan wajib pajak kawin Rp 4.500.000
Rp 58.500.000

PKP setahun Rp 29.500.000


PPh pasal 21 terutang
(5% x Rp 29.500.000) = Rp 1.475.000
PPh pasal 21 sebulan
(1/12 x Rp 1.475.000) = Rp 122.917
Perhitungan Pemotongan PPh pasal 21 atas Penghasilan Pegawai yang
Dipindahtugaskan dalam Tahun Berjalan

Pada saat pegawai dipindahtugaskan, pegawai yang bersangkutan tidak


berhenti bekerja dari perusahaan tempat dia bekerja. Pegawai yang
bersangkutan masih tetap bekerja pada perusahaan yang sama dan hanya
berubah lokasinya saja. Dengan demikian dalam penghitungan PPh Pasal 21
tetap menggunakan dasar penghitungan selama setahun.

Contoh :
Jupri yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT Gulita di
Jakarta. Sejak 1 Juni 20xx dipindahtugaskan ke kantor cabang di Bandung dan pada 1
Oktober 20xx dipindahtugaskan lagi ke kantor cabang di Garut. Gaji Jupri sebesar
Rp5.000.000,00 dan pembayaran iuran pensiun yang dibayar sendiri sebulan sejumlah
Rp100.000,00. Selama bekerja di PT Gulita Jupri hanya menerima penghasilan berupa
gaji saja. Hitung PPh 21!

Pembahasan

Penghitungan PPh Pasal 21:


Kantor Pusat di Jakarta
Gaji selama di Jakarta (5 x
cabang Rp5.000.000,00) Rp 25.000.000,00

Pengurangan:
1. Biaya Jabatan :5% x Rp25.000.000,00 Rp 1.250.000,00
2. luran pensiun 5 x Rp100.000,00 Rp 500.000,00(+)
Rp 1.750.000,00(-)
Penghasilan neto lima bulan adalah Rp 23.250.000,00
Penghasilan neto setahun: 12/5 x
Rp23.250.000,00 Rp 55.800.000,00

PTKP setahun (TK/0)


- untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00* (-)
Penghasilan Kena Pajak Rp1.800.000,00

PPh Pasal 21 terutang setahun 5% x Rp1.800.000,00 = Rp 90.000,00


PPh Pasal 21 terutang Januari s.d Mei 20xx Rp90.000,00 : 12/5 Rp 37.500,00
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong masa Januari s.d. Mei 20xx
adalah: 5 x Rp7.500,00*) Rp 37.500,00.(-)
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL
Catatan:
*) PPh Pasal 21 yang telah dipotong pada bulan Januari sampai dengan Mei
untuk setiap bulannya adalah Rp90.000,00 : 12 = Rp7.500,00
Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 Al) di Kantor Jakarta

Gaji (Januari s.d. Mei 20xx) 5 x Rp5.000.000,00 Rp 25.000.000,00

Pengurangan:
1. Biaya Jabatan :5% x Rp17.500.000,00 Rp1.250.000,00
2. luran pensiun 5 x Rp100.000,00 Rp 500.000,00(+)
Rp 1.750.000,00
Penghasilan neto lima bulan adalah Rp 23.250.000,00

Penghasilan neto setahun: 12/5 x Rp23.250.000,00 Rp 55.800.000,00

PTKP setahun (TK/0)


- untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak disetahunkan Rp 1.800.000,00

PPh Pasal 21 disetahunkan 5% x Rp1.800.000,00 = Rp 90.000,00


PPh Pasal 21 terutang 5/12 x Rp90.000,00 Rp 37.500,00
PPh Pasal 21 yang telah dipotong dan dilunasi (Januari s.d. Mei
20xx) adalah: 5 x Rp7.500,00 Rp 37.500,00(-)
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL

Kantor Cabang
Bandung

Gaji Juni s.d. September 20xx :4 x Rp5.000.000,00 Rp 20.000.000,00

Pengurangan:
1. Biaya Jabatan: 5% x Rp20.000.000,00 Rp1.000.000,00
2. luran pensiun 4 x Rp100.000,00 = Rp 400.000,00 Rp 400.000,00(+)
Rp 1.400.000,00(-)
Penghasilan neto di Bandung Rp 18.600.000,00
Rp
Penghasilan neto di Jakarta 23.250.000,00(+)
Jumlah penghasilan neto 9 bulan Rp 41.850.000,00
Penghasilan neto disetahunkan: 12/9 x Rp 55.800.000,00
Rp41.850.000,00

PTKP setahun (TK/0)


- untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00*
Penghasilan Kena Pajak Rp 1.800.000,00

PPh Pasal 21 disetahunkan: 5% x Rp1.800.000,00 =Rp 90.000,00


PPh Pasal 21 selama 9 bulan: 9/12 x Rp90.000,00 = Rp 67.500,00
PPh Pasal 21 yang dipotong di Jakarta = Rp37.500,00(-)
PPh Pasal 21 terutang di Bandung Rp30.000,00
PPh Pasal 21 yang di potong di Bandung 4 x
Rp7.500*) Rp 30.000,00(-)
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL

Catatan:
*)PPh Pasal 21 yang telah dipotong pada bulan Juni sampai dengan September untuk
setiap bulannya adalah Rp90.000,00 :
12 = Rp7.500,00
Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Formulir 1721 — Al) di Kantor
Bandung

Gaji Juni s.d. September 20xx :4 x Rp5.000.000,00 Rp 20.000.000,00

Pengurangan:
1. Biaya Jabatan: 5% x Rp14.000.000,00 Rp1.000.000,00
2. luran pensiun 4 x Rp100.000,00 = Rp
400.000,00 Rp 400.000,00(+)
Rp 1.400.000,00(-)
Penghasilan neto di Bandung Rp 18.600.000,00
Rp
Penghasilan neto di Jakarta 23.250.000,00(+)
Jumlah penghasilan neto 9 bulan Rp 41.850.000,00
Penghasilan neto disetahunkan: 12/9 x
Rp41.850.000,00 Rp 55.800.000,00

PTKP setahun (TK/0)


Rp 54.000.000,00*
- untuk WP sendiri (-)

Penghasilan Kena Pajak Disetahunkan Rp 1.800.000,00

PPh Pasal 21 disetahunkan 5% x Rp1.800.000,00 = Rp 90.000,00


PPh Pasal 21 terutang 9/12 x Rp90.000,00 Rp 67.500,00

PPh Pasal 21 telah dipotong dan dilunasi:


Di Jakarta sesuai dengan Form. 1721 - Al Rp 37.500,00
Di Bandung (4 x Rp7.500) Rp 30.000,00(+)
Rp 67.500,00(-)
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL

Kantor Cabang Garut

Gaji Oktober s.d. Desember 20xx: 3 x Rp5.000.000,00 Rp15.000.000,00

Pengurangan:
1. Biaya Jabatan 5% x Rp15.000.000,00 Rp 750.000,00
2. luran pensiun 3 x Rp100.000,00 Rp 300.000,00(+)
Rp 1.050.000,00(-)
Penghasilan neto di Garut Rp13.950.000,00
Penghasilan neto di Bandung Rp18.600.000,00
Rp23.250.000,00(+
Penghasilan neto di Jakarta )
Rp55.800.000,0
Jumlah penghasilan neto setahun 0

PTKP setahun (TK/0)


Rp 54.000.000,00*
- untuk WP sendiri (-)
Penghasilan Kena Pajak Disetahunkan Rp 1.800.000,00

PPh Pasal 21 terutang setahun 5% x Rp1.800.000,00 Rp 90.000,00


PPh Pasal 21 terutang di Jakarta dan Bandung sesuai Rp 67.500,00
dengan Form. 1721 – Al
PPh Pasal 21 terutang di Garut 3/12 x Rp90.000,00 Rp 22.500,00
PPh Pasal 21 sebulan yang harus dipotong di Garut Rp 7.500,00
Rp22.500,00 : 3

Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Formulir 1721 — Al) di Kantor Garut
Gaji Oktober s.d. Desember 20xx: 3 x Rp5.000.000,00 Rp 15.000.000,00

Pengurangan:
1. Biaya Jabatan 5% x Rp15.000.000,00 Rp 750.000,00
2. luran pensiun 3 x Rp100.000,00 Rp 300.000,00(+)
Rp 1.050.000,00(-)
Penghasilan neto di Garut Rp 13.950.000,00
Penghasilan neto di Bandung Rp 18.600.000,00
Rp
Penghasilan neto di Jakarta 23.250.000,00(+)
Jumlah penghasilan neto setahun Rp 55.800.000,00

PTKP setahun (TK/0)


Rp 54.000.000,00*
- untuk WP sendiri (-)
Penghasilan Kena Pajak Rp 1.800.000,00

PPh Pasal 21 terutang setahun 5% x Rp1.800.000,00 Rp 90.000,00

PPh Pasal 21 telah dipotong di Jakarta dan Bandung


sesuai dengan Form. 1721 - Al Rp 67.500,00
PPh Pasal 21 telah dipotong ( 3 x Rp7.500,00) Rp 22.500,00(+)
Rp 90.000,00(-
PPh Pasal 21 telah dipotong )
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL

Anda mungkin juga menyukai